Disclaimer © Masashi Kishimoto

Author © Keiji Wolf

Pairing : Naruto and sasuke

Genre : Romance, hurt, action mungkin?

Rate : M

Warning : Typo (maybe), EYD (maybe), YAOI (pasti), LIME (belum muncul sih)

DON'T LIKE DON'T READ

Kalo gak suka gak usah dibaca. Langsung klik aja gambar (X) di pojok kanan atas atau klik undo di pojok kiri atas.


Shadow Moon


"Aroma tubuhmu, masih sama seperti pertama kita bertemu, citrus… masihkah kau ingat aromaku?" Tanya seorang pria berumur 20th itu dengan tangan yang mendekap tubuh seorang pemuda bersurai kuning.

"Kau gila! Dasar Teme, lepaskan aku!" Ucap Naruto meronta, mata safirnya sempat menatap mata onyx milik Sasuke. Entahlah, mata Sasuke terlihat sedikit sayu. Menampakkan rona kesedihan. Naruto terdiam. Sebenarnya ada apa dengan Senseinya ini?

"Untuk apa kau datang ke Laboratoriumku?" Tanya Sasuke seraya melepas pelukannya lalu menempatkan dirinya di kursi sedut ruangan.

"Aku hanya…" Naruto menghentikan perkatanya. Ia mengingat kembali hal sebelum ia memutuskan untuk ke Laboratorium Kimia ini.

Flashback…

Ini hari kedua dimana Naruto masuk di sebuah sekolah elite, Konoha High School. Naruto melangkahkan kakinya menuju kelas XI- 2, dimana kelasnya berada. Ia tersenyum manis pada setiap orang yang lewati-jika-ia-kenal-, pandangannya tak sengaja bertemu dengan sosok pemuda bersurai merah, tunggu… ia menatap pemuda itu dari belakang. Mengecek apa benar itu pemuda yang ia maksud. 'Gaara! Siapa lagi! Pasti Gaara!' dengan cepat Naruto mengejarnya, menggapai tangannya. Sedikit terkejut, sang pemilik surai merah itu menatap pemuda pirang di depannya.

"Na-ruto?" Ucapnya kaget. Matanya memancarkan tanda tak percaya.

"Gaara… akhir- "Jika kau kemari untuk mencariku, lebih baik kau kembali ke Paris" Kalimat Gaara sontak berhasil mematahkan kalimat juga hati Naruto. Gaara langsung menarik tangannya dari genggaman Naruto. Mengacuhkannya, meninggalkan Naruto yang masih terdiam.

"Kenapa kau pergi tanpa selamat tinggal?" Ucap Naruto lirih, hingga hanya Naruto yang dapat mendengar rintihannya sendiri. Sungguh, ini hal paling menyakitkan yang pernah terlontar dari bibir pujaan hati, Gaara. Dulu, selama 3th hubungannya dengan Gaara, tak pernah sekalipun Gaara berucap kasar padanya. Naruto terdiam, 'Sebenarnya ada apa? Kenapa Gaara berubah padaku? Apa salahku separah itu?' Batin Naruto. Tangannya mengepal, seperti mengumpulkan semua rasa sakitnya pada kepalan tangannya.

"Naruto, Kau kenapa?" Sontak tepukan di pundak Naruto menyadarkan Naruto dari lamunannya. Sosok pemuda bersurai coklat dengan dua garis segitiga di pipinya.

Naruto Nampak terdiam sebentar, mengumpulkan semangatnya. Perlahan ia menatap Kiba dengan senyuman khasnya "Aku baik-baik saja. Ada apa?" Tanya Naruto dengan-masih- memaparkan senyuman khasnya.

"Kau terlihat sedikit tak bersemangat?" Tanya kiba, ia sempat melihat sebelumnya bahwa Naruto sempat terdiam sambil menundukkan kepala sebelum ia menepuk pundaknya.

"Bukan, hanya saja… apa kau kenal Gaara?" Naruto memandang Kiba dengan pandangan sedikit kesedihan.

"Oh, Sabaku no Gaara? Yang berambut merah itu?" Tanya Kiba memastikan. Naruto hanya mengangguk. "Dia bukannya uke dari Neji-sama? Orang yang bekerja di kantor ayahmu? Dia ketua klub musik juga" Ucap Kiba dengan ekspresi tanda Tanya.

Seketika itu mata Naruto terbelalak, merasa seribu jarum telah menusuk tubuhnya. 'Cih, ternyata begitu? Penghianatan dibalik semua yang telah ia lakukan. Benar-benar memuakkan!'

Naruto mencoba mengingat awal pertama ia dapat bertemu dengan Neji, dimana saat itu juga Gaara tengah berkunjung di kediamannya di Paris. Saat itu Neji membawa sebuah dokumen milik ayahnya, naruto sempat memperkenalkan Neji dengan Gaara. Dan juga menjamu Neji untuk sebentar saja singgah, sepertinya pertemuan itu awal dari kisah Neji dan Gaara. Setelahnya tak jarang Naruto menemukan Gaara yang sering bercanda gurau akrab dengan Neji. Namun semua rasa curiga dalam hatinya ia tepis, ia tau kalau Gaara tak akan mungkin menghianatinya. Tapi setelah beberapa bulan itu, Gaara jarang sekali menghubunginya. Jika Naruto yang menghubungi dahulu, pasti tak ada respon dari Gaara, membalas pesanpun tidak. Hingga suatu saat handphone Gaara benar-benar tak aktif, setelahnya tak ada kabar tentang pujaan hatinya itu. Hingga 2 minggu yang lalu ia mendengar dari kakanya Kyuubi jika Gaara tengah bersekolah di KHS ini. Sungguh ini sebuah penghianatan!

'Aku harus mendapat penjelasan tentang ini!' Perlahan tangan Naruto mengepal kembali, "Ada apa sebenarnya, Naruto?" Kiba mengangkat sebelah alisnya bingung akan perubahan ekspresi si blonde di depannya itu.

"Tidak" Naruto melangkah terlebih dahulu meninggalkan Kiba. Dan kiba yang heran hanya terdiam, tak mau mengganggu Naruto yang diprediksinya sedang mengalami bad mood.

Flashback off…

Dan disinilah Naruto, berdiri di sebuah ruangan yang dianggapnya sangat tabu. Kenapa? Karna itu tempat senseinya berada tentunya. Naruto masih jengkel dengan sikap ayahnya semalam, 'Pengawal apanya? Cih, menjijikkan…' tapi kenapa Naruto bisa berada disini? Jawabannya adalah karena Naruto ingin meminta bantuan dari senseinya ini. Tapi ia malah disambut dengan pelukan hangat tadi, dan seolah Sasuke telah mengenalnya dengan mengucapkan kata 'Aroma'. Mau tidak mau Naruto menahan emosinya ketika melihat mata onyx si Sasuke itu, karena entahlah, sangat sulit dijelaskan bagi Naruto. Ia mencoba merangkai kata yang ada, dengan perlahan ia mencoba menyambung kalimatnya tadi "Aku hanya ingin meminta bantuanmu" Ucap Naruto mantap.

"Seorang tuan muda sedang meminta bantuan dari kacungnya? Cih, pemuda yang manja. Selama kau punya kaki, punya tangan dan kulihat seluruh organmu masih lengkap, tak ada cacat malah! Kakukan semampumu. Jangan pernah meminta bantuan orang lain sebelum kau mencobanya sendiri!" Ucap Sasuke dengan wajah datarnya.

Mendengarnya, sontak Naruto terdiam. Rasa tidak suka, amarah dan kecewa ia pendam. "Aku benci anjing yang tak patuh pada majikannya" Ucap Naruto ketus. Tak mau kalah dengan Sasuke tentunya.

"Maka dari itu, apa yang kau harapkan dari anjing liar sepertiku?" Sekilas seringaian muncul di sudut bibir Uchiha itu.

Naruto terlihat sudah sangat jengkel, ia menggebrak meja di depanya. "Lupakan! BAKA TEME!" segera Naruto keluar dari ruangan Nista itu.

"Tunggu…" Ucap Sasuke datar. Naruto berhenti melangkahkan kakinya, berbalik menatap jalang Sasuke.

"Jangan lupa kau tutup pintunya" Ucap Sasuke datar tanpa memperdulikan ekspresi marah Naruto yang semakin memuncak.

'BLAM'

Naruto membanting pintu ruangan itu dengan keras. 'sialan si pantat ayam itu!' Batinnya.

.

.

Ruangan kelas terdengar sunyi, pasalnya sedang diadakan ulangan kimia. Siapa lagi kalau bukan Sasuke Uchiha seorang Kepala Inspektur kepolisian, senseinya serta bodyguardnya. Sungguh saat yang sangat menjengkelkan bila Naruto bertemu dengan senseinya ini. Sementara yang lain sedang mengerjakan tesnya, Naruto malah terdiam hanya menatap jendela luar. Ia sangat malas untuk mengerjakan soal itu, sebenarnya Naruto adalah murid yang tergolong pandai, namun pelajaran Kimia kali ini sangat membuat Naruto bosan. Dari pada terlalu lama, Naruto putuskan untuk segera keluar dari kelas yang terdapat 'pantat ayam' menyebalkan itu.

"Aku sudah selesai" Ucap Naruto bangkit dari hanya memandangnya heran, pasalnya cepat sekali Naruto menyelesaikan soal yang tergolong sulit itu? Kiba sedikit mengintip lembar kerja Naruto. 'A-apa-apaan itu? Dia tak mengerjakan soalnya. Apa dia mau cari mati pada sensei?' Kiba hanya menggeleng pelan.

Sasuke hanya menatap datar Naruto yang keluar dengan manisnya.

.

Naruto berjalan menuju taman belakang sekolah, taman yang indah menurutnya. Banyak tumbuhan yang indah dan berbunga yang belum pernah tau. Tapi Ia terlalu malas untuk berjalan-jalan menikmati taman itu, hingga akhirnya ia putuskan untuk duduk dibawah pohon flamboyan yang sedang mekar.

"Gaara…" pandangan sendu kembali pada mata biru langit itu, seperti langit sedang mendung. Dan beberapa kelopak bunga flamboyanpun jatuh tertiup angin. "My Red Moon" Naruto membenamkan kepalanya pada dua lututnya yang ditekuk.

"Apa seperti itu caranya berusaha, bodoh?" Ucap seorang pria yang muncul dari balik pohon. Naruto mengangkat kepalanya.

"kau… mau apa kau kemari!" Ucap Naruto ketus dengan menatap tajam sang lawan bicara.

"Tak ada larangan untuk kemari, Dobe" Ucapnya datar.

"Chk, terserah kau saja" Ucap Naruto tanpa memperdulikan sang lawan bicara, Sasuke.

"Kau mengosongi lembar kerjamu" Sasuke menempatkan dirinya duduk di samping Naruto.

"Bukan urusanmu" Balasnya singkat.

"Karena kau muridku!" balas si raven dengan nada bicara agak tinggi. "Apa maumu sebenarnya?" lanjutnya.

"karena kau kacungku, bukankah kau hanya pengawal dan juga bawahanku?" Ucap Naruto dengan seringaian remeh pada Sasuke.

"Ini sekolah, Dobe. Seharusnya kau bisa menempatkan dirimu" Balas si raven.

"Bagaimana aku bisa menempatkan diriku saat kaupun terlalu sibuk dengan fansgirlmu itu? Seorang sensei berusia 20th yang sangat dipuja di sekolah. Apa kau yakin kau bisa nenempatkan dirimu dengan benar saat aku butuh kau? Kau mengawalku, seharusnya kau berada dimanapun aku ada, Baka!" serunya keras dengan nada tinggi. Naruto terdiamsetelahnya dan kembali membenamkan wajahnya diantara dua lututnya.

Memang benar, Sasuke uchiha adalah guru keren yang di idolakan oleh seluruh gadis di KHS ini. Apalagi saat mereka tau bahwa Sasuke masih berumur muda. Tak di elak banyak gadis menyukai ketampanan Uchiha satu ini.

Sasuke menatap Naruto, sudah cukup. Sebelum ini langit biru dimata Naruto sudah mendung, Sasuke tak mau hingga membuatnya hujan.

"Aku akan ada untukmu" Balas Sasuke singkat. Ia menatap jam tangannya "Dan ku akan mengantarmu pulang"

.

.

Waktu sudah menunjukkan pukul 21.35 malam, Naruto masih memandang sang bulan dari jendela yang ia buka. Bulan yang muncul kini bukan bulan yang bersinar kemerahan, namun berpancar kekuningan. Agak miris, Naruto menamati bulan itu sekitar dua jam lebih.

"Kenapa kau tak datang hari ini?" Gumam Naruto. Tangannya bergerak seolah dapat menggapainya. Namun ia tau hasilnya sia-sia.

Naruto berbalik, mengedarkan pandangannya ke seluruh ruang untuk sebuah benda yang ia cari. Setelahnya ia berjalan kesebuah meja, menarik laci didalamnya. Benda yang ia cari akhirnya ia temukan, pisau lipat.

Sementara itu diluar kamar Naruto, seluruh pelayan namikaze sangat kebingungan. Pasalnya sang tuan muda tak mau keluar kamarnya sejak tiba dirumah. Naruto bahkan tak mau mengikuti privatnya. Hingga akhirnya Neji kembali ke kantor karena ada urusan dari kantor yang mendadak. Dan kini bahkan sang kakak Deidara tak bisa membujuknya keluar, kunci cadangan kamar Naruto juga hilang entah kemana. Ayahnyapun sedang pergi ke Swiss untuk bertemu dengan client. Mungkin esok pagi sang ayah pulang. Sementara itu Sasuke yang baru saja datang setelah dihubungi Deidarapun segera berlari menuju kamar Naruto.

"Pintunya terkunci dari dalam. Apa kau punya penjepit rambut, Dei-sama?" Tanya Sasuke menyiasati kejadian itu .

Deidara mengangguk, segera ia mengambil dan memberikan sebuah jepit rambut pada Sasuke.

"Jika ada yang ingin masuk, satu orang saja atau aku akan bunuh diri!" Ucap Naruto dengan nada tinggi dari seberang pintu.

Dan sontak seruan Naruto bagai bom yang membuat para penghuni rumah lainnya panik.

"Kalian tenanglah sedikit" Seru Sasuke. Tangannya perlahan memasukkan jepit itu ke lubang kunci. Mecoba membukanya. "Izinkan aku yang masuk" lanjutnya. Deidara hanya mengangguk.

Naruto kembali berada di depan jendela dengan tangan kanan membawa pisau lipat. "Jika kau tak datang, aku yang akan membuatmu datang" Naruto membuka lipatan pisaunya, ia menyayatkan pisau itu pada telapak tangannya.

"Lihatlah, dengan darahku kau bisa jadi bulan merah?" ucapnya seraya menatap bulan dan telapak tangannya yang mulai mengucur darah hingga menetes ke lantai.

Terdengar pintu kamar Naruto berusaha dibuka. Dan berhasil, sesosok pria berperawakan tinggi berkulit putih, bersurai ungu kebiruan, Sasuke Uchiha. Segera menutup pintu dan berlari ke arah Naruto. Mengangkat telapak tangan Naruto hingga diatas kepala Naruto untuk mengurangi darah yang menetes pada tangan Naruto.

"Kau gila!" Pekik Sasuke menatap miris pemuda yang lebih muda 3th darinya. Tak ada jawaban dari sang lawan. Diam, hanya diam dengan menatap bulan.

"Kau… jawab aku, Dobe!" Sasuke menggenggam tangan penuh darah Naruto yang tadi ia angkat dan segera memeluk sosok pirang di depannya."Apa begitu berharganyakah dia dimatamu? Bahkan kau tak pernah menatapku. Apa kau tak bisa ingat aku?" ucapnya lirih. "Aku juga hampir gila karenamu, dobe. Aku tau yang kau rasakan, jadi bicaralah. Jawab aku" lanjutnya.

Sasuke menatap Naruto, mempertemukan onyx dengan biru safir yang menatap sasuke kosong. Sasuke mengarahkan wajahnya ke telinga Naruto. "Aku mencintaimu, bahkan jauh sebelum ini" perlahan sasuke mencium lembut pipi Naruto. Mengungkapkan rasa rindunya,dari sebuah kecupan lembut yang ia lakukan. Bibirnya perlahan bergerak turun, mempertemukan bibirnya dengan bibir kering Naruto. Menciumnya dengan lembut, dapat Sasuke rasakan air mata menetes dari kelopak mata Naruto. Sasuke melepaskan ciumannya. Menatap mata safir yang kini berlinang air mata.

"Usuratonkachi" ucap sasuke seraya menghapus air mata dipipi naruto dengan punggung tangan kanannya.

"A- aku…" segera Sasuke kembali memeluk Naruto. "Aku rindu padamu" Ucap Sasuke memper erat pelukannya.

Perlahan Naruto menutup matanya, menikmati kehangatan pelukan sasuke. Perlahan-lahan Naruto menghirup aroma tubuh Sasuke. Ia kenal aroma ini, tapi tak ingat siapa sebenarnya Sasuke. Fikirannya terlalu lelah untuk befikir.

Sasuke melepaskan pelukannya dan menatap Naruto intens. "Aku tau hatimu lebih sakit dari pada luka di tanganmu itu. Tapi kau tak harus begini, dobe!" Ucap Sasuke mengelus helaian pirang Naruto.

"Jangan sok tau, kau tak tau aku. Kau pikir kau siapa? Luka ini…." Ucapan Naruto terputus ketika Sasuke perlahan menyayat telapak tangan kirinyanya sendiri. Dan darah segarpun mengalir dari tangannya.

"Lihat!" Sasuke mamandang tangannya yang ia angkat dan memperlihatkannya pada Naruto. "Aku, Sasuke Uchiha. Kau ingat Uchiha bukan? Itachi Uchiha, bukankah dia kekasih kakakmu? Di Paris, Kyuubi. Benar? Aku adiknya, yang 10 tahun lalu bertemu kau di sebuah danau kecil. Saat itu, kau bersama keluargamu dan akupun sama, sedang bertamasya. Saat itu, aku sangat takut dengan air dan kau ulurkan tanganmu mengajakku masuk bermain didanau itu. Setelahnya kau berkata 'aku ingin melihatmu lagi lebih kuat dari ini. Kau harus bisa lebih kuat. Dan suatu saat jika kita bertemu lagi, kau bisa berganti menjagaku' Mungkin kau lupa, tapi aku tidak. Kau yang membuatku seperti sekarang, menjadi kepala inspektur kepolisian. Agar aku bisa menjagamu. Kelihatannya memang bodoh, tapi aku benar menyukaimu" Sasuke menurunkan lengannya. "Dan ketika kau mengetahui orang yang kau suka menyukai orang lain tentu itu menyakitkan bukan? Sama sepertimu. Sakitku, tak sebanding dengan luka hatiku. Jadi, jangan pernah kau mengatakan aku tak tau perasaanmu"

"Baka! Kau memang bodoh Sasuke!" Naruto menatap Sasuke sendu.

"Jangan pernah melukai dirimu sendiri seperti ini lagi" Sasuke memeluk Naruto. Dan tanpa ia sadari, Naruto membalas pelukan Sasuke. Tak peduli dengan darah yang menetes pada lantai atau bahkan membekas pada baju mereka sendiri.

.

Naruto menarik Sasuke ke kamar mandi. "Segera bersihkan lukamu, Teme! Sebelum ayah datang!" Naruto mengambil kotak P3K pada lemari kamar mandinya dan menarik tangan Sasuke ke wastefel dengan air yang mengalir dan bersihkannya luka sayatan ditangan Sasuke.

"Kau bodoh, kau memang benar-benar dobe!" Ucap Sasuke sambil tersenyum. "Biar aku yang merawat lukamu dulu" Sasuke melakukan hal yang sama seperti Naruto lakukan sebelumnya, mencuci tangan Naruto yang penuh darah. Setelahnya, Sasuke memberi anti septik dan obat merah lalu memperban tangannya.

"Terimakasih" Naruto menatap tangannya yang baru selesai diperban.

"lebih baik, besok kau kerumah sakit. Untuk memeriksa lukamu" Ucap Sasuke.

"Bersamamu juga?" Tanya Naruto.

"Tidak, bukankah aku hanya bawahanmu? Besok aku akan mengantarmu dan menunggu diluar" Ucap Sasuke datar.

"Tapi…" Naruto menunjuk tangan Sasuke yang terluka.

"Aku tak apa" Sasuke berganti mengurus lukanya sendiri.

"Kau bawahanku, kau harus mematuhi aku. Besok datanglah kemari jemput aku. Lalu setelahnya kau antar aku dulu ke Rumah Sakit. Dan kau juga harus ikut aku masuk, kau juga harus ikut diperiksa. Ini perintah!" Ucap Naruto lalu berlari meninggalkan Sasuke setelah selesai dengan kalimatnya.

Sasuke hanya tersenyum manis menanggapi perilaku Naruto padanya.


# Pagi hari #


"Mmngghh…" Desah Deidara saat lidah Sasori bergerilya didalam mulutnya. Deidara memperdalam ciumannya dengan menekan kepala Sasori makin dalam.

"Hhhmnghh…" Lenguhnya lagi saat tangan Sasori yang kini bergerilya di dalam kemeja putih Deidara. Menyentuh nipple deidara dengan sangat erotis.

Perlahan Sasori melepaskan ciumannya, hingga membentuk benang saliva yg terhubung antara dua bibir tersebut. Seolah seperti makanan yang menggoda, Sasori kembali melahap bibir sexy milik kekasihnya. Menikmati jilatan dan hisapan yang diberikannya pada deidara. Lidah kedua insan itupun menari dengan indah. Tangan Sasori menarik ikat rambut Deidara hingga tergerai indah. Perlahan Sasori kembali menarik bibirnya.

"Kau manis jika rambutmu digerai" Ucap Sasori lirih di telinga Deidara. "Bagaimana jika hari ini kau tak usah masuk kuliah? Kita 'bermain' bersama?" Lanjut Saori.

"Aku harus menemui Dosenku" Ucap Deidara dengan pipi yang merah dan mata yang sayu. Perlakuan Sasori tadi sudah membuat Deidara sedikit kehilangan kontrolnya.

"Begitu?" Ucap Sasori kembali mencium bibir ranum Deidara. Perlahan Sasori membuka kancing kemeja putih Deidaranya. Deidara tak bisa melawan. Fikiran dengan tubuhnya tak bisa ia kendalikan. Perlahan Deidarapun juga membuka kancing kemeja Sasori. Sasori menyeringai menang, Ia kembali melepas bibir Deidara, dan segera mendekatkan wajahnya pada perpotongan leher Deidara.

"Nghh…" Desah Deidara lagi. Setelah berhasil melepas seluruh kancing kemeja Sasori, Deidara melingkarkan tangannya pada pinggang Sasori. Dan satu tangannya turun untuk melepas celana yang dikenakan Sasori.

"Belum puaskah kalian melakukannya kemarin lusa?" Sebuh suara seolah menginterupsikan kegiatan mereka untuk berhenti. "Ini ruang tamu, nii-san. Bisakah kalian lakukan dikamar saja? Ayah akan marah jika tau kau melakukannya disini" Ucap Naruto dengan malas. "Dan lagi, bukannya kau memperhatikanku yang sedang terluka, kau malah 'bermain' dengan Sasori-nii?" Lanjutnya lalu pergi dengan meninggalkan dua insan itu.

Naruto berjalan menuju ruang Perpustakan. Ia berniat mengambil buku untuk belajar praktikum Biology. Namun langkahnya terhenti ketika ia mendegar percakapan dari dalam Perpustakaan.

"Apa yang kau lakukan sama sekali tidak becus! Bagaimana bisa kau lalai mejaga putraku? Jika kau menjaganya Naruto tak akan sampai terluka!" Ucap Minato menggebrak meja.

"Maafkan kelalaian saya, Minato-sama" Sasuke membungkukkan badan meminta maaf dengan sopan.

"Apa kau bisa dipercaya lagi setelah kau lalai dengan tugasmu, Sasuke?" Ucap Minato.

"Saya berjanji akan menjaga Naruto-sama. Jika saya lalai lagi, saya berani diasingkan di sebuah kota terpencil, Tuan" Ucap Sasuke.

"Baiklah, ku pegang kata-katamu tadi" Ucap Minato lalu pergi meninggalkan ruangan perpustakaan itu.

Naruto sempat bertemu dengan Minato, hanya saling menatap mata. Lalu dengan dingin Minato berjalan tanpa berkata sepatah katapun pada Naruto. Naruto hanya terdiam, miris dengan hubungannya dengan Ayahnya. Tak lama, Sasuke keluar dari perpustakaan itu. Naruto yang dari awal menguping pembicaraan ayahnya dengan Sasuke merasa bersalah.

"Maaf, ini semua murni karena aku" Naruto menunduk bersalah.

"sudah, bukan apa-apa" Sasuke mengacak surai kuning Naruto.

"Tapi—" Ayo berangkat" Sasuke segera menggandeng Naruto.

"Baka! Aku ambil buku di perpustakaan terlebih dahulu!" Naruto berlari memasuki perpustakaan dan mengambil buku yang ia cari. Setelahnya Naruto segera berjalan bersama menyamakan langkahnya dengan Sasuke.


To be continued…


Bagus gk? Atau jelek?

Oke" aku tau dhap ini mungkin jelek. *pundung di pojokan*

Yak sudah terjawab, tapi kenapa Fic ini berjudul shadow moon hayo?

Karena jelas ada rahasianya. *Dihajar Readers*

Ok, yang baca fic ini riview. Yang baca gk review gkpp, tapi harus reviewlah… *Maksa #plakk*

Yang gak baca gak review. (?)


Balasan review :

Uchiha Kizuna : yang awal itu bukan mimpi, red moonnya udah kejawab. XD

Sasuke udah banyak belum di chap ini? Hhe… thanks zumi, dikau review pertama. :*

Nia Yuuki : Apa ya? Ada deh, tuh diatas udah dijawab. Hhe….

Gomen baru bisa update nih… thanks dah review…^^

Gunchan CacuNalu Polepel : Maaf kalo chap satu gk jelas.

Yang dimaksud si Gaara, hhe… kyuu masih hidup tapi pas malem sbelum di tinggal Naru, Kyuu itu nangis sembunyi". Pas ungkapan di chap satu itu Naru kangen Kyuu…thanks udh review.^^

Drayne Aoirhue Slyth : Benar skali. Itu Gaara… SasuNaru emang the best.. thanks udh review.^^

kkhukhukhukhudattebayo : Ntr pasti tau, ntr pasti wolf buka Satu-satu rahasianya. Gomenn gak bisa update kilat. Hhe… thanks udah review.

Couphie : Makasih… maaf lama update. Iya bener Gaara. Thanks udh review…^^

MJ : iya SasuNaru pastinya! Maaf update telat . hhe

Thanks udh review,, ^^

devilojoshi : Iya gaara, Maaf klo Sasuke di Chap pertama kayak gitu. Hhe, thanks dah review… ^^

iztha dark neko : sip, dah lanjut nih… thanks dah review.. ^^

NichiRyouta : yaiya pastinya. Kan sama Naruto yang dia suka. Hha thanks dah review… ^^

Lin : Kyuubi masih di Paris. Naruto kangen kyuubi, kan dulu satu rumah. Red moon itu bner Gaara… hhe

Blue moon itu siapa ya? Bukan Naruto. Hhe

Iya tuh di crita udah di jelasin. Hhe… thanks dah review… ^^

MoodMaker : udah lanjut nih… hha thanks dah review. Salam Keiji wolf juga.^^

Afra-chan Always SasoDei : aku juga nosebleed buatnya. XP

Ceritanya? Lanjutanya pasti tau… hhha… :D thanks dah review.. ^^

Sapphire NightSky : ini udah update… maaf klo gk bgus. Gomen. Hhe thanks udh review. ^^


Yap catatan author :

Maksih atas review kalian yang membuatku melanjutkan fic ini. Hhe

Aku sayang kalian readers. *bighug*

Maaf kalo sekiranya chap ini kurang bagus. Hhe

Akhir kata:


Salam

Keiji Wolf ^^