Arakafsya Uchiha

Mempersembahkan :

"Among The Dead"

Characters : Shikamaru N. & Ino Y.

Genre : Romance/Hurt/Comfort

Rate : T

Disclaimer : Masashi Kishimoto

.

.

Don't like, don't read

-Enjoy Reading-

==oOo==

Summary :

Perang dunia ninja keempat menghancurkan hampir sebagian kelima Negara besar yang dipimpin oleh lima Kagenya masing-masing. Begitu juga dengan Desa Konoha yang memakan banyak korban. Sanak saudara dan teman seperjuangan mati dengan menyandang status sebagai pahlawan. Tapi, ada rahasia yang ditinggalkan untuk Ino dan Shikamaru.


AMONG THE DEAD

Sore ini langit Konoha menjadi sedikit lebih gelap. Rintik-rintik hujan memang belum turun, namun angin sudah berhembus dengan kencang. Di tempat yang sama lagi, gadis Yamanaka ini berdiri dengan tegap di depan makam mendiang almarhum ayahnya. Iris aquamarine cerahnya menatap lurus pada keramik besar berwarna biru muda. Perlahan, rintik-rintik air hujan turun dan membasahi tubuhnya.

"Ayah, apakah Shikamaru benar-benar mencintaiku? Aku bahkan tidak bisa memahami perasaannya." Gumamnya pada angin.

"Ia pasti mencintaimu, temanku ini 'kan cantik."

Gadis Yamanaka itu menoleh dan mendapati sahabat merah mudanya yang sedang mengulurkan tangan padanya. Ia tersenyum dan menerima uluran tangan itu dengan senang hati, lalu bergabung di bawah paying dengan sahabatnya yang selalu berdiri bersamanya sejak mereka duduk di bangku akademi— Sakura Haruno, yang sebentar lagi akan berganti marga menjadi Uchiha Sakura.

"Kau yakin? Aku tidak yakin dengan ucapanmu, Sakura."

Gadis cantik bak boneka Barbie itu hanya tersenyum sendu menatap iris emerald sahabatnya. Jika ia membanding-bandingkan, terang saja Sakura lebih cantik darinya. Rambutnya lembut dan berwarna merah muda, cantik dengan mata hijaunya, bahkan kecantikannya tambah sempurna dengan statusnya yang sudah menjadi 'calon isteri Uchiha Sasuke' yang notabene adalah primadona Konoha. Bahkan Ino pernah tertarik pada pria itu— sangat tertarik, tapi itu dulu.

"Ino, kau ini cantik. Bahkan Sasuke-kun mengakui itu. Ayolah, hanya pemuda macam Shikamaru saja kau menyerah?"

Semburat merah muncul dari pipi Barbie itu, "Jangan main-main! Dia itu tidak jelas perasaannya."

"Kau hanya belum bisa membaca hatinya,"

Tatapan mata Ino berubah, ia semakin sendu dan memalingkan wajahnya pada pusara alam, "Kita berbeda, Sakura. Kau bahagia dengan Sasuke, kau mendapatkan hatinya. Kalian bahagia, kalian—"

"Setiap orang menunjukkan kasih sayang mereka dengan berbeda-beda," sela Sakura sembari tersenyum.

Ino mendongakkan kepalanya, "Tapi ini Shikamaru, kita sedang membicarakan Shikamaru!"

"Pada dasarnya setiap pria itu sama saja. Mereka tenggelam dalam dunianya sendiri-sendiri,"

"Kau benar," Ino tersenyum dan mengangguk mantap.

"Ayo, kau sudah basah kuyup."

.

.

.

Sakura dan Ino memutuskan untuk pergi ke kediaman keluarga Uchiha. Setelah sampai di tempat, mereka segera masuk ke dalam rumah. Mengingat kondisi Ino yang basah kuyup, Sakura langsung memberikannya handuk dan menyuruhnya untuk membersihkan diri sejenak. Sementara Ino mandi, ia melirik jam yang sudah menunjukkan pukul lima sore.

"Sebentar lagi Sasuke-kun pulang, lebih baik aku masak makan malam saja."

Ujar Sakura sembari mengeluarkan beberapa bahan makanan dari dalam kulkas. Ia mengambil beberapa tomat dan lobak, kemudian meletakkannya di keranjang kecil untuk segera di cuci. Kedua tangannya sudah terampil untuk melakukan kebiasaan ini sehari-hari, sebagai wanita idaman Uchiha tentunya. Baru saja ia akan memanaskan air yang sudah ia campurkan dengan beberapa sayuran, sebuah suara deretan pintu yang terbuka mengagetkannya.

"Tadaima,"

Sebuah suara baritone mengagetkan Sakura. Ia tersenyum saat mengetahui siapa pemilik suara itu. Seorang pemuda berambut raven dengan model bokong ayam itu baru saja menginjakkan kakinya di depan pintu. Sakura menghampiri pemuda itu dengan membawa sehelai kain putih di tangannya.

"Okaeri, Sasuke-kun." Jawab Sakura sembari mengusapkan handuk pada rambut dan wajah bungsu Uchiha itu.

"Kau basah kuyup sekali, segera mandi agar tidak terserang flue." Baru saja Sasuke akan melangkahkan kakinya, tangan kirinya hendak ditarik oleh gadis yang tadi menyambutnya pulang.

"Hn. Kau kenapa, Sakura?" tanya Sasuke dengan tatapan tajamnya, seolah mengintimidasi kelakuan tunangannya.

"Ada Ino yang sedang mandi, tungguu ya?"

Mengerutkan dahinya, bungsu Uchiha itu semakin tidak mengerti atas kata-kata Sakura-nya ini. Tapi, bukan Sakura namanya kalau tidak bisa membaca ekspresi Sasuke.

"Tadi aku bertemu dengannya di pemakaman dengan keadaan basah kuyup, jadi aku bawa dia kesini. Oh ya, tidak apa-apa 'kan kalau kita makan malam bersama Ino?" cerocos Sakura sembari melepaskan genggaman tangannya.

"Kau lupa? Keluarga Naara menunggu kita—"

"Keluarga Naara?"

Sebuah suara perempuan menghentikan pembicaraan kedua pasangan Uchiha ini secara mendadak. Sakura terlihat seperti melupakan sesuatu, lalu mengingatnya dan sedikit panik. Tapi, ia mencoba menyembunyikan kepanikkannya walau sempat terlihat gugup. Sasuke? Wajahnya akan selalu datar tanpa ekspresi.

"Akh, maaf. Aku lupa kalau kami sudah berjanji untuk makam di luar. Bagaimana kalau kau ikut dengan kami, Ino?" Ujar Sakura sembari tertawa kecil.

"Aku tidak mau mengganggu acara kencan kalian," jawab Ino sembari mengeringkan rambutnya.

"Ikut saja, lagi pula sudah lama sekali Sakura tidak pergi denganmu." Kata Sasuke dengan suaranya yang datar.

Seperti terlihat berpikir sebentar, lalu menatap wajah Sakura yang sedang berharap penuh, ia mengangguk dan tersenyum menandakan kalau ia setuju dengan tawaran itu. Sakura terlihat seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan boneka beruang besar, ia sedikit memekik kegirangan.

"Sasuke-kun, cepatlah mandi. Aku akan bersiap-siap," ujar Sakura sembari menatap Sasuke.

Sasuke menyeringai, "Kenapa kita tidak mandi sama-sama saja, hime-chan?"

BUAGH

Sakura sukses melayangkan pukulannya tepat di dada bidang pemuda itu. Walau tenaga wanita pada umumnya sangatlah berbeda dari tenaga laki-laki, tak bisa dipungkiri juga bahwa kenyataannya Sakura adalah murid dari Tsunade Senju— Hokage ke-lima yang memiliki tenaga monster untuk membunuh lawannya hanya dengan satu pukulan.

Mungkin tenaga itu diwariskannya pada Sakura, sehingga pemuda itu sempat menyipitkan matanya dan meringis pelan menerima pukulan Sakura. Walaupun wajah stoic dan sok stay cool itu terpampang, Sakura tetap tahu kalau pemuda itu pasti merasakan sakit di dadanya. Sasuke langsung menarik tangan Sakura dan mengecup pipi ranum gadis itu dengan singkat sebelum ia pergi untuk mandi.

"JANGAN BERMESRAAN DI HADAPANKU, UCHIHA!" teriak Ino dengan pelan.

Hey, bagaimana rasanya menonton adegan opera sabun disaat suasana hatimu sedang gundah gulana? Apakah itu lucu? Tsk, ini terlalu berlebihan. Sedangkan pemuda Uchiha itu hanya menyeringai dan Sakura hanya tertawa menanggapinya. Benar-benar, Ino hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah konyol Uchiha itu.

"Aku baru tahu kalau tunanganmu memiliki kepribadian ganda, Saku."

Sakura mengendikkan bahunya, "Aku juga baru tahu,"

==oOo==

Ino merasa aneh dengan Sakura, pasalnya gadis Uchiha itu memaksanya untuk mengganti pakaian. Bukan itu masalahnya, ini 'kan hanya makan malam antar sahabat, kenapa juga ia harus menuruti perkataan Sakura agar dirinya mau repot-repot memakai gaun kimono? Terlebih, mala mini hujan baru saja berhenti sekitar satu jam yang lalu. Udara menjadi dingin bukan?

Alibi gadis Uchiha itu bahkan terlihat aneh, "Ino, aku hanya ingin melihat kau memakai kimono ini. Ini cantik,". Haaah— kenapa tidak gadis itu saja yang memakainya sendiri?! Merepotkan. Hey, sejak kapan Ino jadi tertular penyakit Shikamaru? Hahaha, entahlah. Omong-omong tentang pria nanas itu, Ino jadi tambah merindukannya.

Sudah hampir satu bulan ia tidak melihat pria itu. Sebersit rasa khawatir dan rindu mencubit hatinya, ia masih ingat kalau pria itu sudah melamarnya. Entah bisa dikatakan lamaran atau bukan, Ino hanya berharap kalau pemuda itu baik-baik saja dan kembali dengan selamat. Tak terasa perjalanan yang ia nikmati— tidak bisa dibilang menikmati juga, karena yang menikmatinya hanyalah Sakura dan Sasuke yang terkadang bermesraan-_-. Mereka akhirnya masuk ke dalam restaurant yang tidak terlalu mewah juga.

"Eeh?—" Ino mengeryitkan dahinya, ia menatap pada sebuah meja besar yang sudah dipenuhi dengan beberapa hidangan dan juga…sahabat lamanya. Tenten, Hinata, Naruto, Chouji, Kiba, bahkan Lee dan Shino juga ada disana. Mereka seperti membicarakan sesuatu, lalu tertawa bersama-sama. Ino sedikit menyentuh dadanya yang terasa hangat, ia tersenyum sedikit dan hampir menitikan air matanya.

Ia memang sudah lama tidak berkumpul dengan sahabat-sahabat lamanya. Tidak ada Neji disini, tapi ketika ia melihat Tenten yang juga tertawa, ia merasa kalau gadis tomboy itu benar-benar kuat untuk melepaskan kepergian kekasihnya. Naruto dan Hinata duduk berdampingan, bahkan pemuda jinchurikii itu terkadang merangkul gadis lavender yang wajahnya sudah semerah tomat.

Sakura segera menuntun Ino agar bergabung dengan teman-temannya yang lain. Ino duduk di tengah-tengah mereka, sedangkan Sakura dan Sasuke duduk berdampingan di sampingnya.

"Hay, Ino. Kau tampak cantik malam ini, siapa yang memilihkanmu gaun itu?"

Pertanyaan Tenten sukses membuat rona merah di kedua pipi ranum gadis Barbie itu, "Benarkah? Terima kasih, Tenten. Sakura yang memilihkannya untukku,"

"Wah, kau nampak cantik sekali. Sayang sekali kalau Shikamaru tidak melihatnya,"

Kata-kata Chouji tadi sempat menusuk rongga hatinya lagi, tapi ia harus sebisa mungkin terlihat tegar. Ia tersenyum menanggapi kata-kata sahabatnya. Benar, sayangnya Shikamaru tidak ada disini. Disaat semuanya berkumpul, Ino masih saja merasakan kesepian di hatinya. Apakah salah kalau ia memang berharap pada pria itu?

"Ino, kau disini? Tidak menjenguk Shikamaru?"

Naruto mengambil daging bakarnya dan menatap wajah Ino yang dipenuhi tanda tanya. Shikamaru? Menjenguk? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa ia tidak tahu apa-apa? Terlebih, kenapa Ibunya Shikamaru juga tidak memberitahu keadaan Shikamaru?

"Apa maksudmu, Naruto?" Tanya Ino dengan bingung.

"Kau tidak tahu? Shikamaru luka berat setelah kepulangan dari misi tunggalnya, ia dirawat di rumah sakit." Jawab Naruto setelah menelan yakinikunya.

"Sakura, kau tidak mengatakan apapun padaku?!" teriak Ino sembari menatap Sakura dengan garang.

"A-aku pikir kau mengetahuinya, Ino. Aku minta maaf," jawab Sakura tebata-taba.

BRAK

Ino menggebrak mejanya dengan keras, "Tidak satupun dari kalian mengatakan hal ini padaku! Dan kau, Sakura—"

Ino mengarahkan jari telunjuknya pada gadis bersurai merah muda itu, "Kau malah mengajakku bersenang-senang, sementara pria yang aku cintai sedang terbaring di rumah sakit?! Kau bukan lagi sahabatku!"

PLAK

Ada sebuah tangan yang memukul tangan Ino. Ia menatap sengit pada pria yang sedari tadi terdiam, lalu tiba-tiba berdiri dan menepis jemari Ino yang menunjuk Sakura. Ino membelalakkan matanya dan menggeleng tak percaya. Ya, itu adalah tangan milik Sasuke.

"Jauhkan tanganmu darinya, ia tidak pernah memaksamu untuk ikut dengan kami. Kami disini hanya untuk mencoba menghiburmu—"

Ino menggeleng tak percaya dan mulai membuka suara, memotong ucapan Sasuke, "Menghibur kau bilang?! Dengan cara ini kau bilang menghibur?! Aku bahkan tidak tahu kalau Shi—"

"Ia sudah bilang kalau ia tidak tahu, Nona Yamanaka." Tukas Sasuke dengan tegas dan suara dinginnya.

"Hentikan, Sasuke! Jangan memulai keributan disini,"

Ucap Kiba sembari menatap kedua orang yang masih bersitegang itu. Ino menangis, ia membalikkan tubuhnya dan segera meninggalkan teman-temannya. Ia tidak percaya dengan ini, hanya dia satu-satunya orang yang tidak tahu kalau Shikamaru berada di rumah sakit. Kapan ia kembali? Bahkan semua sahabatnya tahu— kecuali dirinya sendiri.

Sakit. Ino merasa sakit di dadanya mulai membuatnya susah bernafas. Ia berjalan pelan, ia harus pergi ke rumah sakit. Tidak peduli kostumnya seperti apa, ia hanya ingin bertemu Shikamaru, memeluknya dan meminta maaf. Ia akan jujur pada perasaannya sendiri, akan jujur kalau ia mencintai pemuda berambut nanas itu. Hey, bagaimana kalau Shikamaru ternyata sedang sekarat? Bagaimana kalau Shikamaru—

GREB

"Kau mau kemana, Nona Yamanaka?"

DEG DEG

Tunggu. Ia mengenal suara ini. Suara ini muncul bersamaan dengan tangan kanan Ino yang serasa ditarik oleh seseorang. Suara ini— suara yang ia rindukan, suara yang ingin sekali ia dengarkan. Ino menarik nafasnya, memejamkan matanya sejenak, lalu membukanya lagi dan mencoba membalikkan tubuhnya dengan perlahan. Iris aquamarine itu terbelalak, mulutnya sedikit menganga dan kepalanya menggeleng tak percaya dengan apa yang ia lihat. Pemuda itu ada di hadapannya— Shikamaru Naara.

"Shikamaru, SHIKAMARUUU!" Ino memekik kencang dan langsung memeluk pemuda itu dengan erat.

"Aku mencintaimu, Shikamaru…hiks…jangan pernah tinggalkan aku…hiks…katakan padaku kalau kau serius dengan lamaranmu kemarin…hiks…hiks…aku…aku…hiks…aku bersedia menjadi isterimu, Shikamaru…" ucap Ino sembari menangis sesenggukan.

Is it look in your eyes
Or is it this dancing juice?
Who cares, baby
I think, I wanna marry you

Ino melepaskan pelukannya saat mendengar suara Naruto yang baru saja keluar dari restaurant. Iris aquamarinenya membelalak lagi, di hadapannya sudah ada teman-temannya yang datang dengan sederetan cengiran menghiasi wajah mereka— minus Sasuke dan Shino tentunya. Karena mereka sama-sama tidak pernah tersenyum— pernah, tapi jarang.

"Ino, maafkan Sasuke-kun jika tadi ia keterlaluan mengerjaimu." Ucap Sakura yang disusul rangkulan Sasuke. Ino melihat— kalau Sasuke tersenyum padanya, walaupun senyuman itu tipis. Senyuman itu seolah juga mengatakan, "Aku hanya disuruh,". Air mata Ino kali ini tidak dapat dibendung lagi, ia kembali menarik diri pada Shikamaru dan menangis sejadi-jadinya.

"Hey, jangan menangis terus! Aku kembali bukan untuk menjadi sandaranmu, aku ingin menikah denganmu—hey, kau berat!" Racau Shikamaru pada Ino.

"Aku tidak peduli, kau ini bodoh! Aku benci padamu," ucap Ino masih memeluk Shikamaru.

"Haaah—mendokusai."

Ino melepas peluknya dan memukul bahu Shikamaru, "Kau tidak ada romantisnya sama sekali! Aku berharap akan dilamar dengan cara yang romantis!"

"Hey, melakukan ini saja sudah merepotkan! Kau mau minta yang seperti apa? Sudah bagus aku lamar, dasar wanita!"

"Ternyata aku merepotkan?! Yasudah, kita tidak jadi menikah—"

"Hey, jangan begitu!" tukas Shikamaru sedikit meninggikan suaranya. Sepertinya, pria Naara ini sedikit kewalahan menanggapi celotehan Ino.

Shikamaru memeluk Ino kembali, "Aku benar-benar mencintaimu, Ino. Maukah kau menikah denganku?"

Ino membalas pelukan Shikamaru dengan erat, ia menenggelamkan wajahnya pada dada bidang pemuda itu, "Aku juga mencintaimu, Shikamaru. Aku mau menikah denganmu."

Dengan ini, setidaknya masalah mereka sudah selesai. Dan Shikamaru— bohong kalau dia menikahi Ino hanya karena 'wasiat' sang ayah. Kenapa? Karena pernikahan yang didasari oleh wasiat, tidak akan pernah ada cinta di dalamnya. Dan Shikamaru— ia sudah mengatakan pada Ino kalau ia mencintai wanita itu. Ya, berterima kasihlah pada Tuhan karena Nona Yamanaka ini diberikan hidup yang sempurna.

.

.

.

Owarii

Author Note :

Akhirnyaaaaaaaa saya menyelesaikan Fict ini sebelum saya akan Hiatus. Karena ternyata Ujian di depan mata :D hahaha. Lebay banget ya-_-, maaf kalau endingnya gak terlalu gereget. Tapi, yaaaa mau diapakan? Hehe. Saya benar-benar berterima kasih pada readers yang mendukung Fict ini sampai selesai.

-Thanks To-

zeroplusnadianuf – Namikaze Resta – I'am Izuki Kamizuki – Satoshi 'Leo' Raiden – Sagita-Naka – beauty-rose – Violet fernandes Shadewa – jump-an – Natsuya32 – pratiwirahim – nufze – kaname – melyrahmawinarti – Aden L kazt – Guest – Yola-ShikaIno – Saqee-chan – scartivity van wfishyae

.

.

So, bagaimana? Masihkah berkenan untuk review? Terimakasih ;)