Chapters 4 : About Sabaku no Gaara I

.

.

.

6 tahun yang lalu

.

.

Naruto POV

Aku, Sasuke, dan Gaara. Kami bertiga bertemu saat kami akan melanjutkan jenjang ilmu kami di Senior HighSchool Konoha Land. Saat itu kami masih berumur 16 tahun.

Kami bertiga bertemu saat keadaan sedang tidak mengenakan. Gaara dan Sasuke bertemu saat mereka dikantin. Waktu itu, Gaara tanpa sengaja menumpahkan minuman sodanya ke seragam Sasuke, dan kalian pasti dapat menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Terjadi argument kecil yang tak baik untuk anak-anak, saling adu deathglare, dan kalian bisa menebak apa yang terjadi selanjutnya. Sejak saat itulah, walau mereka berdua sering bertengkar, akan tetapi hubungan mereka berlanjut menjadi sahabat tanpa mereka sadari.

Lalu, Gaara dan Sasuke bertemu dengan ku saat aku berkelahi dengan para Senior sendirian di belakang gedung sekolah. Saat itu aku ditantang dengan para Senpai di klub karate, mereka menantang ku karena aku terlalu sok untuk Junior. Memang kuakui, permainan para Senior sangatlah lemah dan lambat. Aku yang sudah menguasai teknik beladiri sejak berumur 4 tahun sudah bisa menilai mana lawan yang lemah dan tidak.

Sasuke dan Gaara datang membantu ku melawan para Senpai yang jumlahnya lebih dari 30 orang, dan tentu saja kami bertiga menang walau luka disana – sini, tapi kami sangat puas. Sejak saat itu, kami sering bertemu untuk mengobrol dan sejak saat itu kami bertiga menjadi sahabat dan terkenal di sekolah.

Saat kelas XI dan XII, kami bertiga sekelas. Dan itu membuat hubungan persahabatan kami menjadi dekat. Tak jarang banyak para wanita yang histeris melihat kami bertiga. Kuakui, kami bertiga memang memiliki kelebihan yang bisa membuat orang gigit jari.

Gaara, anak bangsawan Sabaku. Penerus ke-3 dari keluarga Sabaku, dari kami bertiga ialah yang paling pendiam dan terkesan misterius. Ia sering membawa laptop kesayangannya kemana-mana dan juga ia sangat ahli dalam hal membidik. Dan kalian tahu? Ternyata dia sudah memiliki kekasih namun ini dirahasiakan dan hanya akulah yang mengetahuinya. Wanita yang beruntung menjadi kekasih Gaara itu cantik kuakui, ia memiliki kedua mata lavender sedikit seram namun menyejukkan, berambut indigo dan panjangnya pertengahan pinggang. Jujur ku akui, walau aku hanya tahu dari foto aku sudah jatuh cinta pada pandangan pertama, namun ini rahasia dan aku tidak ingin menyakiti hati sahabat terbaikku.

Kalian pasti bertanya, mengapa Sasuke tak pernah tahu bahwa Gaara tengah memiliki kekasih? Jawabannya hanya satu, Sasuke itu playboy dan ia tidak ingin kekasihnya diambil oleh sahabatnya sendiri. Konyol bukan? Memang tapi itulah cinta.

Sasuke, walaupun bukan dari keluarga bangsawan tetapi kedudukan hartanyalah ia bisa disepadai dengan keluarga bangsawan. Ia sangat jenius dalam memecahkan misteri dan sangat menyukai dunia malam – dan itu dirahasiakan -. Kuakui memang Sasuke itu orangnya sedikit liar dan suka melakukan hal-hal yang berani. Tetapi, dia itu orang yang perhatian walau tak lewat dari kata-kata tapi ialah yang paling mengerti dari kami bertiga.

Dan terakhir aku, oh sungguh aku tak mau mencari tahu kelibihan ku apa. Yang aku tahu aku hanya bisa membela diri dan ahli berdebat. Oleh karena itu mengapa setiap tahun aku selalu dijadikan ketua osis oleh para guru-guru sekolah.

Dan, sebenarnya ada satu rahasia lagi yang kami sembunyikan.

Kami bertiga adalah seorang pembunuh bayaran yang memberantas tentang kejamnya dunia malam. Yah, pasti kalian tahulah dunia malam, dimana terdapat perdagangan gelap maupun hal-hal terlarang lainnya. Dan, nama komunitas kami adalah Yoru Tenshi.

" Dobe, ramen itu tidak sehat mengapa kau selalu memakan ramen sih? " komentar Sasuke, saat ini kami bertiga sedang merayakan kelulusan kami dan melepas gelar kami dari bangku pelajaran SMA.

" Urasai Teme, kau sendiri selalu meminum alcohol. " protes ku tak terima, aku menyeduh kaldu ramen ku.

" Setidaknya aku diselangi olahraga dan memakan buah, sedangkan engkau sayur aja gak mau apalagi buah " ejek Sasuke, ia kembali menegak bir-nya lagi.

" Sudahlah.. kalian ini tetap tak berubah " relai Gaara, memang bila kami berdua sudah hendak adu mulut Gaara lah pasti yang akan melerai kami.

" Hhh.. Gaara, apa hari ini kita ada job lagi? " tanyaku kepada Gaara, bisa kulihat ia berjalan kebelakang sambil mengangguk. " Hari ini Yang menyuruh kita untuk berkumpul di Markas 5 " ucapnya seraya melihat layar laptopnya.

" Kalau begitu ayo~! " ujarku semangat, aku pun membayar ramen ku dan langsung melesat pergi keluar diikuti dengan Sasuke dan Gaara di belakangku. Kami bertiga pun pergi dengan mengenakan mobil kami masing-masing.

Kami – lebih tepatnya aku dan Sasuke – sudah memasuki komunitas ini lebih dari 3 tahun. Waktu itu Gaara lah yang mengajak kami berdua untuk memasuki komunitas ini, awalnya aku menolak tapi karena paksaan dari Sasuke yang sudah sangat antusias aku pun pasrah dan menyetujuinya.

Organisasi tersebut diketuai oleh YinYang, dan terdiri dari 17 anggota yang dimana 2 diantara 17 anggota adalah seorang Leader atau ketua. Masing-masing dari kami memiliki codename, dan aku kebagaian sebagai Sunfox. Aneh bukan? Aku saja tidak menyukainya.

Aku memarkirkan mobil ku di pinggir jalan dan diikuti Sasuke dan Gaara kala tempat yang kami tuju sudah didepan mata. Aku mengedarkan pandanganku, ternyata yang lain sudah datang dan itu terbukti saat aku melihat beberapa mobil dan motor terparkir manis di pinggir jalan.

Markas 5 memang markas yang paling jauh dari perumahan penduduk dan tempatnya jarang ditemui oleh warga sekitar, jadi kami tenang-tenang saja dengan kendaraan pribadi kami bila ada orang toh setiap kendaraan kami sudah dipasangkan alat anti maling yang dibuat khusus oleh salah satu anggota kami, Natsu.

Sebelum sampai ke markas, kami harus melewati hutan yang cukup lebat dan terkesan angker. Kami berjalan dalam kesunyian, sesekali aku merapatkan diri pada Sasuke dan sesekali aku akan mengedarkan pandanganan ku gelisah.

" Dobe! Jauh-jauhlah dari ku! " protes Sasuke seraya mendorong ku jauh-jauh walau hasilnya nihil karena aku memeluk lengannya erat. " Ugh, Teme~ aku takut~ " rengek ku, saat ada sesuatu yang bergerak disemak-semak aku semakin memeluk lengan Sasuke erat. " Ittai! Dobe! "

" Hei kalian, tenanglah sedikit sebentar lagi kita sampai " gubris Gaara, ia menghela napas bosan kala aku menatapnya dengan pandangan berkaca-kaca.

Dan, benar saja. Sebuah rumah minimalis dengan lampu remang-remang terlihat didepan mata. Sesampainya didepan rumah tersebut, Gaara membuka sebuah pagar besi dengan suara yang sangat tak mengenakkan untuk didengarkan membuat bulu kudukku sedikit menaik.

Setelah itu terdengar sebuah pintu terbuka dan disana berdirilah seorang gadis kecil berambut coklat panjang tengah menatap kami tajam. " Kalian telat. " ucapnya ketus, aku hanya bisa nyengir sambil garuk-garuk kepala " Gomen Natsu-chan~ "

Gadis itu mendengus, " Whatever, sebaiknya kalian cepat bertemu dengan Yang, Senpai." gadis itu berbalik dan berjalan mendahului kami menuju sebuah ruangan.

Walau diluar rumah ini terlihat menyeramkan, namun didalam justru terlihat menyamankan. Rumah tersebut berbentuk rumah tradisional Jepang, jadi jangan heran kami harus melewati beberapa lorong untuk mencapai ruang utama.

Cklek.

" Mereka datang, Nii-san.. " ucapan Natsu membuat seluruh pasang mata langsung menuju kepada kami bertiga. Sepasang mata lavender menatap kami tajam, " Kali ini aku maafkan, silahkan masuk! " perintahnya tegas, kami bertiga pun langsung menuju tempat duduk kami masing-masing.

Seorang pemuda bertato di pipi nyengir kepadaku, " Yo, sunfox! Lama tak bertemu! " sapanya semangat, anjing putih kesayangannya yang sedari tadi dielus oleh majikannya menggonggong. " Guk! "

Aku yang mendengar ucapan Kiba langsung sweatdrop ditempat, " Urusai, doggyface! " ejekku yang membuat cengirannya semakin melebar.

" Ehm, bisa minta perhatiannya sebentar? " suara deheman membuat perdebatan kecil kami berhenti. Aku pun menyamankan posisi dudukku sebelum mengangguk bahwa aku siap untuk mendengarkan.

" OniOno membuat masalah lagi, kali ini mereka melakukan interaksi jual-beli senjata illegal. " ucap Neji selaku ketua kami yang menduduki posisi Yang. " Tidak hanya itu saja, mereka melakukan perdagangan narkoba, nikotin, dan ganja dalam bentu pil. Dan juga,.. " Neji melirik Hanabi, setelah memberi interuksi sebuah anggukan kepada Hanabi muncullah sebuah gambar pada layar monitor meja kami masing-masing.

Dan seketika mata kami semua membulat.

" Astaga.. "

" Ya Tuhan.. "

" Kami-sama, mengapa mereka begitu kejam? "

Ya, saat ini di layar monitor kami masing-masing terdapat sebuah gambar mayat seorang manusia dengan seekor binatang. Sebenarnya, kami sudah sering melihat mayat, namun yang bikin kami terkejut adalah cara mereka membunuh yang begitu.. tragis.

Disana, terdapat seorang mayat manusia dengan kedua mata yang hilang, hidung penyok, kulit kepala bagian atas sudah hilang entah kemana, dan dagu mayat tersebut juga hilang menyisakan bibir yang robek dan gigi atas yang sudah rontok. Badan tanpa organ dalam dan masing-masing jari telapak tangan dan kaki hilang tak tersisa.

Disamping bangkai manusia tesebut, terdapat bangkai seekor anjing yang juga sama mengenaskannya dengan bangkai manusia. Mulut anjing tersebut di potong, kedua mata anjing tersebut hampir lepas dari tempatnya, dan anjing tersebut diambil dari posisi terlentang, menampakkan bagian dalam tubuhnya yang tanpa organ tersebut.

Beberapa perempuan yang dalam kelompok kami tampak menangis prihatin, bahkan ada yang hendak mual hanya karena sebuah foto mayat. Aku pun merasa sesuatu dalam perutku memberontak hendak keluar, sontak aku membekap mulutku dengan sebelah tangan.

Gaara, Neji, dan Sasuke tampak biasa saja dengan foto tersebut. Bahkan raut wajah mereka tetap saja datar huh.. ?

" Lalu, apa misi kita saat ini? " tanya Gaara datar, dari raut wajahnya dia sudah biasa melihat hal beginian. Huh.. kalo Hinata mati dan mayatnya sama di foto ini apa wajahnya akan tetap datar? Eits, tapi aku tidak mendoakan Hinata mati mengenaskan seperti ini oke, jadi buang jauh-jauh pikiran nista kalian semua.

" Kita akan membantu para polisi untuk menyelidikinya kali ini, dan kasus ini berhubungan dengan Yin. " Mendengar kata 'Yin' tanpa sadar aku langsung menegapkan tubuhku. Bahkan semua orang yang ada di sini juga tanpa sadar ikut menegakkan badan, suasana berubah menengang.

" Kali ini kita akan berkelompok, masing-masing kelompok 3. " Neji mengedarkan pandangannya, entah kenapa bila ia sedang dalam pose berpikir seperti itu membuatku harus meneguk ludah paksa.

" Sensu, Idler, Konchuu, kalian bertiga tim pertama tugas kalian mengelacak dan mencari informasi, kalian paham? "

Sensu – Temari – menghela napas bosan, sepertinya dia merutuki nasib sialnya yang harus sekelompok dengan manusia serangga dan pemalas. Melihat Temari menjitak kepala Shikamaru – Idler – karena sudah lama tertidur membuat ku terkikik pelan.

" Ningyoo, doggyface, Yuuki, kalian bertiga tim kedua tugas kalian mengikuti setiap gerakan para pembeli. "

RockLee yang sedari tadi nyengar-nyengir sama Kankuroo langsung terlonjak dari kursinya, ia menggebrak meja dengan wajah yang sangat sangat merah. " Jangan panggil aku Yuuki, Hyuuga! " serunya tak terima yang berhasil mengundang tawa bahak dari ku, jujur aku seneng juga sih punya teman senasib yang nama samarannya terkesan girly banget.

" Namikaze, jangan tertawa! " teriakan Hanabi tak membuat tawa ku merada, malah semakin menjadi.

Kudengar dengusan nafas dari Neji, " Sunfox, Suigyū, Niwatori, kalian bertiga tim ketiga melindungi tim ku tim ke-empat. " aku membekap mulutku, oh tidak tolong jangan ketawa lagi tolong tolong tolong to… long.

" Bwahahahaha! " oh tidak, mulutku tak bisa berhenti tertawa. Aku membukam mulutku dengan kedua tanganku, walaupun begitu samar-samar masih terdengar tawa dari mulutku. Kalian ingin tahu kenapa aku tertawa? Ya tentu saja..

" Dobe, kau cari mati ya? "

Karena nama samaran si Teme.

" Glek, o-ouh.. Teme, a-aku hanya ber-canda.. tehehehe " aku menggaruk kulit kepalaku yang tidak gatal seraya nyengir, oh tidak kenapa didalam sini mendadak panas sekali ya?

" Ehm, kalian berdua cukup. Sora, Futoru, dan aku di tim ke-empat menyamar menjadi pembeli. "

Tenten dan Chouji tersenyum bersamaan seraya mengangguk setuju, bila Tenten tak usah ditanyakan lagi pasti dia senang karena akan berdua dengan Neji kalau Chouji sih dia memang lebih suka misi menantang.

" Osanai, Amaenbō, kalian berdua di tim ke-lima dan tugas kalian membantu tim ke-tiga. " Shion berdiri dari kursinya, hendak saja ia hendak protes tapi disela oleh Neji. " Kali ini kalian berdua harus berkerja sama dan harus akur tentunya. " Shion kembali duduk dengan pipi mengembung dan kedua tangan terlipat didepan dada. Inilah mengapa ia dipanggil 'anak manja' sifatnya saja seperti itu. Aku berpikir, apa Hinata seperti Shion ya? Kan kata Hanabi, Shionlah orang yang secara fisiknya mirip dengan Hinata.

" Hanabi dan Matsuri. Tugas kalian memantau setiap gerak-gerik OniOno dan membantu kami dalam misi kali ini. "

Hanabi dan Matsuri mengangguk mengerti, yah kuakui Hanabi dan Matsuri memang sejenius Gaara dalam bidang computer. Tanpa mereka berdua, kami mungkin sudah mati dalam misi.

Aku menompang dagu ku, " Lalu, apa senjata kami? " tanya ku kepada Neji yang sukses membuat seluruh perhatian menuju kepada ketua anggota. Aku menyerngit kala melihat bibirnya yang tadi mengulas sebuah garis lurus menjadi menyeringai. " Kau bertanya disaat yang tepat, Naruto. "

Aku terlonjak kaget saat merasakan meja besar yang berada di hadapanku bergerak pelan, alas meja tersebut berbalik dan menampilkan ratusan senjata api siap pakai berada di atas meja yang tadinya kosong tersebut.

" Ambil sesuka kalian, tapi ingat jangan macam-macam dengan senjata. " ancam Neji dan membuat kami semua mengangguk semangat.

Aku melihat-lihat, apa saja yang akan kubawa kali ini. Mungkin FN 57, Walther P99, dan SIGP250, pilihan yang bagus.

Gaara dan Sasuke mendekatiku, sepertinya mereka berdua sudah siap. " SIGP250? " tanya Gaara saat melihatku memperagakan tubuhku seperti hendak menembak.

" Sebaiknya kau pilih Baretta 92, selain simple saat menarik pelatuknya tidak terasa berat. " saran Sasuke begitu melihat ku membolak-balik senjata besi tersebut.

Aku mengerucutkan bibirku, " Tapi aku suka tampilannya, dan terasa di pas ditangan. "

" Kau ini, kita ditugas untuk melindungi bukan main-main. " Sasuke menjentikkan jarinya didahi ku, membuat ku memekik keras dan meninggalkan jejak merah di tengah-tengah jidatku.

Sambil menggerutu aku mengambil senjata yang disarankan Sasuke dan segera meletakkannya di saku celana ku. " Kalian bawa apa? " tanya ku pada rekan se-tim ku.

" FN57 dan Baretta 92 " ucap Sasuke.

" Dragunov SVD dan Glock-17. " ucap Gaara seraya mengutak handphone pintar-nya, sesaat ia berhenti. " Kalian duluanlah, Hinata menelpon.. " kami berdua pun mengangguk dan meninggalkan Gaara terlebih dahulu.

" Hinata? Siapa itu Hinata? " tanya Sasuke saat kami berdua sudah berada dalam mobil Range Rover Neji. Aku yang sedang berdiskusi dengan Neji langsung menoleh, " Dia… adikku? Kenapa? " tanya Neji sarkistik, " Jadi nama asli Yin itu Hinata? Apa hubungannya dengan Gaara? "

Aku dan Neji saling berpandangan, " Etto, Hinata dan Gaara adalah teman masa kecil. Mungkin melepas rindu mungkin? " tanya ku ragu. " Hinata satu-satunya anggota yang tidak dibolehkan keluar rumah sebelum 17 tahun. Dan juga dikeluarga kami para lelaki luar tidak boleh sering mendatangi wanita Hyuuga, Hinata dan Gaara sangat dekat, hanya lewat komunikasi elektronik sajalah mereka bisa tetap untuk tidak putus kontak. " jelas Neji membenarkan kalimat ku sebelumnya.

Sasuke mengangguk paham lalu ia kembali berkutat dengan kertas sketsa bangunannya. Tanpa sadar aku dan Neji menghela napas lega.

Tak sampai 15 menit Gaara datang dengan kedua pipi yang merona, membuat kami bertiga yang duluan berada didalam mobil melongo. " Apa? " tanyanya sok ketus.

Kami bertiga hanya menggeleng lalu melanjutkan diskusi.

" Tenten kau nanti ikut bersama ku, Chouji dan Gaara kalian mengawasi kami dari jauh, Sasuke dan Naruto kalian berpura-pura menjadi pengawal ku dan Tenten. " intruksi Neji membuat ku mengangguk mantap.

" Kali ini mohon kerja samanya ya Teme. " ucapku seraya mengulurkan sebelah tanganku.

Sasuke memandangku sekilas sebelum tersenyum tipis, " Oke. "

" Baiklah, kalau begitu sebaiknya kita lekas pergi. " Tenten menyalakan mesin mobil dan mengikuti mobil anggota lainnya yang mulai bergerak.

" Aku hanya ingin mengingatkan bahwa kali ini kita kerja tidak mengenakan emosi. " Ucap Hanabi melalui earphone kami masing-masing. Aku melirik Sasuke sekilas, " Terutama kau Niwataro-nii. "

Sasuke mendengus kesal, ia tidak menyahut namun aku yakin ia saat ini tengah mengutuki Hanabi didasar hatinya.

" Aku ingin menyampaikan hal menarik. Ketua OniOno kali ini ikut dalam transaksi. " tanpa sadar aku langsung menyeringai begitu mendengar informasi dari Matsuri. " Untuk Gaara-kun dan Chouji-nii, berhati-hatilah karena pengawal mereka semakin banyak. "

" Tim kedua juga, kali ini pembeli tersebut bukan sembarangan orang. " kali ini Hanabi yang melapor.

" Apakah ada informasi untuk tim satu? " tanya Temari diseberang.

" Untuk saat ini kediaman OniOno tidak terlalu ketat pengawasan, tapi berhati-hatilah. "

" Gaara, Chouji, sebaiknya kalian siapkan senjata sekarang. Karena sebentar lagi pertunjukan akan dimulai. " Ujar Neji memperintah.

Aku mengganti lensa mataku, lalu mengenakan kacamata, topi, dan mantel hitam. Mobil kami ber-empat berpencar, tim satu dan dua kearah barat sedangkan tim lima ke timur, dan tim ketiga dan ke-empat ke selatan.

Kami melewati beberapa gedung yang tak terpakai, sebelum sampai ketujuan Tenten menepikan mobil kekiri. " Gaara dan Chouji, bersiaplah.. " ucapnya.

Aku membuka kaca mobil dan berpamitan kepada Gaara dan Chouji. " Semoga sukses, sobat. " ucapku seraya mengangkat sebelah tanganku. Seakan paham, Gaara dan Chouji menepuk tanganku. " Kalian juga. " ucap Chouji semangat, aku pun mengangguk dan kembali menutup kaca mobil.

" Senpai! Aku dan Konohamaru sudah berada di lokasi, kalian dimana? "

Aku menyerahkan sebuah telepon kabel yang menyambung langsung dengan tape mobil kepada Neji,

" 10 menit lagi kita sampai, Gaara dan Chouji sedang menuju lokasi seberang. "

" Shion dan Konohamaru berhati-hatilah, area kalian sedang dijaga. "

" Kami mengerti, Hanabi-chan! "

Dan setelah kalimat terakhir dari Shion, aku pun mematikan sambungan dan mengaktifkan hubungan melalui headset kecil yang terpasang di telinga kananku. Aku mengambil tiga kotak peluru dan memasukkannya kedalam tas kecilku yang berada dalam mantel hitam yang saat ini tengah kukenakan.

~ End of Naruto PoV ~

Tenten menepikan Range Rover Silver tersebut saat dirasa gedung yang mereka tuju sudah berada didepan mata. Setelah mematikan mesin, ia melepaskan kedua ikatan cepolnya dan membiarkan rambut coklatnya terjuntai bebas. Lalu ia melepaskan mantelnya, menampakkan baju ketat seksi yang melekat ditubuh rampingnya.

Ia ambil kotak make-upnya dan melapisi bibir dan wajahnya dengan lipstick dan bedak tipis. Setelah dirasa cukup, Tenten mulai mengambil sebilah pisau lipat dan ia selipkan di kaos stocking-nya, lalu mengambil Glock-17-nya dan menaruhnya di tas kecil yang melekat dipaha kanannya, setelah itu ia menutup pahanya dengan gaun hitamnya yang panjang.

" Sudah siap? " tanya Neji kepada Tenten yang saat ini tengah turun dari mobil.

" Um, aku hanya membawa senjata ringan. " ucap Tenten dengan kedua pipi yang merona saat melihat Neji yang tengah berpakaian berbeda dari ciri khas-nya.

" Tak apa, aku juga hanya membawa dua senjata ringan. " Neji pun menawarkan lengannya kepada Ten-ten dan disambut malu-malu oleh Tenten.

" Saat berada di depan gerbang harap jangan dibuka dulu, kami akan memeriksanya. " ucap Matsuri dari seberang mengingatkan.

Mereka ber-empatpun tiba didepan gerbang utama sebuah mansion megah namun hanya dihiasi sedikit cahaya lampu. Untuk sesaat Sasuke menyerngit bingung, " Apa hanya perasaanku tapi rasanya aku pernah melihat mansion ini. "

Naruto menoleh kearah Sasuke, " Didunia ini, pasti ada mansion yang sama. "

" Mungkin hanya perasaan ku saja. " guman Sasuke lirih namun dapat didengar oleh ketiga orang yang berada disana.

" Baiklah, it's show time. " berakhirnya ucapan tersebut, Hanabi dan Matsuri menekan tombol 'enter' pada keyboard PC mereka, dan pintu gerbang dihadapan Naruto dkk terbuka perlahan.

" Tenten-neechan, kuharap kau tak jauh-jauh dari Nii-san.. " ucap Hanabi yang hanya diketahui oleh ia, Tenten, dan Matsuri. Ia sengaja mematikan sementara sambungan kepada yang lain karena ia tahu bila ia mengucapkan kalimat ini, seluruh konsentrasi para anggota akan terganggu dan malah berbalik menggoda Tenten.

Tenten mengangguk mengerti, ia pun semakin mengeratkan pegangannya pada lengan Neji. " Aku mengerti.. " bisik Tenten.

Hanabi tersenyum dalam hati, lalu ia mengaktifkan lagi sambungan kepada lainnya. Untuk sejenak, ia mengintau kelompok dua dan pertama yang sudah tiba pada lokasi. Sambil memperhatikan sekitar, ia mengambil minuman sodanya.

" Kurasa, tim kedua harus berpencar.. Penjagaan mereka sangat ketat, salah sedikit bisa fatal.. " ucap Hanabi mengingatkan pada Kankuroo, Lee, dan Kiba.

" Baiklah, aku dan Akamaru akan berjaga dari sini. Kalian berdua menyamarlah menjadi salah satu pengawal pembeli utama. " perintah Kiba yang disambut anggukan oleh yang lain.

Kankuroo merentangkan tangan kanannya, " Semoga hari ini kita berhasil, sobat. " ucapnya kepada ketiga rekan timnya seraya tersenyum.

Kiba, Akamaru, dan Lee pun membalas tersenyum, mereka juga menyambut uluran tangan Kankuroo untuk kompak bersama. " Tuhan memberkati kita semua.. " ucap Lee kusyuk, setelah selesai berdoa pada Tuhan masing-masing, mereka pun tersenyum dan mengangguk.

" Kiba sebagai ketua tim kedua melaporkan siap melakasanakan misi! " lapor Kiba kepada Neji semangat.

" Hn, lakukan tugas kalian. Semoga berhasil.. "

" Yosh! " seru mereka kompak, dan misi tim kedua berjalan pada detik ini.

- Kediaman tim pertama –

" Aku tidak menyangka, markas mereka besar sekali.. " ucap Temari tercengan dengan pandangan menjelajah halaman utama markas OniOno.

Shikamaru tampak menguap bosan, ia menggambarkan sesuatu di mobil yang seperti denah dalam markas tersebut.

" Aku sudah diberitahu Hanabi dan Matsuri tentang denah markas ini, dan aku sudah menandai mana saja ruangan yang menurutku terdapat arsip-arsip penting tentang pergerakan OniOno.. " ucapnya datar seraya membulatkan beberapa ruangan dengan pensil.

Shino tampak mengangguk dalam jaketnya, " Apa kau tak tahu dimana saja para pengawal akan menjaga? " tanyanya tampa mengalihkan pandangan dari sketsa.

Temari yang sudah sadar dari kagum kepanjangannya datang menghampiri, " Menurut prediksi ku, ruangan yang akan dijaga ketat itu disini.. " Temari nampak merebut pensil dari genggaman Shikamaru, lalu tampak membulatkan sebuah rungan yang tak diberi tanda.

" Dan juga disini.. " sambungnya.

Shikamaru tampak menautkan kedua alisnya, bingung. " Hei, kenapa kau menunjuk dapur dan kamar tamu? "

Temari menghela napas bosan, " Apa kau lupa? Penjaga mereka bukanlah orang biasa, apa kau lupa?—" Temari menunjuk ruangan pertama yang ia tandai. " Kamar tamu berdekatan dengan gudang ruang bawah tanah, dan gudang ruang bawah tanah memiliki jendela seukuran dengan tubuh manusia yang berhubungan langsung dengan taman belakang, dan taman belakang merupakan taman yang banyak ditumbuhi dengan pohon dan mengakibatkan taman ini menjadi hutan buatan."

Lalu Temari menunjuk gambar kedua yang ia tandai, " Dan dapur, dapur mereka mempunyai dua pintu belakang yang berhubungan langsung dengan ladang buah dan taman bunga. Karena rimbunnya tanaman, para penjaga banyak yang berjaga disana. Dan apalagi, setelah taman terdapat gudang, aluran semua listrik dan air dalam mansion tersebut terdapat dalam gudang itu. Benar begitu, Matsuri? "

" Ya, semua yang dikatakan Temari-nee benar. Dari layar monitor, memang terdapat banyak pergerakan disana. " ucap Matsuri membenarkan, Temari mengangguk bangga ternyata ia lebih jenius dari pada pemuda pemalas disampingnya.

Shino mulai menyetujui pendapat Temari, ia pun melingkari area yang tak ada penjaganya satupun.

" Sebaiknya kita tidak usah kemari, aku curiga didaerah sini. Kamar utama, kenapa tidak ada yang berjaga? Aku khawatir OniOno sudah mengetahui kedatangan kita menuju kemari. " untuk pertama kalinya, Shino berbicara panjang lebar dalam misi kali ini.

" Memang, di sana tak ada satupun penggerakan dari layar monitor. Setidaknya kita harus berjaga-jaga bila melewati tempat tersebut. " ucap Hanabi diseberang, tak lama kemudian ia mengirimakan sebuah denah gambar markas tersebut kepada anggota tim pertama.

" Di setiap handphone kalian, sudah tersambung gerak-gerik penjaga yang tertampil di monitor. Untuk masalah banyak musuhnya, aku tak bisa memberi secara detail pada handphone kalian karena banyaknya gambar yang tak cukup pada layar handphone kalian.. " ucap Hanabi.

Temari tersenyum, ia semakin bersemangat untuk melakukan misi ini. " Arigatou, Matsuri, Hanabi.. " ucapnya.

Matsuri dan Hanabi tersenyum, " Sepertinya, kali ini kita akan sibuk Matsuri-chan.. " ucap Hanabi yang dijawaban anggukan oleh Matsuri.

" Sebaiknya kita menyusup lewat taman belakang, lalu berjalan ke utara dan menyusup melalui kamar tamu kedua. " usul Shikamaru.

Temari pun mengangguk dan Shino mulai mempersiap senjatanya.

" Aku benci mengatakan hal ini, tapi semoga sukses.. " ucap Temari seraya tersenyum terhadap kedua pemuda yang juga tengah membalas senyum.

" Shikamaru sebagai ketua tim pertama, siap melaksanakan misi.. "

" Hn, aku percaya kepada kalian. Berjuanglah.. " ucap Neji diseberang.

Mereka bertiga pun saling berpandang sebelum mengangguk.

Dan pada detik itu juga, misi tim pertama dimulai.

.

.

Unkwon place, Tim Five location.

" Berhentilah mendorongku, Shion! " seru Konohamaru berbisik pada Shion yang sedang memantau keadaan dengan teropong. Kesal tak ditanggapi, Konohamaru kembali fokus pada senjata bidiknya.

Shion menepuk pundak Konohamaru cepat, membuat sang empu mengaduh sakit tertahan karena mulutnya dibekap oleh Shion.

" Coba kau lihat arah jam 10! " seru Shion berbisik, ia pun menyerahkan teropongnya kepada Konohamaru.

Dengan tampang kesal, Konohamaru pun mengikuti arah petunjuk Shion. Bibirnya menyeringai kala melihat pemandangan menarik dari teropong tersebut.

" Shion sebagai ketua tim lima, melaporkan bahwa kami menumakan target! " lapor Shion kepada Neji.

" Hn, siapa yang kau temukan? "

" Akasuna no Sasori dan Yamanaka Deidara, pasangan gay yang saat ini tengah menjaga di sebuah gedung.. " Shion menyipitkan matanya sejenak, " Mereka sekarang berada di pertengahan gedung perkatoran berlantai 27 dan gedung restorant cepat saji yang tak terpakai. Tepat berada samping barat mansion.. "

" Baiklah, kalian berdua terus pantau pergerakan mereka. Jangan sampai lengah! "

" Oke, kapten! "

.

.

" Tim kelima sudah menemukan lokasi, Sasori dan Deidara.. " lapor Choiji pada Gaara yang sedang memantau sekitar dengan teropong.

Gaara melirik Choiji sejenak sebelum kembali memantau, " Bagus, kalau begitu kita juga harus menemukan salah satu target kita seperti mereka. "

Choiji mengangguk dan juga membantu Gaara memantau sekitar.

" Sepertinya kita menemukan mainan menarik, Gaara. "

Gaara yang mendengarkan hal itu langsung menuju kearah Choiji yang berada di belakangnya, ia mengikuti arah pandang Choiji dengan teropong. Dan saat itu juga sudut bibirnya menaik.

Disana, terdapat seorang perempuan berambut ungu dengan seorang pemuda berambut orange penuh tindikan pada wajahnya.

Konan dan Pein.

" Gaara sebagai ketua tim ke-enam, kami menemukan target. "

.

.

" Naruto-nii, Sasuke-nii, berhati-hatilah.. Pengawal dari OniOno tidak hanya ada yang berada didalam gedung.. " ucap Matsuri mengingatkan.

" Gaara sebagai ketua tim ke-enam, kami menemukan target. "

" Hn, pantau mereka terus jangan sampai lengah.. " perintah Neji kepada Gaara.

" Sepertinya kita harus berhati-hati, pasukan mereka mulai menyebar. " ucap Neji kepada ketiga orang lainnya yang berada dibelakangnya.

" Tidak apa, aku dan teme tak akan lengah! Ya kan, teme? "

" Hn," guman Sasuke tampa melirik Naruto.

" Tch, konsonan itu lagi." Decih Naruto kesal, ia pun kembali mengedarkan pandangannya, berjaga-jaga.

" Dari sini aku bisa melihat Shion dan Konohamaru berada.. " guman Tenten tanpa melirik keatas sedikitpun.

" Bagus, setidaknya kita bisa mengetahui keberadaan mereka. " guman Neji, saat mansion sudah berada didepan mata, lavendernya melirik kebelakang, mengisyaratkan Naruto dan Sasuke untuk bersiap.

Mansion yang mereka ber-empat datangi adalah mansion lama di kota lama yang sudah terbangkakalai. Gedung-gedung yang dulunya berdiri kokoh, tampak kumuh dengan penuhnya sarang laba-laba. Gerbang yang mereka buka tadi adalah gerbang yang membatasi perbatasan antara Konoha dengan kota mati tersebut, City Star.

Dan dari informasi yang beredar, kota mati inilah tempat rawannya para pejabat ber-interaksi dengan anggota organisasi OniOno. Pernah para polisi hendak menangkap para anggota tersebut, tapi mereka selalu berakhir dengan mati yang mengenaskan. Maka dari itu, pemerintah dan kepolisian sudah angkat tangan bila berurusan dengan OniOno.

" Aku benar-benar yakin, ini adalah mansion Uchiha.. " bisik Sasuke kepada Naruto.

" Kau bicara apa teme? Selama ini keluarga Uchiha tidak ada membangun mansion di CityStar kan? " tanya Naruto setengah bercanda.

" Sebaiknya begitu.. " ucap Sasuke setengah ragu.

" Kalian berhati-hatilah.. dari monitor, terdapat titik-titik merah didalam mansion tersebut. Aku takut, itu adalah sebuah bom.. " ucap Matsuri di seberang sana.

Neji menekan alat yang beteger manis dalam lubang telinganya, " Berapa banyak? "

" Sekitar 5 bom terpasang disudut-sudut ruangan, dan bom itu tingkat atas.. "

" Kami butuh bantuan, berdua tidak akan cukup untuk menemukan letak bom tersebut. " ucap Sasuke serius, yang dibalas anggukan setuju oleh Naruto.

" Kankuroo-nii dan Lee-nii akan datang menyamar sebagai pengawal pembeli 1, jika mereka sudah datang mereka akan langsung bergabung dengan tim kalian.. " jelas Matsuri.

" Lalu, dimana Kiba? " tanya Tenten.

" Tenang saja, Kiba akan bergabung dengan tim kelima— "

" Yey! Setidaknya aku ada teman lelaki disini~ " seru Konohamaru diseberang memotong penjelasan dari Matsuri.

" Konohamaru no baka! " seru Shion dan Kiba serempak dan setelah itu terdengar suara jitakan nyaring.

" Ittai Shion-senpai! "

" Hei-hei, kalian berdua diamlah! Kami jadi tidak bisa meneleti arsip dengan benar! " seru Temari.

" Ck, mendokusai.. "

" Ocehan kalian membuat ku lapar.. "

" Itu tidak nyambung Chouji! "

" Hn,"

" Kalian semua diamlah! " bentak Neji yang sukses membuat semua anggota yang berada diposisinya masing-masing terdiam, " Kita sedang ada misi, berseriuslah sedikit.. " ucap Neji tegas.

" Matsuri, lanjutkan.. " sambung Neji.

" Baiklah.. Kankuro dan Lee akan berada di tim ketiga dan Kiba akan berada di tim kelima, lalu untuk tim ke-enam cari lokasi yang paling dekat dengan mansion,dan juga.. Oh ya, tim kelima sebaiknya kalian pantau terus pergerakan barat dan timur mansion.. " ucap Matsuri.

" Kemungkinan besar ketua OniOno akan datang melalui pintu barat atau timur mansion.. " sambung Hanabi.

" Tapi tetap saja jumlah kita kalah dengan mereka, kita butuh bantuan lebih.. " ucap Lee diseberang.

Neji tampak berpikir sejenak, pose berpikir seperti ini membuatnya terlihat keren.

" Baiklah, panggil aparat kepolisian untuk meminta bala bantuan.. " perintah Neji kepada Hanabi dan Matsuri.

" Hai! " ucap mereka berdua serempak.

.

.

Temari membuka sebuah pintu dengan sangat pelan, setelah pintu tersebut terbuka ia menempel pada dinding sejenak, tak ada respon ia pun menengokkan kepalanya, sepi.

Dia pun bergegas memasuki ruangan tersebut, setelah itu ia menutup pintu yang ia buka tadi perlahan. Setelah tertutup ia menganalisis ruangan yang ia masuki.

Ruang kerja.

Terdapat laptop dan meja yang memiliki banyak kolom meja disamping kanan dan kiri kaki meja.

Temari mendekati meja tersebut, diletakkannya pistol Glock-17-nya itu di atas meja. Sekarang, tujuan utamanya adalah memeriksa laptop yang besar kemungkinan adalah milik pemimpin OniOno.

Setelah menunggu beberapa menit, layar laptop tersebut menyala dan memunculkan sebuah background bergambarkan ladang lavender.

Dahi Temari mengkerut, ' Tak ada kata sandi atau semacamnya? ' pikir Temari. Bagaimana bisa? Seorang pemimpin mafia terkenal bisa seteledor ini? Laptop diletakkan sembarangan, bahkan tidak diberi kata sandi! Bagaimana bila ada salah satu dari pengawalnya yang menerobos masuk kesini dan mencuri arsip-arsip rahasia OniOno?

Tak mau berlama, Temari pun mulai menjelajah berkas-berkas file yang terdapat dalam laptop tersebut.

Yah, semoga saja ia mendapatkan sedikit informasi dari laptop tersebut.

.

.

Shino dan Shikamaru menyelusuk ke gudang atas, dimana disana -menurut informasi dari Hanabi- tempat penyimpanan kertas-kertas lama yang sudah tidak terpakai.

Untuk sampai keatas tidaklah mudah, mereka harus membunuh beberapa para pengawal yang kebetulan melintasi arah jalur mereka berdua. Berterima kasihlah kepada Shino yang selalu membawa obat suntik serangga yang dapat langsung membunuh manusia dalam 5 detik.

" Kau cari disana, aku mencari disebelah sini. " perintah Shikamaru kepada Shino dengan suara yang pelan. Mereka saat ini tengah berada di gudang atas, setelah mengerti mereka berdua melakukan tugasnya masing-masing.

Dihadapan Shikamaru terdapat beberapa tumpukan buku lama yang sudah berdebu, bahkan ada yang digunakan sebagai sarang oleh laba-laba.

Hah~, melihat lima tumpukan buku yang menggunung membuatnya menguap.

" Ck, mendokusai.. " decih Shikamaru.

Shino membuka satu persatu lemari tua yang menyimpan beberapa kertas dan buku yang sudah tak terpakai, ia ambil semua buku dan kertas kelantai dan duduk bersila menghadapi gundukan kertas dan buku yang menjulang dihadapannya. Membenari letak kacamatanya dan menegerkan senjata kesayangannya didalam mantel.

Yak, saatnya membaca~

.

.

" Matsuri, apa posisi ini yang kau maksud? " tanya Gaara kepada Matsuri diseberang sana.

" Yup, dengan begini jarak kalian dan tim kelima hanya terpisah enam gedung saja.. " jawab Matsuri.

Choiji mencoba mencari keberadaan tim kelima melalui teropongnya, setelah menemukan keberadaan Shion –yang kebetulan juga sedang mencari keberadaan tim ke-enam melalui teropong- ia pun memberi isyarat bahwa tim ke-enam sudah mengetahui keberadaan tim ke-lima.

Gaara mempersiapkan senjata AS50 milik Chouji dan CHEYTAC M200 INTERVENTION miliknya, tak lupa ia siapkan beberapa rantai peluru dalam tas selempangnya.

" Apa ada gerakan? " tanya Gaara pada Chouji.

Chouji mengalihkan sejenak pandangannya dari teropong, " Setidaknya belum ada.. " jawab Chouji singkat, setelah itu ia kembali mengawasi sekitar dengan teropong.

Gaara menghela napas, ini sangat lama dari perkiraannya. Telat 30 menit, baru kali ini Gaara bertemu dengan seorang ketua mafia telat, yah walau tak bertemu langsung sih..

Bosan, ia pun merogoh sesuatu dalam kantong celananya. Tak ada salahnya kan ia melihat sejenak foto sang kekasih? Hei.. bertemu selama dua kali sebulan itu sangat menyiksa, melihat teman-teman sekelasnya bisa berduaan dengan sang kekasih selama di sekolah membuatnya iri. Ia juga ingin berduaan begitu dengan Hinata, salahkan –calon- mertuanya yang terlalu ketat mendidik Hinata sehingga ia dan Hinata jarang sekali untuk bertemu.

" Dia datang! " guman Chouji dengan teropong yang masih melekat pada kedua matanya. Gaara yang saat itu sedang memandang foto sang kekasih langsung memasukkan kembali handphone-nya kedalam saku.

" Dia sudah datang.. " lapor Gaara kepada Neji.

BRUK

Gaara mendengar suara benda jatuh pun menoleh kesumber suara. Disana, terdapat Chouji dengan kedua mata yang membulat. " T-tidak mungkin.. " bisiknya pelan yang dapat didengari oleh Gaara.

" Ada apa Chouji? " tanya Gaara seraya mendekati Chouji.

Chouji menoleh patah-patah kearah Gaara, wajahnya menegang, jarinya menunjuk sesuatu kebawah.

" Ini.. bohongkan..? " tanyanya entah kepada siapa.

Gaara yang tak mengerti dengan perkataan Chouji pun mengambil teropong yang sempat dijatuhkan oleh Chouji tadi dan mengikuti arah jari Chouji menunjuk.

Dibawah sana, terdapat suleit seseorang yang sangat ia kenal tengah dikawal oleh dua lelaki yang berseragam sama dengannya menuju kedalam mansion. Orang tersebut tersenyum kepada para pengawal lainnya yang memberi jalan untuk ia lewati.

Seketika tubuh Gaara menegang, wajahnya yang selalu datar tiba-tiba berubah kaku, mata zamrud-nya membulat.

" Tidak mungkin.. " gumannya.

.

.

.

Tiba-tiba entah mengapa lututnya terasa lemas, Shion jatuh berlutut, mata purple-nya membulat sempurna. Mulutnya terbuka hendak menyampaikan sesuatu, tapi suara hilang entah kemana.

Konohamaru tak jauh berbeda dengan Shion, bahkan senjata mahal pemberian Hyuuga Neji itu hampir saja jatuh ketanah apabila Konohamaru tak cepat tanggap untuk memegangnya lebih erat.

" Tidak mungkin.. "

.

.

.

Temari menautkan kedua alisnya, ia mengacak rambut pirangnya frustasi. Bagaimana ia tidak frustasi jika yang ia temukan hanyalah setumpuk anime romance yang kebanyakan He-tiit- nya itu? Ia harus menahan malu karena satiap kali ia buka sebuah video yang berudasi 24:15 detik itu ia selalu disajikan dengan kedua orang dengang keadaan telanjang BULAT sedang melakukan ba-bi-bu-be-bo~.

Temari menekan-nekan tombol back cepat, tak peduli akan mouse musuhnya yang sebentar lagi akan mati ditempat. Tombol 'klick-klick-klick' dengan tempo cepat itu menggema diruangan, tak peduli apa suara yang ia buat akan terdengar oleh orang luar atau tidak, ia sudah sangat –amat- kesal karena ia tak mendapatkan informasi yang penting satuuuu saja. Dan perlu dicatat, ternyata ketua OniOno itu adalah seorang yang amat sangat mesum!

Temari terus saja meng-klick asal sampai ia menemukan sebuah folder yang bertuliskan Lavender Hime. Penasaran, Temari membuka folder tersebut. Dan, betapa terkejutnya ia saat melihat 3000 foto tersimpan dalam folder tersebut.

Namun, bukan itu yang ia kejutkan sekarang. Melainkan,.. potret seseorang yang sangat ia kenal.

" Hi-Hinata..? "

.

.

.

Shikamaru menghela napas bosan, dari 50 berkas yang ia baca ia cuman mendapatkan 4 berkas, itupun ia harus mencari potongan-potongan lainnya karena dalam satu berkas ada beberapa kertas yang hilang.

Sejenak ia menengok kebelakang, tampaknya Shino juga mulai jengah karena tak kunjung mendapatkan informasi.

Ini sesulit tak seperti yang ia bayangkan, ternyata OniOno sangat berkelit dalam menyimpan informasi. Berkas yang sudah bertahun lamanya masih mereka simpan, sejenak Shikamaru menatap berkas yang sudah ia dapat. Dari 4 berkas yang ia dapat, cuman terdapat satu berkas yang paling penting yang dapat menghancurkan OniOno.

Piip Piip Piip

" Sepertinya mereka menyadari kehadiran kita.. " ucap Shino yang sudah berdiri dibelakang Shikamaru.

Shikamaru menaruh ke-empat berkas yang ia temukan kedalam tas punggungnya. " Kita harus bergegas, tak ada lagi jalan keluar kecuali melalui jendela.. " ucap Shikamaru dengan mata yang terfokus pada jendela dibelakang Shino.

" Temari, kami akan pergi sekarang. " ucap Shikamaru kepada Temari diseberang sana.

" …"

Tak ada jawaban dari Temari membuat alis pemuda jenius itu naik, ia pun mencoba kembali mengulang.

" Temari—"

" Shikamaru.. katakan bila ini mimpi.. " ucap Temari dari seberang.

" Apa maksudmu.. ? "

" Pemimpin OniOno.. Aku sudah mengetahuinya.. "

Mendengar Pemimpin OniOno disebut membuat Shikamaru dan Shino tertarik, " Siapa? "

" Dia… "

Dan perkataan terakhir Temari, sukses membuat Shikamaru dan Shino terbelalak.

" Apa?! " seru mereka kompak.

.

.

.

Neji menggeram kesal, ia menarik lengan Tenten saat melihat ada pengawal yang hendak menembak kepalanya.

DOR

" A-arigatou.. Neji-kun.. " ucap Tenten malu begitu menyadari bahwa ia sedang dipeluk oleh Neji.

" Tak ada cara lain, kita harus bertarung.. " ucap Neji.

Tenten mengikat rambut panjangnya menjadi satu, lalu ia singkap gaunnya, mengambil senjata Glock-17 dalam tas kecil dipahanya.

Neji pun juga mengambil senjata pistolnya dalam kemeja hitamnya, rambut yang ia gerai tadi ia ikat menjadi satu. Saat ini, ia harus berkerja sama dengan Tenten, karena ia terpisah dengan Sasuke dan Naruto saat mereka diserang tadi.

" Aku tidak menyangkan penyamaran kita akan diketahui secepat ini.. " ucap Tenten, ya benar. Saat mereka sudah berada dalam gedung, mereka tiba-tiba dihadang oleh para pengawal OniOno. Terjadi adu tembak, dan mereka ber-empat terpisah.

" Sebaiknya kita harus bergegas menemukan Sasuke dan Naruto.. "

Tenten pun mengangguk, mereka berdua berlari menuju arah yang berlawanan tempat yang mereka lewati tadi.

.

.

.

Sasuke dan Naruto berhenti di sebuah ruangan yang cukup besar, dan bila di perhatin ini kelihatan seperti ruang keluarga.

Nafas mereka terengah-rengah, setelah terpisah dengan Neji dan Tenten mereka harus disusahkan lagi dengan dikejar beberapa orang berbaju hitam yang mengejar mereka sambil mencodongkan senjata bersiap menembak.

" Sial, mereka banyak sekali. Bila kita membuang banyak peluru seperti tadi, bisa-bisa kita kehabisan Sasuke! " ucap Naruto dengan nafas yang masih terengah.

Sasuke menghirup nafas dalam lalu membuangnya perlahan, setelah yakin jantungnya tak berdetak cepat seperti tadi ia mulai mempersiapkan senjata dan mengisikan pistol tersebut peluru.

" Mau tidak mau, kita harus membunuh orang lagi kali ini.. " ucap Sasuke datar seraya menempelkan telinganya pada pintu.

" Ap— Kau gila! Aku tidak ingin membunuh orang lagi Sasuke! " seru Naruto tak terima, ia tak tega, apalagi melihat darah bercucuran bagaikan air terjun membuat sesuatu dibawah bergelonjat keluar.

" Kau ingin hidup membunuh atau mati tertembak? "

" Hidup tapi tidak perlu membunuh! " seru Naruto.

" Kalau begitu terjun saja dari jendela sekarang.. " ucap Sasuke seraya menatap Naruto tajam.

" Kau tidak dengar? Aku masih ingin hidup teme~ "

" Kau akan tetap hidup kok, tapi di alam lain.. " ucap Sasuke cuek, ia pun beranjak keluar meninggalkan Naruto yang sudah mulai mau histeris.

" TEME~! "

.

.

.

Mereka berdua saat ini berjalan mengendap-endap di sebuah lorong koridor, Naruto yang dibelakang Sasuke menarik baju belakang Sasuke erat, meminta untuk tidak meninggalkannya dan berjalan cepat. Meskipun sudah di beri deathglare, tetap saja pemuda berambut kuning tersebut tetap menarik-narik ujung baju Sasuke.

" Sasuke, kamu saja yang membunuh ya.. Aku tidak mau.. " bujuk Naruto untuk yang kesekian kalinya. Mata sapphire-nya menjelajah, berusaha mengingat perasaan penasarannya yang serasa pernah menginjak kaki di mansion megah ini.

" Tidak. " tolak Sasuke mentah.

" Tapi— "

" Tidak. "

" Ayolah~ "

" Tidak. " tolak Sasuke untuk yang kesekian kalinya.

Naruto mengerucutkan bibirnya kesal, ia pun tidak menarik baju belakang Sasuke lagi. Dengan kesal, ia berjalan melewati Sasuke duluan. Saat melewati tikungan, Naruto yang berjalan lebih duluan tiba-tiba berbalik dengan muka yang pucat.

" L-Lari Teme.. " cicitnya, setelah itu ia lari sekencang-kencangnya meninggalkan Sasuke yang masih didera kaget dan bingung.

Sasuke pun menengokkan kepalanya, matanya membulat begitu mengetahui penyebab Naruto lari terbirit. Dengan hati-hati ia pun mencoba berbalik, tapi gagal saat tangannya menyenggol sebuah vas bunga hingga jatuh berkeping-keping.

" Sial," umpat Sasuke.

Para pengawal yang mendengarnya menoleh, dan betapa terkejutnya mereka saat melihat orang yang mereka cari berada didepan mata.

" ITU DIA! KEJAAAR ! "

" Siaal, si Dobe itu.. "

Sasuke berlari sekencangnya tak tentu arah, berbelok saat ada tikungan, saat menemukan tempat persembunyian yang aman, Sasuke memasuki ruangan tersebut dan menunggu para pengawal yang mengejarnya tadi lari melewati persembunyiannya.

" TERUS CARI ATAU BOS AKAN MENGHUKUM KITA! "

" BAIK! "

Tanpa sadar, Sasuke menahan nafas saat para pengawal tersebut berlari melewati tempat persembunyiannya. Tangannya memegang senjata, berjaga-jaga bila ada salah satu dari mereka memasuki ruangan ini.

Saat dirasa tak ada suara langkah kaki, Sasuke keluar dari tempat persembunyiannya. Menoleh kekanan dan kekiri, dirasa aman Sasuke pergi berlawan arah dengan pengawal yang mengejarnya tadi. Sekarang dia harus bertemu dengan rekan se-timnya!

" Naruto, kau dimana? " tanya Sasuke, saat hendak melewati tikungan Sasuke merapatkan diri pada dinding dan menengok, memastikan ada orang atau tidak, setelah aman ia berlari menyebarngi belokan koridor.

" Teme! Tolong aku— DOR, Aku terjebak! "

" Tch, bertahanlah! Sekarang kau dimana? " Sasuke menembakkan senjatanya saat mengetahui ada pengawal yang hendak menembaknya, setelah dirasa mati Sasuke mengambil alat komunikasi, senjata, dan peluru di tubuh pengawal tersebut.

" Sasuke, tolong aku! Tenten tertangkap! " seru Neji dari seberang, terdengar suara tembakan.

" Matsuri! Hanabi! Cepat beritahu aku dimana Naruto dan Neji berada, sekarang! "

" C-chotto! "

" Sasuke cepat! Peluru ku hampir habis! "

" Tch, bertahanlah Naruto! Neji! " Sasuke kembali menembaki senjatanya, dua orang pengawal yang tak cepat menyadarinya tewas dengan kepala berlubang. " Matsuri! "

" A-ah.. Setelah bertemu dengan simpangan belok kekanan, lalu melewati lima tikungan, setelah itu belok kekiri! "

Sasuke pun mengikuti petunjuk yang Matsuri berikan, ia semakin mempercepat larinya, menembaki satu persatu para pengawalnya yang kerap hendak menghadanginya.

Saat ia berbelok kekiri, ia bertabrakan dengan seseorang. Dengan cepat Sasuke melakukan salto dan mencodongkan senjatanya begitu pula dengan orang yang ia tabrak.

" Sasuke? "

" Neji.. " gumannya, setelah mengetahui bahwa itu adalah temannya ia menurunkan senjatanya, sama pula dengan Neji. " Dimana Naruto? " sambungnya.

" Ia tertangkap, saat ini ia bersama Tenten. " jelas Neji yang membuat Sasuke membulatkan matanya.

" Kita harus segera mencari mereka! " seru Sasuke namun dihadang oleh Neji.

" Aku tidak bisa membantumu dengan tangan kosong! Peluruku habis.. " Neji mengeluarkan senjatanya, ia buka kotak peluru, " Hanya tersisa tiga, " sambungnya lagi.

Sasuke menyerahkan senjata dan kotak peluru yang ia dapat tadi, " Gunakanlah ini, aku mengambilnya dari musuh. " perintahnya kepada Neji, Neji pun mengangguk dan mengambilnya.

" Hanabi, apa kau tahu dimana keberadaan Naruto dan Hanabi? " tanya Neji.

" Tidak, mereka sulit dilacak. Kami tidak dapat menemukannya.. " jawab Hanabi, nadanya terdengar seperti orang frustasi.

" Tidak ada cara lain, kita harus mencarinya satu persatu.. " ucap Sasuke seraya mengisi senjatanya dengan peluru. " Kita harus melakukan cara lama.. " sambungnya seraya melihat Neji.

Neji tersenyum, lebih tepatnya menyeringai. " Baiklah, sudah lama kita tidak berkelahi.. " ucapnya seraya meregangkan otot, setelah itu mereka berdua pergi mencari Naruto dan Tenten.

.

.

.

DOR DOR DOR

" Ck, sial.. mereka banyak sekali! " geram Konohamaru terus menembaki musuh.

" Tiarap! " seru Shion, bom yang ia lempar jatuh kegedung seberang dan mengenai beberapa musuh yang menyerang mereka dari kejauhan.

DUAR

DOR DOR DOR

" Sial, mereka masih belum mati juga ternyata.. " umpat Shion, ia kembali siap melempari musuh dengan granat.

DUAR

" Kita harus cari cara! Bila terus seperti ini kita bisa mati! " seru Shion kepada Konohamaru.

" Tak ada cara lain, kita harus mundur.. "

BRAK

Shion dan Konohamaru terkejut saat mendengar suara pintu terbanting, dan benar saja para musuh berbaju hitam masuk kemarkas mereka.

" B-bagaimana ini.. mereka datang.. " lirih Shion, kakinya sudah tampak gemetaran.

" Cih, akan kulawan mereka! " seru Konohamaru, ia maju kedepan, melindungi Shion.

" A-apa maksudmu? Kau akan kalah! " seru Shion.

" Tidak, aku yakin aku bisa. Lagipula, kita masih ada seseorang yang kita tunggu bukan? " Konohamaru maju, menerjang para musuh satu persatu.

Shion yang hanya bisa melihat Konohamaru bertarung mulai memikirkan cara, tidak ia tidak ingin dianggap wanita lemah yang tak bisa melindungi orang lain. Ia tidak ingin dilindungi, ia ingin menyelamatkan Konohamaru!.

Salah satu dari orang berbaju hitam itu datang mendekati Shion,mereka menyeringai melihat Shion yang ketakutan sambil melangkah mundur.

Shion melirik kebelekang, 3 meter dibelakangnya ada sebuah pistol dan itu pistol miliknya yang sempat jatuh karena ia melompat. Karena tak memperhatikan jalan Shion jatuh terduduk, wajahnya langsung pucat begitu menyadari bahwa para orang berbaju hitam itu semakin dekat.

" Jangan takut nona manis, kami tak akan menyakitimu.. "

Shion semakin mundur, tangannya berusaha mencari senjatanya yang berada di belakang. Para orang berbaju hitam itu tak tahu, bahwa dibelakang Shion ada sebuah pistol, mereka sudah tidak fokus lagi, tatapan mereka sekarang kabut akan nafsu.

Merasa terpojok, mereka semakin cepat mendekati Shion. Shion bergetar setengah mati, kedua pahanya ia rapatkan pada dadanya, berusaha membentuk temeng.

" Kau sekarang tidak bisa kemana-mana.. "

Salah satu orang berbaju hitam itu menjulurkan tangannya, mata Shion semakin melebar, saat tangan coklat itu menyentuh wajahnya ia berteriak.

" JANGAN MENYENTUHKU! "

DOR

.

.

.

Sasuke dan Neji berlari, membuka satu persatu pintu ruangan dengan kasar, mendecih saat tak menemukan rekannya mereka berlari lagi, sampai pada akhirnya kaki mereka membawa mereka pada sebuah pintu berdaun dua yang ukurannya lebih besar dari pada pintu yang lainnya.

Mereka berdua saling bertatapan, merasa yakin mereka bersama-sama mendobrak kasar pintu tersebut dengan kaki.

BRAK

" SASUKE! NEJI! "

" Neji – kun, Sasuke.. "

Kedua mata seperti lambang YinYang itu terbelalak begitu mendengar suara kedua temannya, Naruto dan Tenten menyerukan mereka dari atas.

Tunggu.. atas?

Sasuke dan Neji mendongak, dan betapa terkejutnya mereka saat mengetahui bahwa Naruto dan Tenten terikat dengan menempel pada dinding atas. Di atap, di ketinggian yang mencapai 500 meter!

" Naruto.. Tenten.. kenapa kalian bisa diatas sana.. " tanya Neji dengan kepala mendongak, ia bisa merasakan tetesan airmata Tenten yang mengenai pipinya.

" Entahlah, kami berdua tidak sadarkan diri. Saat membuka mata, tau-tau kami terikat diatap ruangan.. " seru Naruto, suaranya menggema.

" Tunggulah, kami akan melepaskan kalian! " seru Sasuke dari bawah.

PLOK PLOK PLOK

Suara tepukan tangan menggema diruangan bernuansa putih tersebut, Sasuke dan Neji merapatkan punggung masing-masing, mata mereka menjelajah berusaha mencari tau dari mana asal suara tersebut.

" Tidak kusangka ternyata kalian berhasil sampai kesini.. Aku ucapkan selamat, " ucap seseorang entah dari mana, suaranya yang agak berat menggema di ruangan.

" Siapa kau?! " seru Neji, mengundang tawa renyah dari sosok misterius tersebut.

" Aku? Kalian mengenalku kok.. " balasnya.

" Kami tidak mengenalmu! " kali ini Sasuke yang bersuara.

" Oh.. Kalian jahat sekali.. " ucap orang tersebutpura-pura kecewa, namun nadanya kembali senang.

" Mungkin bila aku menampakkan diri kalian akan mengenalku.. " setelah mengucapkan kalimat tersebut, tiba-tiba dinding bagian atas bergerak, membuat guncangan kecil pada pijakan Sasuke dan Neji.

Dinding itu bergerak keatas secara perlahan, menampilkan sedikit celah cahaya putih dari dalamnya. Ternyata, dalam dinding tersebut terdapat ruang didalamnya.

Perlahan, Sasuke dan Neji dapat melihat beberapa kaki manusia yang berdiri didalam ruang tembok tersebut. Sasuke menerpa, terdapat tiga.. empat.. tujuh orang yang berada diruangan sana.

Saat ruangan tersebut benar-benar terbuka, baik Sasuke, Neji maupun Naruto dan Tenten sama-sama terkejutnya saat melihat orang-orang yang berada dalam ruangan tersebut.

" N-Naruko-chan.. Pein-nii.. K-Karin-nee.. " guman Naruto tak percaya.

" I-Ino-chan.. Deidara-nii.. " guman Tenten.

" Hidan.. ? " ucap Neji tak kalah kagetnya dengan Naruto dan Tenten.

Sasuke menjatuhkan senjata Glock-17-nya, mata hitamnya melebar, tubuhnya menegang, dan nafasnya mulai tercekat.

Ini.. tidak mungkin kan? Itu.. bukan dia kan? Bukan orang yang selama ini ia sayangi kan? Bukan.. itu pasti bukan orangnya.. Tapi..

Orang yang berdiri ditengah-ditengah orang yang Naruto, Tenten, dan Neji sebut maju kedepan. Tanganya terlipat dibelakang dada, senyum ramah yang selama ini seseorang sukai terukir begitu saja saat mengetahui bahwa orang yang menyukai senyumnya sedang menatapnya.

.

.

.

" Aniki.. "

.

.

.

" Hai, Otouto.. "

.

.

.

" Dia adalah.. Uchiha Itachi.. "

.

..

To Be Continue

.

.

A/N : Hai semuanya~ hehe.. *garuk-garu kepala*, G-gomen telat update ne? Louise sibuk banget pakai amat di dunia nyata, padahal sudah disempetin ngetik tapi entah setelah selesai satu halaman penyakit malas Louise kambuh, dan beginilah jadinya.. Telat update 3 bulan yey~

Terima kasih atas riupew kalian, Yui tersanjung sekali. Dan maaf, Louise tidak bisa membalas PM karena.. *pundung di pojokan* kouta modem habis, jadi kalo dibuat internetan lambat.. Jadi.. *semangat lagi* Gomennasai! *bows*

Sudah ah bacotnya, ceritanya udah panjang dibikin panjang. Ya sudah selamat membaca, jangan lupa tinggalkan jejak ya~

Karena Riepew kalian, semangat ku~