Maaf lama updatenya T^T soalnya spinoff udah mulai sekolah jadi harus stress mikirin sekolah ama rambut rontok (beneran), dan juga kakek nenek spinoff baru pulang dari manado (yey!) dan spinoff dapet laptop baru dari kakek nenek spinoff (YYEEEEEYY!)

Sekali lagi, saya minta maaf atas update yang super telat itu *bungkuk

Oiya, udah pada baca manga Naruto yg terakhir kagak? SEDIHHHHH! Si Naruto menikah sama Hinata (T^T) dan punya dua anak satu Boruto satu lagi gw lupa, trus si Sakura menikah sama Sasuke dan punya anak namanya Sarada! SARADA!

Jadi, cerita ini saya dedikasikan kepada semua Narusaku fans diluar, TETAP SEMANGAT! TIDAK APA-APA! PASTI KANEKI AKAN MENIKAH DENGAN TOUKA DO SEASON 3 – ehem, maaf, salah anime, tapi yang pasti JANGAN SEDIH!

.

.

.

.

.

.

.

Chapter 11: Finale

.

.

.

.

.

.

.

"AKU TELAT!" Sakura jatuh dari tempat tidurnya itu sambil melihat jam alarmnya itu dengan tidak percaya "tidak mungkin sudah jam segini! Kenapa ayah dan ibu tidak membangunkanku?!" Ia lalu—dengan tidak sengaja—melemparkan alarmnya (dan tanpa disadarinya kelempar keluar jendela), dan perempuan berambut merah muda itu cepat-cepat masuk ke kamar mandi.

Dengan secepat kilat, Sakura mandi hanya 2 menit, memakai baju seragamnya—dengan berantakannya—1 menit, dan jatuh dari tangga, mengambil roti bakarnya, dan memakai kaus kaki dan sepatu dalam waktu 30 detik. Hebat, kan?

Sementara itu, ada lagi satu murid Konoha High School yang tadi malam tidur jam 12 karena menghabiskan game N*ruto Ninj* Storm ke-3 yang baru saja dibelinya, ia dapat menghabiskan semua levelnya dalam waktu satu hari.

"BLEGH! INI SUSU BASI!" teriak Naruto sambil memuntahkan susu yang baru saja ia minum. Ia membersihkan sisa-sisanya yang masih lengket di sekitar bibirnya itu "argh, siapa peduli sama susu basi itu—akh, aku sakit perut…" Naruto memegang perutnya erat-erat. Dia tergoda sekali untuk ke toilet sekarang, tapi dia tidak boleh telat.

Tidak, hari ini adalah hari spesial bagi Naruto Uzumaki, dan ia tidak boleh telat!

Dengan seluruh kekuatan Naruto, ia berhasil untuk meninggalkan apartemennya itu, menguncinya, dan berlari ke lantai satu. Naruto memegang perutnya itu, kesakitan, sekali lagi 'bertahanlah, Naruto… kau harus menghadapi ini seperti seorang pria!' pikirnya, sambil berlari menuju ke Konoha High, dengan tangannya tetap memegang erat perutnya itu.

Sakura menyisir rambutnya yang panjang itu, membenarkan rompinya, dasinya, dan memasukkan kemejanya dalam rok. Dia harus terlihat rapi, bahkan sebelum masuk ke Konoha High. Kenapa? Karena, hari ini adalah hari yang sangat spesial bagi Sakura Haruno, dan dia harus terlihat bagus dan rapi pada hari itu!

"Sakura!" Sakura berhenti berlari. Ia tahu pemilik suara itu…

"Naruto!" Ia tersenyum saat melihat Naruto yang sedang melambai-lambaikan tangannya, sambil berlari ke arahnya

"Jangan bilang kau telat juga, Naruto!" Sakura melipat kedua tangannya

Naruto hanya tersenyum sambil menggaruk belakang kepalanya "hehe, soalnya tadi malam aku sibuk main game…"

"Itu bukan alasan! Kamu ngapain coba menghabiskan waktumu untuk bermain game?"

Naruto hanya memberi Sakura tanda 'peace' dan Sakura menghela nafasnya. Entah kenapa, dia merasa seperti umurnya sudah 50 tahun.

Sudah 3 bulan sejak Naruto dan Sakura saling memberi tahu bahwa keduanya suka satu sama lain, tapi sampai sekarang mereka masih belum pacaran. Katanya Sakura dia masih belum mau pacaran sampai dia kuliah, dan Naruto sering menggodanya bahwa Sakura pasti akan menjadi pacarnya, sebelum dia kuliah. Teman-teman mereka sampai kesel melihat keduanya, karena mereka masih belum pacaran sama sekali. Mereka saling menyukai, mereka cocok, JADI APA MASALAHNYA?!

Sakura menggenggam tangan Naruto, membuat mukanya dan Sakura memerah sedikit "ayo, kita harus cepat-cepat sebelum kita telat! Jangan bilang kau lupa hari ini ada apa?!"

Naruto nyengir, memperlihatkan giginya "sudah pasti tidak, dong! Hari ini kan hari spesial untuk kita berdua!"

"Iya, iya, ayo! Cepetan!"

"Baiklah, Sakura-chan!"

"JANGAN MEMANGGILKU SAKURA-CHAN!"

"Baiklah, bagaimana dengan Haru-chan?"

"AGH, DIAM KAU!"

"Sakura ada di mana?" Tanya Ino kepada teman-temannya yang lain

"Si Naruto juga belum datang, kok" kata Kiba sambil melirik ke jam tangannya

"Kalau si bodoh itu tidak cepat-cepat, dia akan melewatkan ini" kata Sasuke

"Ah, Naruto tidak datang sih tidak apa-apa, tapi yang penting Sakura!" seru Tenten "kalau dia tidak datang sebelum namanya dipanggil, habislah nyawa dia!"

Chouji mengangguk, setuju "betul, betul, nanti reputasinya sebagai ranking satu seangkatannya akan hancur, hanya karena dia telat pada hari ini…"

"Benar-benar keterlaluan…" bisik Neji

"Ini menyusahkan sekali…" Shikamaru mengehla nafasnya sambil menggaruk kepala bagian belakangnya

"Sudah mau mulai nih… aku telepon Sakura dan Naruto tapi tidak diangkat-angkat" kata Hinata, melirik HPnya

"Jangan bilang mereka masih tidur" kata Lee

"Kalau Naruto tidur jam segini sih, wajar, tapi… Sakura?" Tanya Sai

Perbincangan mereka berlanjut sampai-sampai pembicaraan berganti topik dari Naruto dan Sakura menjadi ibu Choji yang ternyata pemilik restoran terbesar di Konoha.

"Ah, itu dia! Gerbang pintu sekolah masih terbuka! Ayo, cepetan Naruto!" teriak Sakura menarik tangan Naruto

"Ah, kita tidak akan sampai kalau begini caranya!" teriak Naruto. Ia lalu mengangkat tubuh Sakura, dan berlari sekencang mungkin, lebih cepat dari sebelumnya

Sakura terkejut melihat tingkah Naruto, mukanya memerah seperti warna tomat "u-uwaaa! LEPASKAN AKU, NARUTO!" teriaknya, malu kalau dilihatin siswa-siswi yang lain

"Kita akan telat kalau aku tidak membawamu seperti ini!"

Sakura cemberut melihat tingkah laku Naruto yang memalukan ini 'ah, bilang saja mau menggendongku!' pikirnya sambil memalingkan wajahnya "sudahlah! Kalau kamu dikasih tahu juga pasti tidak dengar!"

Naruto berpura-pura tidak mendengarkannya, dan mereka berhasil memasuki gerbng sekolah, sebelum ditutup oleh pak satpamnya.

"Itu! Aulanya!" Sakura menunjuk ke aula, dimana mereka semua harus berkumpul

Naruto masih belum menurunkan Sakura "baiklah! Pegangan erat!"

.

.

.

.

.

"Dipanggil, lulusan Konoha High SMA 3, ranking1, Sakura Haruno"

Suara hentakan kaki Sakura terdengar seluruh siswa-siswi Konoha High; semuanya memperhatikan gerak-geriknya yang santai tapi tegang itu. Rambut merah mudanya tersisir rapi; tergerai di belakang punggunya, dan kedua tangannya yang telah mengepal terlempar ke depan, ke belakang, ke depan, ke belakang.

Sakura tidak tersenyum. Ia tidak bisa mengekspresikan apapun saat ini. Pikirannya lalu melayang ke waktu-waktu SMP-nya itu…

"Ino… ada apa?"

"KITA SUDAH TIDAK BERTEMAN LAGI!"

"Sakura, semuanya sudah berubah"

"BUKANKAH KITA BERJANJI UNTUK MENJADI TEMAN, SELAMA-LAMANYA?!"

"Aku benci kalian… semuanya… aku benci kalian…"

"Jangan dekat-dekat sama perempuan itu…"

"Ah, sih kutu buku itu?"

"Dasar, ia hanya punya rambut merah mudanya untuk menarik perhatian"

Sakura sudah sampai di tengah panggung, mik di depannya. Ia menelan ludahnya, dan melihat sekitarnya. Semuanya memperhatikan dia. Tangannya bergetar. Tiba-tiba, Sakura melihat Naruto, tersenyum padanya. Sakura tidak tersenyum balik, tapi dalam hati ia benar-benar berterimakasih Naruto menyemangatinya. Tiba-tiba, ia teringat waktu itu… waktu dimana hidupnya telah berubah…

"EH?! AKU SAKURA?!"

"Hoi, bangun!"

"Kenapa kamu menyelamatkan Ino?"

"Baiklah, berarti… KITA MAKAN RAMEN SAJA!"

"Eh… rumahmu dimana?"

"Kamu terlihat bagus kalau pake baju itu"

"Sudahlah, aku saja yang bayar"

"EH?! Kamu kalahin Kiba?!"

"Apa maksudmu? Kita kan mau beli kacamatamu"

"ARGH! JANGAN BEREKSPRESI SEPERTI ITU LAGI! MENJIJIKAN, TAHU?!"

"Terima kasih…"

"Aku menyukaimu…"

Sakura menutup matanya. Ia ingin tertawa sekarang. Akan tetapi, dia masih harus menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu. Ia menghela nafasnya, dan untuk pertama kalinya saat ia menaiki panggung itu, ia tersenyum. Itu bukan senyuman palsu, maupun terpaksa. Itu adalah senyuman akan waktu-waktunya ia sudah habiskan di sekolah ini. Bersama teman-temannya. Bersama Naruto.

"Selama tiga tahun ini, kita telah mengalami banyak hal. Kita mungkin kehilangan seseorang yang kita kasihi…"

"…aku bukan temanmu…"

"…tapi kita juga bertemu dengan orang-orang baru…"

"Aku juga bingung kenapa tiba-tiba aku bisa tubuhmu ini…"

"…sebagai remaja, kita selalu saja membuang waktu-waktu… masa muda kita" beberapa orang tertawa, karena mereka tahu Sakura sedang mengikuti cara berbicara Lee "kita banyak memikirkan apa yang tidak perlu dipikirkan, dan tidak memikirkan apa yang harus kita pikirkan… secara singkat, kita… bodoh" terdengar lagi tawa dari beberapa murid-murid.

"Akan tetapi, karena kebodohan kita itu…"

Sakura terduduk di ujung kamarnya, merundukkan kepalanya dan tangannya menutupi wajahnya. Ia menangis secara diam-diam.

"…kita dapat belajar banyak dari kesalahan-kesalahan kita yang bodoh itu…"

"Sakura… mau tidak kau makan bareng kita?"

"...sebagai orang-orang muda, kita melakukan banyak kesalahan; justru, itu yang harus kita lakukan! Kita membuat banyak kesalahan, akan tetapi setelah itu kita dapat belajar dari kesalahan kita semua setelah kita besar nanti… itulah artinya orang-orang muda…

"…aku telah belajar banyak hal saat bersekolah di Konoha High. Aku membuat sebuah kesalahan… aku pikir, akulah orang yang paling menderita di dunia ini. Hanya aku, tidak ada yang lain. Aku bertemu dengan seseorang…" 'orang' itu mengangkat kepalanya, tersenyum pada perempuan berambut merah muda itu "orang ini adalah orang biasa, sama seperti kita semua. Tapi, dia selalu sendirian. Ia kesakitan, dan menyembunyikan kesakitan itu—aku memiliki sesuatu yang tidak ia memiliki. Mungkin setiap kali kamu melewatinya, kamu akan berpikir 'hei, dia baik-baik saja, dia masih tersenyum kok, dia tidak pernah menangis, tidak ada yang perlu dikhawatirkan'. Justru, orang-orang yang tidak pernah menangislah adalah orang-orang yang paling menderita… aku pernah mengalaminya…" Sakura menghela nafasnya sekali lagi

"Mungkin, waktu kita sudah berumur—mungkin 20 tahun, atau 30 tahun, kebanyakan dari kita tidak akan mengingat muka orang-orang yang sekarang sedang duduk di sebelahmu. Mungkin kamu tidak akan ingat teman sekelasmu, atau anak yang selalu duduk di sebelahmu, atau mungkin saja kamu lupa siapa yang kamu pernah tembak dan yang pernah kau sukai!" Ruangan mulai berisik sedikit, terdengar tawa dan canda "mungkin kamu tidak akan mengingat guru yang mengajarimu, yang sering menegurmu karena kamu sering berisik di kelas! Mungkin saja, semua yang telah kamu alami di 3 tahun yang berharga ini… kamu melupakan semuanya itu…" ruang mulai hening.

"Kita semua disini… akan menikah, memiliki anak-anak, dan cucu-cucu… tapi, bagaimana dengan kenang-kenangan waktu TK? SD, SMP, SMA… kuliah, bahkan?" ada beberapa murid-murid mengangguk kepalanya setuju. Bahkan ada yang terlihat seperti akan menangis.

"Kita membuat kesalahan. Banyak. Tapi, aku mohon, jangan membuat satu kesalahan ini…" Sakura melihat ke Naruto, dan akhirnya tersenyum padanya

"…jangan melupakan kenang-kenangan yang telah kamu habiskan bersama teman-temanmu…"

Ruangan lalu dipenuhi dengan tepuk tangan yang meriah dari semua siswa-siswi lulusan Konoha High.

Sakura mengangkat tangannya "selamat, minna! Yang telah lulus, semoga kalian bisa meraih cita-cita kalian dan impian kalian!" tepuk tangannya tambah meriah, dan Sakura akhirnya turun dari panggung, dengan senyuman yang sama sejak tadi..

Selesai acaranya…

"Tadi bagus sekali pidatomu"

"Aku terharu…"

"Haruno-san, tadi pidatomu bagus banget!"

"Terima kasih, Sakura-san, aku akan mengingat perkataanmu itu"

"Maafkan aku, Saku-chan, aku telah berbuat jahat padamu sebelumnya!"

"Aha, aku jadi tidak mau lulus gara-gara kamu, Sakura-san!"

"Tadi bagus sekali, Haruno!"

"Aku akan ingat pesanmu, Sakura!"

Sakura hanya tersenyum pada orang-orang yang memberi salam kepadanya. Bahkan, ada satu orang yang meminta maaf padanya karena mengambil tempat duduknya, dan dia bilang dia akan bertobat untuk tidak mengambil kursi orang lain lagi.

Sakura sweatdrop saat bertemu dengan orang itu 'pasti gara-gara Naruto, ini…'

"Sakura."

Sakura memutar badannya, tersenyum saat mendengar suara itu "Tsunade-sensei!"

Sebelum Tsunade berbicara, Sakura memeluk gurunya itu yang selalu perhatian kepadanya. Tsunade hanya tersenyum dan menepuk kepalanya Sakura. (maaf saya memang hampir tidak pernah menulis apa-apa tentang hubungan Sakura dan Tsunade, tapi seperti di chapter 1, Tsunade dan Sakura lumayan dekat…)

"Terima kasih, Tsunade-sensei… untuk semuanya"

Tsunade hanya tertawa "yang kulakukan hanya sedikit… seharusnya kau juga berterima kasih kepada Kakashi juga"

"Ah, benar juga… nanti saja" Sakura melepaskan tangannya

Tsunade menoleh sedikit "ah, sepertinya teman-temanmu sedang mencarimu, tuh"

Sakura melihat ke belakang "ah, iya, benar juga… baiklah, Tsunade-sensei! Aku pergi dulu!"

Tsunade melambaikan tangannya "jaga dirimu baik-baik!"

"Pasti!" Sakura membalasnya lalu berjalan ke arah Ino dan kawan-kawan

Tsunade lalu melihat dari kejauhan sambil menghela nafasnya "kamu sudah bertumbuh, Sakura…"

"INO!" teriak Sakura

Ino menoleh ke belakang. Ia sedang berbicara dengan Tenten, tiba-tiba mendengar teriakan teman baiknya itu "Saku-!"

Ino memutar balik badannya, Sakura langsung menyergap tubuhnya dan mengikat tubuh Ino dengan tangan Sakura. Perempuan berambut merah muda itu memeluk Ino dengan erat, sambil menutup matanya "terima kasih, Ino…"

"Sakura…" Ino melihat Sakura dengan tidak percaya. Tiba-tiba, ia merasakan pipinya sedikit basah.

Ino langsung memeluk Sakura dengan kekuatan yang hampir sama dengan perempuan berambut merah muda itu.

"Ino…?"

"Tidak, Sakura… a-aku ingin meminta maaf… atas semua yang sudah aku lakukan kepada mu… aku tidak pantas untuk memanggil diriku sebagai temanmu, karena semua hal buruk yang aku lakukan di masa lalu…"

"Ino…" bisik Tenten. Kedua teman Ino, Tenten dan Hinata, sedang melihat kedua sosok di depan mereka dengan muka penuh kesedihan tetapi juga dengan tidak percaya.

"Tidak" Sakura lalu melepaskan pelukannya dan memegang kedua pundak Ino. Ia lalu mendorongnya supaya Sakura bisa melihat muka Ino dengan jelas. Matanya merah karena habis menangis.

"Ino… mungkin kamu telah melakukan banyak hal yang menyakitiku di masa lalu… tapi haruskah kita hidup di masa lalu? Kita harus melanjutkan hidup kita, jangan terus-menerus berpikir tentang masa lalu! Kita bisa mengubah itu, Ino! Karena aku akan selalu menjadi temanmu, mau seberapa banyak hal buruk kamu lakukan padaku, jadi jangan khawatir!"

Ino hanya terdiam, melihat muka Sakura dengan tidak percaya. Ino tersenyum. Senyuman itu lalu berubah menjadi tawa.

"O-oi, apa yang lucu sih?!" Muka Sakura langsung memerah, ia malu karena diketawai oleh Ino setelah Sakura memberikan pidato tentang pertemannya dengan Ino yang amat sangat panjang itu.

"Ti-tidak, hanya saja… kau hari ini mengatakan banyak hal yang tidak kuduga akan kamu katakan…"

"Ehh? Apaan sih, maksudmu? Dasar, aneh…"

"Iya, iya, aku sayang kamu juga, forehead"

"OI! KAMU MASIH PANGGILKU ITU, INO-PIG?!"

"HAH?! AJAK BERANTEM YA, BAAKAA"

Tenten dan Hinata hanya melihat kedua perempuan yang siap-siap berantem itu. Padahal beberapa menit yang lalu mereka terlihat sangat rapuh, tetapi tiba-tiba berubah menjadi sosok monster yang sangat menyeramkan. Kedua Tenten dan Hinata tertawa.

"Kamu nanti kuliah dimana?"

Naruto memutar kepalanya ke arah sumber suara itu "eh? Kenapa tiba-tiba…"

Perempuan itu hanya menghela nafasnya dan mengangkat kedua bahunya "aku juga tidak tahu… aku sih berencana ke Universitas Ame…"

"Eh, benarkah? Bukankah itu jauh dari Konoha?" Tanya Naruto dengan mata membelalak

"Iya…" hanya itu saja balasan Sakura, sambil melihat ke atas, tangannya tetap berpegang erat kepada rantai ayunannya yang sedang ia duduki. Langit sudah mulai berganti warna dari biru muda ke oranye cerah. Hari sudah mulai sore.

Setelah dari sekolah, geng Ino dan Kiba berencana untuk makan bareng sebagai hari terakhir mereka berkumpul, dan ternyata mereka makan di Ichiraku Ramen. Yang lainnya sudah pergi duluan, akan tetapi Naruto sedang menunggu Sakura yang masih di sekolah.

"Aku nanti di Universitas Konoha…" Naruto memberi tahu kepada Sakura "yang lainnya juga pada ke UK (Universitas Konoha)"

Sakura hanya terdiam "mm…"

"…sebenarnya Sakura-chan mau kuliah dimana?" Tanya Naruto, memberi Sakura tatapan yang tidak bisa dibaca oleh Sakura sendiri.

Sakura melihat balik ke arah Naruto. Ia lalu menghela nafasnya dan menggeleng-gelengkan kepalanya, menjauhkan pandangannya dari Naruto "orang tuaku berharap aku dapat ke Universitas Ame, seperti ayahku dulu. Ino mau aku di Universitas Konoha"

Naruto tetap terdiam, bersabar untuk mendengar jawaban Sakura.

"Naruto… apakah aku salah meninggalkan kalian semua… demi kuliah?" Sakura menatap Naruto dengan tatapan yang sedih.

Kedua Naruto dan Sakura sedang berada di taman belakang KHS. Sakura sedang duduk di ayunan sementara Naruto sedang duduk di bangku taman di sebelah ayunannya. Masih ada beberapa siswa-siswi yang tersisa, sedang dengan asyik mengambil foto-foto terakhir di sekolah mereka ini, dan ada juga anak-anak yang sedih untuk berpisah dengan temannya yang sudah ia habisi waktunya selama tiga tahun.

"Sakura… yang menentukan masa depanmu adalah dirimu sendiri, kamu tidak perlu ikut-ikutan orang lain, kamu hanya harus lakukan apa yang dirimu yakini"

"Aku tahu, Naruto…" Sakura melihat lagi kearah langit "kenapa sih orang-orang suka lihat diatas? Kayak ada yang menarik aja disana"

Naruto melihat Sakura dengan tatapan aneh "tapi kamu juga melakukan hal yang sama, Sakura-chan…"

"Heh… aku sendiri tidak tahu kenapa… udah kebiasaan…"

"Mmm…"

Naruto dan Sakura terdiam melihat langit berwarna oranye itu. Sekolah sudah mulia sepi, dan guru-guru serta staff mulai berada di depan gerbang sekolah.

"Mungkin," kata Naruto "seperti kata orang-orang. Bermimpilah setinggi langit… mungkin saja… orang-orang yang suka bermimpi seringkali melihat keatas langit tanpa berpikir terlebih dahulu…?"

Sakura tersenyum ke arah Naruto "kau aneh Naruto, kau tahu itu?"

Naruto melihat Sakura jengkel "kan kamu yang nanya!"

Sakura hanya tertawa "ayo, kita ke Ichiraku Ramen, nanti si Ino-pig marah" kata Sakura sambil berdiri dari tempat duduknya.

Sakura mulai menyadari bahwa melewati masa SMA nya ini telah mengubahnya menjadi sebuah sosok yang lebih dewasa – akan tetapi, bukan cuma dia saja, akan tetapi Naruto juga. Siapa yang duga, bocah ingusan yang sering bermain-main dulu sekarang sudah bisa berpikir sepanjang itu. Naruto sudah bertumbuh. Jadi, Sakura tidak heran tiba-tiba saja tangannya tertarik sampai mengenai dada seseorang, lalu merasakan bibir yang rasanya seperti ramen dan susu basi itu mengenai bibirnya itu. Benar-benar tidak disangka.

"Jadi" Naruto tersenyum licik padanya "masih berpikir pacaran mau selesai kuliah aja?"

Sakura memukul dadanya "baka, sebelum kuliah saja kita udah jelas-jelas kelihatan kayak orang pacaran"

Tidak disangka, dulunya kedua pasangan aneh ini saling membenci.

END

A/N: HUWAAAAAA UDAH HABISSSSSS T^T gak dinyangka perjalanan saya – maksudnya, cerita saya – berakhir disini. Sudah sekian lama saya membuat cerita ini, dan saya hanya ingin berterima kasih kepada orang-orang yang telah menyemangati saya dalam pembuatan cerita ini, dan juga semua orang yang telah review, favorite, dan follow (YANG READ JUGAA!) saya senang sekali karena ini adalah satu-satunya cerita yang telah spinoff selesaikan (durasi satu tahun xD) tapi akhirnya selesai juga!

Dan juga, sesuai permintaan seorang reader yang spinoff lupa namanya (maaf), saya akan membuat sebuah special chapter: behind the scenes! Hehe, kurang kerjaan, maaf. BTS (behind the scene) nya terdapat di chapter selanjutnya, karena tidak mau menunda, saya langsung update, jadi begitulah ^^

SELAMAT MENIKMATI!

NEXT CHAPTER:

SPECIAL CHAPTER: BEHIND THE SCENE