Title: Day By Day

Author: Kolab saya dengan Ikke ^^

Cast:

-Kim Ryewook / Wookie

-Kim Eunhyuk

-Kim Kangin

-Lee Sungmin

-Kim Yesung (namja)

-Cho Kyuhyun

Genre: Romance, Friendship, Family

Disclaimer: Semua cast milik Tuhan, orangtua nya dan SMEnt, tapi ini fict murni dari imajinasi saya dan Ikke.

Summary: Ryeowook, gadis baik yang sangat dibenci oleh kakaknya karena kesalahan di masa lalu. Kenyataan dan rahasia apalagi yang menghampiri hidup seorang Kim Ryeowook? *summary macam apa ini?*

Warning: Genderswitch, Typho(s) bertebaran. Don't Like Don't Read, ok?

xXx YeWook xXx

"Selamat pagi appa, eonnie.." sapa Wookie lalu duduk di kursi ruang makan keluarga Kim.

"Huh.." Dengusan terdengar dari bibir seorang yeoja berambut pirang. Wookie menatap sang kakak sendu.

Sang appa, Kim Kangin melirik putri sulungnya sekilas lalu tersenyum kepada Wookie. "Pagi juga, sayang. Tidurmu nyenyak?" tanyanya guna menghibur putri bungsunya.

"Uhm.." Wookie mengangguk dengan mengunyah roti selai coklat, menu sarapannya.

"Aku berangkat." Sang kakak, Eunhyuk beranjak dari kursinya lalu segera pergi dari situ.

Kangin menatap punggung putrinya dengan sedih. "Maafkan appa, Wookie. Appa memang tak berguna. Appa tak berharga. Mendamaikan Eunhyuk denganmu saja tak bisa." Kangin mengusap wajahnya dengan frustasi.

Wookie beranjak dari duduknya lalu menghampiri sang appa. "Tidak, appa. Sampai kapanpun kau adalah appa yang terbaik yang pernah ada. Aku yakin suatu saat eonnie pasti bisa memaafkanku.."

Kangin mengelus pucuk kepala putrinya sayang. "Semua yang terjadi bukan kesalahanmu, sayang. Semua itu sudah takdir dari Tuhan. Hanya saja Eunhyuk belum bisa menerima takdir yang menghampiri kita."

Wookie mengangguk. "Ne. Aku yakin suatu saat eonnie akan kembali menjadi sosok eonnie yang dulu lagi." Yeoja ini tersenyum meskipun hatinya terasa sakit. Dalam hati yang terdalam, ia tak begitu yakin hal itu akan terjadi.

"Yah semoga saja. Ayo appa antar sekolah." Kangin menghabiskan kopinya kemudian beranjak dari duduknya menuju garasi dengan diikuti oleh Wookie di belakangnya.

xXxXxXxXx

Wookie berjalan tergesa menuju kelasnya. Jalanan tadi sangat macet sehingga membuatnya terlambat padahal seumur hidup ia sekolah, dia selalu datang tepat waktu.

BRUKK

"Ah.. Mianhae.." Wookie mengulurkan tangannya kepada seorang namja yang baru saja ditabraknya.

Namja tersebut melirik Wookie sekilas lalu menampik tangan yeoja tersebut dan segera berdiri. "Kalau jalan pakai mata. Dasar mungil," ketus sang namja.

"Mwo?" Wookie melotot tak terima dikatai mungil.

Namja itu tersenyum mengejek. "Kenapa? Apa ada yang salah dengan kata-kataku, hm?" Namja tersebut berjalan mendekati Wookie sedangkan gadis ini malah memundurkan dirinya.

"Kau.. mau apa?" tanya Wookie ketakutan. Punggungnya sudah menyentuh dinding sedangkan namja itu masih saja mendekatinya.

"Kau tak tahu apa kesalahanmu, eoh?"

"Maaf, aku tadi menabrakmu."

Alis sang namja berkerut. "Hanya itu?"

Wookie mengangguk cepat. "Ya. Kurasa kesalahanku padamu hanya itu."

Namja itu menghela napasnya. "Kau tak merasa melanggar sesuatu..hm.. Nona Kim?" Matanya melirik name tag Wookie.

Wookie menggeleng polos. Gadis ini membuat namja di depannya lebih bersabar menghadapi gadis innocent sepertinya.

"Hm.. Jangan-jangan kau juga tak mengenal siapa aku, umm?"

Wookie menggeleng sekali lagi. "Tidak. Memangnya kau siapa?"

"Aish.." Namja itu mengacak rambut frustasi. "Kau benar-benar tak mengenalku, Nona Kim Ryeowook?"

"Benar. Memangnya untuk apa aku harus mengenalmu? Seperti kau adalah orang penting saja.." celetuknya.

Namja tersebut melotot tak percaya mendengar ucapan yang meluncur dari gadis di hadapannya itu. "Astaga.. Kau itu murid sekolah ini bukan sih?" Ditariknya napas dalam-dalam lalu dihembuskan. "Baiklah. Perkenalkan namaku Kim Yesung, ketua kedisiplinan sekolah ini."

"Mwo? Ke.. ketua kedisiplinan?" kaget Wookie. Ia baru ingat kalau saat ini ia sedang terlambat. Secepat juga ia berancang-ancang untuk berlari.

"Eits.. Mau kemana, nona Kim?" Yesung mencekal tangan kanan Wookie.

"Tentu saja mau masuk kelas." Wookie mencoba melepaskan tangan Ysung dari tangannya.

"Kau pikir kau bisa masuk kelas seenaknya tanpa surat ijin dariku, nona Kim Ryeowook?" Yesung merasa sudah sangat jengkel dengan gadis ini.

"Baiklah. Cepat berikan aku surat ijin. Aku harus segera mengumpulkan tugasku."

"Aku tak peduli dengan tugasmu."

"Oh, ayolah. Cepat berikan surat ijinmu biar aku bisa segera masuk kelas dan kau pun bisa segera mengikuti pelajaran di kelasmu," mohon Wookie masih dengan upaya melepaskan cekalan tangan Yesung.

"Tak masuk kelas sekalipun aku akan tetap pintar. Aku kan orang jenius.

"Huh.. sombong sekali.."dumel Wookie pelan.

"Kau mengggerutu hal buruk tentangku, nona Kim?"

Secepat mungkin Wookie menggeleng. "Ah, tidak. Cepat katakan apa yang harus aku lakukan agar aku bisa segera masuk kelas," ucap Wookie tak sabar.

Yesung mengetukkan jarinya di dagu. "Aku mempunyai beberapa keinginan yang harus kau lakukan."

"Cepat katakan apa itu."

"Hm.. Aku ingin kau menjadi asistenku sampai aku bosan denganmu.." Yesung berkata seenaknya.

"Mwo? Hukuman macam apa itu? Itu tak ada hubungannya dengan sekolah," sungut Wookie.

"Aku tahu. Bersukurlah kau kuberi hukuman khusus. Aku tak mau repot menggotongmu ke ruang kesehatan akibat kelelahan berlari mengelilingi lapangan 50 kali," sahut Yesung dengan seringai di bibirnya.

Wookie membelalakkan matanya. "50 kali? Kau gila."

"Aku memberimu dua pilihan, nona Kim. Menjadi asistenku atau berlari sebanyak 50 kali. Tentukan pilihanmu segera. Aku tak punya waktu untuk menunggumu berpikir," ketusnya.

Otak Wookie berpikir keras. Ia tak ingin menuruti keinginan tak jelas namja tersebut tapi dia juga tak yakin bisa berlari sebanyak itu mengingat ia sangat payah di bidang olahraga. Wookie menghirup napas dalam lalu mengeluarkannya perlahan. "Baiklah. Kuikuti keinginanmu."

Yesung tersenyum licik. Dirogohnya saku celana miliknya lalu mengeluarkan sebuah kertas kecil beserta pulpen. "Ini. Kau bisa masuk kelas sekarang juga. Jangan lupakan perjanjian kita." Namja itu berlalu begitu saja dari hadapan Wookie. "Dasar yeoja bodoh.." lirih Yesung sambil tersenyum.

Secepat mungkin Wookie berlari menuju kelasnya. Ia harus segera mengumpulkan tugas yang membuatnya tak bisa bersantai seminggu ini.

xXxXxXxXx

"Tadi kau kemana saja, Wookie? Tak biasanya kau terlambat," tanya Kyuhyun teman sebangkunya.

Wookie meletakkan kepalanya di atas meja. "Entahlah. Tak biasanya jalanan tadi pagi macet sekali."

Kyuhyun mengangguk. "Oh.. Kau tak ke kantin?"

"Aku sedang badmood. Malas pergi ke kantin."

Kyuhyun memandang Wookie serius. "Apa terjadi sesuatu? Kau dimarahi kakakmu lagi?"

Wookie tersenyum getir. "Kalau hal itu sudah biasa. Aku merasa sudah terbiasa dengan sikapnya. Bahkan mungkin akan menjadi terasa aneh jika eonnie bersikap baik padaku saat ini." Wookie tertawa garing dengan mengangkat kepalanya. Demi Tuhan, hatinya terasa sakit sekali mengatakannya.

"Sekalipun dia kakakmu, dia tak menyalahkanmu secara sepihak begitu. Semua yang terjadi adalah takdir. Tak ada yang bisa menyalahkan takdir Tuhan," kata Kyuhyun sedikit keras.

Wookie tersenyum pilu. "Andai saja eonnie mempunyai pemikiran sepertimu mungkin hubungan kami tak akan seperti ini." Wookie menjatuhkan kepalanya kembali. "Tapi saat ini bukan hal itu yang sedang kupikirkan, Kyu."

Kyuhyun mengernyit. "Lantas?"

"Entahlah. Kurasa aku belum bisa bercerita padamu saat ini," jawab Wookie. Ia yakin Kyuhyun akan marah besar saat tahu perjanjian konyolnya itu

XxXxXx

Bel pulang sekolah telah berdering sejak setengah jam yang lalu. Wookie duduk di bangku taman sekolah dengan gelisah. Menunggu seseorang yang tak kunjung datang.

"Eonnie.." teriak Wookie dengan berlari. Sedangkan sosok yang dipanggil seakan tak mendengar.

Wookie menggapai tangan kakaknya. "Eonnie kemana saja? Wooke sudah menunggu sejak tadi."

"Tak usah sok baik padaku." Eunhyuk melepaskan kasar tangan Wookie yang menaut tangannya.

"Eonnie..." lirih Wookie dengan mata mulai berkaca-kaca.

Eunhyuk memberikan tatapan mengejeknya. "Kenapa? Kau mau aku memberikan belas kasihku karena tangisanmu, huh? Jangan harap." Eunhyuk kembali melanjutkan jalannya menuju gerbang. Untung saja lingkungan sekolah sudah sepi jadi tak ada yang terganggu dengan perbuatan mereka. Wookie mengejar sang kakak lagi lalu berhenti di depan Eunhyuk. Ia tak boleh cengeng. Ia harus kuat.

Eunhyuk mendengus sebal. "Minggir."

Wookie menggeleng. "Tidak. Sebelum eonnie memaafkanku."

"Jangan harap."

"Aku.. Aku janji akan menjadi adik yang baik buatmu. Aku janji." Wookie berucap dengan menahan air mata yang hampir saja tak terbendung.

"Cih.. Simpan saja janjimu. Aku tak butuh janji dari gadis sial sepertimu. Dan ingat, sampai kapanpun kau bukanlah adikku. Camkan itu." Eunhyuk mendorong Wookie hingga terjerembab lalu beranjak begitu saja.

Wookie memandang punggung kakaknya yang semakin menjauh. "Hiks.." Isakannya pun lolos tak tertahankan. Hatinya terasa teriris sembilu walaupun tak jarang ia mendapat perlakuan tak layak dari kakaknya. Tapi menurutnya perkataan sang kakak barusan benar-benar menyakitkan. "Hiks.. Sebegitu burukkah aku di mata eonnie hingga eonnie tak mau menganggapku adik lagi? Hiks.. Aku memang gadis sial.. Hiks.."

"Kau tak hanya sial tapi juga bodoh," celetuk namja membuat Wookie mau tak mau menoleh.

Wookie segera mengusap air matanya saat tahu namja itu adalah Yesung. "Benarkah seperti itu? Hiks.."

"Ya. Mana ada yeoja pintar menangis di tengah halaman sendirian sepertimu. Kau benar-benar bodoh," ejek Yesung.

Wookie tersenyum getir di sela tangisnya. "Ya, kau benar. Aku memang gadis sial dan bodoh. A-aku memang tak berguna. Hiks.."

"Lantas?"

"Entahlah. Aku lelah. Aku sangat lelah menjalani hidupku ini. Aku ingin mengakhiri semua ini. Lebih baik aku mati daripada hidup seperti ini."

"Lantas kau ingin mengakhiri hidupmu dengan bunuh diri?" tanya Yesung.

"Entahlah. Mungkin idemu itu berguna juga."

Yesung segera menarik tangan Wookie lalu menyeretnya. "Ikut aku.."

"Lepaskan… Kita mau kemana?" teriak Wookie dengan berusaha melepaskan tangan Yesung dari tangannya Yesung terus saja menyeret Wookie tanpa menghirauakan teriakan melengking sang yeoja.

"Untuk apa kau bawa aku kesini, hah?" Tanya Wookie heran saat Yesung menyeretnya memasuki sebuah rumah sakit kecil tak jauh dari sekolahnya.

"Lihatlah.." perintah Yesung ketika mereka berdiri di depan sebuah ruangan cukup besar dimana di dalamnya terdapat banyak pasien yang sedang dirawat.

Wookie melirik Yesung. "Untuk apa? Apa salah satu keluarga ada disana?"

"Lihatlah dan jangan banyak tanya," hardik Yesung.

"Sudah," ujar Wookie seadanya.

"Apa yang kau temukan setelah melihat mereka?"

"Hum.. Mereka kasian.."

"Lalu?"

Wookie menggeleng pelan. "Tak ada."

"Lihatlah mereka dengan perasaanmu," sahut Yesung. "Mereka tak ingin cepat mati. Mereka tak ingin meninggalkan orang-orang yang disayangi. Mereka tak mau membuat orang tersayangnya sedih karena kehilangannya," lanjutnya. Wookie termenung mendengar ucapan Yesung.

"Hidup hanyalah sekali. Apapun yang terjadi harus kita hadapi meskipun dengan hati yang sakit. Jangan pernah berpikir untuk mengakhiri hidupmu. Ingatlah mereka yang mati-matian untuk sembuh dari penyakit yang dideritanya. Bagaimanapun situasinya kita harus tetap bersyukur. Masih banyak orang yang lebih menderita dari kita. Pergunakan baik hidupmu." Yesung menepuk bahu Wookie lalu meninggalkan Wookie begitu saja.

Wookie meresapi kata demi kata yang dilontarkan Yesung. Sungguh ia merasa malu. Ia merasa menyesal. Ia merasa telah menyia-nyiakan hidupnya. Sebelumnya dia tak pernah berpikir seperti itu. Ia selalu merasa hidupnya sial, tak berguna hanya karena hubungan buruk dengan sang kakak.

Ia tersenyum. Saat ini ia bertekad bahwa ia akan terus bersemangat untuk mendapatkan maaf dari sang kakak apapun caranya. Ia juga harus membuang jauh-jauh pikiran buruk dari otaknya.

Wookie berlari mengejar langkah Yesung. "Gomawo.." ucapnya.

Yesung berhenti. "Untuk?"

"Mengajarkanku hal yang belum kuketahui sebelumnya."

"Aku tak pernah mengajarimu apapun. Dan kau harus ingat, aku bukan guru," sahut Yesung.

"Terserah. Pokoknya aku ingin berterima kasih padamu." Wookie tak mau kalah. "Ayo pulang. Hari sudah mulai sore," ajak Wookie dengan berjalan.

Yesung tersenyum samar. 'Kau harus bahagia, Wookie..' lirihnya lalu berjalan mengikuti Wookie.

xXxXxXx

"Aku pulang.." Wookie memasuki rumahnya.

"Darimana saja, Wookie? Tak biasanya kau pulang sesore ini." Kangin bertanya.

Eunhyuk yang sedang membaca tabloid melirik Wookie sekilas. "Dasar tak tahu aturan."

"Eunhyuk.." hardik sang appa.

Eunhyuk menutup tabloidnya. "Huh.. Menyebalkan." Eunhyuk bergegas menuju kamarnya.

"Cepatlah mandi. Kau bau.." ejek Kangin kepada Wookie dengan menutup hidungnya.

"Huh.. Appa.." Wookie segera memasuki kamarnya untuk membersihkan diri.

xXxXxXx

"Anak-anak, hari ini kalian kedatangan murid baru. Sungmin, perkenalkan dirimu." Sang guru mempersilahkan murid baru tersebut memperkenalkan dirinya di depan kelas.

Sungmin berjalan maju selangkah. "Annyeong. Lee Sungmin imnida. Senang bertemu kalian.."ucap Sungmin dengan wajah berseri yang berakibat kelas menjadi agak bising karena siulan dari beberapa murid laki-laki.

"Tenang.. Tenang.. Sungmin silahkan duduk di bangku kosong sebelah sana." Guru tersebut menunjuk bangku di sebelah bangku Kyuhyun dan Wookie dengan mengacungkan penggaris kayunya.

Sungmin mengangguk lalu membungkuk sekilas untuk berterima kasih. Ia berjalan menuju bangku yang terletak di urutan keempat dari depan. Sesekali ia menganggukkan kepalanya untuk menyapa beberapa teman yang dilewatinya.

Sungmin mendudukkan dirinya di bangku tersebut. Tak lama kemudian ia menoleh ke samping. "Annyeong." Ia bergumam sambil melambaikan tangan dan tersenyum kepada sosok namja di sebelahnya.

Sedetik kemudian, Sungmin merengut kala namja itu sama sekali tak menyahuti sapaan bahkan menatap datar dirinya. Sungmin pun memutuskan kembali memperhatikan penjelasan sang guru yang telah diabaikannya dari tadi. Tapi tak lama kemudian, dia melirik namja tadi. 'Sepertinya menarik,' batinnya dengan mengulas senyum.