Title : "Accept Me!"

Author : Vadya Rhandissa a.k.a SAY-TaoRisReal a.k.a kyeopanda

Cast : - Huang Zi Tao / Tao

Wu Yi Fan / Kris

Byun Baekhyun / Baekhyun

Park Chanyeol / Chanyeol

Dll..

Main Pair : TAORIS !

Sub Pair : ChanBaek ^^

Rating : T

Genre : Anda bisa tentukan sendiri, pokoknya masih ROMANCE & YAOI ^^

Summary : "I lost my roommate, that's mean, i find my love!" | Datangnya 3 anak baru di sekolah Tao ternyata sedikit berpengaruh padanya. Ia menyangka orang bernama Kris itu sangat dewasa dan cool, tapi ternyata sangatlah menyebalkan. Akan ada banyak perseteruan di antara mereka. Tapi, bagaimana akhir dari keduanya?

Disclaimer : FF ini murni, asli dari pikiran saya. Tidak ada niat untuk menjiplak atau apapun itu. Cast hanyalah saya culik dari EXO Planet nun jauh disana XD

WARN! This is YAOI, BoyxBoy, Alur yang gak jelas, banyak Typo(s) mungkin...

So, if you not like YAOI or me or my FF,

DON'T READ!

ENJOOYYY ~~

.

.

"M—mwo? Tsk! Sopan sekali dia, padahal aku lebih tua darinya," gerutu Kris sambil menatap Tao kesal.

"Hanya beda satu tahun tepatnya," Kris mendengar Tao menggumamkan sesuatu. Ternyata Tao masih mendengar ucapannya.

"Cih! Tidur saja kau!" bentak Kris kesal.

"Tsk!"

.

.

"Tuan Jung, tolong kau kirimkan berkas ini ke Pak Kim. Dia sangat menunggu benda ini. Andai aku tidak sakit seperti ini, aku pasti akan dengan senang hati mengantarkannya sendiri kesana," kata seorang wanita berumur namun wajahnya masih terlihat muda, yang duduk menyender di kepala tempat tidur putih itu sambil menyodorkan sebuah berkas keperluan kantornya kepada assistennya.

"Ah, baiklah, Nyonya. Kami pasti akan terus menunggu kesembuhan Nyonya. Kalau begitu, saya permisi dulu," pamit sang assiten kepada wanita itu dan segera berjalan menuju pintu sambil membawa berkas yang baru saja diberikan kepadanya. Namun, langkahnya berhenti, dikala saat ia ingin membuka kenop pintu, seseorang sudah lebih dulu membuka pintunya dari luar.

"Ah, Tuan Muda Byun," sahut assisten itu terkejut saat melihat siapa yang muncul dari pintu itu. Seorang lelaki mungil yang juga sedikit terkejut dengan keberadaan assisten setia ibunya itu. Ya, IBU-nya.

"Ah, selamat sore, Tuan Jung," sahut Baekhyun—lelaki mungil itu—kepada assisten ibunya itu.

"Apa Tuan Muda ingin bertemu dengan Nyonya?" tanya assisten itu. Baekhyun mengangguk semangat. Lalu ia menarik Chanyeol, yang sedari tadi berada di belakangnya agar wajahnya kelihatan jelas.

"Ne, aku juga membawa temanku. Namanya Park Chanyeol," ujar Baekhyun sedikit bersemangat. Chanyeol pun tersenyum.

"Aannyeonghaseyo, ahjusshi," sapa Chanyeol dengan sopan.

"Tuan Jung, kau belum pergi? Ada siapa di luar?" pekik seorang wanita dari dalam.

"Ah, Ye, Nyonya. Tuan Muda Byun dan temannya berkunjung kesini. Kalau begitu saya pergi dulu," jawab Tuan Jung dan segera mempersilahkan Baekhyun dan Chanyeol masuk ke dalam ruangan VIP yang sejuk dan luas itu.

"Baek—Baekhyun?" gumam wanita itu dalam diam, sebelum Baekhyun benar-benar muncul di hadapan ibunya dengan Chanyeol.

"Eommeonim, eotteohke jinaeseyo? Apa kondisimu mulai membaik?" tanya Baekhyun langsung sambil tersenyum menemui ibunya. Wanita itu pun perlahan menyunggingkan senyumnya di hadapan anak tunggalnya itu.

"Byun—Byun Baekhyun, apa yang kau lakukan disini?" lontar sang ibu. Seharusnya, Baekhyun sekarang berada di asrama, bermain bersama temannya, atau tidur. Ia sangat tahu, kalau Baekhyun sangat membenci kesepian.

"Ah, memangnya kenapa? Aku merindukanmu… Hehehe. Lagipula, kami diberi kesempatan untuk pulang dan mengemas barang-barang untuk dibawa ke asrama. Ah, eomma, ini temanku, tepatnya teman sekamarku di asrama. Namanya Park Chanyeol. Nah, Chanyeol, inilah ibuku," ujar Baekhyun sambil menunjukkan Chanyeol di hadapan ibunya.

"Annyeonghaseyo, ahjummeonim. Naneun Park Chanyeol imnida… Wah, Baekhyun-ah, kau tidak bilang kalau ibumu ternyata semuda ini. Dia masih terlihat cantik," kata Chanyeol sambil memoleskan sedikit pujian di salam perkenalannya. Sang ibu yang tengah bersandar itu kemudian tersenyum.

"Senang bertemu denganmu, Chanyeol-sshi. Wah, cepat sekali kau bergaul, Baekhyun-ie. Ibu senang melihatnya," kata Nyonya Byun. Baekhyun dan Chanyeol pun tersenyum.

"Anniya. Sejauh ini aku baru menemui tiga teman yang cocok denganku. Ibu tahu, dua orang lagi adalah orang asli China," ujar Baekhyun.

"Benarkah? Kalau begitu kau harus menunjukkannya kepada Ibu. Hihihi…,"

"Tentu saja, Bu," lalu Baekhyun berjalan menuju kaki ibunya. Lalu, meletakkan kedua telapak tangannya untuk menyentuh kaki yang tertutup selimut itu, lalu mulai member sedikit gerakan menekan.

"Ibu, kau pasti merasa bosan disini. Aku tahu kau tidak beraktivitas seperti biasa, tapi aku tahu kondisimu sangatlah lemah sekarang. Kau pasti membutuhkan tanganku. Untuk memijatmu, hehehe… Tapi, dengan kondisi apapun, kau tetap saja bekerja. Kalau tidak, amana mungkin Tuan Jung ada disini, ckckck. Ibu, kau itu sedang sakit, harusnya kau tidur dan beristirahat dengan nyaman disini. Haahh, aku merasa kasihan padamu, Bu," kata Baekhyun panjang lebar yang berhasil membuat Ibunya serta Chanyeol menujukan matanya pada satu arah, yaitu, Baekhyun.

"Baekhyun-ie…" panggil sang Ibu.

"Ne, eomma?" sahut Baekhyun.

"Seminggu lagi ibu akan melaksanakan operasi,"

JLEB!

Baekhyun menghentikan gerakan memijatnya setelah mendengar kalimat yang dilontarkan sang ibu kepadanya.

"M—mworago?" mata Baekhyun sedikit belum bisa menerima kenyataan.

"Ne, seminggu lagi aku akan di operasi. Jadi, berdoalah demi kebaikanku dan dirimu juga," ujar Nyonya Byun sambil tersenyum. Mata Baekhyun sudah dipenuhi air mata, namun, ia tidak akan mengeluarkannya secepat itu. Ia mengalaih-alihkan pandangannya kea rah lain agar bisa menahan air matanya supaya tidak mengalir keluar. Ia kemudian berdiri.

"Te—tentu saja, eomma. Kau harus berjuang! A—aku akan berdoa. Ingat aku disaat waktu operasimu akan berlangsung. Pikirkan kalau aku ada di sampingmu saat itu. Hwaiting!" seru Baekhyun sambil menyunggingkan senyum paksanya. Jujur, hatinya sedang menangis sekarang. Bagaimana jika operasinya tidak berlangsung dengan lancar? Bagaimana jika para dokter tidak berhasil mengangkat kankernya? Bagaimana jika…

"Baekhyun, kau harus mengemas barangmu, bukan? Pulanglah," kata Nyonya Byun.

"N—ne… Aku pulang dulu, eomma… Jaga dirimu baik-baik. Kajja, Chanyeol-ah," kemudian Baekhyun menarik Chanyeol untuk segera keluar dari ruangan.

"Annyeonghi gyeseyo, ahjumeonnim," pamit Chanyeol dengan sopan. Lalu, mereka keluar dari ruangan itu.

.

.

"Baekhyun-ah, bolehkah aku menanyakan sesuatu?" tanya Chanyeol.

"Apa itu?"

"Kau pernah bilang padaku kalau kau benci kesepian, dan kau hanya bercerita tentang Ibumu, lalu dimana…"

"…Ayahku?" sambar Baekhyun di sela-sela perkataan Chanyeol. Chanyeol pun terkejut dan mengangguk gugup.

"Haah… Ibuku dan 'orang' itu sudah lama bercerai. Dia ketahuan berselingkuh dengan wanita lain. Itulah kenapa aku tak mau menceritakan apapun tentangnya, walau akhirnyaseseorang akan bertanya kepadaku soal hal itu," jelas Baekhyun sambil terus berjalan menerawang ke depan.

"La—lalu, apakah kau membencinya?" tanya Chanyeol hati-hati.

"Tentu saja. Sudahlah, jangan bicarakan soal orang itu lagi, mengerti?" ujar Baekhyun. Chanyeol hanya meneguk ludahnya sendiri lalu mengangguk. Ia takut kalau pertanyaannya menyinggung perasaan Baekhyun.

××××TAORIS××××

"Haahh... Huang Zi Tao, i'm back!" seru seseorang yang baru saja masuk ke dalam kamar yang di dalamnya terdapat Tao yang sedang serius berkutat dengan ponsel android putihnya. Ia membawa sebuah tas Ransel dan satu koper yang berukuran lumayan besar.

"Maaf, Tuan. Tapi aku sangat tidak mengharapkan kedatanganmu lagi," ketus Tao dingin sambil terus memainkan benda petak berwarna putih itu. Kris—orang itu—menaruh tas dan kopernya dan duduk di kursi belajar sambil menyalurkan kelelahannya kepada kursi itu, lalu memandang kesal Tao.

"Ckckck, apakah seorang Ketua OSIS bisa berkata kasar seperti itu? Tsk, aku tidak menyangka," cibir Kris sambil menyenderkan dirinya.

"Aku bukan Ketua OSIS di kamar ini,"

"Arra, arra! Terserah,"

"Tsk!"

Kemudian, keduanya kembali dengan keheningan yang menyelimuti ruangan yang sedikit luas itu.

"Arghhh!"

"Yak! Kau mengangetkanku, bocah!" bentak Kris sambil memegang dadanya yang naik turun dan menatap kejam Tao. Namun, Tao tak mengindahkan bentakan itu. Ia masih menatap nanar layar ponselnya.

"Andwae! Andwaeeeeee..." pekiknya sambil menggoyang-goyangkan kakinya kesal dan berlagak seperti orang menangis.

"Yak! Kau ini kenapa, huh? Apa kau baru saja ditolak berkencan?" tanya Kris yang lebih ke arah ledekan. Tao kemudian menghentikan gerakan imutnya, dan menatap sarkatis objek manusia tampan yang sedang duduk di kursi belajar itu.

"Hati-hati dengan mulutmu, Kris!" omel Tao dengan tatapan mautnya.

"Lalu, kenapa?"

"Kau tak perlu tahu! Haagghh!"

"Cih, apakah Sehun juga pergi karena hal ini? Kasihan dia, ishishish..." Kris menggeleng prihatin.

"Yak! Mwoseun suriya!? Eoh!?"

"Ya... Karena dia sudah tidak tahan sekamar denganmu. Kau terlalu berisik... Itulah kenapa dia meninggalkan sekolah ini! Benar, 'kan?" ejek Kris sambil melangkah menuju kasurnya yang berada tepat di atas kasur Tao. Sebelum ia menaiki anak tangganya, bagian belakang baju Kris sempat ditarik oleh tangan Tao yang menyebabkan ia kembali turun.

"Apa yang kau katakan, Kris?" tanya Tao dengan nada sinisnya.

"Apa kau tuli?" Kris berbicara sambil menunjukkan telinganya sendiri.

"Astaga! Aku sudah tak kuat! Kenapa aku bisa berlaku sopan kepadamu setelah ternyata melihat sifat asli Kris yang baru kuketahui!" gerutu Tao sendiri.

"Kau mulai tak sopan, Huang! Aku lebih suka kau memanggilku dengan panggilan 'gege' dengan sopan seperti sepanjang jam sekolah tadi, huh," kata Kris sambil tersenyum sinis.

"Oh? Benarkah? Setelah melihat semuanya, sepertinya aku memang tidak akan memanggilmu dengan embel-embel 'gege' lagi atau 'hyung' sekalipun!" ujar Tao sebelum dirinya menidurkan dirinya sendiri di kasur empuknya.

"Yaa... Setidaknya kau tidak akan melakukan hal itu di sekolah, benar 'kan, Ketua OSIS?"

"Tsk!"

Baiklah, percakapan selesai. Sejenak, mari kita sedikit menyorot layar ponsel Tao yang menyebabkan dirinya histeris tadi.

" KungFu Panda Escape : Level 95/100

'GAME OVER' "

.

.

.

Tao melangkah masuk ke dalam gedung sekolahnya. Ia sudah ditinggal Kris lebih dulu. Akhirnya ia menuju sekolah sendiri. Hey, memangnya dia berharap apa? Pergi bersama Kris? Ah, yang benar saja.

Ada perasaan aneh begitu Tao melangkah beberapa langkah menuju kelasnya. Para siswi atau siswa yang sedang berada disana terlihat sungkan akan kedatangan Tao, dan sebagian dari mereka berbisik-bisik sambil melihat aneh ke arahnya. Tao sendiri bingung apa yang terjadi.

"Heuh, apa benar seorang Ketua OSIS akan berlaku seperti itu?" bisik seorang siswi di dekat situ.

"Kata temanku, Tao sunbae memang menyuruh Kris sunbae untuk membawa sepedanya," balas yang satunya lagi.

"Ya ampun, berani sekali dia. Mentang-mentang Ketua OSIS, jadi dia bisa memanfaatkan Kris sunbae yang tampan dan ramah itu?"

"Ckckck, benar-benar tak kusangka,"

"Iya,"

Namun siapa sangka, laki-laki yang memiliki kantung mata yang jelas itu telah mencuri dengar apa yang dibicarakan dua siswi di sekitar situ. Tao menganga tak percaya.

"Astaga!..." desis Tao sambil mengepal kedua telapak tangannya dengan geram. Tatapan mata dan raut wajahnya mengisyaratkan kalau ia akan marah besar setelah ini.

"...dia benar-benar kejam, cih," lanjutnya lagi dan segera berlari menuju tangga agar lebih cepat menuju ke kelas.

.

.

"Tao, mau ke kantin bersamaku? Chanyeol juga akan kesana bersamaku," ajak Baekhyun kepada Tao sesaat bel istirahat bordering. Tao masih memasukkan buku-bukunya.

"Maafkan aku, tapi aku tidak bisa. Ada tugas OSIS yang mesti kukerjakan sekarang. Kau duluan saja," jawab Tao sambil tersenyum ke arah Baekhyun.

"Baiklah, aku duluan,"

Akhirnya, Tao telah ditinggal oleh Baekhyun. Ia kemudian berjalan cepat menuju ke suatu tempat. Kelas Kris.

BRUUAAK!

Dengan tangan sedikit berototnya, ia membuka pintu kelas Kris dengan keras sampai badan pintu tersebut menyentuh dinding dengan kasar. Tao muncul dengan wajah sangat marah. Pandangannya lurus ke arah Kris yang sedang membaca buku saat itu.

"Tao?" sahut Kris sambil berdiri.

"KRIS, kita perlu bicara!"

.

.

"Apa maksudmu memperlakukan seperti ini?" tanya Tao dengan delikan mata tajamnya. Kris memicingkan kepalanya, menatap Tao bingung.

"Heh?"

"Cih, memang kejam. Sudah tahu bersalah telah mempermainkan seseorang, yang berbuat hanya berkata 'Heh?' sebagai responnya. Ckckck," cibir Tao sambil berjalan mengitari Kris sambil melipat tangannya angkuh.

"Yak! Apa salahku? Ugh, aku lapar. Lebih baik kita ke kantin saja. Kajja…" ajak Kris sambil berusaha melarikan diri dari percakapan yang benar-benar tak ia mengerti. Namun, Tao masih sempat menghentikan langkah Kris.

"Mengajakku ke kantin, lalu berpura-pura baik membawakan makananku atau membayar semua pesananku. Apa itu bisa disebut 'kebaikan'!? Jangan hanya karena kau adalah keturunan bangsawan, dan aku bisa dipermainkan begitu saja! Maaf, aku akan selalu menolak semua 'kebaikan' yang akan kau tawarkan padaku! Terimakasih, Kris karena kau telah membawa sepedaku kemarin. Tapi aku sama sekali tidak merasa TERTOLONG!" ucap Tao sarkatis sambil menekan beberapa suku kata terakhirnya. Lalu ia segera berjalan cepat meninggalkan lelaki tampan dengan tubuh model tersebut. Kris hanya memandang bingung sesosok lelaki bak panda yang baru saja berlalu meninggalkannya sendiri di atap sekolah yang sepi itu.

.

.

Rasanya Tao ingin menangis. Ia meringkuk di ranjangnya dan terus memikirkan perkataan para siswa di sekolah tentang dirinya tadi pagi. Tak ia sangka, seseorang dengan pembawaan yang 'cool', tampan, dan sopan terhadap siapapun—kecuali dengan dirinya saat di kamar—ternyata mempunyai sifat jahat seperti itu. Padahal sebenarnya, siswa di sana hanya salah paham. Bukannya Kris membantunya dengan tulus? Kasihan Tao.

CKLEK!

Pintu kamar terbuka dan masuk seorang lelaki yang masih lengkap dengan seragam sekolahnya. Lelaki itu masuk dan menatap Tao dengan canggung. Lalu ia duduk di sofa kamar itu. Ya, kamarnya memang sedikit luas dan sebuah sofa memang sudah disiapkan di dalam setiap kamar untuk sarana bersantai siswa. Ia terus menatap sebuah objek cantik di depannya. Cantik?

Tao yang merasa terus diperhatikan oleh Kris kemudian membaringkan tubuhnya. Ia berusaha untuk tidak berhubungan dengan Kris sekarang, maupun itu hanya kontak mata sekalipun. Ia berbaring membelakangi Kris.

"Tao~" panggil Kris. Namun, sama sekali tidak ada jawaban dari Tao. Ia tahu kalau Tao belum tidur. Ia hanya memejamkan matanya saja, sekedar untuk menghilangkan beban pikirannya.

"Tao~~"

Hening.

"Huang Zi Tao!"

Tak ada respon.

"Huuh, baiklah. Yang penting aku sudah mengetahui semuanya. Mereka semua salah paham, Tao. Soal aku membantumu dengan membawa sepedamu, aku benar-benar berniat tulus untuk membantumu. Untuk sekedar menyumbangkan sedikit kekuatanku agar kau tak lelah sampai di asrama. Tentang yang mereka bicarakan, mereka hanya salah bicara. Maafkan aku," ujar Kris akhirnya. Dibelakangnya, Tao malah terdiam. Benarkah semua yang telah diungkapkan Kris? Apa dia sedang bercanda? Ia hendak berbalik, namun sangat berat untuk mengutarakan keinginannya itu.

"Sudahlah. Kau juga keras kepala. Aku mau tidur saja," Kris kemudian mengganti pakaiannya dan segera menuju tangga tempat tidurnyanya. Baru saja ia ingin menaiki tangganya, sebuah tangan menarik baju bagian belakangnya. Kris berhenti dan kembali turun. Ia mendapati Tao yang sudah berdiri tepat di hadapannya dengan kepala yang menunduk.

"Ada apa?" tanya Kris singkat. Tao menengadahkan kepalanya dan menatap Kris.

"Apa yang kau ucapkan itu benar?" tanya Tao pelan. Kris mengangguk.

"Apa aku terlihat sedang 'mempermain'kan-mu, huh?" tanya Kris balik. Tao masih terdiam. Lalu ia kembali menunduk.

"Lalu, apa yang kau katakan pada mereka?" tanya Tao lagi. Kris menaruh kedua tangannya di pinggangnya dan bertindak seperti orang yang berpikir. Ia mengingat dimana ada dua orang siswa perempuan yang tengah mempergunjingkan Tao saat itu.

"Aku mengatakan yang sebenarnya kepada mereka," ujar Kris. "Jadi, seharusnya kau berterimakasih padaku karena aku telah membebaskanmu dari mulut-mulut wanita itu, mengerti?" Kris memajukan sedikit wajahnya ke wajah Tao dan mengangkat dagu Tao, sehingga wajah yang terkesan cantik itu menatap dirinya dengan sempurna. Jaraknya sangat dekat. Tao terkejut disaat sepasang mata tajam yang ikut menyempurnakan wajah Kris sudah tepat berada di depannya dan hidung mereka hampir bersentuhan. Tao menelan ludahnya sendiri.

"K—Kris?"

Tao tak bisa menyembunyikan keterkejutannya, dikala ia merasakan sesuatu yang kenyal telah menyentuh bibirnya. Itu bibir Kris! Kris mencium Tao tepat di bibirnya yang sama sekali belum dijamah oleh siapapun, kecuali boneka pandanya. Tidak ada lumatan, tidak ada permainan, hanya sekedar bersentuhan, namun begitu menempel. Tao benar-benar tidak tahu apa yang ada dipikiran Kris saat itu. Sedangkan Kris, ia hanya menutup kedua matanya dan menikmati rasa manis dari bibir yang terkesan kissable milik roommate-nya sendiri.

Sekitar 10 menit berlangsung, Kris melepaskan bibirnya dari bibir Tao dan sedikit menjauhkan jarak di antara mereka. Ia tersenyum menatap wajah Tao yang memerah semerah tomat yang juga sedang memandangnya.

"Ungkapan terima kasihmu, terbayar sudah, Huang Zi Tao~" ujar Kris sebelum ia benar-benar menajat menuju tempat tidurnya. Tao asih membeku disitu danperlahan tangannya terangkat untuk menyentuh bibirnya yang baru saja disentuh oleh bibir Kris. Namun, beberapa menit kemudian ia tersadar, kalau itu adalah 'ciuman pertama'-nya di dalam sejarah hidupnya. Kemudian ia menggeleng-geleng dan menepuk-nepuk kedua pipinya secara bergantian dengan telapak tangannya. Raut wajahnya mulai menyiratkan kalau ia sedang jengkel dengan Kris sekarang. Dengan segera ia mengambil beberapa bonek pandanya dan memanjat ke atas.

BUUGH!

"Yaaakkkk! Apa yang kau lakukan, KRIS WU! Heooh!?" Tao melemparkan beberapa boneka pandanya ke wajah Kris yang terkejut pada saat itu juga.. Kemudian ia turun lagi dengan cepat dan naik lagi membawa lebih banyak koleksi bonekanya.

"Cepat jelaskan! Apa yang kau lakukan tadi, bodooohh! Issh!" Tao masih melempar boneka-bonekanya. Tak peduli Kris sedang memohon pada dirinya untuk berhenti melakukan hal konyol seperti itu. Ia tetap memberi serangan kepada Kris.

"Tu—tunggu! H—hey! Hentikan, Tao! Kau bisa jatuh!" Kris masih melindungi dirinya dengan membuat benteng sendiri dengan bantalnya.

"Kurang ajar! Seenaknya saja kau melakukan hal itu padakuu! Kau mengambil 'ciuman pertama'-ku, Kris bodohhh! Hiyaaa!" pekik Tao sambil terus member penyerangan kepada seseorang di balik benteng bantal tersebut. Kris yang mendengarnya kemudian melempar bantalnya ke sembarang arah dan menahan kedua tangan Tao dengan genggaman yang sangat erat. Tao tidak bisa bergerak lebih banyak lagi, selain memberikan tatapan kesal kepada Kris.

"Dan untuk kau tahu, Huang Zi Tao. Yang tadi itu, juga sebuah 'ciuman pertama' untukku," ujar Kris sambil menyungginkan senyumnya. Tao melongo. Tubuhnya sedikit melemah, membuat Kris bisa dengan mudah menarik tangannya dan menghuyungkan tubuhnya untuk berbaring bersamanya. Disaat itu pula Kris memeluk tubuh tingginya, walau masih lebih tinggi Kris sebenarnya. Ia masih terdiam, apa sebenarnya yang diinginkan oleh roommate barunya yang bodoh ini?

"Tidurlah," desis Kris yang sudah memejamkan mata terlebih dulu. Tak tahu kenapa, Tao benar-benar tidak bisa membawa dirinya untuk pergi dari posisinya dan kembali ke tempat tidurnya di bawah. Apakah ia merasa nyaman dengan posisi seperti ini? Entahlah, yang pasti, jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya, ditambah sebuah aliran yang berbeda yang menemani sepanjang arus darahnya yang mengalir di dalam tubuhnya. Tanpa Tao sadari, Kris benar-benar merasakan detakan jantung Tao di ruangan hening itu. Kris hanya mampu tersenyum.

××××TAORIS××××

Baekhyun tidak bisa beristirahat dengan tenang. Pasalnya, ia terus teringat oleh kondisi ibunya yang sebentar lagi akan melaksanakan jadwal operasinya.

GRASAAKK… GRUSUUKK..

Baekhyun mendengar suara dari atas, tempat Chanyeol tertidur sekarang. Ia melihat kaki jenjang Chanyeol sedang berusaha menuruni tangga. Dengan segera ia menutup matanya dan berbalik.

TIING… SRRR… GLEEK… GLEEK…

Rupanya Chanyeol hanya ingin mengambil segelas air. Lelaki tinggi itu kemudian ingin kembali ke tempat tidurnya, namun ia merasa ada yang aneh dari Baekhyun. Nafas Baekhyun terlihat tidak teratur dan gaya tidurnya masih terlihat kaku. Ia ragu, apakah Baekhyun benar-benar tidur atau tidak. Ia melirik ke jam dinding yang menunjukkan pukul 02.30 AM KST. Ini sudah hampir pagi. Bukan hal yang baik untuk Baekhyun jika dirinya belum tidur dengan sempurna. Akhirnya, Chanyeol memberanikan diri untuk duduk di samping ranjang Baekhyun.

"Byun Baekhyun~" ia memanggil nama lelaki mungil itu. Baekhyun yang merasa terpanggil kemudian menghela nafasnya pelan dan membuka matanya. Ia tipe orang yang jujur dan tidak bisa menyembunyikan sebuah kebohongan dari siapapun. Kemudian, ia berbalik dan menatap Chanyeol.

"Chanyeol?" sahut Baekhyun pelan. Chanyeol melihat raut cemas dan tidak baik dari wajah Baekhyun.

"Kau kenapa? Apa kau sakit?" tanya Chanyeol sambil menyentuh dahi mulus Baekhyun dnegan punggung telapak tangannya. Baekhyun menggeleng.

"Tidak. Aku hanya mencemaskan ibuku," jawab Baekhyun berterus terang.

"Kau hanya harus mengirim doa terbaikmu untuknya. Dia pasti juga akan berusaha untuk tetap sembuh dan bisa bertemu dengan anaknya lagi," kata Chanyeol bijaksana sambil menyunggingkan senyumnya. Ia membenarkan selimut Baekhyun dan menyuruh Baekhyun untuk kembali tidur.

"Sudah hampir pagi! Kau harus tidur. Mengerti? Soal ibumu, jangan terlalu dipikirkan. Optimislah kalau ia akan sembuh dengan segera. Aku yakin itu," ujar Chanyeol sambil mengelus-elus rambut halus milik Baekhyun. Tanpa Baekhyun sadari, dirinya sudah menyungging senyum lega. Ia beruntung sekali mempunyai teman seperti Chanyeol. Ia berharap, akan memiliki Chanyeol selamanya.

.

.

"Cih, orang itu meninggalkanku sendiri lagi, huft! Ternyata, selama ini aku mengharapkan seorang roommate yang mau berangkat bersama ke sekolah belum terkabul! Kenapa saat mendapat roommate baru, ia terus emninggalkanku, huh? Tsk!" gerutu Tao sambil memasang kemeja sekolahnya. Ia masih bercermin. Beberapa menit kemudian, dirinya selesai berpakaian. Namun ia belum beranjak dari situ. Ia masih memandang kembaran dirinya yang terperangkap di dalam cermin itu. Jari-jarinya perlahan menyentuh bibirnya. Ia mengingat kejadian kemarin, dimana ia dicium oleh Kris dan tidur bersamanya. Astaga! Lihat, Tao menyunggingkan senyum kecilnya. Tapi, lima dettik kemudian, dirinya terbangun dari pikiran bodoh itu. Ia kembali menampar-nampar kedua pipinya sampai ia meringis kesakitan.

"Aishh, Huang Zi Tao! Kau kenapa, huh! Yaiish, jinjja~" ocehnya pada dirinya sendiri dan bergegas mengambil tasnya lalu segera menuju sekolah.

"Tao sunbae," panggil seorang siswa perempuan disitu. Tao menoleh ke arah segerombolan wanita itu.

"Wae?" tanya Tao dengan singkat dan nada dingin. Para siswa itu saling menatap satu sama lain dan terlihat gugup. Tao tetap menunggu sang juru bicara untuk mengeluarkan suarannya.

"Kalau tidak ada yang ingin dikatakan, aku akan kelu—"

"Mianhamnida, sunbaenim!" sahut para siswa itu dengan serempak sambil membungkuk, dikala Tao sedang berusaha bangkit dari bangkunya. Tao menatap para siswa itu satu-satu dengan tatapan bertanya.

"Maafkan kami, Tao sunbae. Kami telah membicarakanmu di belakang. Kami salah paham. Kami kira, kau memang menyuruh Kris sunbae untuk membawa sepedamu. Maafkan kami, sunbaenim," ujar salah satu wanita yang berdiri paling depan sambil terus mengucap kata maaf. Karena sudah tahu sebabnya, Tao pun terkekeh.

"Sudahlah. Jangan terlalu dipikirkan. Ngomong-ngomong, siapa yang menyuruh kalian melakukan ini?" tanya Tao. Lagi-lagi, para siswa itu saling bertatap sebelum mereka menjawab pertanyaan sunbae-nya itu.

"Kris sunbaenim,"

"Mmwo?"

.

.

.

.

TBC...

or

END?

Annyeoong, readers ^^

Jadi saya butuh sedikit review dan kritik/sarannya ~ ^^

Dan, saya akan melanjutkan next chapter jika saya benar-benar menerima REVIEW hangat yang banyak ^_^

FINALLY,

Mind to Review? Gomawooo ~~