WALK ON VANITY RUINS
by Foetida
Semua karakter Resident Evil yang ada dalam cerita ini adalah milik CAPCOM
Peringatan : Mengandung spoiler RE6
.
.
.
"You saved me... You know that, don't you?"
"Thank you."
.
.
.
CHAPTER 1 : OVERTURE
.
.
Matahari pagi berangsur terbit saat Sherry mencoba berdiri sambil memicingkan mata, menerawang jauh ke hamparan samudra untuk kesekian kalinya. Sudah beberapa saat berlalu sejak mereka sampai di permukaan laut, namun belum ada tanda-tanda akan adanya jemputan atau setidaknya tumpangan bagi mereka untuk bisa kembali. Berkali-kali pula ia meriksa ponselnya, mencoba melakukan kontak kepada F.O.S. atau siapa saja yang mampu menjangkaunya namun sayangnya nihil. Pasca ledakan mungkin membuat saluran komunikasi sedikit bermasalah.
"Kupikir kau ini agen pemerintah." Di belakangnya, Jake bersandar malas pada sebuah dinding, ia mencoba meyakinkan Sherry bahwa usaha yang dilakukannya sia-sia, "Ini sudah hampir pagi tapi tak ada tanda-tanda seorang rekanpun yang mencoba mencarimu."
Sherry hanya menoleh sebentar ke arah Jake tanpa menatap matanya, lalu segera kembali berkutat dengan ponselnya.
"Setidaknya aku sedang berusaha menghubungi mereka." Ia menjawab tanpa menggubris kata-katanya. Jake yang mendengar itu hanya menghela nafas, lalu bangkit dengan ogah-ogahan dan mencoba memeriksa kembali setiap sudut bangunan tempat mereka berada saat ini jika mungkin ada yang berguna.
Yang Sherry inginkan saat ini hanyalah segera beranjak dari tempat itu secepat mungkin. Tertahan berdua dengan Jake saat ini membuatnya pikirannya tak menentu, karena sejak mereka sampai di permukaan Sherry tak sanggup untuk menatap wajah apalagi matanya secara langsung. Di kepalanya masih terngiang kata-kata Jake ketika mereka berada di atas lift berkecepatan tinggi seusai mengalahkan Ustanak, dan ia masih belum sepenuhnya mengerti maksud ucapan tersebut.
Aku? Menyelamatkannya? Apa yang dia bicarakan?
Sherry mencoba memutar kembali ingatannya, sepanjang yang ia tahu justru dirinyalah yang berkali-kali diselamatkan oleh Jake. Saat mereka diserang di kabin, yah, mungkin awalnya ia berpikir Jake yang akan menyerangnya, tapi ternyata ia salah mengira. Ketika mereka mencoba kabur dari lab facility di China, ia yakin bahwa gun camera yang membantunya selama pelarian adalah pria itu.
Saat Jake berhasil mengkapnya kembali dari helikopter musuh yang mencoba mengejar mereka, saat Ustanak mencoba membunuh mereka di awal pertemuan dengan Leon dan partnernya, ketika Simmons memerintahkan anak buahnya untuk menyingkirkan mereka, dan sesaat setelah itu ketika para J'avo mencoba memisahkan mereka yang berusaha melawan, Sherry tahu Jake mati-matian berusaha membuka jalan menyingkirkan mereka untuk menolongnya, ia bisa merasakan bahwa emosinya saat itu meluap melihat wanita berambut pirang yang ada diseberangnya memberontak, mencoba meraihnya sambil meneriakkan nama pria itu dengan putus asa, meskipun pada akhirnya mereka tetap tak berdaya.
Dan ia masih mengingat setiap sentuhannya, ketika tangan kuat pria yang lebih muda itu menarik tangan kecilnya, ketika badannya yang bidang mencoba melindunginya dari setiap serangan dan ketika mereka terhempas, ia bisa merasakan kehangatan suhu tubuhnya saat itu. Bahkan saat ia kesulitan menstabilkan bidikannya pada Ustanak di saat terakhir, tangan Jakelah yang membantunya agar tetap kokoh hingga berhasil menembakkan satu peluru yang mengakhiri semuanya.
Itu semua adalah Jake, bukan dirinya.
Karena itulah ketika Jake berkata bahwa ia telah menyelamatkannya, Sherry hanya membisu meskipun mulutnya terbuka untuk mencoba mengatakan sesuatu. Keduanya terdiam sejenak hingga Jake memutuskan mengakhirinya dengan sebuah kata terima kasih. Sherry tak menyangka bahwa kata-kata tersebut bisa keluar dari mulut seorang Jake Muller. Ia hanya memandang pria berambut kemerahan itu tanpa suara, jarak diantara mereka, tatapan serta sorot matanya membuat wanita itu terpaku kemudian tersenyum, hingga tangan kecilnya bergerak untuk menggenggam tangan Jake. Dan ia bisa merasakan kehangatan tangan itu menembus kulitnya hingga sekarang.
Seharusnya dialah yang berterima kasih.
"Sepertinya tempat ini sudah benar-benar ditinggalkan." Sherry terhenyak dari lamunan singkatnya ketika mendengar suara Jake.
"Bahkan tower ini pun sudah tidak berfungsi lagi." Nada suaranya terdengar kesal saat menendang dasar pondasi bongkahan besi tersebut lalu mendongak ke atas melihat ke ujung menara yang lampu suarnya tak bergeming.
Lift yang mereka gunakan untuk menyelamatkan diri dari underwater facility itu ternyata membawa mereka ke sebuah shelter di permukaan perairan Cina. Dari tata letak serta bentuk bangunannya, sepertinya tempat itu menjadi sebuah pelabuhan transit maupun stasiun pengiriman untuk fasilitas tersebut, beberapa kargo dan material masih tersisa-terbengkalai di samping dek maupun rel. Namun setelah apa yang sudah terjadi, aktifitas di bawah sana tak mungkin masih berlangsung. Untungnya ledakan itu tidak cukup cepat untuk turut serta melahap mereka dan masih menyisakan tempat ini untuk bertahan. Terasing dari daratan dengan hanya penanda sebuah tower yang tidak terlalu tinggi dan tidak berfungsi lagi, memang bukan tempat yang nyaman, tapi setidaknya mereka tidak harus berenang di tengah lautan.
Berenang? Itu mungkin pilihan terakhir dan juga ide terburuk. Jake melihat sekeliling mereka, jauhnya jarak daratan yang terlihat dari sana membuatnya ragu-ragu untuk mengambil keputusan tersebut. Ia baru saja akan mengutarakan ide buruk itu pada Sherry ketika sebuah suara terdengar dari kejauhan. Keduanya spontan mencari arah suara tersebut berasal, sebuah suara bising yang familiar dan mereka tunggu.
"Akhirnya. Apakah itu rekanmu?" Jake bertanya sambil menunjuk sebuah helikopter yang semakin mendekat ke arah mereka.
"Aku tidak tahu." Sherry memicingkan mata mencoba melihat lebih jelas. Ia tidak yakin karena sinar matahari pagi membuatnya silau, "Tapi kita bisa meminta bantuan."
Mereka harus melindungi diri dari terpaan angin kencang baling-baling saat helikopter tersebut akhirnya berada di atas mereka. Sebuah lambang lingkaran bersayap biru bertuliskan D.S.O. tertera pada badan bawahnya.
"Well, mungkin tadi aku salah. Enam bulan kau menghilang, mereka pastinya sangat merindukanmu sekarang." Jake menyeringai ke arah Sherry yang masih menengadah mencoba mencari tahu siapa yang berada di dalam sana.
"Agen Birkin?" Sebuah pertanyaan terdengar dari radio siar. Sherry masih belum bisa tahu siapa yang bertanya, hanya bisa memastikan bahwa itu suara seorang laki-laki.
"Dan, Mr. Muller?"
Sherry kembali melirik Jake dari sudut matanya sementara pria yang dimaksud hanya mengangkat bahu dan tangannya sambil membuang muka saat mendengar namanya disebut. Pertanyaan mereka tentang Jake membuatnya sedikit resah, apakah kali ini mereka aman? Dikhianati oleh Simmons membuatnya jadi lebih waspada akan siapa saja yang mereka temui setelah itu. Ia sangat berharap kali ini mereka berada di tempat yang tepat, tapi sekarang ia hanya bisa menyimpan semua pertanyaan itu untuk lain waktu, sekarang ia hanya ingin beranjak dari tempat itu secepatnya.
"Senang melihat kalian baik-baik saja." Ketika sebuah tangga diturunkan dari dalam helikopter sebagai tanda bahwa mereka akhirnya bisa meninggalkan tempat itu, Jake segera menghampirinya sambil berlalu pada Sherry.
"Ayo, super girl, kau pasti tak mau berlama-lama lagi disini." Ia mengisyaratkan pada Sherry sembari menapakkan kakinya pada ruas tangga dan memberikan tangannya untuk membantu wanita itu naik. Sherry mencoba meraih tangan Jake dengan masih berusaha untuk tidak menatap matanya, berharap Jake tidak menyadarinya hingga mereka berdua berada dalam helikopter yang telah siap mengudara.
"Mereka berdua selamat." Pernyataan itu menandakan keberangkatan mereka.
"Kami dalam perjalanan kembali menuju evac-point sekarang."
.
.
.
TBC?
Author's Note:
Ngg…
*Gatau harus ngomong apaan*
Jadi… Akhirnya saya putusakan untuk menulis setelah sekian waktu cuma baca-baca & review aja, yang artinya ini adalah fic pertama saya. Terima kasih kepada Jitan88 yang telah mendukung & memberi dorongan buat nulis. Saya akhirnya sadar kalau nulis cerita tuh ternyata susah juga ya… *kepala berasap*
Saya memulai dengan Jake & Sherry karena ini memang pairing favorit saya, dan karena ini masih awal atau sekedar prolog, jadi mungkin belum kelihatan inti ceritanya ya.
Karena berhubung masih newbie, pastilah ada yang namanya kekurangan. Dan kalau ada yang kebetulan baca cerita ini (kalau ada), saya sangat berharap & akan sangat sangat berterima kasih kalau sekalian mau meninggalkan masukan, saran, cercaan ataupun sekedar kesan, yang akan sangat berpengaruh pada keberlanjutan cerita ini. Terima kasih sekali lagi.
Salam kenal,
-foe-