Hei...saya membuat fic baru
Yah...meskipun "Kimi to Boku" milik saya belum kelar, tapi...saya sungguh tak tahan untuk mengetik "Kenakalan Remaja" ini. (padahal update kimi to boku aja telat terus)
Yah...maafkan saya deh...saya akan berusaha apdet untuk "Kimi to Boku" lebih cepat
Jadi jangan hajar saya ya :D
Nah...sekarang, lain cerita
Enjoy read
.
*.*
KENAKALAN REMAJA!
Chapter 1 "What? Joker Chess?"
Kuroshitsuji belong to Yana Toboso
Rated M
Pair :
Sebastian and Ciel
Kenakalan remaja? Umumnya orang-orang memang menganggap itu adalah hal yang buruk. Tapi siapa sangka, bagi mereka yang melakukannya mengganggap itu adalah hal paling menarik yang pernah mereka lakukan. Fakta!
.
.
*.*
.
.
.
"Apa?"
Muka datar itu berusaha mempertahankan ekspresinya meskipun amarahnya kembali tersulut. Ia memberikan tatapan datar kepada pemuda diseberangnya yang juga menatapnya datar.
"Ya...kemarin Joker Chess mengadakan kerusuhan lagi dengan Seiya Gakuen. Warga bilang, ada beberapa siswa yang berhasil tertangkap oleh polisi"
"Apakah, anggota Joker Chess ada yang tertangkap?" Tanyanya sambil membetulkan letak kacamatanya yang dirasanya akan melorot
...
...
"Tidak ada, kaicho" Jawab pemuda berkacamata di depan mejanya. Masih tetap datar mimik mukanya ataupun nada suaranya.
"Sudah kuduga. Lalu, bagaimana dengan perkembangan anggota penyelidik?" Wajah datar itu semakin serius menatap pemuda di hadapannya yang tak kalah datarnya. Ia tak berharap apapun untuk mendapat jawaban baik yang akan diberikan anak buahnya ini.
"Hanya sedikit, tapi mereka berusaha menanyai warga sekitar tentang bagaimana rupa Joker Chess"
"Baiklah. Selanjutnya kuserahkan semuanya padamu, fuku-kaicho"
"Hai"
Mata emerald bercampur emasnya mengiringi langkah kepergian sang wakil ketua yang baru saja menghadapnya. Mukanya tetap datar sembari melihat pintu yang barusan tertutup karena ulah bawahannya. Ia tampak berpikir keras, sambil tetap memandang pintu kayu tadi. Tanpa mengedipkan mata sekalipun. Ia bahkan tak akan membiarkan satu hal pun terlupakan oleh pikirannya karena ia mengedipkan mata. Otaknya berputar-putar mereka-reka kejadian-kejadian yang akhir ini mengundang sisi ketertarikannya. Ya...ia tertarik dengan Joker Chess. Organisasi atau sebut sebut saja kelompok bocah-bocah nakal yang akhir-akhir ini sedang dibicarakan orang-orang di Distrik-nya. Mereka sering membuat ulah seperti tawuran antar SMA, balapan liar, mencoret-coret dinding dengan pilog yang bertuliskan nama organisasi mereka, bahkan mereka pernah memukuli anggota kepolisian! Benar-benar deh...
Bermula dari sekitar tiga bulan setengah yang lalu. Saat Joker Chess pertama kali beraksi. Yah...ulah pertama mereka memang tak berdampak besar bagi sang kaichou Keyoushi gakuen ini. Tapi...saat ada salah satu warga yang melihat bahwa anggota Joker Chess memakai seragam SMA Keyoushi...
Sang kaicho tak bisa diam saja...
Tentu saja. Masa' ketua OSIS seperti dirinya diam saja ada anak di sekolahnya berbuat ulah sampai-sampai meresahkan warga sekitar? Memang, jabatannya mau dicabut apa...Apalagi Joker Chess telah mencoreng nama baik dari Keyoushi gakuen. Padahal sekolah ini adalah salah satu SMA yang patut dibanggakan karena prestasi non akademik-nya yang kerap kali menjuarai juara pertama di Distrik-nya.
Yang ia kesalkan ialah...sampai saat ini, anggota maupun pengurus OSIS sama sekali belum dapat menemukan anggota Joker Chess satupun! Padahal mereka berada di satu sekolah yang sama! Mereka benar-benar pintar menyembunyikan diri. Dan itu membuat OSIS terlihat bodoh di mata mereka karena belum dapat menemukan anggota mereka.
Yang unik adalah, saat mereka beraksi melakukan hal-hal nakal seperti itu...mereka memakai topeng sebagai kedok. Warga bilang, mereka memakai topeng kertas yang berwajah para artis-artis terkenal seperti Cristiano Ronaldo, Kenichi Matsuyama, sampai-sampai para warga bilang, mereka juga pernah menggunakan topeng anime. Selain memakai topeng, mereka juga menggunakan topi rajutan di kepala mereka untuk menutupi rambut mereka. Makanya, hingga saat ini OSIS tak pernah menemukan jejak anggota mereka. Tapi yang mengherankan baginya adalah...ternyata anggota Joker Chess hanya ada lima orang. Tentu saja info itu ia dapatkan dari warga sekitar. Ia kira anggotanya dapat mencapai puluhan orang, tapi ternyata hanya lima orang. Tapi tak semudah itu sang ketua perkumpulan murid ini percaya pada opini warga. Bisa saja anggota yang beraksi hanya lima orang. Dan yang lain sedang bersembunyi di suatu tempat.
"Tok Tok"
"Masuk"
Pintu pun terbuka. Memperlihatkan seorang gadis bertubuh aduhai dan berkulit tan memasuki ruangan. Rok sekolahnya yang mini agak berkibar sewaktu ia melangkah menuju meja kerjanya. Memperlihatkan pahanya yang gelap namun sangat mulus. Tanpa mengucapkan sepatah katapun kepada kaicho-nya, ia duduk di kursi kerjanya dan mulai mengerjakan tumpukan kertas yang sejak tadi bersarang di mejanya. Pandangannya datar sedatar-datarnya. Bahkan mungkin lebih datar dari sang kaicho yang saat ini sibuk berpikir entah apa.
Tipe wanita yang cuek!
Pemuda yang menjabat sebagai kaicho itu juga sepertinya tak keberatan dengan sikap gadis ini. Ia malah senang memiliki anak buah yang tak banyak bicara seperti ini. Ia tahu, gadis yang menjabat sebagai koordinator umum semua seksi-seksi 7k di OSIS ini sedang lelah, meskipun ia seperti tak menunjukkan emosi apapun di wajah cantiknya. Yah...menjadi OSIS memang tak mudah dan melelahkan. Apalagi yang menjadi pengurus inti OSIS. Dan...tugas mereka menjadi lebih banyak lagi setelah munculnya Joker Chess yang seenak udelnya menurunkan citra SMA Keyoushi di mata orang-orang.
"Kaicho, apakah sebaiknya seksi keamanan dan ketertiban aku perintahkan untuk muncul ke TKP saat Joker Chess beraksi?" Ucap perempuan itu tiba-tiba. Raut muka maupun nada bicaranya sama-sama datarnya.
"Memangnya kalian sudah tahu dimana tempat mereka beraksi selanjutnya?" Jawab sang kaicho
"Tidak, tapi...kalau mereka mencari di setiap sudut kota, kemungkinan mereka akan menemukan Joker Chess yang sedang beraksi. Lagipula, Joker Chess selalu beraksi setelah jam pulang sekolah"
"Baiklah, aku setuju dengan saranmu, Hannah. Tapi kirimkan saja anggota yang pintar bela diri. Siapa tahu mereka bisa terancam"
"Hai" Jawab Hannah. Ia keluar dari ruang OSIS. Sepertinya gadis berambut perak itu langsung memerintahkan bawahannya. Hah...cara kerja yang cepat seperti ini memang dibutuhkan di OSIS.
Dan lagi-lagi ketua OSIS itu pun sendirian di ruang OSIS
.
.
*.*
"Sebs, kemarin aku melihat Joker Chess sedang tawuran dengan Seiya gakuen saat aku sedang berbelanja di minimarket"
Sejenak Sebastian memandang Agni yang berada di sampingnya. Kemudian ia memutar bola matanya malas. Lagi-lagi, topik tentang Joker Chess. Pikirnya bosan dan jenuh. Kenapa Joker Chess sebegitu terkenalnya sih? Padahal mereka hanya melakukan perbuatan yang yah...seperti itu. Begitu saja kenapa dibesar-besarkan?
Dasar!
"Dan ternyata benar, kalau Joker Chess itu adalah anak-anak dari sekolah kita"
Sebastian tertegun. "Masa'?" Nah...ini baru menarik menurutnya
"Iya...mereka memakai seragam sekolah kita...Hah...benar-benar mencoreng nama baik sekolah kita" Ucap Agni ,prihatin dan kesal
"Yah...tapi sekolah kita juga termasuk sekolah yang bagus di mata warga daerah ini kan" Balas Sebastian santai sambil memakan roti yang menjadi makan siangnya saat ini dengan tak bernafsu.
"Emm...betul juga sih...tapi untungnya aku tak terkena masalah dengan mereka kemarin. Aku sempat khawatir kalau mereka juga akan bertarung di dalam minimarket tempatku belanja hahaha" Agni tertawa yang menurut Sebastian garing.
"Yah...kau benar-benar beruntung" Sebastian berucap seadanya
"Aku kasihan dengan OSIS, pekerjaan mereka bertambah karena ulah Joker Chess. Hah...andai saja aku pintar bertarung, pasti aku sudah menangkap mereka kemarin" Celoteh Agni
"Kau ingin menangkap mereka? Hah..niat sekali kau, aku saja sama sekali tak tertarik dengan Joker Chess ataupun OSIS. Kenapa sih dua organisasi itu niat sekali. Merepotkan..." Keluh Sebastian benar-benar jujur
"Bagimu apa sih yang tak merepotkan?" Agni sweetdrop dengan kelakuan teman sekelasnya ini.
.
*.*
"Ciel, kau tak apa?"
"Apa maksudmu Dagger?"
"Kau tak apa kan? Kudengar kemarin Joker Chess beraksi di jalanan yang searah dengan jalan pulangmu kan..." Ucap Dagger khawatir sambil meneliti keadaan Ciel dari bawah—atas—atas—bawah.
"Aku tak apa kok...lagipula aku juga tak bertemu dengan mereka" Jawab Ciel berusaha meyakinkan temannya ini.
"Hah...kau ini kecil sih...jadi kalau diapa-apakan kan mudah...nanti mau pulang bareng?" Tawar Degger yang menurut Ciel berlebihan di matanya.
"Tak usah...Lagi pula aku bukan anak kecil lagi!" Protesnya
"Dan juga, kalau pulang...aku selalu bareng dengan Sebastian. Jadi kalau ada apa-apa, ia bisa bertarung. Sebastian kan jago bela diri" Terang Ciel
"Emm...begitu ya. Baiklah. Hah...Tokyo ini kan sudah penuh dengan kejahatan, apalagi dengan munculnya Joker Chess, kota ini terlihat makin berbahaya"
"Hmm" Tanggap Ciel pendek
"Para murid-murid SMA yang pulang senja merasa terancam ketika pulang ke rumah mereka gara-gara Joker Chess sedang tawuran. Yah...kita kan juga tak tahu di mana Joker Chess akan membuat keributan selanjutnya. Jadi berhati-hatilah" Bagi Ciel sekarang ini Dagger seperti seorang Ibu-Ibu tukang gosip yang melarang anak perawannya untuk tak keluuar malam-malam.
"Hn"
"Oh...ya, kau juga jangan merasa terlindungi dengan adanya Sebastian. Kudengar Joker Chess itu beranggotakan lima orang yang semuanya jago bela diri"
"Hn"
"Dari tadi kau 'hn' terus! Kau tak mendengarkanku?"
"Dengar sih...sedikit" Balas Ciel jujur. Yah...Dagger bicaranya cepat begitu sih...Jadi Ciel juga tak terlalu mendengar ucapannya. Yang ia dengar paling-paling cuma Joker Chess atau apalah itu.
"Hah...setidaknya jangan terlalu cuek dengan lingkungan sekitarmu Ciel" Dagger menghela napas, berat.
"Tidak juga. Emm...tapi"
"Tapi apa?"
"Joker Cheese itu apa ya?" Tanya Ciel polos sambil menggaruk-garuk pipi kanannya
...
...
...
Aduh...
Anak ini memang sangat ketinggalan info!
"Bukan Joker Cheese Ciel, tapi Joker Chess!" Dagger gemas dengan Ciel. Yah...tak disangkanya ia punya teman yang kuper seperti Ciel
Poor Dagger!
.
.
*.*
Pulang Sekolah
"Ron, ke Game Center yuk"
"Eh? Sekarang? Tapi aku tak bawa uang banyak lho. Memang kau mau mentraktirku?" Ronald menstater motornya
"Tak apalah...biar kupinjami dulu...Ayolah...aku sedang malas pulang"
"Hah...iya-iya..." Jawab Ronald meladeni ajakan temannya ini meskipun saat ini ia sangat—sangat malas.
"Hei, Eric...serius nih, kita mau ke game center?" Ronald meyakinkan temannya
"Iya...memangnya kemana lagi?" Eric heran
"Mendingan main game di rumah saja...entah kenapa saat ini aku tak ingin ke game center" Ucap Ronald sembari memakai helmnya
"Di rumah? Memang akan ada apa?"
"Entahlah...mungkin saja ada game yang ingin kumainkan di rumah"
"Hmm..." Eric tampak menimang-nimang
"Gimana?"
"Baiklah...ayo kita jalan" Eric yang tadinya mengajak Ronald malah ia yang diajak.
Ronald pun mengikuti motor Eric yang sudah melaju kencang di depannya.
Tanpa menduga akan ada peristiwa yang akan terjadi pada mereka
Yah...bersiap-siap saja!
.
.
*.*
"Hei, Gray...apa kita tak ada kegiatan sama sekali?" Keluh pemuda yang bersandar di sofa sambil memainkan remote TV. Ia hanya menatap datar pada berita yang saat ini tengah dilihatnya. Menurutnya, sama sekali tak menarik! Namun, entah mengapa ia tak mengganti ke saluran lain.
"Yah...tak ada yang berbuat ulah pada kita...makanya kita tak beraksi. Bersabarlah sedikit Black...kita baru saja beraksi kemarin" Gray merengut kesal sambil menyodorkan sekaleng soda pada temannya dengan kasar. Ia mengambil posisi duduk sambil menyilangkan kaki kurusnya.
"Dan juga...kenapa Play, Gold dan Cigar belum datang ya..."
"Mungkin mereka masih di jalan. Ah...kita kan juga tidak janji untuk berkumpul hari ini"
"Iya sih...tapi sehabis pulang sekolah kan mereka selalu ke sini"
"Jangan-jangan ada apa-apa..." Lanjut Gray menerka-nerka
"Jangan negative thingking begitu Gray...Mereka pasti juga bisa mengatasi sendirian kok" Black menyeruput sodanya. Diliriknya temannya yang duduk di seberangnya. Yah...entah mengapa, raut wajah Gray yang seperti itu membuat dirinya ikut prihatin juga. Ah...ia yakin, ucapannya barusan malah makin membuat pemuda di sampingnya semakin kalut. Ia jadi terlihat tak berguna kali ini.
Memang!
"Hah...kau punya apa?" Tanya Black pada akhirnya
"Ayo kita pergi mencari mereka saja. Aku merasa akan ada sesuatu yang terjadi"
Black bersuit ria. Akhirnya, ada hal menarik lagi yang akan terjadi. Ini yang ditunggunya sedari tadi! "Baiklah...Tapi kemana?" Ujarnya sambil beranjak dengan semangat. Kaleng sodanya yang baru saja tandas ditendangnya ke tempat sampah yang berada agak jauh darinya. Dan, ia menyeringai ketika kaleng itu dengan sukses masuk ke dalam targetnya.
"Insting!" Gray mengambil jaketnya yang digantung dan bergegas pergi meninggalkan rumahnya. Sementara di belakangnya, Black hanya mengikuti sembari tersenyum. Entah apa arti senyumannya itu. Yah...untuk tugas pencarian ini, biarkan si Gray saja yang mengurusnya.
.
.
*.*
"Kau anggota Joker Chess kan? Ayo jawab!"
"Apa? Joker Chess? Memang kalian buta hah?"
"Bisa saja penampilanmu itu menipu kami...Siapa tahu bocah seperti dirimu adalah anggota Joker Chess kan?"
"Kenapa kalian menyimpulkan kalau aku anggota mereka hah?" Geramnya tak terima. Mata lautnya memandang benci ke arah segerombolan pemuda yang mengelilinginya sambil mengayunkan tongkat bisbol mereka.
"Joker Chess kan dari SMA Keyoushi. Dan seragammu menunjukkan bahwa kau adalah murid sekolah itu" Ucap pemuda bertindik di hidungnya sambil menyeringai mesum melihat tubuh korbannya
"Jadi, kalian dengan sembarangan memilih secara acak murid-murid SMA kami dan menuduhnya sebagai anggota Joker Chess? Seperti yang kalian lakukan padaku sekarang?" Desisnya muak
"Ya...siapa tahu yang kita tangkap kebetulan adalah anggota geng itu"
...
...
...
"Kau tak mau menjawabnya?"
"Heh...kelihatannya kita salah target bos...wajah seperti ini masa' anggota Joker Chess?" Bisik salah satu orang berwajah sangar sambil menyeringai mesum ke arah korbannya.
"Urusai! Bukankah sudah kubilang, kalau kita tak bisa tertipu oleh penampilan!"
"Ma—Maaf bos"
"Hei, gaki...jangan diam saja!"
"Sikap kalian..."
"He?" Ketujuh pemuda itu memandang korban mereka yang saat ini menunduk dalam. Menangiskah dia?
"Membuatku muak!" Dengan cepat ia langsung meninju perut pemuda yang ada di depannya setelah berteriak. Tentu saja ia tak tanggung-tanggung meninju pemuda di depannya dengan keras. Ya...satu pukulan keras di perut, pemuda bercat pirang yang baru saja dipukulnya itu tersungkur jauh ke belakang dan menabrak tempat sampah.
"Dia kuat sekali bos..."
"A—apa yang kalian takutkan?! Cepat hajar dia!" Perintah pemimpin geng itu. Dengan sigap anak buahnya menerjang ke arah si korban sambil mengayunkan tongkat bisbol mereka. Dan satu-satunya murid Keyoushi gakuen itu satu persatu menghindari dan membalas pukulan dari gerombolan preman yang menerjangnya.
"Haha! Rasakan itu!" Teriak pemuda bertindik yang telah berhasil memukul punggung dari bocah di hadapannya. Dan itu membuat keseimbangan bocah itu rubuh. Tak menyia-nyiakan kesempatan, teman-temannya yang lain memukuli anak itu yang saat ini menunduk. Yah...pemuda berusaha melawan sih, tapi serangan dari tongkat bisbol menghantamnya tanpa ampun dan bertubi-tubi. Cih...pecundang yang bisanya main keroyok!
"Heh...awalnya kukira kau anggota Joker Chess setelah pertama kali memukul keras anggota kami, tapi ternyata kau hanyalah murid SMA Keyoushi yang sama sekali tak bisa bertarung" Cela pemuda berambut pirang sembari meludah di dekat murid tadi. Rupanya sasarannya meleset!
"Dasar...sama sekali tak mena—"
BUAGH
Satu pukulan keras di dagu, membuat pemuda yang bercerocos ria itu melayang ke atas dan jatuh bertubrukan dengan tanah dingin yang diinjaknya.
"Masih bisa bergerak?" Gerombolan preman itu melolot
"Hajar dia lagi!"
Murid SMA Keyoushi itu memandang datar pada gerombolan pemuda yang saat ini telah menerjangnya lagi. Ia baru saja menghabisi dua dari tujuh preman di hadapannya. Hah...baginya ini sama sekali tak adil. Masa' tujuh lawan satu? Pakai senjata tongkat bisbol semua lagi...Berbeda dengannya yang hanya pakai tangan kosong sejak tadi.
"Sepertinya aku harus memakai itu ya?"
Dikeluarkannya dengan gesitsuatu benda dari dalam tas sekolahnya. Setelah itu ia berkuda-kuda untuk bersiap menghabisi para pemuda bertampang preman itu. Lima detik. Biarkan ia menyelesaikan semuanya dalam lima detik. Setelah itu, biarkan ia keluar dari gang sempit tempat nongkrong preman-preman cabul ini.
"Kore de owari da*!" Ucap salah satu pemuda yang pertama kali mengayunkan tongkatnya ke arah kepala korbannya. (*arti : Dengan begini selesai sudah)
"Owari da to*?" Bisik si korbannya sambil menahan tongkat bisbol lawannya dengan tongkat besi kecil yang baru saja dikeluarkannya (*arti : Selesai katamu?)
"Justru ini baru akan dimulai!" Ia menyeringai iblis sambil melihat preman yang terlihat bingung di hadapannya.
"Terimalah ini, Odoroku denki*!" Teriaknya sambil menggeser suatu tombol di senjatanya. Tak lupa senyum lebar menghiasi wajahnya yang kini tengah melihat pemuda-pemuda di hadapannya berteriak kesakitan. (*arti : kejut listrik)
"Sudah kubilang kalau aku bukan anggota Joker Chess kan...Tapi beginilah akibatnya jika berbuat ulah pada SMA Keyoushi" Ingatnya sambil memasang senyum lebar. Sampai-sampai kedua kelopak matanya tertutup akibat lesung pipinya yang tertarik keatas.
"Meskipun bukan anggota Joker Chess, hampir 88% murid Keyoushi gakuen pintar bela diri. Makanya kami sering menjuarai prestasi non-akademik. Terutama pada seni bela diri kendo" Celotehnya bangga, dengan menepuk-nepuk dadanya yang dibusungkannya.
Ia pun melangkah meninggalkan gang yang sempit dan gelap ini. Tanpa melirik ke belakang ia menjauh dari tempat sempit ini. Tempat pemuda-pemuda yang baru saja dihabisinya itu sedang terkapar lemas saat ini. Suara langkah sepatunya menggema dan memantul di dinding-dinding yang lembab ini. Membuatnya berpikir kalau ia seperti psikopat gila yang baru saja berhasil membunuh targetnya. Yah...cepat-cepat ia mengusir pikiran itu dari otaknya. Setidaknya ia kan cuma anak SMA biasa. Tapi...semoga saja ia tak jadi psikopat gila seperti di bayangannya.
Sementara itu...
"Hah...kita salah target bos" Rintih pemuda yang saat ini bertubuh paling gosong diantara yang lain. Yah...jaraknya yang paling dekat dengan anak tadi sih...
.
*.*
"Gold, kau tak apa?"
"Eh?" Ia kaget dengan seseorang yang baru saja memanggilnya. Tampak dua pemuda menghampirinya yang baru saja keluat dari gang tadi.
"Hah...hah...kau tak apa kan?" Tanya pemuda yang sedang mengatur napasnya. Sepertinya ia habis berlari-larian
"Tak apa kok...jangan khawatir Gray...hanya lebam sedikit sih...dan juga mereka sudah kuhabisi"
"Sedikit gimana? Pipimu bengkak tuh..." Ujar pemuda yang satunya
"Hah? Masa'? Akh! Sial..." Protesnya sebal
"Kalau begini, terpaksa aku besok tak masuk sekolah lagi ya..." Keluhnya
"Mau tak mau ya begitu...kita tak akan membiarkan OSIS mencurigai kau yang berwajah babak belur seperti ini datang ke sekolah..."
"Hah..." Pemuda yang bernama Gold menghela napas. Yah...di rumah juga tak buruk. Pikirnya
"Ayo...kuobati lukamu agar bisa kempis dengan cepat"
"Hai hai..." Ucap Gold, pasrah. Ia mengikuti dua temannya yang mulai berjalan meninggalkannya. Ditatapnya langit sore yang mulai berubah warna menjadi warna orange dengan tatapan datar. Hmm...memang berapa lama ia tertahan di gang sempit itu sampai-sampai langit mulai berganti warna? Hah...mungkin pasti gara-gara ia di interogasi oleh preman-preman bodoh tadi. Kalau pertarungannya sih, mungkin hanya memakan beberapa menit.
"Identitas Joker Chess tak ketahuan kan? Kau berkelahi tadi tak pakai topeng kan..." Ujar Black, tajam sambil memasukkan kedua tangannya di saku celana sekolahnya. Kepalanya memutar ke belakang. Melihat Gold yang entah kenapa diam tak berbicara.
"Tidak kok...aku tidak mengakuinya. Tapi aku hampir saja keceplosan hehee..." Gold nyengir lima jari. Yah...terkadang ia memang tak bisa menahan diri dengan mengatakan kalau ia anggota Joker Chess.
Gold menghentikan cengirannya ketika merasakan Black akan menjitak kepalanya. "Beneran kok...Aku bilang, kalau jangan macam-macam dengan murid Keyoushi, karena kebanyakan sekolah kita pintar bela diri" Tuturnya cepat. Tak ingin Black menjitaknya.
"Hah...itu lagi itu lagi" Black menghela napasnya
"Tapi itu memang fakta kok..." Sahut Gray cuek. Dan membuat Black dan Gold mengangguk-angguk tanda setuju.
"Hei Black, ngomong-ngomong...Play dan Cigar dimana?" Tanya Gray tiba-tiba
...
...
...
"Sudahlah tak usah dicari. Mereka kan berdua...jadi lebih mudah"
Ketiga sosok itu berjalan dengan santai di trotoar. Dikelilingi dengan hawa musim gugur dan angin yang berhembus pelan. Menggoyangkan helaian rambut mereka. Yah...tak ada yang membuka pembicaraan. Tak ada yang membuat lelucon. Hanya bunyi berisik dari daun-daun berguguran yang disapu oleh angin saja yang menemani langkah mereka.
.
*.*
Ronald memandang bingung pada gerombolan pemuda di hadapannya. Diliriknya Eric yang mulai mengeluarkan rokoknya dari saku celana sekolahnya. Hah...padahal mereka mau pulang ke rumahnya sehabis pulang dari sekolah. Tapi...tiba-tiba mereka di cegat oleh segerombolan pemuda bermotor yang saat ini melingkari mereka berdua.
"Kalian anggota Joker Chess kan?" Ucap salah satu pemuda bergigi tonggos di hadapannya
Hah...Joker Chess lagi...Joker Chess lagi...
"Apa buktinya?" Tanya Eric yang menghisap rokoknya penuh khidmad
"Joker Chess kan murid SMA Keyoushi. Siapa tahu kalian adalah orang yang kami incar"
"Dan juga tampang kalian juga tampang berandalan. Apalagi kau merokok di tempat umum sambil masih pakai seragam" Cerocos salah satu pemuda yang sambil meng-gas motor modifikasinya. Suara berisik dari knalpot motor yang memilukan terdengar. Membuat para warga sekitar yang kebetulan menyaksikan kegiatan para remaja SMA itu melotot. Tapi mau bagaimana lagi? Mereka tak mau terlibat masalah dengan para remaja yang sepertinya akan tawuran itu. Pilihan terbaik bagi mereka saat ini hanyalah, cepat-cepat menjauh dari sini!
"Huh...jadi tanpa pandang bulu kalian memilih murid SMA kami dan menuduhnya seperti yang kalian lakukan pada kami sekarang?" Protes Ronald, bertampang jijik pada gerombolan pemuda di hadapannya.
"Ya...siapa tahu orang yang kami pilih adalah anggota Joker Chess"
"Kawanan geng kami yang lain juga telah menyebar dan menanyai beberapa murid SMA Keyoushi yang saat ini sedang pulang. Hahahaha"
"Sekarang, jawablah dengan jujur...Apakah kalian anggota Joker Chess?"
...
...
...
"Sudah kubilang, kami bukan anggota mereka!" Desis Ronald muak. Entah ia muak dengan wajah atau perkataaan preman-preman ini. Sudah berapa kali ia mengatakan hal ini? Untung mulutnya sampai tak berbusa!
"Kami tak tahu kau berbohong atau jujur. Jadi...bagaimana kalau kita mengetesnya?" Ucap pemuda bertindik paling banyak sambil menyeringai. Diikuti dengan seringaian dari teman-temannya yang lain. Ronald hanya memandang jijik dengan mereka. Sudah mukanya seperti knalpot rusak, gigi mereka juga...sepertinya mereka tak pernah sikat gigi setelah merokok! Batin Ronald mengalihkan mukanya. Takut matanya terkena infeksi jika terus-menerus memandang geng motor yang menghadangnya.
"Serang mereka berdua!"
Ronald dan Eric melotot melihat kawanan preman itu mengayunkan tongkat bisbol mereka.
...
Nasib sial!
.
.
つづく
Bersambung
.
.
.
Hah...akhirnya selesai juga.
Baiklah minna-san, saya menunggu kritik, saran dan review dari anda!
Flame juga boleh kok...Tapi...
Please no silent readers!
Sekian terima kasih banyak
.
.
RF