Sebuah tulisan singkat tentang Hibari, Tsuna, dan kumpulan kisah-kisah kecil yang bersemi di hati dua insan tersebut.
Flowers
By The Fallen Kuriboh
Hibari x Tsuna (1827) oneshot fanfiction
Katekyoushi Hitman Reborn © Amano Akira
Warning: OOC, timeline ancur dan lompat-lompat, 26 drabble yang settingnya kacau galau, semi canon, typo, dan satu lagi: ini alay.
All of 26 flower fragments presented
~Hadiah dari bunga-bunga yang menjadi saksi debaran mereka~
Nightshade
~Truth~
Seringkali terjadi sebuah situasi, yang mana ketika Hibari dan Tsunayoshi bertemu pandang, keduanya hanya akan saling memalingkan wajah sampai selesai berpapasan. Sering kali Hibari mengasari Tsuna layaknya apa yang ia perbuat pada siswa-siswi lain yang melanggar tata tertib sekolah. Sering kali pula Hibari datang menolong Tsuna, namun setelahnya mengucapkan sepatah kalimat yang selalu menohok hati sebelum kemudian ia pergi lagi.
Semua orang tahu bahwa Hibari selalu bersikap seperti itu pada semua orang—bahkan kepada Tsuna.
Namun di balik itu semua, ada sebuah kebenaran kecil yang hanya dikatahui oleh kedua insan tersebut.
(You-know-what.)
Oleander
~Warning~
Kalau boleh Hibari berpendapat, menurutnya Tsuna itu sangat bodoh—oke, mungkin dalam hal ini lebih tepat disebut sebagai 'tidak peka'. Sebenarnya ini semua bermula dari kunjungan tak diundang yang dilakukan oleh seorang Rokudou Mukuro di tengah siang bolong yang damai.
Dan kita jelas tahu apa motif terselubungnya untuk datang ke Namimori. Semacam, ya—ngegebet Tsuna.
"Berapa kali kau kuperingatkan untuk tidak terlalu dekat dengannya!"
"Hibari-san, Mukuro-kun tidak seburuk yang kau katakan—"
"Urusai, kamoikorosu!"
Tsuna bungkam seketika.
Bagi Hibari, susah memang untuk tidak memberi kalimat peringatan frontal pada Tsuna yang begitu tidak peka. Lagipula, entah butuh berapa harga diri untuk mengatakan kalimat seperti "Mukuro itu mencoba merebutmu dariku!" dan "Sadar diri dong, aku cemburu meliat kalian!".
Entah harus berapa banyak harga diri yang ia pertaruhkan sebelum bisa melontarkan peringatan keras(?) macam itu.
(Hibari, kadang kau terlalu tsundere.)
Primrose
~" I can't live without you" ~
Banyak orang yang terheran-heran atas Tsuna yang bisa begitu ih-wawnya bertahan berjalan di lorong sekolah di sebelah Hibari, bicara normal dengan Hibari, makan bekal bersama Hibari, atau belajar di perpustakaan bersama Hibari. Banyak yang bertanya-tanya, kapan kiranya Hibari akan menggigit pemuda cokelat itu hingga ia ngeri dan tak lagi mendekatinya—entah kenapa hal seperti itu masih belum saja terjadi.
Tsuna hanya tergelak geli tatkala bahkan Gokudera dan Yamamoto sampai ikut bertanya padanya mengenai kekejian Hibari yang Tsuna balas dengan cinta kasih itu. Tsuna selalu punya alasan untuk tetap berada di sisi Hibari, ia tahu itu.
Karena Tsuna dan Hibari tak akan pernah bisa menolak satu sama lain, tak akan bisa hidup sendiri kecuali ketika bila tangan-tangan itu saling bertautan walau hanya satu hitungan detik saja.
Queen Anne's Lace
~Fantasy~
Tsuna adalah remaja usia puber yang jelas masih jauh dari kata dewasa. Karena itu menurutnya bukanlah hal yang salah bila ia sering berimajinasi dan membayangkan berbagai hal tentang 'seandainya ini' dan 'seandainya itu'.
Bagaimana bila seandainya Tsuna bukan anggota keluarga Vongola? Ugh, ini adalah pengandaian yang paling sering terbesit dalam kepalanya. Kalau ia tidak didatangi Reborn dan tidak dipaksa untuk menjadi Vongola Decimo, mungkin saja hidupnya akan damai. Tetap statis, standar, dan tetap dame Tsuna.
Namun ketika Tsuna membayangkan bagaimana seandainya ia tak bertemu Gokudera dan Yamamoto, tidak berteman dengan Kyoko dan Haru, tidak pernah bertatap muka dengan Ryouhei, atau bahkan tidak pernah bertarung melawan Mukuro dan tak pernah dicium (di pipi) oleh Chrome—
—ia menjadi sangat sedih.
Dan bagaimana bila Tsuna tidak pernah bertemu dengan—
Pemuda berambut cokelat itu menggelengkan kepalanya cepat, kemudian balas tersenyum ketika ia mendengar suara Hibari yang memanggil namanya dari jarak sepuluh meter di depan.
Lain kali, ia tak akan pernah lagi mengandaikan hal buruk seperi itu.
Rosemary
~Comitment, loyality~
Tsuna tahu—semua orang tahu, bahwa dalam membina hubungan harus didasari oleh sebuah landasan bernama komitmen. Hal itu perlu untuk menjaga suatu hubungan agar tetap berjalan baik. Dan tentu saja sebuah komitmen merupakan unsur yang sangat penting dalam membina hubungan. Tsuna tahu itu.
"Berapa kali aku harus bilang padamu untuk tidak mendekati Rokudou Mukuro?"
Masalahnya Tsuna tidak ingat sejak kapan ia pernah membuat komitmen seperti 'hindari si ini, si itu' dengan Hibari. Dan yang mengesalkan lagi, Hibari tak pernah percaya padanya ketika ia berkata akan kesetiaannya pada sang prefek.
Hei Hibari—Tsuna sudah berkomitmen ada dirinya sendiri untuk tetap seti di sampingmu, kau tahu. Percayalah sedikit padanya. =)
Statice
~Eternal beauty~
Ketika Tsuna memejamkan mata dan terlelap di sampingnya, Hibari bergeming.
Hibari selalu takjub—dan akan selalu dibuat takjub oleh keindahan yang terpancar dari seorang Sawada Tsunayoshi ketika ia terlelap dalam tidurnya. Bulu mata yang terpejam itu begitu panjang dan lentik. Rambut cokelatnya tergantung indah membingkai wajahnya dengan sempurna. Dan jangan kupakan bibir itu—bibir merah muda yang seolah meminta untuk disentuh itu—
Hibari nyaris menghantam kepalanya sendiri dengan tonfa.
Bukan hanya abadi, kadang kecantikan itu bisa terasa seperti candu dan bahkan racun.
Tulip
~"I love you at about forever."~
Tsuna selalu merasa skeptis saat ia menonton drama favorit Ibunya. Kisah roman itu menceritakan tentang sebuah cinta sejati, dan menanamkan konsep tentang bagaimana sebuah cinta akan abadi. Tsuna akui, cerita itu dikemas dengan indah. Namun tetap saja—klise. Bukan berarti Tsuna tak percaya pada cinta abadi, hanya saja ia belum menemukan contoh nyatanya.
Tidak sampai suatu hari ia bertemu dengan seorang prefek ganas yang ternyata jatuh cinta padanya (dan tak tahunya Tsuna juga jatuh cinta padanya)—lalu menemukan fakta bahwa mereka saling mengakui isi hati dan berjalan berdampingan.
Bahkan ketika sepuluh tahun berlalu dan tanpa sengaja Tsuna menemukan sebuah cincin simpel berukirkan inisial dua nama yang sangat ia kenal dalam saku kemeja Hibari yang sepuluh tahun mendatang.
Dan ketika itu pula Tsuna menyadari bahwa mungkin—barangkali hingga dua puluh, tiga puluh, atau lima puluh dan seratus tahun kemudian sekalipun mereka akan tetap saling mencintai.
Viscaria
~"Would you like to dance with me?"~
Hibari dan Tsuna—keduanya tak pernah menyukai pesta dansa.
Yang benar saja. Bagaimana bisa Hibari bisa bahagia bila ia harus terkungkung dalam aula yang penuh sesak oleh para herbivora yang hobi bergosip dan melakukan hal-hal berisik? Dan bagaimana Tsuna bisa menikmati pesta dansanya sementara ketika mencoba menari selangkah saja wajahnya sudah jatuh mencium lantai?
Oh sungguh, ini hari yang buruk—
—begitulah pikir mereka sebelum akhirnya sepasang kelabu dan cokelat bertemu pandang.
Hibari dengan jas terlihat sangat serasi dan tampan, sementara Tsuna terlihat manis dengan caranya sendiri. Keduanya saling terpesona akan penampilan satu sama lain.
Yah, mungkin malam ini Hibari akan mencoba bertahan di tengah keramaian. Dan Tsuna akan memberanikan diri untuk melangkahkan kakinya dan mencoba untuk berdansa.
Wormwood
~Absent~
Kadang Tsuna bertanya-tanya, apa saja yang akan Hibari lakukan bila Tsuna tidak datang ke sekolah—tidak berangkat ke sekolah bersamanya, tidak makan bekal bersamanya, tidak mengerjakan PR di perpusatakaan bersamanyanya, tidak pulang ber—
Kepala Tsuna makin pening saja. Bukan salahnya kalau hari ini ia bangun dan mendapati dirinya sendiri yang lemas dengan suhu tubuh tinggi. Seorang Vongola Decimo pun masih bisa terkena demam.
Dan lagi, untuk apa ia memikirkan hal tadi? Sudah pasti Hibari akan tetap menjadi Hibari yang biasanya—mengadakan inspeksi pagi, berpatroli di sekitar SMP Namimori, memeriksa dokumen-dokumen di ruang komite kedisiplinan—
—namun ternyata, tahu-tahu Hibari sudah bertengger di ambang jendela kamar Tsuna. Ekspresi datar masih setia terukir di wajahnya, dan Tsuna benar-benar dibuat terkejut saat ini.
"Hibari-san? Sedang apa di sini?"
Karena Hibari memang bukan tipe orang yang akan membolos dari sekolah tercintanya.
Kecuali bila mendadak ia mendapat kabar akan kekasihnya yang sakit dan entah mengapa—hari ini ia sedang ingin membolos.
Xerathemum
~Cheerful yet painful~
Selama ini, sudah banyak hal yang mereka jalani. Tentu saja banyak hal-hal menyakitkan yang harus Tsuna alami. Namun di antaranya, tak banyak pula pengalaman-pengalaman berharga yang ia dapatkan dari kisahnya bersama teman-temannya.
Di kedepannya nanti pun, akan banyak hal-hal sulit yang akan menjadi rintangan hidupnya. Namun Tsuna percaya kalau ia bisa melewai segalanya ketika di belakang punggungnya ada teman-teman yang selalu memberi dukungan dan semangat padanya.
Apalagi ketika di sampingnya ada sesosok awan yang meneduhi langkahnya.
Zinnia
~Our memories day by day~
Tiap kejadian adalah sebuah cerita, tiap cerita yang tela terjilid rapi akan menjadi sebuah buku yang berjudul kenangan.
Tsawada Tsunayoshi meniti memori, lembar demi lembar, kemudian meresapi segala kenangan. Ada beberapa yang membuat tertawa, ada yang menyedihkan untuk diingat—namun semuanya adalah berlian yang diberkahi oleh cahaya, yang tak akan pernah bisa dilupakan begitu saja walau oleh kepala tidak cerdas milik Tsuna.
Tsunayoshi menyimpan buku-buku lama itu dalam rak benaknya, kemudian meraih uluran tangan Hibari Kyouya yang sudah menanti untuk menulis lembaran cerita baru bersamanya.
Setelah ini pun, mereka akan merajut kenangan indah berdua—dan bersama semua orang yang terkasih.
Flowers, 2 of 2
The End
A/N: H-hai, minna. Maaf saya lupa buat lanjutin ini fic- #ditampol
But—seriously, saya lupa abis kalo dulu saya sempet bikin ini di KHR orz orz orz Terus dengan tidak bertanggungjawabnya saya lupa namatin gitu… #ditimpuk
Dan ya—sepertinya gaya menulis saya sedang tidak ada perkembangan. Silahkan member masukan dan kritik agar saya bisa impruf hahaha 8"""D #nangis
FYI, ternyata bunganya ga lengkap ada 26, ada huruf yang tak terpenuhiiii~ #plak
See you again~!
Ratu bulu (/),
The Fallen Kuriboh