Naruto always belongs to Masashi Kisimoto

Pairing : SasuSaku

Genre: Romance, Drama, Family

WARNING!

Fic ini merupakan lanjutan dari fic pertama sama, My New Life with Sasuke-kun ^^ mungkin yang udah pernah baca dan masih inget gimana endingnya agak gak enak gitu kan~ Hahaha

Pada kesempatan kali ini, saya -Uchiruno mencoba mengangkat kembali cerita ini dengan judul My New Life with Sasuke-kun II -New Family. Yang berbeda, dicerita kedua ini akan memfokuskan kehidupan SasuSaku yang baru dengan keluarga kecil mereka yang baru juga. Semoga...ya semoga apa aja lah ya! :D

Happy Reading~

.

.

.

.

My New Life with Sasuke-kun II -New Family

(Uchiruno)

.

.

.

Hallo, namaku Sakura Haruno. Mungkin di cerita pertama aku yang sebagai pemeran utama kini sudah menambah peran di cerita kali ini. Saat ini statusku bukan lagi hanya seorang istri dari suamiku yang sering sekali membuatku menangis -tapi saat ini aku juga sudah menjadi seorang ibu dari putra pertamaku-Daisuke.

Mungkin banyak yang setelah membaca kisahku berpikir bahwa semua berakhir dengan bahagia -happy ending. Pada saat sebelum aku melahirkan, suamiku Sasuke-kun sempat membuatku kabur dari rumah dan saat esoknya aku melahirkan putra kami, ia datang dan segala kesalah pahaman di antara kami bisa diselesaikan. Semua berakhir begitu saja. Semua menganggap kami hidup dengan bahagia setelah itu.

Kami berbeda. Terkadang, perbedaan di antara kami ini masih membuat banyak perkara di dalam rumah kediaman Uchiha ini dan terus terang saja aku terkadang masih meragukannya. Bagaimana maksudnya? Begini cerita keluarga baruku..

Chapter 1

New Family, New Life

.

"A-aku.." seorang wanita cantik berucap ragu begitu sampai di depan pintu kediaman keluarga Uchiha yang terbangun kokoh di hadapannya. Sepasang matanya menatap ragu pintu utama rumah itu yang masih tertutup rapat.

"Hn?"

Wanita itu menolehkan kepalanya kepada seorang pria yang berdiri kokoh di samping kirinya. Mulut kecilnya akhirnya terbuka melanjutkan ucapannya yang menggantung tadi, "Aku..aku rasa tidak enak kembali ke sini. Aku tidak pantas, Sasuke-kun."

Sang Pria yang namanya disebut barusan hanya memutar bola matanya bosan dan segera membuka pintu rumahnya itu. "Jangan berkata sesuatu hal yang aneh," ucap pria itu dan kemudian melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah mendahului wanita cantik yang masih mematung di depan pintu yang kini sudah terbuka itu.

"Sakura," panggil pria itu.

Hanya dengan menyebutkan namanya, wanita itu -Sakura segera membawa dirinya sendiri masuk ke dalam rumah. Ah! Tidak. Ia tidak sendiri. Kali ini di dalam dekapannya ada seorang bayi kecil yang tubuh mungilnya terbungkus oleh kain putih yang begitu tebal dan hangat. Saat Sakura hendak melepaskan alas kakinya, ia sempat menundukkan kepalanya -menatap lembut bayi yang ada di gendongannya itu. Tak lama, ia pun tersenyum kecil sambil mengusap lembut pipi malaikat kecilnya.

"Sudah, lupakan saja masalah itu." Sebuah suara menginterupsi pergerakan Sakura. Sakura langsung menoleh dan mengangguk kecil menanggapi ucapan Sasuke yang melihat gelagat Sakura yang tidak enak itu.

"Sasuke-kun-" Sakura sedikit membungkukkan tubuhnya, "-tadaima!" ucapan senang. "Daisuke, kita pulang." Sakura pun juga berbicara pada buah hatinya.

Setelah menyelesaikan keperluan mereka, Sasuke pun menuntun Sakura untuk berjalan ke atas menuju kamar pribadi mereka. Sasuke membukakan Sakura pintu dan dengan senang hati Sakura memasuki kamarnya dan Sasuke.

Ia sempat berlari kecil sebelumnya menyadari bekas oprasinya masih sakit. Sakura merintih pelan, kemudian menyibakkan selimut tebal yang menutupi tiga perempat kasurnya dan meletakkan Daisuke dengan perlahan di atas kasur empuk itu.

Sakura sempat tersenyum menatap bayinya sebelum akhirnya perhatiannya kembali terfokus pada Sasuke. "Kau bersihkan dulu pakaianmu. Ganti baju, pakaian anbumu sangat kotor dan sehabis itu aku akan menyembuhkan sedikit luka goresan pada lenganmu," titah Sakura penuh perhatian. Sejenak lenyap semua kekesalan dan rasa sakit hatinya selama ini. Ya, Sakura memang begitu pemaaf apalagi pada Sasuke -pria yang begitu ia cintai.

"Kau bahkan tidak membiarkanku mendekati anak itu," ucap Sasuke sedikit ketus pada Sakura.

Sakura tidak begitu menanggapinya. Ia tahu Sasuke kesal sebab dari beberapa waktu lalu setelah Sasuke melihat anak kandungnya sendiri, Sakura tidak membiarkan Sasuke untuk menyentuh anak itu. Ayolah, Sasuke saat itu baru kembali dari misi -pakaiannya penuh debu dan tubuhnya kotor. Tentu, Sakura tidak akan membiarkan Sasuke untuk menyentuh atau bahkan hanya sekedar mendekati bayinya. "Makanya kau bersihkan dulu dirimu!" Sakura pun terkekeh.

Tanpa basa-basi lagi, Sasuke bergegas membersihkan diri dan Sakura mengistirahatkan kembali dirinya dengan merebahkan tubuhnya di kasur berukuran king size 'nya.

Sakura memiringkan posisi tidurnya dan mengusap perutnya pelan. "Kau sudah keluar. Saat ini kau sudah lahir dan terbaring bersama Kaa-san di sini," ucap Sakura penuh haru. Ia segera mencubit kecil dan pelan pipi Daisuke. "Daisuke, Daisuke~" Sakura sedikit melantunkan nama itu. Tatapannya melembut -sangat terlihat seperti ibu yang penuh kasih sayang.

Sakura sempat tersentak begitu ada tangan lain yang juga menyentuh tangannya dan pipi tembem buah hatinya. Sakura mengalihkan pandangannya sejenak pada si pemilik tangan lain itu kemudian tersenyum lembut pula. "Hey Sasuke-kun, keringkan dulu rambutmu yang benar. Nanti tetesan airnya bisa mengenai Daisuke." Sakura menegur Sasuke begitu melihat tetesan-tetesan air menetes dari ujung rambut Sasuke yang basah.

"Kenapa berlebihan sekali?" tanya Sasuke kesal.

"Itu biasa 'kan! Bayi itu sangat sensitif Sasuke-kun, apa lagi yang baru lahir seperti Daisuke." Sakura membela diri.

Sasuke hanya mendengus kesal, "Jangan berlebihan. Dia Uchiha, jadi jangan samakan dengan bayi lain yang pernah kau lihat." Sasuke pun mencoba melakukan pembelaan diri.

"Meskipun Uchiha, tetap saja pasti punya kelemahan 'kan. Apa lagi umurnya bahkan baru satu hari, Sasuke-kun!" Sakura bangkit berdiri dan langsung melenggang pergi menuju lemari pakaianannya yang berada di sebelah kanan balkon kamarnya. Ia segera mengambil pakaian rumahnya -berupa dress panjang berwarna halus dari katun. Ia mengambil pakaian itu dan masuk ke dalam kamar mandi di dalam kamar tidurnya dan mengganti pakaiannya.

Sakura mau repot-repot masuk ke kamar mandi hanya untuk mengganti pakaiannya, itu sudah kebiasaan. Rasanya masih aneh dan canggung jika harus mengganti pakaiannya di hadapan Sasuke. Mereka memang suami istri dan bahkan -lihat! Apa maksud dari bayi yang tengah tertidur pulas di atas kasur orang tuanya.

Daisuke yang sedang terperjam pulas sedikit menguletkan badannya. Dahinya mengkerut dan wajahnya sedikit memerah. Tak lama setelah itu pun mulut kecilnya terbuka dan keluarlah tangisan yang menggelegar.

Sasuke yang sedang terhayut sambil mengusap-usap pelan dahi putranya pun terkejut. Ia langsung bangkit dan mengedarkan pandangannya ke seisi kamar. Tidak ada Sakura di sana, sedangkan bayi kecil itu terus-menerus menangis sesegukkan.

"Sasuke-kun!" Sakura langsung menggebrak pintu kamar mandi. Ia berlari kecil menghampiri buah hatinya yang menangis setengah berteriak. Sakura pun menatap Sasuke yang terlihat bingung dan sedikit kelimpungan. "Sasuke-kun, kenapa kau biarkan dia menangis?"

"Aku bahkan tidak tahu harus berbuat apa hingga bisa membuatnya berhenti menangis," jawab Sasuke jujur. Ini pertama kalinya ia melihat bayi begini dekat. Dan bisa dibilang selama ini bahkan dia tidak pernah peduli pada hal-hal seperti ini.

Sakura tersenyum kecil, ia mengerti posisi Sasuke. "Begini Sasuke-kun, pertama mungkin dia ingin digendong. Maka itu kau pegang tengkuknya, memiringkan tubuhnya kemudian mengangkatnya dengan hati-hati. Ingat, kau harus memegang tengkuknya, tumpukan pada lenganmu."

Sakura mengajari Sasuke sambil mempraktikkannya. Ia menggendong Si Kecil lagi dan sedikit mengguncang-guncangan pelan tubuh mungil bayi itu. Tangisannya mereda meski masih juga menangis. Sakura mengerti dan dengan malu-malu dia menolehkan kepalanya ke Sasuke. "Sasuke-kun, bisakah kau pergi dulu dari sini? A-ano, maksudku alihkan saja pandanganmu hm atau setidaknya balikkan badanmu ke arah lain," ucap Sakura gugup.

Tanpa jawaban Sasuke pun menundukkan kepalanya -hendak mengalihkan pandangannya seperti yang Sakura minta. Tiba-tiba saja indra pendengaran Sasuke berhenti menangkap suara tangisan bayi. Jujur saja ia penasaran. Dengan diam-diam Sasuke melirik pelan Sakura dan bayinya lewat ekor matanya. Sontak seketika wajahnya memerah dan ia segera menutupinya dengan menunduk lebih dalam dan menggaruk-garuk tengkuknya yang bahkan tidak gatal sama sekali.

Saat tengah menundukkan kepalanya diam-diam sekelebat potongan kejadian bermunculan di benaknya. "Sakura," panggil Sasuke pelan.

"Hm ya?"

Lupa dengan permintaan Sakura, Sasuke mengangkat kepalanya dan menatap Sakura terang-terangan. "Bisakah kau membuat anak itu membuka matanya sekarang?"

Bahkan bukannya menjawab pertanyaan Sasuke tapi Sakura justru menolehkan wajahnya ke arah lain. "Sasuke-kun, bukannya kubilang jangan melihat ke sini?"

Sasuke tersadar Ia benar-benar lupa dengan ucapan Sakura sebelumnya. Saat ini Sakura tengah memberikan asi pada bayinya. Merasa malu untuk memperlihatkannya pada Sasuke, Sakura meminta suaminya sendiri itu untuk tidak melihat ke arahnya. "Itu-"

"-sudahlah tidak apa," ucap Sakura memotong kata yang ingin di ucapkan Sasuke. Sakura pun sebagai lawan bicara baik, dengan menahan malu pun ia menatap kedua mata hitam milik Sasuke. Ia pun bertanya lagi, "Kenapa kau ingin dia membuka matanya sekarang?" tanya Sakura penasaran.

"Saat itu, saat ia baru saja diantar ke kamarmu aku melihat matanya. Sharingan yang ia perlihatkan, aku ingin melihatnya lagi."

Sakura menatap Sasuke tak percaya, bahkan Sakura pun hendak menahan tawa. "Hmff.. Sha-sharingan? Kau tidak salah Sasuke?" Sakura terkekeh pelan.

"Aku melihatnya," ucap Sasuke yakin.

"Saat itu mungkin kau sedang kacau Sasuke-kun. Kau juga baru pulang dari misi 'kan? Mungkin kau salah lihat!" Sakura menepis ucapan Sasuke yang penuh keyakinan itu.

Sasuke menghela nafas berat. Entah bagaimana menjelaskannya pada Sakura yang kini tengah terlihat meremehkan dirinya. "Sakura aku serius. Aku bahkan tidak suka membual! Untuk apa bicara yang tidak nyata." Sasuke pun meninggikan suaranya.

Sakura sempat bingung dibuatnya. Ia ingin membantah, tapi bahkan ia sendiri belum pernah melihat anaknya itu membuka mata. Ia tak bisa memastikan sendiri sekarang. Namun, melihat Sasuke yang bersi keras seperti itu, Sakura hanya bisa menghibur Sasuke dengan ucapannya ini. "Sudahlah Sasuke-kun, aku memang belum melihat matanya. Dirimu sendiri baru bisa menggunakan sharinganmu setelah di akademi, bagaimana dia yang baru saja lahir. Begini saja, tanamkan tekad dan harapanmu jauh ke dalam hati dan diri bayi kecil ini. Semoga saja dia tumbuh besar sesuai dengan harapanmu, ya."

Sasuke sempat menggeram frustasi, tapi ia mencoba mengerti. Memang ia tidak punya bukti selain memperlihatkan sendiri mata itu pada Sakura. Yah, ucapan Sakura ada benarnya juga. Lebih baik dari pada harus memusingkan masalah kedua bola mata anaknya itu, sekarang ia menanamkan tekad dan harapan pada Daisuke. Ya~ sikap Sasuke saat ini sama 'lah seperti kita yang sering mengatakan, "No picture = hoax!"

"Sasuke-kun sudah malam, mau kubuatkan makanan apa?" tanya Sakura begitu menyadari bayinya sedang menyusu padanya dengan lahap. Pasti bayinya ini kelaparan dan Sasuke juga pasti lapar karena sejak tadi belum sempat mengkonsumsi apa-apa.

Sasuke sempat diam, namun tak lama kemudian ia menggeleng pelan. "Tidak perlu," tolak Sasuke.

"Kenapa? Kau bahkan sudah tidak mau makan masakanku lagi?" Pikiran negatif pun bermunculan di pikiran Sakura. Ia masih begitu sensitif pada Sasuke.

"Haah, susah sekali bicara padamu. Kau bahkan baru selesai oprasi, jangan berkerja dulu." Sasuke menjelaskan faktor di balik penolakkannya itu.

Sakura tertegun. Pikiran negatif itu langsung berlari pergi dari pikirannya. Inikah bentuk perhatian Sasuke? Ia tersenyum dan kemudian bangkit berdiri berjalan keluar kamarnya. Setelah pintu kamarnya terbuka, ia sempat menghentikan langkahnya dan menoleh. "Tak apa, aku buatkan saja seadanya. Kau habis ini ke bawah ya tolong jaga Daisuke," ucap Sakura lembut dan tersenyum. Setelah itu pun wanita manis itu kembali melangkahkan kakinya dan menutup pintu.

Entah mengapa Sasuke pun ikut tersenyum -tipis sekali- dan langsung mengekori Sakura.

.

.

.

.

.

"Bagaimana Sasuke-kun?" Sakura menemani Sasuke makan di meja makan sambil menggendong si kecil. Semua sudah berbeda sekarang. Jika dulu Sakura sendirian, menahan beban berat bayinya di perutnya, maka sekarang ia sudah harus menggendong bayi kecil kemana-mana.

Sasuke tidak menjawab. Setiap kali Sasuke makan dan Sakura menemaninya, pasti Sasuke akan lebih cenderung mendengarkan ocehan-ocehan dan cerita-cerita yang Sakura lontarkan. Baginya saat kita berada di meja makan artinya sudah harus menutup mulut rapat-rapat dan memfokuskan diri untuk makan.

"Kau sendiri tidak makan, hn?" Tidak biasanya Sasuke menjawab Sakura.

"Tidak. Aku tidak begitu lapar, lagi pula rumah sakit sudah memberikanku makanan pasca oprasi. Kau makanlah yang banyak meski hanya sekedar begini saja."

Di atas meja makan keluarga Uchiha itu terhidang satu mangkuk nasi putih milik Sasuke, tumisan irisan daging, sup miso dan potongan tomat segar. Tidak banyak memang, sebab itu yang tersedia di dalam kulkas.

"Kita harus belanja persediaan makanan lagi dan kebutuhan keseharian. Ah! Untuk Daisuke juga bahkan aku belum membelikannya apa-apa. Hmm.. semua harus dikerjakan besok," ucap Sakura sambil menerawang kira-kira keperluan apa saja yang harus ia beli.

Daisuke sedikit merengek -membuat Sakura akhirnya berdiri dan mengayun-ayunkan tubuh mungil itu. "Hey, jangan menangis terus sayang. Besok Kaa-san akan pergi belanja membeli barang-barang untuk anak kesayangan Kaa-san ini!" Dengan gemas Sakura sesekali mencubit pelan pipi buah hatinya itu yang terasa kenyal dan sangat lembut sekali.

Diam-diam Sasuke mengawasi kedua orang yang ada di hadapannya itu. Mata onyxnya menatap Sakura dari atas sampai bawah dan pandangannya kembali terfokus pada bayi mungil yang ada di gendongan Sakura.

Sasuke melahap satu suapan terakhir dan kemudian meletakkan sepasang sumpit yang ia gunakan di samping mangkuk nasinya. Mendengar suara sumpit yang beradu dengan meja, Sakura langsung mengalihkan pandangannya dan mendapati Sasuke yang sudah selesai dari kegiatan makan malamnya.

"Jangan menangis ya, Daisuke. Kaa-san ingin membereskan bekas makan Tou-san 'mu dulu ya!" Sakura hendak menaruh Daisuke di bangku sofa yang terletak di ruangan yang menyambung dengan ruang makan.

"Tidak usah," cegah Sasuke segera. "Biar aku yang mencucinya."

Sasuke segera mengangkat beberapa perabotan dan kelengkapan makan yang tersusun rapi di atas meja makannya dan segera mencucinya.

"Apa tidak apa-apa, Sasuke-kun? tanya Sakura ragu. Mata emeraldnya menatap Sasuke yang tengah memunggunginya.

Suara kucuran air mendominasi ruangan itu. Sasuke sempat menoleh sekilas, "Tidak apa, aku sudah biasa membereskan sendiri 'kan?" jawab Sasuke apa adanya. Ya, mengingat pada saat ia masih kecil dulu ia sudah tinggal sendirian di rumah sudah pasti dia mengerjakan semuanya sendirian.

Sakura tidak menjawab atau sekedar merespon ucapan Sasuke. Ia tampak sedang bergelut dengan pikirannya sendiri -entah apa itu, ia belum mengatakannya. Matanya kini bergerak memperhatikan Daisuke yang tengah terlelap pulas dalam dekapannya. Moment dimana ia harus melahirkan bayi mungil ini sore tadi sungguh menakjubkan. Semua prosesnya terasa cepat.

Padahal kondisinya sempat drop, tapi begitu Sasuke datang dan menjelaskan semuanya rasa sakitnya hilang begitu saja. Ditambah lagi begitu ia melihat sosok malaikat kecilnya yang diantar ke ruangannya. Tak lama setelah itu teman-teman yang setia menunggu pun masuk dan menghambur begitu saja dalam ruangan dan Naruto ia terlihat paling gemas dengan si Uchiha kecil ini. Sayang, tak lama setelah itu perawat pun masuk dan mengusir mereka semua dengan sopan. Ya, sudah pasti karena kegaduhan yang mereka ciptakan. Setelah Sasuke mengisi data yang diperlukan dari rumah sakit, ia segera mengajak Sakura untuk pulang dan di sinilah mereka.

"Hmm.. Sasuke-kun, bagaimana menurutmu jika kita rayakan?" tanya Sakura penuh arti.

Sasuke mengelap tangannya yang basah dengan handuk kecil yang tergantung dekat sana dan berjalan pelan menghampiri Sakura. Sasuke berdiri di samping istrinya yang masih duduk dan tangannya bergerak memegang ujung senderan bangku. "Rayakan apa maksudmu?" Sasuke sungguh belum menangkap maksud Sakura.

Sakura menatap Sasuke dan sedikit tersenyum. "Bagaimana jika besok kita undang teman-teman untuk merayakan kelahiran Daisuke? Bagaimana, hm? Mereka tadi pulang begitu saja setelah perawat menyuruh mereka untuk segera keluar. Sekalian juga sebagai ucapan terima kasih dariku untuk mereka terutama Ino," ucap Sakura menjelaskan.

Sasuke nampak berpikir sejenak. Mungkin ucapan Sakura ada benarnya juga. "Boleh aja, sekalian juga ucapan terima kasih dariku." Sasuke nampak menyetujuinya dan membalas Sakura dengan senyuman kecil.

"Berterima kasih untuk apa?" Sakura menyiritkan matanya.

Sasuke pun menepuk pelan kepala Sakura, ia mengelusnya pelan. "Setidaknya mereka menjagamu saat aku masih dalam misi. Begitu 'kan?" jawab Sasuke tenang. "Mereka semua mengkhawatirkanmu selama oprasi berlangsung."

Sontak wajah Sakura langsung merona kemerahan. "S-souka!? Hm.. maka itu, mereka juga berperan hari ini dan aku ingin membalas mereka." Sakura meraih tangan Sasuke yang bertengger di pucuk kepalanya. "Mau temani aku belanja besok pagi? Kau libur 'kan Sasuke-kun? Apa..apa kau ada misi lagi?" raut wajah Sakura berubah. Dari ekspresinya sekarang tersirat rasa kecewa dan sedih. Ia tidak mau kesepian lagi seperti saat Sasuke penuh dengan misi.

Sasuke sempat tersentak melihat raut wajah Sakura yang berubah drastis. Tangan Sakura yang masih memegang tangannya pun ia longgarkan dan mengambil alih -menggenggam tangan Sakura dengan erat. "Tidak. Aku akan minta libur pada Hokage beberapa hari," tukas Sasuke dan menatap Sakura dalam -memberikan keyakinan pada wanita itu.

"Benarkah?"

"Hn."

Sakura pun tersenyum. Setidaknya beberapa hari ini ia akan disibukkan dengan hal-hal baru, yaitu mengurusi segala urusan untuk Daisuke. Kamar, pakaian, perabotan, box, semua belum sempat ia beli dan ia siapkan mengingat ia harus melakukan itu semua sendiri sedangkan Sasuke sibuk dalam misi dan ia sendiri di saat perutnya sudah benar-benar besar masih harus disibukkan dengan urusan di rumah sakit yang harus ia tangani sendiri.

"Sakura, tapi kau yakin mau mengundang besok? Bahkan kondisimu belum begitu pulih, jangan kecapean dulu!" suara Sasuke terdengar agak meninggi. Sakura sempat tertegun. Beginikah? Sasuke kembali perhatian pada dirinyakah?

Sakura tersenyum selebar-lebarnya. "Tidak! Aku baik-baik saja, asalkan Sasuke-kun membantuku, memperhatikanku dan juga.. tetap bersamaku, aku yakin tak akan apa-apa!" jawab Sakura mantap. Ia tahu, hanya dengan ada Sasuke di sampingnya membuat dirinya lebih kuat dan semua akan baik-baik saja -ia yakin sekali.

"Hn. Terserah kau saja," kata Sasuke datar. Ia sedikit menolehkan wajahnya. Pria itu merasakan wajahnya dan hatinya menghangat begitu saja. Ucapan wanitanya itu seperti menyihirnya -membuat sekujur tubuhnya hingga dalam terasa hangat oleh cinta. Mungkin kata-kata 'tetap bersama' terdengar mudah mengingat mereka saat ini sudah saling memiliki ditambah ikatan mereka makin kuat dengan lahirnya Daisuke, tapi ingat profesi mereka bisa menjadi tembok besar yang membatasi mereka dengan jarak. Sasuke sebagai ketua anbu sungguh-sungguh mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dan misi-misi yang berat selalu diberikan padanya -mengingat kemampuannya yang sudah diakui oleh semua orang bukan hanya di Konoha tapi juga di seluruh dunia.

"AKH!"

Sasuke langsung menolehkan kembali kepalanya menatap Sakura yang berteriak kencang begitu saja -sungguh mengejutkan. Wanita itu tampak menutup mulutnya yang terbuka dengan ujung jemarinya yang lentik.

"Ada apa?" tanya Sasuke dengan 'sedikit' panik tersirat dari nada bicaranya.

"I-itu..aku belum mengabari Kaa-san dan Tou-san mengenai kelahiran ini. Semalam aku ada di sana, dan aku belum kembali pasti mereka khawatir. Aku harus ke sana sekarang Sasuke-kun!" Sakura segera bangkit dari posisi duduknya -membuat bangku yang ia duduki terdorong ke belakang dan menimbulkan bunyi yang cukup kencang.

"Apa kau mau ikut?" tanya Sakura sambil melangkah pergi dari ruangan makan keluarga kecil mereka itu.

"Tunggu Sakura," Sasuke memegang bahu Sakura dari belakang -mencegah kepergian Sakura. "Tenanglah, sudah malam lebih baik besok saja." Sasuke pun memberikan saran pada Sakura.

Tanpa ragu Sakura pun langsung menolak. "Tidak bisa Sasuke-kun, aku harus menceritakan ini semua pada Kaa-san dan Tou-san! Anggota keluarga kami bertambah satu, pasti Tou-san sangat sangat sangat senang!"

Sasuke nampak menimbang-nimbang ucapan Sakura barusan. Ada benarnya juga kalau dipikir menggunakan logika dan juga etika. "Baiklah, gunakan mantelmu dan selimuti Daisuke." Sasuke pun berjalan mendahului mereka dan menunggu Sakura dan bayi kecilnya bersiap di dekat pintu utama rumah mereka.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"WOAAAH! KAWAII!" suara berat menggelegar di tengah-tengah ruangan kediaman Haruno -membuat dua wanita yang ada di sana segera menutup kuping mereka dan bayi kecil yang menjadi objek mereka menangis.

"Kizashi! Jangab bertingkah bodoh di depan menantu kita!" bentak Mebuki pada suaminya, Kizashi yang kini tengah mengepal kedua tangannya dan meletakkan tangannya di pipinya. Ia nampak sangat antusias begitu melihat cucu pertamanya dipindahkan tangan ke gendongan istrinya. Matanya menatap intens bayi mungil yang tengah menangis itu.

"Tou-san! Apa yang ayah lakukan padanya!?" Sakura ikutan bersuara. Suara ayahnya pasti menganggetkan Daisuke yang tengah tertidur.

Kizashi hanya bertidak seperti ia tidak mendengar apa-apa. "Hiyaa! Lihat kulitnya sangat putih, rambutnya hitam sekali dan pipinya merona! Dia lucu sekali!" Pria tua itu masih berdecak kagum melihat sosok Daisuke. "Daisuke! Namanya Daisuke 'kan!? Ah manis sekali." Kizashi pun memainkan tangan Daisuke yang mengepal -tidak memperdulikan tangisan bayi itu.

"Cup cup..jangan menangis cucuku sayang," rayu Mebuki pada cucu laki-lakinya. Ia mengayunkan tubuhnya dan membuat bayi itu tenang kembali.

"Dia mirip denganku ya!" seru Kizashi lagi. Dengan penuh percaya diri ia mengakui bahwa cucunya sangat mirip dengannya dan dengan bangganya melipat kedua tangannya di depan dada.

Kini di ruang tengah kediaman Haruno, Mebuki tengah duduk di atas sofa sambil menggendong cucunya dan di hadapannya ada sosok suami dan putrinya yang berlutut sambil memperhatikan Daisuke. Sedangkan, disebrang mereka Sasuke terlihat tenang duduk di sofa sambil mengusap pelan bekas luka yang baru saja disembuhkan oleh Sakura.

Sakura memutar bola matanya bosan. "Tou-san, jangan berharap terlalu banyak." Sakura menolehkan kepalanya menatap sesosok yang tengah duduk santai sambil menghirup aroma teh di belakangnya. Orang tua Sakura pun mengikuti pergerakan putrinya itu. "Lihat, dia mirip dengan Sasuke-kun!" Sakura menunjuk Sasuke dengan penuh keyakinan.

Sasuke yang merasa menjadi pusat perhatian seketika itu hanya memejamkan matanya. Keluarga ini sangat heboh dan norak baginya -ya, setidaknya ia menjadi tahu dari mana sikap Sakura itu berasal. Akan tetapi, sikap seperti itulah yang bisa membuatnya terhibur -yang bisa membuat dirinya tidak kesepian.

"Huh, apanya yang mirip dengan bocah itu?" tanya Kizashi kesal. Ia merasa tidak terima ditolak begitu oleh putrinya.

"Lihatlah Tou-san! Rambutnya, warna kulitnya, kejeniusannya, ketampanannya semuanya seperti Sasuke-kun!" ucap Sakura sambil menatap Sasuke penuh damba. Astaga.

Awalnya Kizashi terdiam, mencoba mencari alasan apa yang bisa ia lontarkan sebagai pembelaan diri. Matanya terpejam sejenak hendak mengumpulkan konsentrasinya. Tak lama kemudian matanya terbuka dan senyuman lebar terpahat di wajahnya. "Ah! Matanya! Matanya pasti indah sepertiku, bukankah begitu?" ucap Kizashi penuh keyakinan -lagi. "Apa warna matanya, huh?" tanya Kizashi lagi yang sebenarnya lebih terdengar menantang.

"A-ano warna matanya-"

"-sharingan." Sasuke langsung mengambil alih pembicaraan.

Bola mata Sakura membesar. Lagi-lagi Sasuke masih membahasnya. "Bukan begitu! Maksud Sasuke nantinya ia akan mempunyai sharingan yang hebat! Kalau warna matanya, dia bahkan belum membuka matanya -ah lebih tepatnya aku belum melihatnya membuka mata," ucap Sakura mencoba menjelaskan.

Sasuke yang merasa Sakura masih belum percaya hanya bisa menghela nafas panjang.

"Kemungkinan itu ada!" jawab Kizashi lagi.

Perseteruan antara ayah dan anak pun dimulai. Bukannya kurang ngajar terhadap orang tua, tapi memang beginilah cara keluarga inti Haruno itu berkomunikasi. Toh, mereka saling mengetahui jika mereka saling menyayangi.

Dahi Mebuki pun berkedut. Ingin saja rasanya berteriak menghentikan adu argumen antara Sakura dan suaminya yang menurutnya konyol sekali. Untung saja ia masih mengingat ada sosok malaikat kecil di dekapannya sekarang, kalau tidak ia sudah akan mengamuk seperti biasanya.

Tak hanya Nyonya Haruno yang begitu, Sasuke pun diam-diam mengawasi ayah mertua dan Sakura yang ribut-ribut tak jelas. Menyebalkan memang baginya.

"Dia memang mirip aku, Itachi-nii dan Tou-san." Dengan tenangnya Sasuke asal menyeletuk. Dalam hati ia muak mendengar pertengkaran yang tidak penting itu. Sejujurnya ia sangat senang mendengar Sakura membelanya habis-habisan. Setidaknya ia rasa untuk mengakhiri perdebatan ini biarlah dia yang mengambil suara.

Sasuke meletakkan cangkir teh di atas meja di samping sofa coklat muda yang tengah ia duduki. "Keturunanku sangat kental," ucap Sasuke lagi dan ada nada angkuh di sana. "Kami tak mudah dilunturkan."

Sakura sweatdrop. Mendengar Sasuke yang bicara seperti itu pada ayahnya setidaknya ia mengira akan terjadi perdebatan yang lebih hebat dari ini. "Kejeniusannya, fisiknya, kemampuannya, tentu saja akan sama sepertiku!"

"Bahkan kekejamanmu itu juga dari turunanmu, hm?" Kizashi meninggikan suaranya. "Bisa-bisanya membuat putriku menangis dan berlari ke rumah orang tuanya. Apa itu kebanggaan untukmu?" tambah Kizashi.

"Hn, begitukah?" Sasuke berucap datar namun menunjukkan seringaiannya.

Sakura mulai meraskan aura-aura tidak enak. Ia semakin sweatdrop melihat situasi yang mulai memanas ini.

"Hah, arogan sekali kau Uchiha!" Kizashi menanggapi ucapan Sasuke barusan. Ia merasa tidak suka dengan menantunya yang berucap seperti itu.

"A-ano Sasuke-kun, sudahlah. Aku juga tahu mengenai itu, jang-"

"-tapi kuharap dalamnya-" Sasuke memberikan jeda sejenak pada ucapannya. "-dalamnya kuharap mempunyai sifat penyayang dan ceria seperti kalian. Semoga saja ia mewarisi hati kalian," ucap Sasuke disertai senyumannya yang lepas begitu saja -bukan hanya sekedar senyuman tipis yang kasat mata.

Sakura tertegun, begitu pun dengan Kizashi dan Mebuki. Seorang Uchiha membutuhkan hati yang seperti mereka miliki.

"Sa-sasuke-kun," desis Sakura -menyebut nama suaminya.

"Daisuke, kurasa ia harus menjadi Uchiha mempunyai hati yang hangat seperti kalian dan Itachi-nii," tambah Sasuke. "Berhentilah betengkar yang tidak perlu."

Sasuke baru saja melupakan karakternya yang lebih memilih diam dari pada harus terlibat mengurusi hal yang tidak penting. Ia juga tidak menyadari senyuman yang ia keluarkan membuat keluarga Haruno itu tertegun. Baru pertama kali bagi orang tua Sakura melihat menantunya tersenyum seperti itu. Bahkan Sakura pun yang sudah lama bersama Sasuke sejak ia kecil baru pertama kali melihat pria itu tersenyum begitu tulus, sangat tulus dan lepas dari lubuh hatinya yang terkesan beku dan dingin itu.

Mebuki pun mengusap pelan kepala cucu laki-lakinya kemudian bangkit dan memberikannya pada Sasuke. "Putramu sangat tampan," ucap Mebuki pada Sasuke yang menerima Daisuke dengan canggung. "Kalian, duduklah yang manis! Minum teh kalian dan ini ada kue kecil untuk tambahan."

Mebuki berjalan mengambil beberapa toples yang berisikan kue kering dan meletakkannya di atas meja di dekat mereka duduk dan berkumpul.

Sasuke menggendong Si Kecil dengan kaku. Ia tidak begitu mengerti caranya menggendong bayi atau mengurusnya. Ya, ia harus banyak belajar mulai saat ini!

"Sasuke, kue itu tidak menggunakan gula sama sekali. Mungkin sesuai dengan seleramu," ucap Mebuki. Ia mengambil salah satu toples, membukanya dan menyondorkannya pada Sasuke.

"Hn. Arigatou Baa-san," balas Sasuke dan sebelah tangannya mengambil kue itu.

"Tidak tidak!" Mebuki menggelengkan kepalanya pelan. "Jangan begitu, panggil Kaa-san saja." Mebuki pun tersenyum lembut pada Sasuke. Senyuman yang begitu mirip dengan milik Sakura.

"A-ah iya! Kalau begitu aku juga, aku juga! Panggil pria gagah ini Tou-san!" Lagi-lagi dengan penuh percaya diri Kizashi menunjuk dirinya sendiri.

Sasuke sempat tertegun. Kaa-san maupun Tou-san, kata yang sudah lama sekali tidak ia ucapkan. Bertahun-tahun lamanya kata itu hanya terucap dalam hatinya. "Hm.. Arigatou.. Kaa-san," ucap Sasuke canggung. Kata itu entah mengapa sulit sekali keluar dari mulutnya.

"Hai! Benar begitu, Sasuke! Sekarang kau 'kan sudah menjadi anak kami hahaha," kekeh Mebuki. Ia banyak mengetahui tentang Sasuke dari Sakura.

Putrinya terus-terusan saja menceritakan sosok yang ia cintai itu sejak dulu. "Kita keluarga baru 'kan, ditambah Daisuke." Mebuki kembali menyenderkan tubuhnya dan duduk santai di atas sofa. Ia pun merasa sudah lama sekali rumah ini tidak seramai dulu. Meski hanya bertiga dengan Sakura baginya itu ramai dan sejak Sakura menikah bahkan ia merasa sepi. Sekarang ia sadari jumlah anggota keluarganya bertambah membuat senyuman bahagia juga terpahat di wajah cantiknya.

Sakura hanya diam mendengar perbincangan orang tuanya dengan Sasuke. Rasa bahagia meluap-luap membuatnya tidak bisa berhenti tersenyum. Ia menyenderkan kepalanya pada pundak Sasuke dan menggandeng tangan pria itu. Tangan kanannya ia kaitkan pada lengan kiri Sasuke dan tangan kirinya ia gunakan untuk mengusap lembut pipi buah hatinya yang ada di gendongan Sasuke. Semua impiannya terasa begitu nyata! Ya dan memang ini kenyataan. Memang, air mata akan dibalas dengan senyuman tiada akhir. Setidaknya ini malam yang tidak akan ia lupakan.

Sasuke sempat tersentak begitu Sakura menenggerkan kepalanya di pundaknya. Ia menatap Sakura dan Daisuke bergantian dan senyuman terlukis lagi di wajahnya. Tak hanya itu, ia juga menatap kedua mertuanya bergantian. Lagi-lagi hatinya terasa hangat. Inikah kekuatan keluarga yang penuh cinta? Sesuatu yang sudah sangat lama Sasuke tak rasakan, sesuatu yang ia tak dapat dari keluarganya yang sudah pergi ke dunia sana.

Benar. Keluarga baru, kehidupan baru. Semuanya baru akan dimulai kembali sejak Daisuke datang sebagai anggota keluarga baru. Uchiha hidup kembali dan semua kehidupan Sasuke akan berubah 180 derajat mulai dari malam ini -detik ini. Dan kali ini iIa lahir kembali di tengah-tengah keluarga yang berbeda.

.

.

.

TO BE CONTINUED

.

.

YOSSSSSSSSSSSSH! SAYA KEMBALI MEMBAWA FIC INI! MUAHAHAHA XDD

Hai, mungkin bagi kalian masih ada yg inget sama fic abal pertama saya My New Life With Sasuke-kun yang berakhir mengantung? Di sini aku buat yang keduanya tapi beda latar. Maksudnya di sini kehidupan SasuSaku yang baru, yang udah berkeluarga lengkap :D

Saya akan banyak menggambarkan kehidupan mereka merawat anak2 mereka dan susahnya jadi orang tua sih.. hahaha lalu jangan bandingkan cara penulisanku sama yang dulu XD beda jauh banget banget! Secara aku udah banyak belajar dan berkembang sebisaku :)) Masalah typo atau kata-kata yang kurang pas, gomen ya! ^^

Memenuhi permintaan sequel atau lanjutannya aku mencoba yang terbaik kasih chap 1 yang begini. Hahaha pembuka aja sih :) maaf jika membosankan atau tak berkenan.

Jujur aku agak ragu lanjutin atau engga, semua tergantung respon readers sih ini kira-kira gimana hahaha XDDD Kalo banyak yg ngira ini akan berjalan mulus.. no no no ... saya akan tetap membuat Sakura penuh dengan air mata dongs #MUAHAHA #DIBAKAR

Jadi.. gimana menurut minna-san semua? ^^

V

V

V