Chapter 11 by: Runa Mutou(APA?! GUE WAJIB GANTI NAMA GEGARA LAKI GUE!)

Disclaimer: Kazuki Takahashi

Rate: T

Genre: Action, Crime, Friend-Ship, slight Romance.

Warning: Typo, some mistakes EYD, OC, gender bender, OOC.

xXx

Secret Bodyguard

xXx

Chapter 11: Song

xXx

.


Previous Chapter:

"Ho? Kau bisa menang dariku tanpa persiapan apapun? Walau kau sudah melakukan persiapan pun, aku juga masih tidak yakin kau bisa menang dariku,"ucap Half Vampire dengan nada mengejek.

"DIAM!" Seru Johan sambil berlari mengarahkan pedangnya untuk menebas sang Half Vampire.

Half Vampire lalu melompat dan kembali berdiri di atas dahan pohon yang sempat ditempatinya tadi.

Johan menggeram kesal melihat sang Half Vampire yang berhasil menghindari serangannya untuk kesekian kalinya.

"Aku akan mengalahkanmu … Half Vampire …."

xXx

Biarpun kalah, biarpun hancur
Kau pasti, 'kan, bangkit lagi
Karena Juu anak yang kuat

Tak akan kalah, tak akan kabur
Pasti tak akan menyerah
Kaulah
Duelist berhati baja.

Johan mengerenyit, kedua permata kembarnya menyipit melihat gerakan bibir Half Vampire yang melantunkan sebuah lagu.

Kini aku, terkadang
Aku merindukan masa lalu
Menjalani hidup bersama denganmu

Half Vampire sendiri, dengan santainya melantunkan lagu bait demi bait. Kepalanya mengarah lurus ke tepi pantas, membiarkan hembusan angin menerpa rambut dan jubah yang dikenakannya. Melantunkan lagu dengan nada berirama, walau tanpa disertai oleh musik. Terus begitu hingga bait terakhir.

Johan sendiri hanya bisa terdiam mendengarnya, entah karena terpana mendengar nyanyian Half Vampire, atau heran kenapa musuhnya justru menyanyi di saat seperti ini.

Tak lama kemudian, Half Vampire berhenti bernyanyi. Wajahnya kembali dialihkan, tepat ke arah Johan yang masih dalam posisi siaga, siap menyerangnya kembali. Melihat itu, Half Vampire tersenyum kecil.

Tunggu …

Tersenyum?

Johan menautkan alisnya, apa yang terjadi pada musuhnya yang satu ini? Kenapa dia menyunggingkan senyuman yang tidak bisa dibilang sinis atau meremehkan dan hal menyebalkan lainnya seperti biasa? Kenapa justru senyuman ramah yang terlihat lega? Ataukah ini salah satu trik busuk(?) dari musuhnya agar Johan lengah?

Sementara Johan masih tenggelam dalam pikirannya, Half Vampire mengeluarkan sebuah tabung dari balik jubahnya.

"Hei, bocah," panggil Half Vampire.

Johan tak merespon, masih tenggelam dalam pikirannya.

"Haaa~h, dasar." Half Vampire melompat turun dari dahan dan mendarat tepat di hadapan Johan.

Johan terkesiap, refleks mengacungkan pedangnya ke wajah Half Vampire yang masih tertutupi oleh topeng. "Ma-mau apa kau?!" seru Johan tergagap, was-was karena keadaannya sekarang tidak memungkinkan untuk menang melawan Half Vampire. Bahkan bisa saja ia kehilangan nyawanya barusan.

"Hee~ tenanglah, bocah~" kata Half Vampire dengan nada suara … gemas?

"Kh!" Johan melompat mundur, pedangnya masih teracungkan pada Half Vampire. Wajahnya memucat karena takut akan dibunuh, di sisi lain, dia juga merasakan ketakutan akan hal lain. Entah apa ….

"Kali ini aku akan break selama Festival, sekalian me-refresh. Toh, siapa tahu Festival kali ini bisa menghilangkan rasa bosanku. Kau bisa tenang selama Festival, karena aku tak akan mendekati gadis itu," ucap Half Vampire sembari melangkahkan kakinya mendekati Johan.

"Jangan mendekat!" Seru Johan, lalu melayangkan pedangnya pada Half Vampire.

"Eits~ jangan terburu-buru~" Half Vampire menyelip dengan tehnik 'Kipas Samping', dengan sedikit trik, pria itu sudah berada di depan Johan sambil mencengkram kuat tangan Johan yang memegang pedang.

"Kh! Lepaskan aku, brengsek!" Bentak Johan, kesal karena serangannya berhasil dipatahkan semudah itu oleh musuhnya. Untuk pertama kalinya, Johan benar-benar dibuat kesulitan oleh musuh.

"Hh … sepertinya anak nakal sepertimu harus diberi pelajaran agar menurut, ya," keluh Half Vampire sambil tetap mencengkram pergelangan tangan Johan.

"Cih!"

Half Vampire menyunggingkan seringaian sinis, kedua permatanya asyik memperhatikan ekspresi wajah Johan yang diselimuti kemarahan. Perlahan, Half Vampire mendekatkan wajahnya pada Johan.

"Baiklah … hukumanmu adalah …."

"Eh?"

Cup!

Johan terdiam, kedua matanya melebar sempurna saat merasakan adanya sesuatu yang lembut menempel di bibirnya. Terutama saat melihat topeng khas musuhnya yang berjarak begitu dekat dengan wajahnya. Moment tersebut berlangsung selama beberapa detik.

Half Vampire menjauhi wajahnya dan melepaskan cengkramannya, cengiran usil tersungging pada wajahnya. "Kalau kau nakal lagi, aku tak segan-segan memberimu hukuman, sayang~" Pria itu melompat pergi, kabur sebelum mendapatkan serangan bertubi-tubi.

Johan menarik nafas, bertepatan dengan menghilangnya Half Vampire.

"AKAN KUBUNUH KAU, BASTAAAAAAAAARRDD!"


Untuk pertama kalinya, di Asrama Osiris Dorm, kamar 201, diselimuti oleh aura hitam menakutkan dan sedingin es. Setiap orang yang melewati kamar itu pasti akan merasakan aura membunuh yang begitu besar, bahkan aura itu menyebar sampai keluar Asrama.

Sho bergidik ngeri melihat sosok Johan yang diselimuti aura hitam yang kelam, disertai background berbagai Youkai beserta Shinigami yang siap membunuh mangsanya. Sedangkan Juudai justru dengan riangnya asyik menyusun deck kesayangannya, seolah tak merasakan hawa membunuh yang begitu besar ini.

Johan sendiri tak henti-hentinya menggumamkan kalimat 'mutiara' yang disertai umpatan kasar, kedua tangannya terkepal kuat. Jika saja Johan tak ingat dia berada di asrama, Agent tersebut pasti sudah melayangkan asal pedangnya hanya untuk melampiaskan kekesalannya.

/Apa yang terjadi padanya …? Kenapa tiba-tiba dia jadi menakutkan seperti itu?/ batin Sho takut-takut, ia mengambil selimutnya dan memakainya hingga menutupi seluruh tubuhnya. Sepertinya dia akan mengalami insomnia berkepanjangan karena terlalu takut untuk tidur.

Juudai sendiri masih asyik menyusun kartunya sambil menyanyi-nyanyi dengan riangnya, entah seberapa rendahnya kepekaan gadis yang satu ini hingga tidak menyadari besarnya aura membunuh dari teman sekamarnya.

"Yosh! Selesai!" Juudai bersorak gembira setelah seluruh kartunya sudah tersusun rapi, dengan riang gadis itu mengangkat Deck-nya sembari membereskan tempat tidurnya.

"Akhirnya deck-ku selesai disusun~ kalian juga harus siap bertarung saat duel nanti, kartu-kartuku sayang~" ucap Juudai sembari menciumi deck-nya.

Tunggu, apa kata yang diucapkan Juudai tadi?

Sayang …?

Johan menopang tubuhnya, lalu bangun dengan cepat dan menatap tajam pada Juudai. "Juudai-san …," panggil Johan.

"Hm?" Juudai menoleh, "ya? Ada apa, Jo-Jo?" balas Juudai, raut wajah innocent masih terpasang jelas pada wajahnya.

"Aku membuat sebuah 'permainan' baru, kau mau mencobanya? Jika kau menang, kau boleh mendapatkan ebi furai bagianku selama 3 hari."

Sontak, mata Juudai berbinar-binar mendengar tawaran tersebut. "Yang benar?!"

Johan menjawabnya dengan anggukan kecil.

"Aku mau! Aku mau! Apa permainannya?" seru Juudai riang.

Seringaian iblis muncul pada wajah Johan, disertai gerombolan Youkai dan Shinigami yang tampak bersemangat di belakangnya. Johan turun dari tempat tidurnya dan berjalan menghampiri Juudai.

"Inilah permainannya …."

Malam itu, sebagian besar penghuni Asrama Osiris Dorm mengalami insomnia missal dikarenakan jeritan histeris yang memilukan dari seorang gadis dan memekakkan telinga setiap orang.

TBC


Author: Baiklah … mohon saya jangan dicincang, saya harus menyelamatkan kedua bayi saya terlebih dahulu karena sudah ada salah satu chara yang akan menebas saya ….