Disclaimer : EXO punya agensi mereka, diri mereka, dan orang tua mereka masing masing.

Pair : Kai/Nymph!Suho.

Genre : Romance, Fantasy.

Rating : M karena tema dan bahasa, tidak sampai beradegan NC.

Warning : Yaoi, crack-pair, membahas makhluk mitologi.

+Nimfa+

Dia membuka pintu apartemennya yang tidak pernah terkunci, memangnya dia punya barang berharga yang bisa dicuri? Sama sekali tidak, dia hanya manusia rendah.

Dia menanggalkan bajunya sambil berjalan menuju kamar mandi, dia tidak perlu malu lagi karena setiap malah dia juga melakukan hal yang sama di depan orang lain. Setiap langkahnya terasa seperti langkah menuju surga, begini saja sudah sedikit melegakannya, bagaimana kalau dia benar benar berhenti.

Dia berkaca, wajahnya datar seperti biasa sejak dia menyembunyikan perasaannya, tubuhnya masih terpahat indah seperti saat ia memutuskan untuk mempelajari tarian lebih dalam, tapi tarian sebenarnya untuk apa kalau dia justru berakhir seperti ini, dari panggung ke ranjang, menyisakan tumpukan harta dan bekas kemerahan setelahnya. Dia ingin melupakan semuanya, menenggelamkan dirinya pada laut yang luas, tempat dimana dosanya tidak terlihat.

Dia berbaring manatap langit langit kamarnya, dia melakukannya lagi, hal rendahan yang dia lakukan seperti hari hari sebelumnya untuk bertahan hidup, hanya untuk bertahan hidup. Dia menemui banyak orang, pengusaha yang menghamburkan uang sampai orang yang hanya penasaran, di antara mereka tidak ada yang menarik perhatiannya, semuanya telah membaur menjadikan manusia sangat hina di matanya, tapi dirinya lebih hina lagi di matanya sendiri.

Laki laki, perempuan, tidak ada bedanya lagi, mereka semua pernah menyentuhnya dengan sentuhan yang paling intim, tapi dia tidak menikmatinya, dia ingin melupakannya, mungkin terjun dari gedung apartemennya adalah pilihan yang menyenangkan, lalu teronggok di tanah sebagai seseorang yang tidak bisa lagi di kenali, terdengar menyakitkan dan sadis, dia tertawa, menurutnya itu menyenangkan.

Dia merasa tidak berguna lagi, jadi orang cuma bisa menjual diri, murahan bukan? Sebenarnya dia ingin berhenti, tapi dia pasti akan mati dalam waktu sebulan. Dia tertawa lagi, bukankah mati dalam waktu sebulan itu menyenangkan, tapi sepertinya itu terlalu lama untuknya, dia ingin mati sekarang.

Angin berhembus dari balkon, mengundangnya untuk menikmati angin di tempat itu. Dia mengangkat tubuhnya dan berjalan menuju balkon.

Napasnya seakan berhenti.

Mata hitam yang indah menatapnya, surai surai kemerahan sedikit menutupi mata itu, sosok itu terlalu indah bila disebut manusia. Tubuhnya mungil, tanpa sehelai benangpun untuk menutupinya, meringkuk menghangatkan diri. Dia menengadah saat didekati, tangan mungilnya menggapai tangan yang jauh ebih lebar darinya, menunjukan seberapa kontras warna kulitnya yang seputih susu dengan pemilik kulit kecoklatan di hadapannya ini.

Setelahnya mereka menghilang

+Nimfa+

"Kenapa dia tidak bisa dihubungi?" Tanya Kris, tangannya masih sibuk dengan telepon genggamnya.

"Siapa, Duizhang?" Tanya Luhan, dia mengalungkan tangannya di leher Kris yang hampir sepuluh senti lebih tinggi darinya.

"Kai." Jawab Kris singkat, dia membiarkan Luhan makin merapatkan pelukannya.

"Kenapa memikirkan dia?" Tanya Luhan, Kris mendorongnya menjauh.

"Jangan gila, rusa. Tentu saja aku membutuhkannya."

Luhan cemberut, benar benar seperti anak kecil, saat Kris bicara sekasar itu dengannya. "Ayolah, Duizhang. Tidakkah kau ingin bermain denganku?" Katanya, dia kembali menggoda Kris, tapi Kris Nampak sama sekali tidak tergoda. "Jadi berhentilah mencarinya." Luhan mengelus pipi Kris dan perlahan menciumnya.

"Dia mungkin sudah diculik nimfa." Kalimat Luhan yang terakhir itu membuat Sehun tertarik, dia sudah ada disana sejak awal, memfokuskan diri pada majalah fashion dan mengabaikan aksi tidak senonoh Luhan.

"Kau terlalu percaya pada tahayul." Dia akhirnya buka suara.

"Itu mitologi."

"Sama saja menurutku."

"Kalian bisa diam tidak?" Tanya Kris ketus walaupun tangannya ada di pinggang Luhan.

"Dan kau pergilah, jangan buang buang tenagamu, sebentar lagi kau akan dijemput." Kris mendorong Luhan menjauh dari tubuhnya lagi sementara Luhan sendiri masih berusaha menggapai tubuh Kris lagi.

"Ya sudah, aku main dengan Sehunnie saja." Luhan akhirnya menyerah untuk menaklukan Kris, dia kini duduk dipangkuan Sehun yang dengan senang hati merengkuhnya ke dalam pelukan.

"Kalau ada Kai kita bisa main bertiga, pokoknya kalian harus memuaskanku." Kata Luhan.

"Memangnya Sehun saja belum cukup yah, Xiao Lu?" Tanya Sehun, mengeluarkan pesona kekanakannya yang dapat meluluhkan hati siapapun, yang masih memiliki hati tentunya.

Luhan berpikir sejenak, juga dalam pesona kekanakan seperti Sehun, membuat Kris bingung kenapa anak buahnya justru seperti ini, sikap tidak berdosa mereka berbanding terbalik dengan perkerjaan mereka. "Cukup kok." Kata Luhan, dia mengalungkan tangannya di leher Sehun. "Kan, cuman Sehun yang aku izinkan mengeluarkannya di dalamku tanpa pelindung."

Kris memutar matanya, dua orang di hadapannya ini tahu bagaimana membuat orang panas hanya dengan menatap mereka dengan tingkah mereka yang kekanakan seakan mengatakan kalau mereka masihlah sangat polos, seperti murid sekolah menengah yang melakukannya untuk pertama kali.

"Dan aku tidak akan pernah mengizinkanmu melakukannya dengan pelindung padaku." Kata Luhan. Ya ampun, pembicaraan mereka sudah masuk taraf tidak senonoh.

"Bisakah kalian berhenti membicarakan hal itu?" Kalau tidak dihentikan mungkin mereka bisa melakukannya disini saat ini juga.

Sehun dan Luhan memisahkan diri, tahu batas mungkin. Sehun kembali membolak balik halaman majalahnya sementara Luhan meneguk winenya lagi. Kris melirik jam tangannya, dia sudah menyerah untuk menghubungi Kai.

"Nimfa itu seperti apa?" Bisik Kris, Luhan melirik kearahnya, bisikan itu terdengar jelas di telinganya.

"Ah?" Tapi Luhan tetap butuh pengulangan, agar jelas apa yang Kris tanyakan.

"Nimfa, Xiao Lu. Mereka itu sebenarnya apa?"

"Makhluk mitologi, mereka bisa menculikmu kalau kau terpikat pada pesona mereka." Kris mengangguk. Terpikat pada pesona mereka? Mungkin mirip dengan terpikat pada pesona kekanakan Luhan dan Sehun, banyak orang yang begitu, kan? Sampai kantungnya selalu penuh.

"Menurutku yang menculik Kai adalah nimfa yang tinggal di air tawar. Kau tahu kan, sungai Han." Kris tentu tahu gedung apartemen Kai berada di dekat sungai yang tersohor itu. Kris memejamkan mata, mencerna apa yang dikatakan Luhan.

"Nimfa itu ada atau tidak, yah?"

+FIN+