Akhirnya bisa bikin fic LuNa lagi! *nebar bunga 7 rupa*

Nggak banyak bacot lagi, silahkan membaca minna~


.

.

.

.

.

Kuchiki Rukia-taichou Present

.

.

.

.

.

Luffy duduk termenung disamping sebuah kasur kecil, dimana sesosok gadis cantik berambut orange nan panjang tengah tertidur pulas.

.

.

.

.

.

Our Memories

.

.

.

.

.

Ah... ralat. Bukan tertidur pulas. Melainkan tertidur tak sadarkan diri. Sudah hampir seminggu gadis ini tak membuka kelopak matanya. Dan hal ini jelas membuat sang kapten sangat khawatir. Tak pernah dalam hidupnya dia merasa khawatir seperti ini.

.

.

.

.

.

One Piece © Oda Eiichiro

.

.

.

.

.

Dan kapten berambut hitam acak-acakan itupun kembali memutar ingatannya pada kejadian seminggu yang lalu, dimana semua hal ini bermula.

.

.

.

.

.

Happy Reading Minna~

.

.

.

.

.

FLASHBACK

Akhirnya, setelah melewati angin yang kencang, lautan yang ganas, dan para angkatan laut yang silih berganti datang menghadang mereka, Mugiwara Kaizoku-dan berhasil mencapai pulau terakhir yang menjadi cita-cita semua para bajak laut.

Raftel, tempat dimana harta karun legendaris One Piece berada.

Saat mereka melihat pulau tersebut, sang kapten kapal yang sudah tak dapat menahan rasa gembiranya pun langsung berlari ke kepala Sunny dan berteriak.

"Sekarang... aku adalah SANG RAJA BAJAK LAUT!"

Seluruh nakama-nya yang melihat sang senchou dengan senyum lebarnya itu pun ikut tersenyum dan merasa bahagia karena akhirnya mereka berhasil mencapai pulau tujuan dari petualangan mereka selama ini.

"Hehe... sepertinya bounty kita akan naik lagi," komen Zoro.

"Apa itu berarti bounty-ku juga?" tanya si kecil Chopper dengan mata berbinar-binar.

"Yohohohoho..." tak perlu dijelaskan pun kita sudah tahu pemilik tawa tersebut.

"Tentu saja kan!? Karena sekarang kita adalah kru dari seorang raja bajak laut," ujar Sanji tersenyum yang diikuti oleh teriakan 'Yosha' dari yang lainnya.

"Yaahh... kurasa itulah konsekuensinya bila berada dalam kru seorang kaizoku-ou," canda Nami.

Mungkin orang kedua yang begitu senang saat sampai ke pulau terakhir ini adalah Nami. Karena akhirnya, cita-citanya untuk menggambar peta dunia berhasil terwujud.

Dia pun senang karena bisa menggunkan kemampuannya dalam navigasi itu untuk menjadikan senchou-nya sebagai raja para bajak laut. Perjuangannya untuk belajar menjadi navigator yang hebat selama 2 tahun di Weatheria akhirnya terbayarkan lunas.

Saat Thousand Sunny berlabuh di Raftel, sang senchou-lah yang pertama kali menginjakkan kakinya di pulau tersebut. Senyuman khasnya tak pernah lepas dari wajahnya.

Topi jerami kesayangannya pun tak pernah meninggalkan kepalanya. Bagaikan sebuah mahkota untuk sang raja bajak laut yang baru ini.

Luffy pun membalikkan badannya dan mendapati nakama-nya yang sedang mengamati pulau tersebut dari pesisir pantai, tapi tak jauh dari Sunny-go.

Ada Zoro yang berdiri disamping Usopp dan Chopper yang sedang menangis bahagia sambil tertawa. Sanji yang mengamati macam tanaman baru yang (mungkin) bisa dijadikannya bahan masakan.

Brook yang sedang memainkan gitarnya dengan Franky sebagai penari latarnya. Dan Nami dan Robin yang tersenyum geli melihat kelakuan nakama mereka itu.

"MIIIINNNAAAA~"

Tiba-tiba, suara teriakan dari sang senchou membuat mereka berhenti sejenak dari kegiatannya tadi dan mengalihkan perhatian mereka ke arah sang raja bajak laut yang baru itu.

"Selama ini hontou ni arigatou. Tanpa kalian semua aku pasti takkan bisa sampai disini. Hontou ni arigatou gozaimasu minna~" ucapnya dengan grins khasnya.

"Itulah gunanya seorang nakama," ucap Usopp dengan menunjuk dirinya dengan bangga dan diikuti dengan suara tawa dari nakama-nya.

"Dan juga..." semua terdiam sejenak.

Sang senchou perlahan berjalan menuju ke arah navigatornya dan berhenti saat jarak mereka begitu dekat. Keduanya saling menatap satu sama lain. Luffy menatap Nami sambil tersenyum dan Nami membalasnya dengan senyuman manisnya.

Mungkin yang lain tak menyadarinya, namun Robin yang berdiri di samping Nami dapat melihatnya dengan jelas, semburat merah yang menempel di pipi gadis pecinta mikan itu

"Nami... mungkin tanpa kau aku takkan bisa sampai disini. Berkat kemampuanmu kami berhasil melewati berbagai bahaya. Kau memang yang terbaik, Nami."

Wajah Nami memerah. Dia langsung memalingkan wajahnya ke samping agar tak terlihat kaptennya. Tapi sialnya, dia memalingkan wajahnya ke kiri dimana sang koki kapal berada, dan Sanji dapat melihatnya dengan jelas wajah 'Nami-swan'nya yang makin memerah.

"Mm-mm... arigatou, Luffy."

Saat Luffy tak mengatakan sepatah katapun, Nami pikir Luffy akan segera beranjak. Tapi saat dia merasakan sesuatu menempel di kepalanya, Nami mau tak mau mengangkat wajahnya.

"L-Luffy! A-a-apa y-yang..."

Sebuah topi jerami yang sangat dikenalnya itu kini bertengger di kepala gadis berambut orange itu.

"Shishishishi...Nami, mulai sekarang kau adalah ratu bajak lautku."

.

.

.

.

.

.

.

.

"EEEEEHHHHHH?!"

Seluruh kru (minus Robin yang hanya terkekeh kecil) tak dapat mempercayai apa yang baru saja mereka dengar. Sepertinya telinga mereka sedikit kacau karena badai yang menerpa mereka tadi.

Tapi, saat Luffy tiba-tiba saja memeluk Nami, mereka yakin ini adalah kenyataan.

"L-Lu-Luffy!" wajah Nami kini telah berubah warna seperti vest milik Luffy. Dan jantungnya berdetak begitu kencangnya hingga mungkin Luffy dapat mendengarnya.

"Shishishishi... kau lucu sekali, Nami. Kenapa wajahmu memerah?"

Nami sudah tak dapat berbicara apa-apa lagi. Orang yang diam-diam disukainya kini memeluknya dan menyatakan bahwa dirinya adalah ratu bajak lautnya.

Sementara itu...

Melihat 'adegan' kecil namun (agak) romantis itu ternyata memang membuat Sanji naik darah. Kalau bukan karena Cien Fleur milik Robin dan Zoro yang menahannya (baca: menginjaknya) mungkin sang senchou bakalan dipenuhi luka bakar oleh Diable Jamble milik Sanji.

"Robin-chwaan~ kenapa kau menahanku?"

"Karena kalau tidak kau pasti akan menghajar Luffy, ero-cook," jawab Zoro singkat, padat, dan jelas dengan nada mengejek.

"DIAM KAU MARIMO!"

Disisi lain, Luffy melonggarkan sedikit pelukannya agar dia dapat melihat wajah gadis tersebut. Bukannya memperlihatkan wajahnya tapi Nami makin menutupi wajah merahnya dengan topi jerami Luffy.

"Nami~ kalau kau begitu aku tak bisa melihat wajahmu."

"T-tapi... a-aku m-ma..."

"Kalau kau tak mau, aku sendiri yang akan mengangkatnya," Nami tak sempat bereaksi saat bagian depan topi itu terangkat dan menunjukkan wajahnya yang telah seperti kepiting rebus.

Uwaah... dia melihat wajah merahku, batin Nami.

"Shishishishi... kalau begini aku bisa melihat wajah cantikmu dengan jelas, Nami," ucapan Luffy tadi jelas makin membuat Nami (bahkan nakama lainnya) terkejut.

C-ca-cantik? Sejak kapan Luffy menyebut wajahku cantik?

Saat mereka semua masih terbengong dengan pernyataan Luffy tadi, mereka tak menyadari seseorang yang berada dibalik semak-semak, tepat dibelakang Luffy.

Dan walaupun ada 3 orang pengguna Haki di kru ini, namun tak seorang pun menyadari keberadaan orang tersebut. Mereka masih larut dalam kebahagian mereka sendiri (minus Sanji yang masih terikat Cien Fleur) sambil melihat adegan 'lovey-dovey' antara kapten dan navigator mereka.

Merasa tak seorang pun yang menyadari keberadaannya, pria itu mulai membidikkan senjatanya ke punggung pria dengan bounty 400 juta berri. Dan setelah mendapatkan bidikan yang pas, tak hitung satu detik pun pria itu langsung menarik pelatuknya.

Tanpa diketahui pria itu, ada satu orang yang sempat melihatnya. Dia sempat melihat pantulan cahaya yang berasal dari semak-semak dibelakang Luffy dan saat dia mendengar suara pelatuk yang ditarik ...

.

.

.

.

.

.

"LUFFY AWAS!"

.

.

.

.

.

DORRR!

Seluruh pasang mata tertuju ke asal suara tembakan tersebut. Sanji, yang akhirnya terlepas dari belenggu Hana Hana no mi, langsung mencari sang penembak, diikuti dengan Zoro. Dan tak butuh waktu lama bagi mereka untuk menemukannya.

Namun, saat mereka menemukan tempat persembunyiannya, ternyata si pelaku telah mati dengan luka disekujur tubuhnya. Dari pakaiannya pria itu ternyata adalah anggota angkatan laut yang mungkin mereka temui saat pertarungan terakhir mereka tadi.

"Sialan! Kenapa ada angkatan laut ditempat ini!?" gerutu Sanji.

"Mungkin dia anak buah dari kapal angkatan laut yang tadi kita lawan," ucap Zoro.

Sanji berjongkok didepan mayat pria itu dan menemukan sebuah pistol yang tak berisi lagi.

"Khe... kalau cuma pistol biasa takkan berpengaruh pada Luffy," saat Sanji berdiri dan menghadap ke arah yang ditunjukkan oleh pistol tadi, matanya membulat besar.

Memang senjata itu mengarah pada Luffy dan Luffy tepat menghalangi Nami dari bidikan senjata itu. Tapi, apa yang Sanji pikirkan tidaklah seperti itu.

Karena, yang terkena peluru dari pria brengsek yang telah mati ini...

.

.

.

.

.

Adalah Nami.

END FLASHBACK


Saat itu, yang dapat Luffy lakukan hanya berteriak memanggil nama gadis itu. Namun, tak satupun jawaban diterimanya.

Sesaat setelah Luffy mendengar suara tembakan itu, dia langsung sadar akan adanya orang yang ingin menembakinya. Dia mengesampingkan hal itu karena dia tahu peluru takkan mempan terhadapnya.

Tapi, saat Nami berlari ke belakangnya yang berakhir dengan Nami-lah yang menerima tembakan itu, otaknya langsung terasa kosong.

Dengan sigap, Luffy menangkap tubuh Nami yang hampir saja jatuh menyetuh tanah. Darah mengucur dari luka tembakannya, tubuhnya bergetar dan dingin!

Saat Chopper bilang peluru yang digunakan mengandung racun mereka langsung membawa Nami ke ruang perawatan Sunny.

"Nami..." lagi-lagi dia mencoba memanggil nama gadis itu.

"Kenapa kau melakukan hal ceroboh begitu?!" lagi-lagi tak ada respon.

"Apanya yang kaizoku-ou kalau aku tidak bisa melindung nakama-ku sendiri!?" geramnya.

Dipandanginya topi jerami kesayangannya yang berada di samping kepala Nami. Sejak Nami dibawa kemari, dia meletakkan topi itu didekat Nami untuk menemaninya. Karena baginya, Nami adalah orang yang sangat berarti baginya.

TOK TOK TOK

Suara decitan pintu yang dibuka tetap tidak mengalihkan pandangan Luffy dari gadis yang terbaring lemah itu.

"Luffy, semua menunggumu di ruang makan," ucap Robin.

"Gomen Robin, tapi aku tak mau meninggalkan Nami sendirian disini," jawab kaptennya.

Robin hanya bisa mendesah pelan. Sejak kejadian itu, senchou-nya tak pernah sedetikpun meninggalkan ruangan ini. Sepanjang waktu dia terus menemani sang navigator kesayangannya.

Robin mendekati Luffy dan menepuk pelan pundaknya. "Tenang saja, Nami akan kujaga. Kau pergi makan dulu."

Awalnya Luffy ragu, namun akhirnya dia mengiyakan permintaan wanita yang jauh lebih tua darinya itu.

"Baiklah. Nami kutitipkan padamu, Robin," dan sang senchou pun membawa langkah kakinya menuju ke ruang makan, dimana nakama-nya yang lain sedang menunggunya.

.

.

.

.

.

TO BE CONTINUE

.

.

.

.

.


Preview Next Chapter:

"JANGAN KAU PIKIR HANYA KAU YANG MERASA BERSALAH!"

"Syukurlah kau sudah sadar, Nami."

"Robin... siapa orang itu..."


~oOo~


Bla-bla-bla Author:

Uwaah~ sudah lama banget sejak terakhir kali saya buat fic LuNa! Saat melihat fic buat pair yang satu ini masiiiiiiih sedikit, otak saya pun entah kenapa mendapat durian runtuh(?) dan jadilah fic ini XD

Buat Namikaze Uchiha yang request fic LuNa, ini sudah saya buatin. Gomen ne lama banget buat saya bikin nih fic. Soalnya selama bulan Desember saya sibuk melulu! Oya... soal Romance-nya nanti bakalan ada kok, tapi nanti chapter kedepannya.

Akhir kata... mohon reviewnya minna~

Sependek apapun bolehlah saya hargai semua komentar dari teman-teman author dan annonymus semuanya. Flame bisa saja tapi yang membangun boleh kok.

Arigatou minna~ :D