Disclaimer : EXO punya agensi mereka, diri mereka, dan orang tua mereka masing masing.

Genre : Romance, Fantasy.

Rating : M karena tema dan bahasa, tidak sampai beradegan NC.

Warning : Yaoi, crack-pair, membahas makhluk mitologi.

Note : Kali ini aku sangat sangat tidak tenang.

+Nimfa+

Luhan gelisah, sama sekali tidak ada tenang tenangnya, bagaimana kalau Kris akan melakukan apa yang Heracles lakukan. Kris sendiri sedang duduk bersantai di apartemennya, apartemen mereka setelah Luhan pindah kesana. Tiba tiba telepon berdering.

"Halo."

"Oh, baiklah, kau tenang saja, OK?"

"Tidak, kau akan baik baik saja, aku akan mengurusnya jadi jangan takut."

Dan telepon ditutup.

"Kenapa?" Tanya Luhan.

"Biasa, 'kecelakaan'."

"Oh, 'kecelakaan'."

Kris mengangkat gagang telepon lagi dan mulai menghubungi seseorang.

"Mau menelepon siapa?" Tanya Luhan lagi, dia mulai menjadi ingin tahu segala sesuatu tentang Kris akhir akhir ini. Kris hanya tersenyum.

"Kau mau tahu saja." Dia tertawa. "Seseorang yang bisa membereskan 'kecelakaan'."

"Memangnya kau punya orang seperti itu?"

"Tentu saja, dia dokter bedah muda yang bisa kumintai tolong kapanpun."

"Kenapa aku tidak tahu?"

Kris tertawa lagi. "Tentu saja karena dia hanya mengurusi para gadis."

"Lagipula tidak ada orang lain yang boleh mengurusmu selain aku." Dan dia menghadiahkan kecupan singkat di bibir Luhan.

"Hi, Yeol, bisakah aku buat janji?"

"Mungkin besok malam, ada 'kecelakaan' lagi, kau tahu?"

+Nimfa+

"Tentu bisa."

"Ya, besok malam datang saja ke apartemenku."

Sehun memperhatikan Chanyeol yang sedang berbicara dengan seseorang melalui telepon. Dia masih belum kembali ke apartemennya sendiri dan malah memperhatikan hal hal berbau kedokteran di apartemen Chanyeol.

"Siapa?" Tanyanya.

"Kenalanku, dia mau aku membereskan satu 'kecelakaan'."

"'Kecelakaan'?" Sehun membuat gerakan yang menggambarkan perut buncit.

"Kau pintar sekali."

Sehun tertawa. "Karena Kris selalu membicarakan tentang 'kecelakaan' di telepon"

Chanyeol menatapnya heran. "Darimana kau tahu Kris?"

"Dia muncikari-ku."

Ya ampun, dunia ini benar benar sempit.

"Dia juga kenalanku yang tadi."

"Kalau begitu dunia benar benar kecil"

+Nimfa+

Luhan memang ingin ikut karena dia ingin bertemu dengan orang lain, tapi salah satu alasan lainnya adalah dia merasa agak takut melepas Kris untuk hanya pergi mengurus pekerjaannya beberapa hari belakangan ini dan dia selalu terpikirkan nama Heracles, bagaimana kalau Kris melakukan hal yang Heracles lakukan?

Gadis yang didampingi Kris, dan dirinya tentunya, kali ini adalah gadis Korea yang manis, kulit putih susu, tinggi, langsing, dan juga cantik. Dia tidak terlihat baru saja mengalami 'kecelakaan'. Luhan berjalan di belakangnya dan Kris di depan gadis itu walaupun gadis itu sama sekali tidak mengenal dirinya. Kris di depan mereka membunyikan bel, dan Sehun membukanya.

Tunggu! Apa itu benar benar Sehun?

"Oh, Halo, silakan masuk." Katanya. Lalu Kris dan gadis itu masuk begitu saja, mengejar si dokter bedah yang bisa membereskan 'kecelakaan' di sisi lain apartemen.

Tapi Luhan tertinggal di sebelah Sehun dengan pandangan bertanya tanya.

"Sehunnie?"

"Hai, Xiao Lu."

"Bagaimana kau bisa ada di sini?"

"Apartemenku ada di sebelah dan Chanyeol adalah orang yang menyelamatkanku dan diculik nimfa, dunia yang kecil bukan?"

Diculik nimfa? Nimfa?

"Kau bertemu nimfa?"

"Seperti itulah, mungkin itu sebenarnya yang terjadi pada Kai. Maaf aku pernah tidak mempercayai ucapanmu."

"Tidak apa apa."

Nimfa yang menculik, nimfa air tawar, nimfa yang nyaris menculik Sehun kalau Chanyeol, sepertinya adalah nama si dokter bedah, tidak menyelamatkannya, mungkin jaga nimfa yang sama dengan yang menculik Kai.

Kai.

Adakah yang merindukannya?

Setelah Sehun jelas jelas mengatakan bahwa dia merindukan Kai, Luhan juga jadi merasa Kris sama rindunya pada Kai karena sebenarnya mereka sudah jadi seperti sebuah keluarga kecil yang menguatkan. Dan tanpa Luhan ketahui Kai adalah orang yang paling lama ada di sebelah Kris.

Kris menghela napas. "Tidakkah kau merindukan Kai?"

"Tentu aku rindu, Kris."

"Aku ingin mencarinya lagi." Kata Kris. Dia bukannya tidak mencari Kai, dia sudah mengerahkan usaha semampunya untuk menemukan Kai, tapi tidak dengan polisi, mereka justru bisa mempersulitnya.

"Kali ini aku akan mencari sendiri." Kata Kris lagi.

Heracles.

Saat itulah Luhan sadar bahwa saat ini Kris adalah Heracles yang mat matian mencari Hylas-nya yang diculik nimfa air tawar. Satu bagian dari kisah panjang Jason dan The Argonauts.

"Heracles, Heracles." Kata Luhan, dia menjatuhkan dirinya pada pelukan Kris. Inikah arti dari rasa gelisahnya belakangan ini?

Kris mengeratkan pelukannya pada Luhan, tapi masih mengingat ingat sosok Kai sebagai sahabat karib yang terkarib karibnya.

"Jika aku adalah salah satu dari The Argonauts, aku akan merasa sangat rugi bila kehilangan Heracles. Dan aku sendiripun akan sangat sedih kalau kau sama saja dengan Heracles, pergi mencari Hylas-nya" Kata Luhan.

Tapi Kris tidak bisa menelannya mentah mentah, bagaimanapun juga Kai adalah sahabatnya, anak kucing malang yang dia temukan di malam hujan dimana dia masih ada di titik nol sebuah kesuksesan. "Dia itu temanku, Lu."

Luhan melepas pelukannya. "Aku tidak bisa memaksa." Dan dia menjauh dari Kris .

Luhan itu kekasihnya, Kai itu sahabatnya, tentulah dia ingin mempertahankan keduanya walau beberapa orang bilang kawan adalah lawan yang belum menyerang, sebenarnya Kris sendiri hanya ingin bertemu dengan orang yang bisa menemaninya sebagai seorang teman selamanya di dunia ini.

"Kau marah?"

"Tidak, aku hanya takut."

"Kenapa kau harus takut?"

"Aku takut kalau sebenarnya aku ada di tempat yang sama dengan The Argonauts yang akan kehilangan Heraclesnya yang mencari Hylas."

"Tapi bagaimana kalau aku bukan Heraclesnya?"

"Kau adalah Heraclesnya, Kris, Kai Hylasnya, buktinya dia diculik nimfa."

"Tapi bagaimana kalau sebenarnya Kai tidak diculik nimfa?"

"Kalau begitu seharusnya orang orangmu sudah menemukannya dari dulu."

Kris mengelus kepala Luhan perlahan, dia tahu cepat atau lambat dia harus mengorbankan sesuatu, dalam kasus ini dia harus mengorbankan Kai. "Aku akan menurutimu."

"Sudah aku bilang aku tidak memaksa."

"Lu." Kris memanggil namanya lirih, dia juga memandang dalam dalam mata Luhan, kalau sudah begini Luhan tidak akan bisa mengelak lagi, dia bahkan tidak bicara. Ini adalah salah satu sihir Kris yang bekerja efektif padanya.

+Nimfa+

Seoul, Sesosok mayat ditemukan hanyut terbawa arus Sungai Han pada Minggu (10/3) sore. Mayat korban pertama kali ditemukan warga yang ketika itu sedang bertamasya di pinggir Sungai Han. Warga kemudian menghubungi petugas, berselang beberapa saat kemudian petugas menuju ke lokasi ditemukannya mayat. Petugas menyatakan mayat ditemukan dengan pakaian lengkap namun tanpa tanda pengenal. Saat ini petugas masih kesulitan memperkirakan waktu dan sebab kematian mayat. Kasus ini masih ditangani oleh pihak berwajib dengan meminta keterangan warga.

Kris menurunkan surat kabar yang dibacanya pagi itu, sontak membuat Luhan terheran. "Ada apa, Kris?" Tanyanya. Tapi Kris masih terdiam, jadi dia mengintip apa yang Kris baca di surat kabar itu.

"Aku jarang membaca berita seperti ini akhir akhir ini, tidakkah kau merasa ada yang aneh?" Tanya Luhan. Dia membuang artikel itu jauh jauh dari pikirannya dan menggantinya dengan Kai dan semua pengetahuannya tentang nimfa, tapi satu yang dia tidak tahu adalah seperti apa nasib orang yang diculik nimfa.

"Mau memeriksa apa dia Kai atau bukan?" Tanyanya. Ada banyak kemungkinan yang bermain di otaknya dan dia terbiasa memikirkan konsekuensi terburuk, sepertinya ini adalah akhir dari nasib orang yang diculik nimfa walaupun dia tetap tidak tahu pasti.

Kris itu terkejut dan sesuatu dalam dirinya bilang kalau yang diberitakan di surat kabar itu adalah Kai, tapi dia tidak punya pilihan lain selain memeriksanya sendiri. "Iya, kita harus memeriksanya."

+FIN+

Note(lagi) : Jadi inilah akhirnya menurutku, tapi kalau ada yang tidak suka silakan dibayangkan sendiri, aku telah memberi celah dengan menggantung akhir ceritanya. Dan untuk yang terakhir ini aku ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya pada readers membuat view fic ini jadi makin banyak tiap harinya, juga memberi review review manis sebagai bahan bakar untuk menulis, Terima kasih.