Jihand Setyani
Mempersembahkan :
"Among The Dead"
Characters : Shikamaru N. & Ino Y.
Genre : Romance/Hurt/Comfort
Rate : T
Disclaimer : Masashi Kishimoto
.
.
Don't like, don't read
-Enjoy Reading-
==oOo==
Summary :
Perang dunia ninja keempat menghancurkan hampir sebagian kelima Negara besar yang dipimpin oleh lima Kagenya masing-masing. Begitu juga dengan Desa Konoha yang memakan banyak korban. Sanak saudara dan teman seperjuangan mati dengan menyandang status sebagai pahlawan. Tapi, ada rahasia yang ditinggalkan untuk Ino dan Shikamaru.
AMONG THE DEAD
Langit mulai menenggelamkan matahari dan menampakkan sinar jingga yang menembus lapisan atmosfer bumi. Ini adalah hari ke-lima dimana setelah perang dunia shinobi ke empat akhirnya benar-benar berhenti. Perang yang menewaskan banyak nyawa, dan sekaligus perang yang membawa seorang Sasuke Uchiha kini telah kembali kepada alam sadarnya dan merubah segala kenangan yang hitam menjadi putih.
Seorang gadis berambut pirang panjang kini berdiri dengan kedua tangan yang mengepal. Iris aquamarine yang dulu selalu cerah, kini hampir kehilangan cahaya. Ia adalah satu-satunya anak perempuan di keluarga Yamanaka, dan ia juga adalah anak tunggal- anak yang ditinggal mati oleh sang Ayah tercinta. Sepasang iris aquamarine itu memandakan gundukan tanah yang membentuk sebuah makam dengan tanda salip di atasnya.
"Ayah,"
Nafasnya tersengal, dirasakan air mata yang selama ini menemani kepergian sang ayahanda kembali tumpah. Wajahnya pucat pasi dengan dengan kantung mata yang menghitam. Gadis ini memang kuat, tapi siapapun tidak akan sekuat yang mereka kira jika yang meninggalkannya adalah orang tua sekalipun. Sekarang ia mengerti, kenapa Sasuke Uchiha yang hampir dibunuh oleh semua penjuru Negara itu bertindak demikian. Ia dendam karena seluruh keluarganya di bantai habis.
"Kau tidak bisa meninggalkan aku sendirian, kau tidak bisa membiarkan aku merasakan kesepian seperti ini, Ayah! Ku mohon jemput aku, aku hancur tanpamu..hiks..aku tidak pernah membayangkan bagaimana bisa kau meninggalkan aku, bahkan kau belum melihatku untuk menikah, kau juga bahkan belum melihatku melahirkan anakku sendiri. Aku ingin menganggap ini mimpi, tapi disini rasanya sakit!"
Hardik Ino sembari menepuk dadanya. Ia bicara sendiri di depan makam itu, makan yang selama ini sering ia kunjungi. Ia menghapus air matanya sejenak, mencoba menarik nafas panjang, dan membalikkan tubuhnya. Ia sempat terkejut mendapati seorang pria di belakangnya, seorang pria yang entah sudah sejak kapan berdiri dengan dua buah bucket bunga berwarna putih.
"Shikamaru, sejak kapan kau berada disitu?"
Pria yang dipanggil Shikamaru itu hanya menghela nafas bosan, ia melangkah menuju pemakaman Inoichi dan meletakkan sebucket bunga di atasnya. Ia mengatupkan kedua tangannya di depan dada, menutup matanya, dan berdoa dengan khusyuk.
"Dasar perempuan, kalau ke tempat pemakaman bukannya berdoa malah memaki-maki kuburan ayahmu", ujar Shikamaru yang baru saja selesai berdoa. Ia menatap Ino yang tengah menundukkan kepalanya.
"Kau mau ke tempat ayahmu juga?", tanya Ino dengan suara yang masih serak.
"Begitulah, kau mau ikut?"
"Tentu,"
Letak makam Shikaku Naara tidak terlalu jauh dari makam Inoichi Yamanaka. Hanya berbeda beberapa blok saja. Kedua anak manusia itu baru saja berdoa di depan sebuah makam, dan langsung beranjak setelah selesai. Mereka berdua- Shikamaru dan Ino sama-sama kehilangan sang Ayah diwaktu yang bersamaan. Perang dunia shinobi sudah merenggut banyak keluarga, bukan hanya mereka yang merasakannya. Hinata Hyuuga misalnya, salah satu teman seperjuangan mereka kehilangan Hyuuga Neji yang menjabat sebagai Kakak dari tuan puteri keluarga Hyuuga itu. Semua yang meninggalkan, tidak berarti mereka mati sia-sia.
"Tidak selamanya kita akan menjadi anak-anak, kehilangan Asuma-sensei dan juga ayahku membuat hidupku berubah. Aku tadinya berpikir mungkin kalau aku menangis sampai puas, aku bisa meredahkan perasaanku. Tapi, aku salah"
Ino mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan Shikamaru. Tidak ada salahnya kalau ia mendengarkan pria ini, nasib mereka kali ini sama. Jadi, mereka bisa mengerti satu sama lain atau bahkan bertukar pikiran.
"Aku tidak bisa selamanya menjadi anak kecil yang menyesali semua yang sudah terjadi. Aku bahkan tahu kematian ayahku bukanlah kesalahan siapapun, tapi karena ia melindungiku dan juga desa ini," sambung Shikamaru lagi.
"Kau bisa bicara demikian karena kau laki-laki, bodoh", jawab Ino dengan pelan.
"Kau selalu begitu,"
"…"
"Ino, paman Inoichi memang sudah tidak ada. Tapi, beliau akan tetap hidup di hatimu. Bagaimana pun kau dan dia adalah satu darah, memiliki hubungan ikatan batin yang kuat. Apa kau tidak merasakan kalau paman Inoichi sangat sedih melihatmu terpuruk seperti ini?"
"Ia tidak tahu apa-apa, ia sudah berada di alamnya"
"Tapi ia bisa melihatmu. Jangan jadikan pengorbanan beliau menjadi sesuatu yang omong kosong dan tidak berguna, hargailah kematian ayahmu"
Ino menghentikan langkahnya dan menatap nanar punggung pria bermarga Naara itu. Sementara sebelah tangan pria itu terangkat dan melambai pada Ino tanpa menghentikan langkahnya. Perlahan, ia mulai tersadar dengan segala ucapan Shikamaru. Ingatannya kepada kematian sang Ayah membawanya kembali dalam rasa kesepian, tapi ia akan merasa lebih bodoh kalau ia menyia-nyiakan kematian Ayahnya.
Dengan langkah yang percaya diri, perlahan senyum itu mengembang dan menampilkan wajah baru dari Yamanaka Ino. Wajah semangat dan siap membuka lembaran baru lagi, tapi sebagai Ino yang baru pula.
.
.
.
Pagi ini matahari cukup cerah bagi suasana Desa Konoha yang baru. Gadis Yamanaka itu akhirnya keluar dari sebuah rumah dan melangkahkan kakinya menuju Rumah sakit Konohagakure.
"Ino,"
Ino menolehkan kepalanya menatap sese-ah bukan tapi dua orang yang sempat memanggilnya. Seorang gadis berambut merah muda yang tersenyum kearahnya, dan berdiri di sampingnya seorang pria tampan dengan rambut mencuat ke atas melawan gaya gravitasi bumi. Ino tersenyum pada mereka berdua. Teman seperjuangannya dulu di akademi. Yang sekarang ini sedang merencanakan untuk menikah.
"Selamat pagi, Sakura, Sasuke"
"Kau akan ke rumah sakit? Kalau begitu ayo kita pergi bersama," kata Sakura dengan senyumnya.
"Aku akan berangkat sendiri, tidak enak kalau mengganggu kedua manusia yang baru saja harmonis"
"Jangan berlebihan Ino, lagi pula Sasuke-kun akan pergi menuju kantor Hokage"
"Baiklah, ku rasa tidak buruk pergi bersama sahabat lama"
Sejenak gadis bernama Sakura itu membalikkan tubuhnya menatap sosok Sasuke Uchiha di belakangnya.
"Sasuke-kun, aku pergi duluan ya. Jaa ne,"
"Hn, berhati-hatilah"
==oOo==
Shikamaru baru saja akan bersiap keluar rumah dan menjalani misi. Tidak kalau saja ada sebuah suara yang menghentikan aktifitasnya. Ia menoleh dan mendapati seorang wanita paruh baya yang menatapnya dengan senyum yang lembut.
"Ibu,"
Wanita itu mengangguk dan merangkul puteranya, membimbingnya berjalan ke sebuah ruangan yang berada di rumah mereka. Ruangan yang Shikamaru kenal sebagai kamar pribadi ayah dan ibunya.
Shikamaru POV
Aku tertegun sejenak menatap Ibuku yang saat ini menunjukkan sebuah kotak yang berisi sebuah gulungan berwarna merah. Aku tidak tahu apa maksud Ibuku mengajak aku kesini dan menyerahkan sebuah gulungan merah padaku.
"Apa ini?"
Tanyaku pada Ibu yang saat ini sedang membuka kotak itu. Ia melepaskan pita yang mengikat gulungan merah itu, memperlihatkan deretan-deretan huruf yang tercetak di atas kertas itu.
"Ini adalah surat yang ayahmu tuliskan pada saat kau menduduki gelar Chunnin. Kau tahu, ia sangat bangga padamu"
Aku terhenyak menatap Ibuku yang saat ini sedang mengusap kertas gulungan itu dengan ibu jarinya. Ia tersenyum, tapi tatapannya sendu seolah menerawang dan bernostalgia untuk mengingat kenangannya bersama dengan almarhum ayahku. Entah kenapa, aku hanya bisa menunduk tanpa menatapnya.
"Dulu, ayahmu juga tidak menyukai Ibu karena Ibu ini cerewet. Tapi, entah apa yang memaksa ayahmu saat itu sehingga ia benar-benar mencintaiku"
Sambung Ibuku lagi. Aku tahu ia sedang mengajakku untuk mengenang kenangannya bersama Ayah di masa lalu. Walau aku tertunduk, tapi aku mendengarkannya dengan sangat teliti.
"Ayahmu semakin bangga saat ia menikahiku dan juga pada saat aku hamil dirimu. Ia menanamkan banyak harapan padamu. Katanya, walaupun kamu pemalas dan kerjamu hanya tidur saja, buktinya hanya kamu yang menjadi Chunnin duluan. Kau hebat,"
"Benarkah?", aku menengadahkan kepalaku menatap Ibuku yang tersenyum
"Ayahmu dan juga Inoichi adalah sahabat dekat, mereka sudah menjanjikan sesuatu hal saat kau dan Ino terlahir di dunia ini,"
"Sesuatu hal?", tanyaku penuh rasa penasaran.
"Ya, kami sudah sepakat untuk menikahkan kalian berdua di masa depan"
Aku tertegun, ku lihat Ibuku memberikan surat gulungan itu padaku. Memaksa mataku menatap dan membaca semua tulisan tangan ayahku.
Shikamaru,
Kau tumbuh besar seperti apa yang aku harapkan. Kau sudah menjadi pria yang hebat sekarang, aku tidak pernah mengatakan padamu kalau aku sepertinya bahagia memiliki anak sepertimu. Walaupun sebenarnya, kau tidak suka pada hal-hal merepotkan seperti ini. Kau bahkan lebih menyukai tidur ketimbang membaca rentetan surat gulungan. Aku berniat menikahkanmu dengan Yamanaka Ino, karena aku dan Inoichi sudah merencanakannya dari awal. Kau tidak boleh menyerah. Hidupmu masih panjang, sebagai anak laki-laki. Kau harus tahu karena aku tidak akan bisa selamanya berada di sisimu. Setiap orang yang bernyawa, pasti akan kembali menjadi abu di akhirnya. Jadilah laki-laki yang berguna, Shikamaru. Aku wariskan tekad apiku padamu.
Tes.
Benda itu meneteskan air. Mataku, mataku meneteskan air. Ibu, apa yang harus aku lakukan?. Tiba-tiba saja aku merasakan kedua tangan Ibuku mendekapku erat dan memelukku dengan hangat. Aku balas memeluknya, memeluk Ibuku yang hampir tidak pernah aku peluk. Ya, aku tidak sendirian. Aku masih memiliki Ibu.
Normal POV
"Terima kasih sudah menjadi anak yang berbakti, Shikamaru"
Shikamaru melepaskan peluknya dan menghapus air mata yang sempat mengalir di matanya. Dengan sigap, ia segera bangkit dan berpamitan kepada sang Ibu untuk kembali menjalani hari-harinya sebagai seorang ninja.
.
.
*TBC
AUTHOR NOTE :
Hai Minna Shika-Ino Lovers! Saya persembahkan Fict ini untuk mengenang kematian Yamanaka Inoichi & Naara Shikaku. Bagaimana? Keep or Delete?
Thanks for reading, don't forget to Review !
Arigatou :D