Disclaimer :

Detektif Conan milik Gosho Aoyama.

Catatan Penulis 1 :

Hai para pembaca sekalian. Maaf ya chapter terakhir ini keluarnya lamaaa bangeeet. Bagian epilognya ternyata susah sekali jadinya. Semoga tidak terlalu aneh bagi pembaca sekalian saat membacanya. Selain itu, karena sudah memasuki bulan Ramadhan, penulis juga disibukkan dengan ibadah-ibadah Ramadhan, sama seperti para pembaca yang beragama Islam, sehingga waktu untuk menulis juga berkurang. Semoga pembaca sekalian bisa maklum. XD

Oh ya, kalau ada yang bertanya-tanya kenapa tidak ada balasan komen di atas sini seperti biasanya, hal itu disebabkan karena ada pembaca yang merasa terganggu jika balasan komennya diletakkan di atas sini. Penulis mengakui bahwa penulis memang kurang sensitif terhadap pembaca yang menggunakan HP untuk membaca karena penulis sudah lama tidak menggunakan HP untuk membaca, sehingga penulis tidak tahu betapa capeknya pembaca yang harus menekan tombol untuk sampai ke ceritanya. Oleh karena itu, balasan komennya penulis pindahkan di bawah setelah cerita selesai.

Selamat membaca dan berkomentar!


Di Sini Untukmu

By Enji86

Dear you, please smile again, smile now
Throw your tears to the sea and shout out loud
Now smile again – just like the burning sun
Our love will never turn off

You are like the burning sun
You are like the waves
Hotly, coldly, you shake me up

You are like the stars in the night sky
I'll be a lighthouse in the sea and shine on you
I'll shine your way

After the rain stops, the world becomes clearer
The rough winds are only momentary

Dear you, please smile again, smile now
Throw your tears to the sea and shout out loud
Now smile again – just like the burning sun
Our love will never turn off

Though high waves and big boulders may block our way
I know that the sun is always behind the clouds
I know

Dear you, please smile again, smile now
Throw your tears to the sea and shout out loud
Now smile again – just like the burning sun
Our love will never turn off

(Smile Again by LED Apple)

Chapter 24 – Happiness First

Chikage mengintip Kaito dan Shiho yang sedang berada di ruang tengah rumahnya. Mereka berdua sedang menonton TV, dengan Kaito berbaring di sofa sementara kepalanya berada di pangkuan Shiho. Kaito kelihatan senang, sementara Shiho membelai rambut Kaito, sehingga Chikage merasa agak lega.

Tadi Chikage benar-benar kaget saat Kaito pulang dengan membawa Shiho. Apalagi saat Kaito memperkenalkan Shiho sebagai istrinya. Dia hampir saja terkena serangan jantung. Anaknya itu kan masih 17 tahun, jadi bagaimana bisa dia menikahi seorang wanita? Shiho memang terlihat seperti wanita dewasa sehingga awalnya dia curiga kalau Shiho hanya menipu dan memanfaatkan anaknya yang masih lugu itu. Makanya dia kembali terkaget-kaget saat Kaito berkata padanya bahwa Shiho usianya baru 18 tahun, setahun lebih tua dari Kaito.

Chikage kembali merasa khawatir saat Kaito berkata bahwa hidup Shiho saat ini berada dalam bahaya. Namun, Kaito langsung meyakinkannya bahwa dia dan Shiho akan baik-baik saja. Yah, dulu, dia dan suaminya juga suka menantang bahaya, jadi wajar saja kalau sifat itu menurun ke Kaito. Tapi karena Kaito adalah putranya satu-satunya, dia tetap merasa khawatir.

Namun, setelah melihat pemandangan hangat di ruang TV rumahnya itu, Chikage merasa dia akan mempercayakan Kaito pada Shiho. Kaito yang biasanya hiperaktif itu, menjadi tidak banyak tingkah saat berada di pangkuan Shiho sehingga Chikage yakin Shiho bisa menjadi pendamping yang baik bagi Kaito.

XXX

Kaito mendekap tubuh Shiho di tempat tidur dengan penuh pemikiran. Setelah beberapa minggu bekerja sama dengan Shinichi, Kaito bisa melihat bahwa hidup Shinichi benar-benar kacau, begitu juga dengan Subaru. Shinichi bahkan sudah mulai minum, sementara Subaru sepertinya sudah biasa mabuk. Dia jadi agak kasihan pada Heiji yang terus-menerus menasehati Shinichi, sementara Shinichi tidak mau mendengarkannya sama sekali, meskipun Heiji menasehati Shinichi dengan selalu menyebut-nyebut Ran yang merupakan pacar Shinichi. Tampaknya Heiji sudah mulai sadar bahwa dia ditakdirkan menikah dengan Kazuha sehingga Shinichi pasti juga ditakdirkan untuk menikah dengan Ran.

Kaito bingung apakah dia harus memberitahu Shiho atau tidak tentang hal ini karena dia takut. Bagaimana kalau Shiho langsung kembali kepada Shinichi begitu Shiho tahu tentang hal ini? Apa yang harus dia lakukan kalau hal itu sampai terjadi? Meskipun dia sudah menikah dengan Shiho, dia masih sering merasa takut kehilangan Shiho karena saingannya adalah Shinichi, laki-laki yang sangat disayangi Shiho. Shinichi sudah menyelamatkan nyawa Shiho beberapa kali sehingga ikatan diantara mereka berdua begitu kuat. Kaito tahu itu.

"Err, Sayang...," ucap Kaito dengan ragu.

"Hmm?" sahut Shiho sambil mendongak.

Kaito hanya bisa terdiam sambil menatap mata Shiho sehingga Shiho menaikkan alisnya. Shiho tahu ada hal yang mengganggu pikiran suaminya itu.

"A-aku...aku mencintaimu," ucap Kaito akhirnya.

Shiho pun tersenyum dan menatap Kaito dengan geli.

"Aku juga mencintaimu, Sayang," sahut Shiho sehingga Kaito langsung mencium bibirnya.

Kaito lalu kembali membenamkan wajah Shiho di dadanya dan mendekap Shiho dengan erat. Tidak, dia tidak bisa mengatakannya pada Shiho. Dia benar-benar terlalu takut untuk melakukannya. Itu bukan urusannya dan Shiho jika Shinichi menjadi pemabuk. Itu adalah salah Shinichi sendiri.

XXX

Beberapa bulan kemudian, kepolisian Jepang dan FBI akhirnya berhasil menemukan dimana markas besar Organisasi Hitam. Pertempuran pun tak terelakkan dan Organisasi Hitam yang sudah melemah setelah lenyapnya Bourbon, penangkapan terhadap anggota-anggota mereka serta kemunculan Shinichi dan Shiho di publik untuk mengungkap eksistensi mereka, ternyata masih bisa memberikan perlawanan sengit.

Ketika Organisasi Hitam melihat Shiho di depan publik, mereka pun mengira bahwa Bourbon sudah berkhianat karena Bourbon-lah yang mengatakan bahwa Shiho sudah mati di kereta api.

Gin dengan beberapa anak buahnya pun memfokuskan diri untuk mencari Shinichi dan Shiho yang digunakan FBI sebagai umpan pada saat pertempuran tersebut. Mereka ingin menghabisi kedua biang kerok itu, terutama Gin. Dan dengan trik licik, mereka akhirnya bisa menyudutkan kedua orang itu di salah satu bagian markas Organisasi Hitam tersebut.

Gin pun tertawa sinis sementara hatinya dipenuhi rasa cemburu saat dia melihat Shinichi menggenggam tangan Shiho. Sementara itu, anak buahnya yang lain menodongkan pistol mereka pada Shinichi dan Shiho sambil menyeringai jahat.

"Rupanya kau cepat sekali menemukan penggantiku, ya kan, Sherry?" tanya Gin dengan tajam.

Shiho hanya diam saja, sementara Shinichi membuat gerakan untuk melindungi Shiho di belakang punggungnya. Pikirannya sedang sibuk bekerja tentang bagaimana cara melarikan diri dari situ. Tidak peduli betapapun bencinya dia pada Kaito, dia tidak bisa membiarkan Kaito yang sedang menyamar menjadi Shiho, mati di sini bersamanya.

Tiba-tiba Gin mendorong Shinichi ke lantai dengan kasar sehingga Shinichi tidak bisa berbuat banyak karena serangan Gin yang tiba-tiba. Lalu dia menarik rambut Kaito yang sedang menyamar menjadi Shiho ke arahnya. Karena tarikan Gin yang begitu kuat, topeng yang dipakai Kaito pun lepas.

Kaito pun hanya bisa meringis gugup pada para penyerangnya yang kelihatan sangat kaget.

"Kau... bukan... Sherry...?" tanya Gin dengan terpana. Kemudian dia menodongkan pistolnya ke kepala Kaito. "Siapa kau?" tanya Gin dengan tajam.

Kaito sebenarnya ingin menjawab bahwa dia adalah suaminya Shiho, tapi dia tidak bisa melakukannya karena dia tidak mau memancing kemarahan pria sangar berambut pirang panjang yang sepertinya merupakan mantan kekasih Shiho itu. Shinichi ada di sini bersamanya, jadi dia tidak bisa membiarkan hal buruk terjadi pada Shinichi.

Kaito sedang memutar otak untuk menjawab pertanyaan Gin, ketika tiba-tiba para penyerangnya bertumbangan ke lantai. Kaito pun menyadari bahwa sepertinya ada sniper yang menembaki mereka dari atas. Luka para penjahat itu tidak parah, tapi mereka tidak bisa lagi menggerakkan anggota tubuh mereka. Mereka pun berteriak-teriak dengan panik di lantai, sementara Kaito dan Gin menoleh ke arah sniper tersebut.

"Peluru ini... Shiho...," ucap Kaito dalam hati.

"Gaya menembak ini... Sherry...," ucap Gin dalam hati.

XXX

"Huh? Darimana kau dapat peluru-peluru itu, Sayang?" tanya Kaito saat dia melihat istrinya sedang mengolesi semangkok peluru dengan cairan gel bening. Saat itu, dia baru pulang dari bekerja paruh waktu.

"Aku dapat dari Paman Yusaku. Begitu juga dengan seragam dan senapannya," jawab Shiho sambil tersenyum.

"Jadi kau mau ikut?" tanya Kaito sambil duduk. Dia mengulurkan tangannya untuk mengambil salah satu peluru di atas meja, tapi Shiho langsung memukul tangannya itu.

"Jangan sentuh itu, Sayang. Itu berbahaya," ucap Shiho.

"Benarkah? Memang apa yang akan terjadi kalau aku menyentuhnya?" tanya Kaito.

"Kau lihat saja sendiri nanti, saat waktunya tiba," jawab Shiho sambil tersenyum misterius sehingga Kaito mengerutkan keningnya.

"Pokoknya kau tidak boleh ikut. Itu berbahaya, Sayang," ucap Kaito.

"Tapi aku harus pergi ke sana. Ada hal yang harus kulakukan," ucap Shiho.

"Tapi aku tidak mau kehilanganmu," ucap Kaito sehingga Shiho tersenyum.

"Aku akan menjaga diriku. Aku berjanji, oke? Aku benar-benar harus melakukannya. Kau pergi saja dengan Kudo-kun, sementara aku akan mengurus urusanku. Lagipula dengan peluru perakku ini, tidak akan ada yang bisa menyakitiku," ucap Shiho.

"Sayang...," ucap Kaito dengan nada tidak rela. Tapi dia tahu dia harus membiarkan Shiho melakukan apa yang harus dilakukannya.

XXX

"Baiklah, sekarang kita akan melihat hasil belajarmu selama ini. Kau harus menembak semua target dengan tepat, kau mengerti?" ucap Gin.

"Lalu apa hadiahnya kalau aku berhasil?" tanya Sherry sehingga Gin menyeringai.

"Jadi kau mau hadiah? Baiklah, aku akan memberimu ciuman setiap kau bisa menembak targetmu dengan tepat," jawab Gin.

"Eeh, kenapa begitu? Bagaimana kalau kau memberiku ciuman saat tembakanku meleset?" sahut Sherry dengan nada agak manja sehingga Gin agak terkejut.

"Huh? Apa dia begitu inginnya kucium?" tanya Gin dalam hati. Sherry baru saja belajar menembak, jadi tembakan Sherry pasti banyak yang meleset, sehingga kalau Sherry minta hadiah seperti itu, dia pasti akan mencium Sherry berkali-kali. Itu sama sekali tidak seperti Sherry yang biasanya. Tapi kebingungannya itu segera sirna dan berganti menjadi rasa sombong. "Ternyata dia sama saja dengan wanita-wanita yang lain. Sepertinya aku terlalu memandang tinggi dirinya. Aku bahkan berniat menikahinya, padahal dia sangat mudah didapatkan," pikir Gin.

Gin pun menarik Sherry ke dalam pelukannya dan membelai bibir Sherry dengan salah satu ibu jarinya.

"Baiklah, Sherry Sayang. Kalau itu yang kau mau, aku pasti akan memberikannya," ucap Gin.

Sherry pun tersenyum dengan mata bersinar-sinar.

Wajah Gin semakin lama semakin berkerut saat Sherry melaksanakan ujian menembaknya. Tembakan Sherry sangat akurat dan juga cepat, hampir setara dengan kemampuan Rye yang merupakan sniper terbaik di Organisasi sehingga akhirnya dia sadar kalau Sherry hanya ingin menggodanya dan mengerjainya saat mereka membicarakan hadiah.

Sebelum menembakkan peluru terakhirnya, Sherry menoleh ke Gin sambil nyengir sehingga Gin menatapnya dengan kesal. Sherry pun tertawa geli sebelum membuka mulutnya.

"Ya, ya, baiklah," ucap Sherry. Kemudian dia menembakkan peluru terakhirnya dan dia dengan sengaja tidak menembakkannya tepat sasaran.

Sherry lalu menoleh kembali pada Gin.

"Apa kau senang sekarang?" tanya Sherry sambil nyengir.

Gin masih menatap Sherry dengan kesal selama beberapa saat, sebelum menarik Sherry ke dalam pelukannya dan mencium bibir Sherry. Sekarang dia benar-benar tidak sabar untuk membawa Sherry ke tempat tidurnya. Dia akan mengikat Sherry di sana untuk selamanya.

"Kau seharusnya menjadi pembunuh sepertiku dan Rye dengan kemampuan seperti itu," ucap Gin setelah mereka selesai berciuman.

"Tentu saja tidak. Aku lebih suka menjadi ilmuwan. Lagipula aku sudah mendapatkan ide untuk proyek baruku setelah aku menyelesaikan APTX milik orang tuaku," ucap Sherry.

"Benarkah? Apa idenya?" tanya Gin.

"Peluru perak," jawab Sherry.

"Peluru perak?" tanya Gin.

"Iya, dengan peluru itu, aku akan menghancurkan siapa saja yang ingin mengusikku dan kakakku," jawab Sherry.

"Jadi kalau aku mengusik kakakmu, kau akan menghancurkanku?" tanya Gin sambil menyeringai.

"Kau mau mengusik kakakku?" Sherry balik bertanya dengan kening berkerut.

"Yah, semuanya bisa terjadi. Bagaimana kalau kakakmu itu membuat masalah? Aku pasti akan bertindak tegas kalau hal itu sampai terjadi," sahut Gin.

Sherry masih mengerutkan keningnya selama beberapa saat, kemudian dia menyeringai.

"Iya, aku akan menghancurkanmu," ucap Sherry sehingga Gin tertawa kecil.

"Apa kau yakin?" tanya Gin.

"Kau lihat saja nanti. Kalau kau berani melakukannya, aku pasti akan menghancurkanmu," jawab Sherry sambil tersenyum.

"Sherry, Sherry," ucap Gin dengan geli. Kemudian dia kembali mencium Sherry dan tanpa sengaja dia melihat siluet orang yang melangkah pergi.

"Apa kau mengerti? Sherry adalah milikku, Rye," ucap Gin dalam hati sementara bibirnya yang menempel dengan bibir Sherry membentuk seringaian.

XXX

"Apa itu kau, Sherry?" tanya Gin dalam hati ketika sniper tersebut menembakkan senapannya ke arahnya.

"Merindukanku, Gin?" ucap Shiho dalam hati.

Gin pun tersenyum saat peluru itu mengenai tubuhnya. Lalu dia jatuh ke tanah sementara tubuhnya mati rasa. Entah kenapa dia merasa lega. Dia tidak pernah merasa tenang dan selalu gelisah sejak dia putus dengan Sherry. Apalagi setelah dia membunuh Akemi. Tapi sekarang dia sudah tidak merasakannya lagi.

"Peluru perak. Benar-benar nama yang sesuai, Sherry," ucap Gin dalam hati.

"Apa kau senang sekarang setelah aku melakukan ini padamu?" tanya Shiho dalam hati.

"Iya, aku senang," sahut Gin dalam hati.

"Syukurlah kalau begitu," ucap Shiho dalam hati.

Kaito menatap Gin yang terbaring di lantai, kemudian menatap ke arah sniper yang sudah menolongnya, yaitu Shiho. Dia berpikir sejenak, kemudian dia bergegas pergi ke tempat Shiho berada. Sesampainya di sana, ternyata Shiho sudah pergi. Kaito pun menoleh ke kanan dan ke kiri dengan khawatir, kemudian dia dikagetkan oleh sebuah suara dari arah belakangnya sehingga dia menoleh.

"Vermouth," ucap Shinichi.

"Huh?" sahut Kaito sambil menatap Shinichi dengan bingung.

"Dialah orang yang sudah menolong kita tadi. Aku sempat melihat siluetnya di sekitar sini saat di bawah tadi," ucap Shinichi. "Kira-kira apa ya, yang sudah dia lakukan sehingga orang-orang itu jadi lumpuh begitu?" lanjutnya sambil menatap Gin dan para anak buahnya dengan nada penasaran.

Kaito yang mendengar ucapan Shinichi tentang Vermouth jadi bertambah khawatir.

"Kenapa kau pikir dia yang menolong kita? Bukankah dia penjahat?" tanya Kaito.

"Entahlah. Sepertinya dia merasa berhutang budi padaku dan Ran karena kami pernah menyelamatkannya di New York. Jadi, dia tidak pernah melukaiku atau Ran," jawab Shinichi. Kemudian dia tersenyum sinis. "Tapi sepertinya dia benci sekali pada Haibara. Dia ingin sekali membunuh Haibara, jadi setiap kali dia berusaha membunuh Haibara, dia selalu menjauhkanku terlebih dahulu dari Haibara. Itu adalah modusnya. Tapi wanita bodoh itu tidak pernah mau mengerti dan malah pergi kepada Vermouth untuk mengantarkan nyawa," lanjut Shinichi. Dan dia begitu kaget ketika dia melihat Kaito berlari dengan agak panik.

"Ada apa dengannya?" tanya Shinichi dalam hati dengan bingung sambil mengikuti Kaito.

XXX

"Kemana dia pergi? Aku yakin tadi dia pergi ke arah sini?" tanya Vermouth dalam hati sambil melangkah dengan hati-hati di sebuah lorong.

Tiba-tiba ada orang yang muncul di depan Vermouth dan sebelum Vermouth sempat menembakkan pistol ditangannya, orang itu sudah menembak tangannya terlebih dahulu. Vermouth pun langsung jatuh tersungkur ke lantai sementara semua bagian tubuhnya mati rasa sehingga dia merasa sangat ketakutan. Dia tidak pernah merasa setakut ini sebelumnya, bahkan ketika dia harus berhadapan dengan Shuichi, padahal yang dihadapinya sekarang adalah orang yang biasa ditindasnya. Dia yakin akan hal itu.

"Apa yang kau lakukan padaku, pelacur murahan? Lepaskan aku sekarang juga," ucap Vermouth dengan agak menjerit dan bernada penuh ancaman.

Orang yang menembak Vermouth itu pun melangkah menghampiri Vermouth, lalu berlutut di sebelah Vermouth dan membuka helmnya. Dia menatap Vermouth dengan seringaian menghiasi bibirnya.

"Ada apa, Vermouth? Apa kau merasa takut?" tanya Shiho.

"Lepaskan aku, pelacur!" bentak Vermouth.

"Vermouth, kesayangan Anokata. Hidupnya sangat bahagia karena dia bisa melakukan apapun yang dia inginkan dan mempermainkan siapapun yang dia mau. Sampai suatu hari seorang pelacur murahan merebut mainan favoritnya, sehingga hidupnya yang bahagia menjadi terusik," ucap Shiho dengan sinis. "Jadi apa kau berhasil mendapatkan Gin kembali setelah aku putus darinya?" tanya Shiho dengan nada mengejek.

"Diam kau, pelacur sialan!" seru Vermouth sehingga Shiho tertawa.

"Makanya jangan melihat mereka sebagai mainan. Perlakukanlah mereka sebagai laki-laki yang kau cintai sehingga mereka akan mencintaimu juga, kau mengerti?" ucap Shiho.

"Aku tidak perlu mendengarkan ucapan pelacur sepertimu. Lepaskan aku sekarang juga atau kau akan menyesal," ancam Vermouth dengan geram.

"Haah, maaf, tapi aku tidak bisa melakukannya," ucap Shiho. Kemudian dia mengeluarkan suntikan dari dalam saku jaketnya sehingga mata Vermouth membesar.

"Apa itu? Apa yang akan kau lakukan padaku?" seru Vermouth dengan panik.

"Ini anti-APTX yang sudah kuselesaikan. Aku tidak tahu apakah ini akan berfungsi dengan baik padamu, jadi kalau nanti kau mati karena ini, maafkan aku ya?" sahut Shiho sambil tersenyum manis. Dia kemudian menyuntikkan anti-APTX pada lengan Vermouth tanpa mempedulikan sumpah serapah yang keluar dari mulut Vermouth, lalu memakai kembali helmnya dan berdiri.

"Selamat tinggal, Vermouth," ucap Shiho. Lalu dia melangkah pergi sementara Vermouth masih terus menyumpahinya di belakangnya.

XXX

"Kemana pencuri itu pergi? Cepat sekali larinya?" gerutu Shinichi dalam hati. Lalu saat dia akan membelok di tikungan, dia akhirnya melihat Kaito sehingga dia langsung melangkah mundur kembali. Dia melihat Kaito sedang memeluk seseorang.

Shinichi pun menjulurkan kepalanya untuk mengintip. Kaito sepertinya sedang memeluk seorang wanita yang berseragam seperti FBI sehingga Shinichi tidak bisa melihat wajah dan kepala wanita tersebut karena tertutup helm. Sebuah senapan tergeletak di dekat kaki pasangan yang sedang berpelukan itu.

Hal itu membuat Shinichi langsung menyimpulkan bahwa wanita yang dipeluk Kaito itu adalah istri Kaito dan membuatnya bertanya-tanya, apakah istri Kaito itu seorang agen FBI. Atau mungkin istri Kaito itu seorang anggota pasukan khusus milik Kepolisian. Kalau kenyataannya memang begitu, berarti itulah alasan paling kuat mengapa Kaito berhenti menjadi pencuri. Kaito tidak akan bisa menikahi penegak hukum, kalau Kaito seorang pelanggar hukum.

Shinichi menjadi bingung untuk sejenak. Apakah dia harus memanggil Kaito? Atau dia biarkan saja Kaito berduaan dengan istrinya? Lalu setelah terdiam selama beberapa saat, dia akhirnya mengambil keputusan untuk membiarkan Kaito berduaan dengan istrinya. Dia pun berbalik dan mulai melangkah pergi. Dia tidak mengerti kenapa, tapi dia tidak suka melihat Kaito memeluk wanita yang merupakan istri Kaito itu.

XXX

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Kaito.

"Mmm," sahut Shiho. Dia merasa sangat nyaman berada dalam pelukan Kaito setelah apa yang dia lakukan.

"Apa mereka akan lumpuh selamanya?" tanya Kaito lagi.

"Tidak. Mereka hanya akan lumpuh selama 24 jam," jawab Shiho sehingga Kaito tertawa kecil.

"Kau tahu, mereka pasti sangat ketakutan sekarang, padahal mereka akan kembali normal 24 jam lagi. Kau terlalu baik, Sayang," ucap Kaito.

"Benarkah?" tanya Shiho.

"Mmm, kau terlalu baik," sahut Kaito. "Lalu bagaimana dengan Vermouth?" tanya Kaito.

"Huh? Bagaimana kau bisa tahu tentang itu?" Shiho balik bertanya dengan heran.

"Aku tahu dari Tantei-kun. Dia bilang dia sempat melihat siluet Vermouth di tempat kau menembak untuk menolong kami tadi," jawab Kaito.

"Oh, begitu ya. Yah, bisa dibilang aku sudah membereskannya," ucap Shiho.

"Jadi semua urusanmu di sini sudah beres?" tanya Kaito.

"Mmm," jawab Shiho.

"Kalau begitu lebih baik kita pergi dari sini. Aku tidak suka tempat ini," ucap Kaito.

"Mmm, aku juga tidak suka," ucap Shiho.

Kaito melepaskan pelukannya pada Shiho dan memungut senapan Shiho di lantai, lalu dia menggandeng tangan Shiho dan pergi keluar dari markas besar Organisasi Hitam itu.

Saat Shinichi bergabung kembali dengan rekan-rekannya, mereka pun langsung menanyakan keberadaan Kaito karena Shinichi kembali seorang diri. Shinichi pun menjawab bahwa Kaito pergi dengan istrinya.

XXX

Shinichi menatap gelas Sherry-nya yang keempat dengan geram. Mereka tidak bisa menemukan Bourbon dan Vermouth selalu mengamuk seperti orang gila jika ada yang menyebut-nyebut tentang Ai, jadi sampai sekarang dia tidak tahu bagaimana nasib Ai. Kalau Ai benar-benar sudah meninggal, setidaknya dia ingin tahu dimana mayat Ai, tapi dia tidak mendapatkan apapun kecuali Vermouth yang gila.

Shinichi sudah hampir yakin sekarang bahwa Vermouth sudah membunuh Ai dan Bourbon, meskipun dia tidak tahu kenapa Vermouth membunuh Bourbon. Apa mungkin karena Bourbon mencurigai identitasnya sebagai Conan makanya Vermouth membunuh Bourbon? Apa Vermouth melakukan semua itu untuk melindunginya dan Ran?

Jika memikirkan hal itu, Shinichi jadi menyalahkan Ran. Kalau saja Ran tidak menyelamatkan Vermouth, Ai pasti masih hidup sekarang. Dia terus menyalahkan orang lain yang bisa disalahkan olehnya karena dia masih tidak bisa menerima bahwa semua ini adalah salahnya. Ai meninggal karena salahnya.

Sementara itu, di tempat lain, Shuichi baru saja keluar dari ruang tahanan Gin dengan wajah penuh pemikiran. Setelah bicara dengan Gin, dia jadi tahu kalau Sherry masih hidup dan Bourbon melarikan diri dari Organisasi sesaat setelah Sherry menghilang dari rumah Profesor Agasa. Dia pun mulai memikirkan kemungkinan bahwa Bourbon membawa kabur Sherry. Vermouth pasti adalah orang yang menculik Sherry dan mungkin setelah itu, Bourbon membawa kabur Sherry dari Vermouth. Satu-satunya kendala adalah motif Bourbon. Kenapa Bourbon membawa kabur Sherry?

Shuichi pun kembali merasakan kecemburuan di dalam hatinya. Kalau peluru yang bisa melumpuhkan orang itu memang hasil karya Sherry, berarti Sherry pergi bersama Bourbon dengan sukarela. Apa itu artinya Sherry dan Bourbon punya hubungan istimewa? Dia dengar dari Gin bahwa Anokata berniat menjodohkan Sherry dengan Bourbon. Apa dia harus mencari dan mengejar mereka berdua?

Shuichi melepas topi rajutan dari kepalanya dan menatapnya.

"Dia pasti sangat membenciku, jadi lebih baik aku tidak menambahnya lagi," ucap Shuichi dalam hati.

Shuichi kembali memakai topi rajutannya dan melangkah pergi.

XXX

5 bulan kemudian...

Setelah turun dari bus di halte Beika, Kaito menggandeng tangan Shiho, kemudian mereka berjalan bersama menuju rumah Profesor Agasa. Malam itu pertama kalinya Shiho mengunjungi rumah Profesor Agasa setelah dia menghilangkan dirinya. Di punggung Kaito terdapat tas ransel untuk menyimpan pakaian mereka berdua untuk menginap, jika diijinkan oleh Profesor Agasa, sementara Shiho membawa tas kertas berisi sekotak coklat untuk Profesor Agasa sebagai oleh-oleh.

Kaito dan Shiho baru bisa datang malam itu karena setelah penghancuran Organisasi Hitam selesai, Kaito langsung mendapat tawaran untuk melakukan pertunjukan sulap keliling Eropa bersama para pesulap muda lain dari berbagai belahan dunia. Kaito mendapatkan tawaran tersebut berkat Yusaku yang koneksinya sangat luas. Karena itu, Kaito akhirnya keluar dari sekolah dan memilih home schooling yang fleksibel. Setelah berkeliling ke beberapa negara di Eropa, Kaito akhirnya mendapatkan libur sehingga dia dan Shiho bisa mengunjungi Profesor Agasa. Lalu setelah itu, mereka berdua akan kembali ke Eropa untuk meneruskan tur sulap Kaito.

"Apa kau gugup?" tanya Kaito sambil berjalan.

"Mmm, aku takut Profesor marah padaku," jawab Shiho sehingga Kaito meremas tangan Shiho.

"Jangan khawatir. Aku pikir dia tidak akan marah padamu," ucap Kaito.

"Menurutmu begitu?" tanya Shiho.

"Iya, Profesor pasti akan senang melihatmu lagi," sahut Kaito.

"Aku harap juga begitu," ucap Shiho sambil tersenyum. Tapi beberapa saat kemudian senyum Shiho kembali redup. "Aku juga takut bertemu Kudo-kun," lanjut Shiho sehingga Kaito tertawa kecil.

"Kalau masalah itu, kau tidak perlu takut. Jika dia berani macam-macam padamu, aku pasti akan menghajarnya," ucap Kaito.

"Benarkah? Tapi bukankah kau selalu kalah dengannya kalau adu fisik? Apa kau sudah lupa berapa banyak bola sepaknya yang mendarat di tubuhmu?" ucap Shiho dengan nada meledek sehingga wajah Kaito menjadi cemberut.

"Itu kan dulu. Sekarang, setelah aku keliling Eropa dan berlatih keras, dia bukan tandinganku lagi," ucap Kaito dengan angkuh.

"Ya, ya, kita lihat saja nanti," ucap Shiho dengan geli sehingga Kaito menatapnya dengan kesal. Namun Shiho segera mengecup pipi Kaito sehingga Kaito tidak kesal lagi.

Tiba-tiba langkah Shiho terhenti sehingga Kaito juga ikut berhenti dan mengikuti arah tatapan mata Shiho. Kaito melihat dua orang yang kelihatannya sedang ribut tidak jauh dari tempatnya dan Shiho berdiri. Kaito lalu kembali menatap Shiho dan Shiho juga menatapnya. Kemudian Shiho melepaskan tangannya dari genggaman Kaito dan menyerahkan tas kertas di tangannya pada Kaito sebelum melangkah menghampiri dua orang tersebut.

XXX

"Jangan, Shinichi. Kau akan mengganggu Profesor Agasa," ucap Ran sambil berusaha menahan Shinichi yang ingin pergi ke rumah Profesor Agasa.

Saat itu hari sudah malam dan Shinichi yang baru pulang dari sebuah pesta yang didatanginya bersama Ran, sedang dalam keadaan mabuk. Sepertinya semakin lama, Shinichi semakin mirip dengan Kogoro.

"Lepaskan aku! Aku ingin tidur di tempat tidur Haibara. Aku ingin menemui Haibara. Aku harus bertemu dengannya," ucap Shinichi dengan agak kesal sambil berusaha melepaskan lengannya dari Ran.

"Shinichi...," ucap Ran dengan frustasi.

Ran memang sudah bisa menebak semuanya meskipun Shinichi belum mengatakan apapun padanya. Shinichi sepertinya tidak berniat mengatakan apapun padanya dan dia juga terlalu takut untuk bertanya pada Shinichi. Dia takut dia akan kehilangan Shinichi kalau dia menanyakannya.

Kalau mau jujur, sebenarnya sudah sejak lama Ran menebak semua ini, tentang Conan dan Ai. Tapi dia tidak pernah mau mengakuinya, terutama tentang Ai. Meskipun semua orang di sekitarnya berkata bahwa Ai terlihat seperti seorang wanita dewasa yang terjebak dalam tubuh anak kecil, dia selalu melihat dan memperlakukan Ai sebagai gadis kecil.

Ran selalu berharap bahwa Conan adalah Shinichi sehingga dia tidak mau menerima kalau Ai adalah wanita dewasa juga, karena itu artinya ada wanita lain selain dirinya yang mendampingi Shinichi melalui masalah yang sedang dihadapi Shinichi, masalah yang tidak mau dibagi Shinichi dengannya. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan jika Shinichi memang membagi masalahnya dengan wanita lain, bukan dengan dirinya, padahal dia adalah wanita yang dicintai Shinichi. Dia tidak tahu bagaimana dia harus bersikap terhadap wanita itu dan Shinichi.

Setelah Ran tarik-menarik dengan Shinichi selama beberapa saat di dekat pagar rumah Profesor Agasa dengan agak berisik karena Shinichi yang marah-marah, tiba-tiba mereka berdua dikagetkan oleh sebuah suara.

"Apa yang sedang kau lakukan, Kudo-kun?" ucap suara itu.

Ran dan Shinichi pun menoleh ke arah pemilik suara itu dan mata mereka langsung membesar. Lalu setelah diam membeku selama beberapa saat, Shinichi melepaskan lengannya dari pegangan Ran yang masih terpana dan melangkah menghampiri pemilik suara tersebut, yaitu Shiho, dengan agak sempoyongan dan wajah geram.

Shinichi mencengkeram bahu Shiho dan menatap Shiho dengan marah saat dia sampai di depan Shiho.

"Kau... Beraninya kau melakukan semua itu padaku... Aku hanya ingin melindungimu, apa kau tidak mengerti?" seru Shinichi sambil mengguncang-guncang bahu Shiho.

Shiho tidak mengatakan apapun dan hanya menatap Shinichi dengan tenang.

Kemarahan di mata Shinichi pun perlahan-lahan redup dan matanya menjadi berkaca-kaca.

"Aku sangat mencintaimu, kau tahu?" ucap Shinichi sehingga mata Shiho agak membesar.

Shiho kemudian mengulurkan salah satu tangannya untuk memegang pipi Shinichi dan tersenyum lembut pada Shinichi.

"Maaf, sudah meninggalkanmu sendiri. Pasti berat untukmu," ucap Shiho.

Shinichi pun tidak bisa menahan dirinya lagi dan memeluk Shiho, lalu menangis di bahu Shiho seperti anak kecil. Dia merasa sangat lega. Shiho tidak lagi menatapnya dengan tatapan terluka.

Shiho pun melingkarkan lengannya di pinggang Shinichi dan menepuk-nepuk punggung Shinichi dengan salah satu tangannya, sementara Kaito yang berdiri tidak begitu jauh di belakang Shiho mengalihkan pandangannya dengan agak muram.

XXX

Kaito melirik Ran dengan perasaan tidak enak. Saat itu, Ran sedang menatap Shiho yang sedang duduk di tepi tempat tidur Shinichi untuk membujuk Shinichi agar mau tidur. Ran menatap tangan Shinichi yang menggenggam salah satu tangan Shiho dengan tatapan tajam.

"Err, maaf aku belum memperkenalkan diri. Aku Kaito Kuroba. Kita sudah sering bertemu sebelumnya, bukan, saat aku menjadi Kaitou KID?" ucap Kaito sehingga Ran menoleh padanya dengan senyum yang terpaksa.

"Iya, kau benar. Aku Ran Mouri," sahut Ran.

"Aku senang akhirnya bisa berkenalan denganmu. Oh, dan dia Shiho Kuroba," ucap Kaito sambil memberi isyarat ke arah Shiho. "Dia istriku," ucap Kaito sambil tersenyum sehingga Ran menatapnya dengan terkejut.

"Ai-chan istrimu?" ucap Ran dengan suara menggumam.

"Ah, kau mengenalnya sebagai Ai-chan, ya? Iya, dulu dia memang pernah jadi Ai-chan, tapi dia sudah kembali beberapa bulan yang lalu," ucap Kaito.

"Begitu ya?" komentar Ran.

Mereka berdua kemudian tidak bicara lagi sampai Shiho menghampiri mereka setelah Shinichi tidur. Shiho menyapa Ran dengan singkat dan meminta maaf, kemudian berpamitan bersama Kaito. Setelah itu, Shiho dan Kaito pergi, meninggalkan Ran berdua dengan Shinichi.

Ran melangkah menghampiri tempat tidur Shinichi, lalu dia menatap wajah Shinichi yang sedang tertidur. Shinichi terlihat sangat tenang sekarang sehingga Ran menggigit bibir bawahnya. Dia lalu melepas semua pakaian Shinichi dan pakaiannya sendiri, lalu bergabung di tempat tidur bersama Shinichi. Saat Shinichi mendekapnya di tempat tidur, Shinichi memanggilnya dengan Haibara, sama seperti biasanya dan dia juga mengacuhkannya, sama seperti biasanya. Dia sudah berkali-kali melakukan ini dengan Shinichi yang sudah tertidur. Dia ingin menegaskan pada Shinichi bahwa Shinichi adalah miliknya dan dia tahu Shinichi mendapatkan pesannya itu.

XXX

Saat Shiho masuk ke kamarnya setelah selesai mandi, dia melihat suaminya yang biasanya sangat manja dan nakal pada malam hari, tidak menyambutnya dan hanya berbaring menyamping di tempat tidurnya. Dia pun tersenyum dan melangkah menghampiri tempat tidur. Dia memang belum sempat bicara dengan Kaito sepulang dari rumah Shinichi karena mereka langsung sibuk melepas rindu dengan Profesor Agasa.

Shiho sangat bersyukur Profesor Agasa baik-baik saja dan percaya pada janjinya. Dia hampir menangis saat Profesor Agasa berulang kali berkata bahwa dia selalu percaya bahwa Shiho masih hidup karena Shiho sudah berjanji padanya akan pulang kembali, meskipun semua orang berkata kalau Shiho sudah meninggal. Dia benar-benar menyayangi Profesor Agasa.

"Apa kau marah?" tanya Shiho setelah dia memeluk Kaito dari belakang di tempat tidur.

Kaito hanya diam sehingga Shiho kembali tersenyum.

"Sayang," ucap Shiho dengan suara manja. Dia kemudian menciumi bahu dan punggung bagian atas Kaito yang memang bertelanjang dada sehingga Kaito akhirnya tidak tahan juga. Istrinya itu sepertinya memang tahu bagaimana cara menyentuhnya.

Kaito pun melepaskan lengan Shiho di pinggangnya, lalu berbalik untuk menatap Shiho.

"Maaf kalau aku membuatmu marah," ucap Shiho sambil menatap mata Kaito.

"Kau tidak perlu minta maaf. Aku tidak marah padamu. Aku hanya merasa bersalah padamu dan Tantei-kun. Padahal kalian saling mencintai, tapi aku...," Kaito tidak bisa meneruskan ucapannya karena Shiho langsung menutup mulutnya dengan ciuman.

Shiho lalu memegang kedua pipi Kaito setelah dia mengakhiri ciumannya dan menatap mata Kaito.

"Aku mencintaimu dan aku bahagia bersamamu, jadi aku tidak menginginkan laki-laki selain dirimu, kau mengerti?" ucap Shiho.

"Sayang...," ucap Kaito. Dia pun mencium Shiho, lalu dia berhenti sejenak. Dia menempelkan keningnya pada kening Shiho dan menatap mata Shiho dengan penuh cinta. "Aku juga mencintaimu. Sangat mencintaimu," ucap Kaito sehingga Shiho tersenyum, kemudian Kaito kembali mencium Shiho.

Malam itu merupakan malam yang penuh cinta bagi Kaito dan Shiho.

XXX

Shinichi terbangun keesokan paginya dengan kepala agak pusing. Lalu dia menyadari keberadaan Ran dalam pelukannya sehingga dia menghela nafas pelan. Dia pun melepaskan Ran dengan hati-hati agar Ran tidak terbangun dan menyelimuti Ran sebelum dia mengenakan pakaiannya kembali.

Yah, ini memang bukan pertama kalinya bagi Shinichi. Meskipun begitu, dia yakin tidak pernah terjadi apapun diantara mereka berdua selama ini. Dia benar-benar tidak mengerti mengapa Ran melakukan semua ini, tapi dia juga merasa canggung jika harus bertanya pada Ran, jadi dia hanya diam saja dan bersikap seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.

Karena kepalanya yang masih agak pusing, Shinichi pun berniat pergi ke rumah Profesor Agasa untuk meminta kopi. Biasanya kopi sudah tersedia di rumah Profesor Agasa di jam seperti ini. Profesor Agasa selalu membuat kopi setiap pagi untuk Ai, yang sekarang sudah pergi.

Saat Shinichi sampai di depan pagar rumah Profesor Agasa, dia jadi teringat mimpinya kemarin malam. Dalam mimpinya itu dia bertemu Ai dalam wujud aslinya dan sepertinya Ai sudah memaafkannya sehingga dia merasa sangat lega. Dia bahkan masih bisa merasakan kehangatan pelukan Ai saat dia menangis di bahu Ai. Dia benar-benar tidak percaya dia bisa menangis seperti itu. Untungnya itu hanya mimpi.

Setelah menekan bel dan menunggu selama beberapa saat, Profesor Agasa pun membukakan pintu untuk Shinichi. Shinichi langsung masuk sambil bicara dengan Profesor Agasa.

"Profesor, aku minta kopi ya?" ucap Shinichi sambil melangkah ke ruang makan sementara Profesor Agasa menutup pintu.

Shinichi pun merasa agak heran saat dia tidak menemukan kopi di meja makan seperti biasanya. Dia lalu menoleh pada Profesor Agasa yang baru saja memasuki ruang makan.

"Ah, maaf. Aku belum sempat membuat kopinya karena...," ucapan Profesor Agasa langsung dipotong oleh Shinichi.

"Tidak apa, Profesor. Kalau begitu aku akan membuatnya sendiri," ucap Shinichi dengan cepat, lalu dia bergegas melangkah ke dapur.

"Ah, Shinichi...," panggil Profesor Agasa, tapi Shinichi tidak menghiraukannya dan terus melangkah ke dapur.

Shinichi langsung membeku di tempat saat dia melihat pemandangan di depannya. Di dapur tersebut, terdapat seorang laki-laki yang bertelanjang dada sedang memeluk seorang wanita yang sedang memasak dari belakang. Pasangan tersebut berdiri membelakanginya dan sepertinya tidak menyadari kehadirannya. Laki-laki itu sedang sibuk merayu wanita dalam pelukannya untuk mandi bersama.

Tidak butuh waktu lama bagi Shinichi untuk mengenali bahwa laki-laki itu adalah Kaito. Tapi jantungnya serasa berhenti berdetak saat dia melihat rambut wanita yang sedang dipeluk Kaito, yang menyembul dari balik bahu Kaito. Warna rambutnya sama dengan warna rambut Ai.

Profesor Agasa yang baru sampai di samping Shinichi pun menatap Shinichi dan Kaito dan Shiho yang sedang berpelukan secara bergantian dengan bingung. Lalu dia akhirnya mengambil keputusan dan berdehem dengan agak keras.

Kaito dan Shiho yang mendengar deheman Profesor Agasa pun menoleh dan saat mata mereka jatuh pada Shinichi, mereka berdua segera melepaskan diri terhadap satu sama lain, tapi Kaito tetap memegang tangan Shiho. Suasana di dapur tersebut menjadi canggung selama beberapa saat sehingga Kaito membuka mulutnya untuk mencairkan suasana.

"Maaf, kau dan Profesor harus melihatnya," ucap Kaito sambil nyengir.

XXX

5 tahun kemudian...

Amuro baru saja turun dari bus di halte bus di daerah pertokoan Beika. Dia pun memandang berkeliling sambil tersenyum. Ini pertama kalinya dia menginjakkan kakinya lagi di Beika setelah bertualang selama 5 tahun di pedalaman sebagai relawan sejak dia melarikan diri dari Organisasi Hitam. Dia berencana berjalan-jalan sebentar sebelum mengunjungi Kogoro untuk mengantarkan undangan pernikahannya. Dia tidak punya keluarga, makanya dia mengundang Kogoro. Selain itu, dia juga berharap bisa bertemu Miya-chan dan mungkin dia bisa mengundang Miya-chan dan ibunya ke pesta pernikahannya pula.

Amuro bertemu dengan calon istrinya itu saat sama-sama menjadi relawan. Calon istrinya itu sangat baik dan lembut seperti Akemi dan juga sangat pintar dan kuat seperti Vermouth. Jika dia bisa bertemu Miya-chan, dia akan pamer pada Miya-chan. Mungkin dia bisa membuat Miya-chan yang angkuh dan seenaknya sendiri itu patah hati. Ah, dia benar-benar ingin melihat Miya-chan yang patah hati.

Amuro sedang berdiri untuk menyeberang jalan ketika para siswi yang berada di sekitarnya kasak-kusuk sambil melihat tayangan infotainment di layar lebar yang ada di bagian atas gedung di seberang jalan. Acara infotainment itu sedang memberitakan konferensi pers seorang pesulap terkenal yang mengumumkan bahwa istrinya sedang hamil anak kedua. Dia pun hanya tersenyum sinis dan tidak melihat ke layar lebar itu sama sekali.

Amuro mendengar para siswi itu mengomel tentang rasa tidak suka mereka pada istri pesulap tersebut, meskipun mereka mengakui bahwa istri pesulap itu bisa melahirkan anak yang manis dan lucu seperti Dai-chan untuk pesulap tersebut. Lalu mereka mulai bicara tentang pasangan ideal bagi pesulap tersebut, yaitu detektif terkenal Shinichi Kudo, yang sepertinya sekarang menjadi kakak pesulap tersebut setelah ayah Shinichi Kudo menikah dengan ibu pesulap tersebut setahun yang lalu setelah menjadi duda selama 3 tahun.

Para siswi tersebut pun heboh sendiri dengan pasangan gay plus incest idaman mereka itu sehingga Amuro memutar bola matanya.

"Dasar gadis-gadis jaman sekarang! Memangnya apa yang ada di pikiran mereka itu? Jeruk kok minum jeruk!" komentar Amuro dalam hati.

Saat Amuro melihat bahwa para lelaki yang ada di sekitarnya juga memandang ke arah layar lebar karena saat itu sepertinya kameranya sedang fokus kepada istri sang pesulap, Amuro pun jadi penasaran sehingga dia ikut memandang ke layar lebar yang ada di seberang jalan. Matanya pun langsung terbelalak saat melihat istri pesulap tersebut.

"Bukankah dia Sherry? Tapi bagaimana bisa?" tanya Amuro dalam hati dengan kaget.

Amuro kemudian menatap mata istri pesulap tersebut dan jantungnya serasa berhenti berdetak. Mata istri pesulap itu begitu familiar. Mata yang sangat dirindukannya.

"Miya-chan..."

XXX

Shiho sedang menata sarapan di meja makan ketika seseorang tiba-tiba memeluknya dari belakang.

"Pagi, Sayang. Kau tidak merasa mual pagi ini?" sapa Kaito.

"Yah, sepertinya belum," sahut Shiho.

"Kalau begitu aku bisa dapat ciuman, kan?" tanya Kaito sambil nyengir.

"Aku rasa tidak," jawab Shiho sambil tersenyum.

"Huh? Kenapa tidak?" tanya Kaito dengan nada agak protes.

"Karena aku ada di sini," jawab seseorang yang tiba-tiba memegang pundak Kaito dari belakang sehingga Kaito melepaskan pelukannya pada Shiho dan berbalik.

Kaito pun menatap wajah Shinichi yang tadi memegang pundaknya sambil sweatdrop.

"Kenapa kau ada di sini pagi-pagi begini?" tanya Kaito.

"Aku lapar dan tidak ada makanan di rumahku, jadi aku ke sini. Rumahku ada di sebelah, kau ingat?" sahut Shinichi.

"Kau kan bisa pergi ke kafe," ucap Kaito dengan nada bersungut-sungut sehingga Shinichi menyeringai.

"Kenapa aku harus pergi ke kafe, sementara adik iparku masakannya sangat enak, iya kan Shiho?" ucap Shinichi sambil duduk di meja makan.

Shiho hanya memutar bola matanya dan tidak mengatakan apapun. Dia mengambil piring yang ada di depan Shinichi dan mengambilkan nasi untuk Shinichi.

Kaito akhirnya ikut duduk di meja makan dan menatap Shinichi dengan kesal sementara Shinichi hanya menyeringai kepadanya. Sejak ibunya menikah dengan ayah Shinichi, Shinichi pun menjadi kakaknya dan Shinichi tidak pernah berhenti membuatnya kesal dan menyuruhnya macam-macam.

"Oh ya, ngomong-ngomong, aku butuh bantuanmu untuk menangani kasus, jadi setelah sarapan kau harus segera mandi, lalu ikut denganku, kau mengerti?" ucap Shinichi sehingga Kaito facepalm karena dugaannya benar. Padahal dia sedang libur dan ingin pergi kencan dengan Shiho, tapi kakaknya yang menyebalkan itu sepertinya tidak akan membiarkannya pergi kencan dengan Shiho.

"Kau tahu, aku rasa kau harus segera menikah, Kudo-kun. Kau benar-benar membutuhkannya," ucap Shiho datar sambil mulai sarapan setelah dia mengambilkan makanan untuk Kaito dan dirinya sendiri.

"Kenapa aku harus melakukannya? Aku masih 22 tahun. Lagipula kau bisa mencuci dan memasak untukku, ya kan?" sahut Shinichi sambil nyengir sehingga Kaito kembali menatapnya dengan kesal.

"Iya, tapi tidak ada yang mengencanimu sehingga kau terus saja mengencani suamiku. Itu tidak sehat, kau tahu? Gadis-gadis di luar sana akan banyak berharap nanti," ucap Shiho sehingga wajah Shinichi dan Kaito langsung memerah. Memang sangat memalukan bagi mereka berdua ketika mereka tahu banyak gadis di luar sana yang menginginkan mereka menjadi pasangan.

"Biarkan saja. Aku tidak peduli. Yang jelas aku tidak seperti yang mereka pikirkan. Aku sangat normal kok," ucap Shinichi dengan nada bersungut-sungut sehingga Shiho tersenyum.

Lalu mereka mendengar suara Daichi memanggil ibunya dari kamarnya sehingga Shiho langsung berniat bangkit, tapi Kaito langsung menahannya.

"Biar aku saja, Sayang. Kau duduk saja," ucap Kaito sambil berdiri sehingga Shiho tersenyum.

"Terima kasih, Sayang," ucap Shiho.

Beberapa saat kemudian, Kaito kembali sambil menggendong Daichi yang usianya sudah menginjak 2 tahun. Kaito pun menurunkan Daichi ke lantai saat Daichi ingin pergi ke ibunya sehingga Daichi bisa melangkah menghampiri Shiho.

Shiho kemudian bertanya tentang kabar Yukiko yang sekarang menjadi aktris Hollywood terkenal setelah bercerai dari Yusaku, namun Shinichi tidak mau membicarakannya sehingga mereka bertiga akhirnya membicarakan kasus yang akan ditangani Shinichi bersama Kaito hari itu. Lalu setelah sarapan, Kaito dan Shiho menitipkan Daichi pada Shinichi sementara Kaito mandi dan Shiho menyiapkan pakaian yang akan dipakai Kaito.

XXX

"Apa kau akan baik-baik saja sendirian di rumah? Daichi akan pergi jalan-jalan bersama kakek-neneknya kan, pagi ini?" tanya Kaito saat Shiho membantunya berpakaian.

"Aku akan baik-baik saja. Memangnya kau pikir aku ini anak kecil seperti Dai-chan," sahut Shiho dengan geli.

"Bukan begitu. Kau kan sedang hamil muda. Apa aku tidak jadi ikut saja ya, dan menemanimu di rumah? Aku yakin dia bisa mengatasinya sendiri," ucap Kaito.

"Tidak perlu. Kau ikut saja dengannya. Tapi usahakan kau sudah pulang saat makan siang, oke? Akan ada tamu istimewa yang datang hari ini," ucap Shiho dan dia menjadi heran saat melihat wajah suaminya menjadi merengut.

"Jadi sekarang mantan pacar kakakmu itu sudah menjadi tamu istimewa bagimu, huh?" ucap Kaito dengan sinis sehingga Shiho tertawa geli. Shiho memang sudah memberitahu Kaito kemarin kalau Shuichi akan datang berkunjung saat makan siang. Tapi tamu istimewa yang dimaksud Shiho bukanlah Shuichi. Namun Shiho tidak akan memberitahu suaminya agar tamu istimewa itu menjadi kejutan.

"Sayang, kita sedang menanti kelahiran anak kedua kita dan kau masih saja cemburu kepada siapapun yang bisa kau cemburui?" ucap Shiho dengan geli.

Kaito pun melingkarkan lengannya di pinggang Shiho yang sedang mengancingkan kemejanya dan menarik tubuh Shiho mendekat.

"Kau mungkin tidak tahu, Sayang. Tapi aku punya alasan kuat mengapa aku harus mewaspadai mereka," ucap Kaito sehingga Shiho tersenyum.

"Baiklah, terserah kau saja. Asal jangan terlalu paranoid tentang hal itu, kau mengerti?" ucap Shiho.

"Iya, aku tahu," ucap Kaito.

Setelah itu, Kaito melepaskan Shiho sehingga Shiho bisa melanjutkan kembali membantunya berpakaian.

XXX

Sudah lebih dari 3 jam, Amuro mengamati rumah yang diketahuinya sebagai rumah Profesor Agasa dari jauh. Hal ini membuatnya semakin teringat dengan Miya-chan, yang dulu juga mengamatinya dari jauh seperti ini.

Kemarin saat Amuro mengantarkan undangan pada Kogoro, Kogoro mengajaknya minum dan saat Kogoro sudah mulai mabuk, Kogoro bercerita tentang anak angkat Profesor Agasa yang merupakan istri pesulap terkenal. Kogoro juga berkata bahwa saat ini pasangan tersebut tinggal di rumah Profesor Agasa, sementara Profesor Agasa mengikuti istrinya yang tinggal di luar negeri. Tentunya tidak butuh waktu lama bagi Amuro untuk menebak bahwa anak angkat Profesor Agasa itu adalah Sherry. Ai-chan, Miya-chan dan Sherry, semuanya orang yang sama. Dan Conan pasti adalah Shinichi Kudo, detektif terkenal yang rumahnya bersebelahan dengan rumah Profesor Agasa. Dia memang tidak tahu bagaimana caranya Sherry bisa kembali menjadi anak kecil lagi, tapi dia yakin deduksinya itu tidak salah.

Amuro sempat melihat Sherry tadi, saat Sherry mengantarkan suaminya yang pergi dengan Shinichi. Sherry berdiri di depan pintu rumahnya sambil menggendong anak laki-lakinya yang berusia sekitar 2 tahun dan melambaikan tangannya pada suaminya dan Shinichi sambil mengajak anaknya ikut melambaikan tangan juga. Lalu dia kembali melihat Sherry saat sepasang suami-istri yang sepertinya merupakan mertua Sherry, karena yang laki-laki sangat mirip dengan Shinichi, datang untuk mengajak anak Sherry pergi bersama mereka.

Amuro kemudian melihat ke langit yang agak mendung di atasnya. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Apa dia akan berdiri di situ seharian seperti orang bodoh? Atau apa dia harus pergi ke rumah Sherry untuk menemui Sherry? Tapi kalau dia pergi menemui Sherry, apa yang harus dikatakannya pada Sherry? Dia sudah mencoba membunuh Sherry di kereta api, tapi Sherry juga adalah Miya-chan. Apa yang harus dia lakukan?

Amuro menghela nafas sementara rintik gerimis mulai terasa. Mungkin sebaiknya dia pulang saja. Biarkan saja Sherry bahagia dengan kehidupannya. Kalau dia muncul di depan Sherry sekarang, mungkin dia hanya akan mengganggu Sherry. Yang penting Sherry masih hidup. Yang penting Miya-chan masih hidup. Dia sudah merasa lega.

Jantung Amuro pun seolah hampir copot saat dia berbalik untuk pergi karena dia menemukan Sherry berdiri sambil memegang payung dan menatapnya.

"Kenapa kau hanya berdiri di sini seperti orang bodoh?" tanya Shiho.

Amuro pun tidak bisa berkata-kata selama beberapa saat dan ketika dia akhirnya bisa bicara, dia hanya memanggil nama Shiho yang dikenalnya.

"Sherry... Miya-chan...?" ucap Amuro.

"Iya, itu aku, Bourbon-san, Amuro-kun," sahut Shiho sambil tersenyum. Lalu ketika Shiho melihat Amuro hanya diam saja, dia kembali membuka mulutnya. "Lebih baik kita bicara di dalam. Gerimis bisa membuat kepala pusing," ucap Shiho.

Shiho pun langsung merasa kaget ketika Amuro memeluknya saat dia berniat melangkah menuju rumahnya. Dia tidak tahu harus berbuat apa sehingga dia diam saja.

Amuro juga sama kagetnya dengan Shiho saat dia memeluk Shiho. Gerakannya itu begitu spontan karena tekanan perasaannya yang begitu kuat. Dia benar-benar tidak bisa menahan dirinya.

"Syukurlah, kau masih hidup. Syukurlah...," ucap Amuro dengan penuh perasaan sehingga Shiho yang terkejut akhirnya tersenyum dalam pelukan Amuro.

XXX

Amuro tersenyum senang saat dia berada dalam bus yang menuju tempat tinggalnya malam itu. Tentu saja dia sangat kesal tadi saat Shiho menceritakan semuanya padanya, tentang bagaimana dia ditipu oleh Shinichi, Shuichi, Shiho dan Kaito di kereta api dan juga sandiwara Miya-chan yang dimainkan Shiho bersama Kaito. Namun, setelah menghabiskan setengah hari di rumah Shiho, yang dirasakannya saat ini hanyalah rasa senang.

Amuro tidak pernah membayangkan bahwa dia akan makan semeja dengan musuh terbesarnya, yaitu Shuichi. Tapi di rumah Shiho, hal itu bisa terjadi. Mereka berdua bahkan sempat mengobrol singkat tadi. Namun tentu saja, saat pertama kali Shuichi melihatnya di rumah Shiho tadi, Shuichi langsung mencabut pistolnya dan mengarahkannya padanya, sebelum Shiho menjelaskan semuanya pada Shuichi.

Shiho benar-benar dikelilingi oleh orang-orang yang baik. Mereka tadi begitu ramah kepadanya, termasuk suami Shiho, sehingga Amuro merasa sedang berada bersama keluarganya. Daichi juga sangat lucu. Daichi sudah menguasai sulap bunga di usia sekecil itu. Lalu saat Amuro menceritakan tentang rencana pernikahannya, mertua Shiho pun menawarkan diri sebagai walinya kalau Amuro membutuhkannya dan mereka semua akan datang sebagai keluarganya kalau dia mau.

Jadi saat Amuro bertemu dengan tunangannya nanti, dia akan berkata padanya bahwa dia baru saja menemukan adik perempuannya yang hilang dan dia merasa sangat bahagia karena itu.

Tamat.


Catatan Penulis 2 :

Liz McShawn : Sama-sama, terima kasih juga buat kamu karena aku sudah di-add. Maaf ya update-nya lama. XD

Glee : Ya sudah. Lebih baik kita hentikan saja. He he he

iamxxxxx : Terima kasih. XD

phiaa : Iya ini baru jadi epilognya. Malam pertamanya udah lewat, jadi nggak bisa dijadikan epilog. He he he

Yui Kagerou : Lho, yang ini kan bukan ShinShi? Terus ada juga yang HeiShi, ShuShi dan AiCon. He he he

Miyuki Yoshida : Iya, gpp. Kaito bakal lulus SMA kok, tapi karir Kaito memang tidak berada di jalur pendidikan formal, sehingga pendidikan formal tidak terlalu penting bagi Kaito. Iya, Kaito bilang sama ibunya di chapter terakhir ini, setelah dia menikah dengan Shiho. XD

Ruki Scarffy : Wujud Kaito, karena mereka sekarang satu tim, jadi Kaito tidak perlu menyembunyikan wajah aslinya. XD

Rin Kagamii : Iya, aku harap juga begitu. XD

milen kuroba : Udah ada gitu lho, yang Vermouth sama Bourbon. He he he

aishanara87 : Nggak amit-amit sih kalau buat Kaito dan Shiho, karena meskipun masih muda, kemampuan finansial mereka sudah tinggi karena mereka orang-orang yang istimewa. Iya, Ai beneran ngomong gitu ke Conan besok harinya setelah kasus kereta api. Kalau ngomong kayaknya sih nggak, cuma nunjukin aja kayaknya. He he he

Renesmee : Iya, semoga saja. XD

Reina : Okey, Sis. XD

Akyuu : Bisa, kalau Ai balik jadi Shiho lagi. Kalau Ai usianya masih 7 tahun, ya belum bisa hamil. He he he

jungsherry : Terima kasih atas semangatnya. Iya, semoga saja selanjutnya aku bisa nulis ShinShi lagi. XD

Elena miyano : Maaf, nggak ada, soalnya ini rate T. XD

Ms KuDet : Nggak kok. Kalau itu sih belum apa-apa. He he he

U Know Who : Maaf sudah memberimu spoiler. Kupikir kamu sudah baca sampai situ. Iya, kalau menurutku orang tuanya Mikan itu orang tua yang tidak bertanggung-jawab. Apanya yang "Gimana Shiho&Mikan?". Kalau yang mirip Shiho ya Hotaru, bukan Mikan. Mikan itu kayak Ran kalau menurutku. XD

Zara zaneta : Oke! XD

coffeelover98 : Iya, semoga saja habis ini ShinShi. He he he

guest : Iya, tapi yang paling kentara jelas sisi pembohongnya, padahal Conan selalu ngoceh tentang kebenaran. XD

Nana-chan : He he he. Kayaknya di sebagian besar fanfic-ku, Ran-nya nggak seneng-seneng amat deh. Sampai-sampai ada yang mengkritik kalau Shiho di fanfic-ku seperti dewa. Mungkin karena Shiho selalu berakhir bahagia. XD

Guest : Shinichi akan berakhir bersama Ran, tapi mereka hanya bahagia sebentar, setelah itu kelam. Kalau pasangannya Shiho, itu masih rahasia. He he he

Guest : Maaf ya lamanya sampai berminggu-minggu. XD

Viv : Iya kayaknya. Yang OST film itu ya. XD

Yumika : Iya, beres. He he he

Guest : Maaf ya lama update-nya. XD

Kk : Selanjutnya kemungkinan besar Shinichi. XD

Guest : Apaaaa...? XD

Aria-chi : Biar cepet selesai nulisnya. Tambah adegan = tambah tulisan = tambah lama update. He he he. Iya, tahu, saat dia main ke rumah Profesor Agasa. XD

Tristan : Soalnya tambah adegan = tambah tulisan = tambah lama update. He he he

ReadMe : Terima kasih atas pujian dan kritiknya. Aku selalu bingung setiap kali ada yang bilang Shiho di fanfic-ku seperti dewa. Jadi apa kamu mau membantuku dengan menulis fanfic Shiho yang tidak seperti dewa agar aku bisa mengerti? Sepertinya catatan penulisku itu memang jarang dibaca pembaca. Aku pernah menulis di catatan penulisku dulu, bagaimana Akemi sudah mengacaukan hidup Shiho karena dia ingin kembali pada Akai. Atau kalau kamu masih ingat monolog Bourbon di cerita ini, Akemi memang lovely, tapi dia berubah saat dia tergila-gila pada Akai sehingga di matanya hanya ada Akai, tidak ada yang lain lagi. Jadi begitulah. XD

Stagonidia Ryzi : Mau. XD

Elena miyano : Tapi memang sudah saatnya berakhir. He he he

Guest : Iya, ini lho. XD

AR Keynes : Iya, tetep lanjut kok. Maaf ya lama update-nya. XD

M : Iya, aku sibuk banget akhir-akhir ini. XD

Glee : Iya, ada faktor bulan puasanya juga, makanya telat update-nya. XD

Guest : Udah ini. XD

Guest : Nggak. Cuma lagi sibuk aja. XD

Kamazawa Minami : Kalau berantem nggak lah. Damai aja. XD

Rin Kagamii : Terima kasih sudah setia menunggu. Maaf ya update-nya lama. XD

Michaela angela : Iya, ini sudah ku-update. XD

gee : Kenapa kok yang paling memuaskan yang adegan Vermouth dan Bourbon? XD

Woman : Maaf, nggak bakal ada rate M (lagi) untuk cerita ini. He he he

Conan chan : Iya, ini sudah update. XD

Guest : Gimana? Dah nggak sebel lagi sekarang? XD

Mj : Iya, maaf ya update-nya lama. XD

Guest : ? XD

Guest : Dia jarang main ke warnet sekarang, makanya dia nggak bisa komen. XD

Sampai jumpa di cerita selanjutnya! XD