Disclaimer : EXO punya agensi mereka, diri mereka, dan orang tua mereka masing masing.

Pair : Satu pair yang membahas Baozi, maaf, Xiumin.

Genre : Romance, Friendship.

Rating : T.

Warning : Shou-ai, ending yang sangat aneh.

Note: Aku sebenarnya masih bingung tentang apa yang harus aku bahas di fic ini, biarkanlah semuanya mengalir seperti perasaanku pada 'Chanyeol Sekolahan'.

Aku cinta Chen!

Saat ini Joonmyun telah bersama Chanyeol dan Wufan juga dengan Luhan. Dia menghela napas, cinta itu merubah orang dan itu merubah ketiga sahabatnya dengan cepat dan ahirnya dia sendirian. Minseok mengintip anak anak yang sedang bermain basket dari jendela kelasnya, beruntungnya menjadi murid kelas tiga adalah dapat pemandangan paling bagus untuk melihat seantreo sekolah dari setiap jendela, biasanya Minseok melakukan tindakan 'Melihat seantreo sekolah' bersama teman temannya, dan kini semuanya telah jatuh dalam perangkap cinta, Minseok mau tak mau harus sendiri.

Sebagai murid yang sudah berpikir tentang ujian nasional, Minseok sama sekali tidak keberatan ditinggal sendiri, itu membuat waktu belajarnya bertambah, dan juga menambah waktunya melirik si adik kelas, Kim Jongdae. Minseok tidak terlalu ingat bagaimana dia dan Jongdae bertemu hanya saja Minseok selalu memikirkannya. Dan di saat semua temannya telah memiliki kekasih dia ingin Jongdae menjadi kekasihnya.

Minseok tertawa, tertawa sendiri. Ingin menjadikannya kekasih? Itu terdengar seperti bagian dari novel roman di antara tumpukan, mungkin gunungan, novel novel Joonmyun. Jongdae itu tidakah terlalu menonjol di sekolah, bukan juara kelas, bukan juga berandalan, bukan pemuda yang dikejar kejar para gadis seperti Wufan, dia tersenyum menahan tawanya, Wufan? Kalau saja para gadis tahu bagaimana sifat aslinya, Minseok yakin dia tidak akan sepopuler sekarang.

"Hai, Hyung." Ah, itu Jongdae, menghampirinya di kelas.

"Hai." Jawab Minseok, dia berusaha bersikap wajar sebisa mungkin, dia bukan tipe yang akan memerah tiap didekati orang yang disukai, dia lebih ke arah yang tidak bisa menahan diri untuk tidak menyentuh.

Yang dilakukan Jongdae saat menghampiri Minseok seperti ini adalah bertanya tentang bahasa Mandarin, memikirkannya membuat Minseok kembali teringat kenapa dia memutuskan mempelajari bahasa itu, alasan sangat singkat, Wufan dan Luhan, itu saja. Kalau dia bisa berbicara dalam Mandarin dengan benar, dia akan semakin mudah berbicara dengan mereka dan juga membantu mereka dalam berbahasa Korea, tapi sepertinya itu tidak diperlukan melihat dua orang itu sudah mahir, Minseok hanya perlu membantu mereka memahami jargon dan bahasa slang lainnya.

"Hyung mendengarkanku, kan?"

Pertanyaan Jongdae membuyarkan lamuanannya, Minseok berusaha tidak terihat terlalu terkejut. Dia tidak seperti Wufan yang kalau sudah tidak mendengarkan orang maka dia tidak akan bisa bicara baik baik dengan orang itu, lawan bicaranya akan terus menerus menyuruhnya memperhatikan dan dia akan terus menerus tidak memperhatikan, tapi kalau memang tertarik dengan topiknya dia akan benar benar fokus. Ya ampun, dia terlalu sering membahas tentang Wufan.

"Tentu saja." Dia, entah belajar dari mana, masih bisa menjaga telinganya untuk mendengarkan orang sementara pikirannya terbang kemana mana walaupun dalam hal mendengarkan orang dia masih kalah dari Joonmyun dan Luhan, mereka itu suka sekali mendengarkan dan ikut mengurusi urusan orang, Minseok bukan tipe orang seperti itu.

Tapi, Hey! Siapa yang tidak ingin mendengarkan kalau yang bicara di hadapanmu saat ini adalah orang yang kau sukai? Minseok merasa bodoh kalau dia menolak mendengar suara Jongdae. Jongdae tidakah setinggi Wufan, dia hanya setinggi Luhan kalau boleh sedikit menyamakan, itu beberapa senti di atasnya, Minseok menyukai suaranya yang lumayan rendah, tapi dapat mengenai nada tinggi saat bernyanyi sampai tidak ada yang mengira dia akan berbicara dengan suara serendah itu, juga senyumnya yang khas, yang terkesan malu malu dan canggung, tapi entahlah, sepertinya Minseok menyukai semua yang ada pada Jongdae. Nah, dia jadi mirip novel roman di antara tumpukan novel novel Joonmyun lagi.

Jongdae di hadapannya ini sungguh manis dan jadi lebih manis lagi dengan kacamata bacanya, lucu saja melihatnya. Membolak balik halaman kamus Mandarin, mencoba menulis hurufnya dengan benar, Minseok sangat suka memperhatikan Jongdae yang sedang belajar dan sesekali bertanya padanya, menatap langsung matanya.

"Ada satu hal lagi." Katanya, dia sudah menanyakan semua yang ingin ditanyakannya pada Minseok, buku bukunya sudah rapih di tangan.

"Apa?" Tanya Minseok, Jongdae tersenyum jahil padanya.

"'Wo Ai Ni' itu artinya apa?" Tanyanya, sebisa mungkin menunjukan tampang polosnya, seakan dia tidak tahu apa arti dari kalimat itu.

"Aku mencintaimu." Jawab Minseok singkat, jawabannya memang hanya itu, bukan?

"Aku juga mencintaimu." Katanya. "Nah, aku pergi dulu yah, Hyung. Terima kasih pernyataan cintanya."

Minseok yang ditinggal hanya bisa menatap pintu kelas, dia dijebak. Minseok tertawa, dia tidak tahu Jongdae akan melakukan hal itu, ini bagian dari akal Jongdae yang panjang dan tak terbaca, entah akan jadi seperti apa hubungannya dan Jongdae nantinya.