Dark Princess

Summary : Sekolompok pembunuh bayaran yang merupakan gadis-gadis cantik menamakan diri mereka Dark Princess harus berhadapan dengan beberapa pemuda agen kepolisian. Apa agen kepolisian tersebut berhasil menangkap Dark Princess atau bahkan sebaliknya? Sepertinya kisah ini tak hanya soal membunuh dan melindungi, mengejar dan melarikan diri, menyerang dan bertahan, namun cinta dan INSIDE. Don't like? Don't read ! Mind to RnR?

.

.

Naruto © Masashi Kishimoto

Story © Firuri Ryuusuke

.

.

.

Warnings : Alternative Universe , M for Blood and Echi (soft lime), typo(s), out of characters, etc

.

.

Menurut kami hal ini bukan kejahatan namun suatu kebutuhan

Kami menyukai hal ini, membasahi tubuh kami dengan darah milik orang lain

Jika kalian bertanya tentang dosa? Dosa tak lebih dari sebuah konsekuensi yang mutlak dijalani

Mereka bilang kami manis untuk meracuni

Mereka bilang kami hebat untuk menghancurkan

Mereka bilang kami mempesona untuk membinasakan

Mereka bilang kami cerdas untuk membunuh

.

.

Proudly Present

Dark Princess

.

"Nnnngghh..." lenguh seorang perempuan di atas ranjang yang hanya menggunakan selimut tebal sebagai penutup tubuh polosnya saat ini. Wajah cantiknya tampak sangat berantakan dan kelelahan. Dering ponsel di sampingnya memaksa kelopaknya terbuka.

"Apa?" tanya perempuan itu malas.

"Queens," jawab suara di ponselnya singkat

"Baiklah aku segera kesana."

Perempuan cantik berambut panjang kuning pucat tersebut bangkit dari ranjang menuju kamar mandi yang ada di kamar tidurnya. Tak berapa lama ia keluar mengenakan pakaian yang serupa dengan mantel hujan berwarna abu-abu tua selutut, lengkap dengan hills dan kaca mata hitam.

"Kau mau kemana putri?" tanya pemuda yang juga tinggal di apartemen perempuan tersebut.

"Aku ada urusan sebentar."

"Baiklah, nanti malam kita lanjutkan permainan kita!" ajak pemuda itu lagi dengan menyeringai.

"Tidak janji, sampai jumpa!" tukas perempuan tersebut lantas melambaikan tangannya keluar pintu apartemen. Ia berjalan keluar apartemen mewah miliknya lalu mengemudikan Bentley silver menemui orang yang menghubunginya tadi.

Jika kalian bertanya apa hubungan antara perempuan tersebut dengan pemuda yang tinggal satu atap dengannya maka merekapun tak mengetahuinya. Pemuda itu memang sangat memuja perempuan yang kemarin malam tidur dengannya. Namun bagaimana dengan perempuan itu, ia hanya menganggap sebagai suatu kesenangan.

Hal ini bukan masalah prostitusi tetapi sebuah reaksi akan aksi dari masa lalu. Masa lalu yang membuatnya seperti itu, masa lalunya yang membuat ia senang dengan darah dan air mata laki-laki.

**Dark Princess**

"Selamat pagi princess!" salam wanita cantik berambut pirang bertubuh proporsional pada empat remaja perempuan cantik yang tengah duduk manis di sofa menunggu kedatangannya.

"Selamat pagi queen!" jawab mereka.

"Tch langsung saja, apa misi kita kali ini Queen Tsunade?" tanya perempuan lain yang juga berambut pirang baru saja tiba namun tentu mereka berbeda usia.

"Ah kau memang selalu tidak sabar Ino. Baiklah aku akan menjelaskan pada kalian," jawab wanita yang dipanggil Tsunade, kali ini ia menghadap layar LCD sambil menggenggam laser penunjuk di tangannya.

"Ini adalah Lord Stafford cucu lansung Master Arthur Chatto dari selingkuhannya yang berada di Jepang. Pria ini adalah dalang dari perampokan pistol revolver Colt Phyton yang akan dikirim ke Hokaido,"

"..."

"Misi kita kali ini adalah membunuh Lord Stafford bersih dan tuntas seperti biasa."

"Ehm, aku yakin misi ini akan sulit. Namun aku ingin mengetahui siapa klien kita sekarang?" tanya gadis cantik lain berambut soft pink yang juga berada di situ menggenggam senjata khusus sniper kesayangannya.

"Klien kita adalah pemilik perusahaan senjata Colt, Sakura. Mereka menawarkan senjata apapun yang kita inginkan di tambah 2,5 juta $ dolar sebagai imbalannya."

"Cukup seimbang dengan resiko yang kita hadapi nanti, baiklah kami setuju." Ujar gadis berambut soft pink tersebut. Ia memang selalu tertarik jika membicarakan soal senjata.

"Bagus, penjelasan selanjutnya dapat kalian lihat di sini, aku ada urusan lain." Ujar Tsunade sambil menunjukkan monitor virtual pada keempat gadis tersebut.

Kemudian Tsunade berjalan keluar dari ruang pertemuan mewah yang ada dalam mansion mereka. Mansion bergaya era Victorian yang didominasi warna keemasan dan berbagai barang artistik mahal di dalamnya. Mansion untuk organisasi pembunuh bayaran kelas atas seperti mereka. Dark Princess and her Queens.

Dark Princess adalah sebutan untuk empat pembunuh bayaran remaja perempuan cantik yang bekerja untuk ratunya atau biasa disebut Queens. Queens juga berjumlah empat wanita dewasa yang tak kalah cantik, hebat, cerdas dan tentu saja mempesona. Berbeda dengan princess, Queens bekerja di belakang medan. Mereka memberikan misi, memonitor, melindungi dan mengawasi putri mereka. Memastikan bahwa misi dapat untuk dilakukan dengan baik. Mereka lah yang mendidik dan melatih Dark Princess hingga menjadi seperti saat ini. Menjadi pembunuh bayaran yang hebat dan handal, selain mereka sendiri yang memiliki kekuatan murni dalam dirinya. Cantik, cerdas, hebat, lincah dan sangat mempesona.

"Bukankah putra Lord Stafford cukup tampan?" tanya perempuan cantik diketahui bernama Yamanaka Ino pada teman-temannya saat melihat profil targetnya.

"Tapi cacatan kejahatannya banyak sekali Ino," imbuh gadis indigo di sampingnya.

"Itulah yang aku suka, Hinata," lanjut perempuan berambut kuning pucat yang dipanggil Ino tersebut.

"Kau memang selalu saja jatuh cinta pada penjahat!" sindir gadis berambut coklat yang diketahui bernama Tenten pada temannya, sedang gadis yang dituju hanya tersenyum simpul.

"Aah, aku ingin segera menyelesaikan misi ini lalu memilih senjata dari klien kita," ucap gadis cantik berambut soft pink bernama Sakura Haruno yang juga merupakan anggota Dark Princess.

"Aku juga, sepertinya Sweet Steyr Scoutku membutuhkan pengganti," ucap gadis berambut coklat yang dipanggil Tenten.

"Baiklah jika itu mau kalian, misi ini akan kita lakukan nanti malam bagaimana?" tanya Ino pada teman-temannya.

"Terlalu tergesa-gesa Ino, kita harus mempersiapkan semuanya sebaik mungkin," saran Tenten.

"Be-nar Ino, aku juga harus mengetahui sistem keamanan yang melindungi target kita," sambut Hinata yang sedari tadi hanya terdiam.

"Aku terserah kalian saja lah. Sampai jumpa, aku ada urusan dengan PMG UR HECATE II." Ucap Sakura lalu keluar dari ruang pertemuan tanpa persetujuan teman-temannya.

"Apa senjata baru milik Sakura itu lebih penting dari misi kita kali ini? Sepertinya senjata itu cukup menarik perhatiannya," tanya Tenten pada temannya yang tersisa.

"Sepertinya begitu, ia perlu waktu untuk mempelajari senjata khusus sniper baru buatan Perancis itu," jelas Hinata lancar.

"Apapun yang dilakukan Sakura pasti ada alasannya, kembali ke misi kita kali ini! Rapat akan dilakukan setelah makan siang nanti. Beritahukan hal ini pada Sakura juga, aku tak ingin ia tak hadir hanya karena senjata baru." Perintah Ino yang merupakan leader dari Dark Princess lantas berlalu meninggalkan dua temannya seperti Sakura barusan.

"Huh, mereka berdua selalu saja seperti itu. Terutama Ino, selalu datang terlambat dan keluar lebih awal," keluh Tenten pada Hinata.

"Itulah keunikan meraka Tenten, hihi," jawab Hinata sambil tersenyum

"Kau memang paling baik diantara kita berempat Hinata." Puji Tenten pada sahabat disebelahnya

"Terima kasih Tenten."

Dark Princess memang memiliki tugas dan keahlian masing-masing. Mereka memegang kendali atas seluruh aksi yang akan mereka lakukan dalam misi. Queens sendiri tak dapat memaksakan atau mengendalikan mereka jika telah terjun dalam medan pertempuran, Dark Princess akan melakukan semuanya sesuai naluri dan jalan pikiran mereka masing-masing. Yang jelas mereka melakukan misi sesuai rencana dan peraturan yang telah disepakati sebelumnya.

"Hinata, apa yang harus kita lakukan? Ini kan hari minggu. Apa kita hanya berdiam diri dalam mansion ini? Aku bosan," ujar Tenten dengan wajah jenuh karena hampir tiga jam ia hanya memainkan PSPnya di ranjang kamar tidur Hinata.

"Entahlah Tenten, aku juga bosan," jawab Hinata yang sedari tadi menghadap pada layar monitor komputernya mempelajari program keamanan baru.

"Bagaimana jika kita mengunjungi pusat perbelanjaan?" tawar Tenten

"Tidak buruk, tunggu sebentar aku akan bersiap-siap." Jawab Hinata lalu beranjak menuju lemari pakaian dalam kamar tidurnya. Begitu pula dengan Tenten, ia keluar menuju kamar pribadinya sendiri untuk bersiap.

"Aku tunggu kau di bawah Hinata." Teriak Tenten sambil menutup pintu kamar Hinata.

Tak lama kemudian Hinata menderap langkah menuju mobil Tenten di depan gerbang mansion menunggunya. Ia segera masuk ke dalamnya dan menuju pusat perbelanjaan seperti rencana mereka pada awalnya.

"Kau membawa revolver dalam tasmu Tenten?" tanya Hinata saat mengetahui revolver royal blue kesayangan Tenten berada dalam tas jinjingnya.

"Tak ada salahnya berjaga-jaga kan Hinata?" balas Tenten balik bertanya.

"Ah iya juga," jawab Hinata pelan. Ternyata dari semua teman-temannya anggota Dark Princess ia sendiri yang kurang waspada. Terbukti semua temannya selalu membawa senjata kesayangan mereka kemanapun mereka pergi. Sedangkan Hinata, ia sendiri belum mempunyai senjata kesayangan dan malah khawatir jika senjata yang ia bawa terbaca oleh metal ditector pusat perbelanjaan.

"Em, Tenten apa kau tidak takut jika revolver milikmu itu terdeteksi oleh metal ditector?" tanya Hinata ragu-ragu.

"Haha, kau ini bagaimana Hinata? apa kau tak pernah menanyakan hal ini pada Sakura? Ia lebih mengetahui cara untuk menyembunyikan senjata yang kita bawa. Sebaiknya kau segera menentukan senjata kesayangan milikmu sendiri, ceritakan hal ini pula pada Sakura." Saran Tenten pada temannya yang tampak kurang puas akan jawabannya.

"Baik-lah Tenten, terima kasih." Tukas Hinata.

Kedua remaja perempuan tersebut keluar dari mini cooper kuning milik Tenten lalu berjalan memasuki pusat perbelanjaan. Dan ucapan Tenten terbukti, senjata api yang ia bawa tak terdeteksi metal ditector pusat perbelanjaan. Hinata memang tak suka mencampuri urusan para sahabatnya walaupun mereka telah berteman baik sejak usia dua belas tahun, hal itulah yang menyebabkan ia kurang informasi.

"Hinata bagaimana jika makan sushi terlebih dahulu." Ajak Tenten pada sahabat yang berjalan di sebelahnya.

"Hh? Baiklah." Hinata mengangguk

Mereka segera memesan pada pelayan restaurant sushi dalam pusat perbelanjaan tersebut. Seorang pemuda berambut kuning spike yang juga pelanggan di restaurant sushi, sedang memperhatikan Hinata dengan seksama yang sedang duduk bersama Tenten di pojok dekat kaca pusat perbelanjaan yang membatasi dengan dunia luar. Merasa diperhatikan Hinata menoleh kearah pemuda itu, mengetahui akan tertangkap basah pemuda itu segera mengalihkan pandangannya. Alhasil muncul suasana tidak nyaman antara keduanya.

"Ada apa Hinata?" tanya Tenten mengetahui gelagat sahabat di hadapannya.

"Itu, pemuda arah jam sembilan terlihat mencurigakan," jawab Hinata malu-malu.

"Hihi, itu bukan mencurigakan tapi ia sedang memperhatikanmu Hinata-chan," goda Tenten.

"Ah tidak." Wajah Hinata memerah sempurna, sangat lucu bagi Tenten.

"Awas Hinata!" teriak Tenten menendang kursi Hinata hingga gadis indigo itu terjungkir ke belakang bersama kursi yang ia duduki.

PYAARRR

"Kyaaaaaaa!"

Kaca yang semula seperti dinding yang membatasi pusat perbelanjaan dengan dunia luar pecah berantakan. Membuat pengunjung yang sedang menikmati makan siangnya lari berhamburan menyelamatkan diri. Hanya suara panik, teriakan ketakutan, dan suara beberapa orang yang mencoba menenangkan keadaan. Hinata yang selamat dari pecahan kaca segera bangkit kemudian melumpuhkan sistem pengawasan atau biasa dikenal dengan CCTV yang ada di sekitar lokasi tersebut dengan cepat.

Sedang Tenten mengawasi Hinata dengan memasang wajah tampang histeris dan seolah butuh pertolongan, ia dan Hinata telah mengetahui siapa pelaku kerusuhan ini. Tampak seorang laki-laki berwajah eropa tua tertembak tepat di bagian jantungnya. Darah segar mengucur dari bagian yang terdapat lubang hingga menyentuh jantungnya, membuat organ itu berhenti bekerja seketika. Saat tim medis dari pihak kepolisian tiba kemudian mengambil peluru yang bersarang di jantung lelaki tua yang telah meregang nyawa tersebut untuk bahan penyidikan, Tenten segera menukarnya dengan peluru biasa tanpa disadari siapapun. Tenten memang lihai dalam hal menghapus jejak kejahatan kelompoknya.

"Kau memang sharpshooter sekaligus sniper yang sangan handal Sakura," puji perempuan bermata sapphire pada sahabatnya yang telah menyelesaikan misi membawa PMG UR HECATE II dalam genggamannya.

"So, mission is?" tanya gadis bermata emerald tersebut pada perempuan di belakangnya.

"Completed!" jawab perempuan itu singkat. Lantas mereka menuruni tangga dari lantai teratas gedung yang bersebelahan dengan pusat perbelanjaan yang baru saja terjadi kasus penembakan misterius.

**Dark Princess**

–Telah terjadi penembakan misterius kembali di restaurant sushi pusat perbelanjaan Easy Tokyo pada pukul 12.03 waktu setempat. Hingga kini pelakunya belum diketahui bahkan pihak kepolisian sangat kesuliatan untuk mengungkap kasus ini. Korbannya adalah Lord Stafford cucu langsung Master Arthur Chatto yang merupakan pengusaha kaya raya di Je–

"Kenapa kau matikan televisinya?" protes gadis emerald pada temannya yang baru tiba kemudian menekan tombol off pada televisi yang sedang ia tonton.

"Sekarang apa lagi Sakura? Kau melakukan misi tanpa kami, hah?" tanya gadis yang baru saja tiba pada sahabatnya dengan nada tinggi.

"Tenanglah dulu Tenten, siapa bilang misi itu kita lakukan tanpa kalian? Kalian berdua ikut andil bukan? Justru kami mengetahui jika kalian satu lokasi dengan target kita makanya kita selesaikan misi itu segera," jelas Sakura pada Tenten.

"Lagi pula hal yang tidak direncanakan dengan matang sebelumnya belum tentu gagal bukan?" bela gadis sapphire di sebelah Sakura.

"Tapi aksi kalian tadi hampir saja melukai Hinata," sanggah Tenten lagi.

"Hinata-chan tidak apa-apa kan? aku dan Sakura telah merencanakan hal ini sebelumnya Tenten. Ini adalah kesempatan langka dimana target kita berpergian tanpa ada perlindungan yang seketat biasanya," ujar Ino pada temannya.

"Aku baik-baik saja kok, tapi aku mohon lain kali hal ini jangan terulang lagi. Cukup beresiko," jawab Hinata bijak.

"Maafkan kami Tenten, Hinata. Ehm bisa tolong menyalakan televisi kembali?" ucap Sakura dengan senyum sok manis pada kedua sahabatnya.

"Ash, kalian memang sulit ditebak!" ejek Tenten kemudian berjalan menuju kamar pribadinya meninggalkan ketiga sahabatnya yang menonton televisi di mansion mereka.

"Nanti malam akan ku buatkan waffle sebagai permintaan maaf Tenten-chan," teriak Ino pada Tenten yang hanya dibalas dengan acungan jempol.

"Sa-kura, apa kau mau membantuku untuk memilih senjata kesayangan?" tanya Hinata pada Sakura yang sedang menikmati berita di televisi.

"Apa? Baikalah nanti aku akan membantumu untuk memilih senjata kesayangan dan memesannya pada Colt industries senbagai imbalan misi kita Hinata-chan," jawab Sakura.

Hinata cukup pandai menggunakan senjata api tapi tak sehebat teman-temannya yang lain apa lagi Sakura. Dari awal Hinata memang kurang tertarik dengan senjata tidak seperti Sakura yang keranjingan, ia lebih memilih untuk mempelajari sistem keamanan dan cara melumpuhkannya beserta sistem komputerisasi lain seperti hacking untuk memudahkan misi.

"Terima kasih Sakura-chan,"

"Kau terlalu banyak mengucapkan terimakasih Hinata. Mintalah senjata jenis revolver atau XM500 seperti milik Sakura, sepertinya itu cocok denganmu." Saran Ino.

"Bukankah itu senjata khusus sniper? Hanya Sakura yang mampu menggunakannya," tukas Hinata ragu.

"Aku bisa mengajarkanmu Hinata, lagi pula senjata itu cukup ringan dan ergonomis kau tak perlu khawatir," jawab Sakura ramah

"Eit, jangan bilang terimakasih lagi." Lanjut Sakura

"Iya, hihi." Hinata senang memiliki keluarga lain seperti mereka. Walaupun cara yang mereka tempuh tak dapat dikatakan benar, namun ia sangat menikmati hari-harinya sebagai seorang pembunuh.

**Dark Princess**

"Neji, Naruto bukankah kalian berada di tempat kejadian saat penembakan itu berlangsung?" tanya pria dewasa pada dua pemuda di hadapannya.

"Benar jii-san, tapi kami tak melihat apapun yang dapat dijadikan sebagai bukti. Hanya suara kaca pecah dan teriakan pengunjung, tak lebih. Bahkan kami tak mendengar suara tembakan," jawab pemuda berambut kuning spike.

"Bagaimana ini bisa terjadi? penembakan dan pelumpuhan sistem pengawasan pusat perbelanjaan terjadi pada jam sama. Kasus ini pasti dilakukan oleh pembunuh profesional," ucap pria dewasa itu lagi dengan nada frustasi.

"Sepertinya kasus ini ada hubungannya dengan kasus penembakan yang terjadi di bandara kemarin minggu dan kasus lain yang semakin marak akhir-akhir ini. Terlihat dari luka khas peluru selalu tepat pada jantung korban. Bahkan selalu pada bagian bilik kiri. Benar-benar sharpshooter handal. Selain itu baik peluru dan selongsongnya tak pernah ditemukan. Sharpshooter itu pasti menggunakan peluru yang ia buat sendiri. Karena baik saya dan agen lain tak pernah menemukan luka seperti yang diterima Lord Stafford,"

"Kalian memang cerdas, tak salah kami menjadikan kalian sebagai agen kepolisian khusus untuk Negara ini," puji pria dewasa lain yang juga hadir dalam rapat darurat tersebut.

"Bagaimana denganmu Sasuke?" tanya pria dewasa tersebut lagi.

"Menurut saya pelakunya adalah wanita," jawab pemuda yang dipanggil Sasuke.

"Wanita? Apa maksudmu?" sebagian orang yang hadir di rapat tersebut tidak menyangka atas jawaban Sasuke.

"Terlihat dari cara mereka beraksi. Sungguh sempurna namun cenderung menggunakan perasaan," jelas Sasuke.

"Hmm, ucapanmu tadi akan menjadi pertimbangan bagi kami. Baikalah rapat darurat kali ini saya akhiri dan terima kasih atas kehadiran kalian. Untuk Shikamaru, Sasuke, Neji dan Naruto ada hal yang ingin saya bicarakan,"

"Apa jii-san?" tanya salah satu diantara mereka saat anggota lain telah meninggalkan ruang rapat.

"Begini, kami pihak kepolisian telah membicarakan kepindahan kalian dari Amerika serikat untuk tinggal kembali di Negara ini hingga kasus ini selesai,"

"Apa? Bagaimana dengan urusan kami di sana?"

"Kami sudah menyelesaikan semuanya, mulai besok kalian akan tinggal disini. Dan apapun yang kalian butuhkan menjadi tanggungan Negara,"

"Bukankah terlalu mendadak jii-san?"

"Saya yakin tidak untuk agen kepolisian muda dan hebat seperti kalian. Mulai besok kalian akan melakukan kegiatan seperti layaknya remaja berumur tujuh belas tahun di sini. Kami telah mempersiapkan apartemen dan sekolah baru untuk kalian. Tapi ingat jangan lupakan tugas utama, dan lakukanlah sebaik mungkin. Ini kunci apartemen kalian," jelas pria dewasa itu sambil menyerahkan kunci apartemen yang dimaksud.

"Baiklah kalau begitu, kami menerima demi Negara ini," ucap pemuda rambut coklat panjang yang tadi di panggil Neji.

"Terima kasih, saya yakin kalian lah yang akan menyelesaikan kasus ini." Ucap pria dewasa tersebut kemudian melangkah keluar meninggalkan empat pemuda tadi membicarakan kepindahan mereka.

"Tch, apa maksudmu menerima tawaran itu?" tanya pemuda berambut hitam yang bentuknya mirip dengan daun buah nanas.

"Tak ada salahnya kita kembali pada Negara kita sendiri bukan?" jawab Neji balik mengajukan pertanyaan.

"Benar, lagi pula aku rindu dengan ramen," pemuda yang dipanggil Naruto ikut menambahi.

"Terserah kalian saja lah, aku lelah." Tukas pemuda berambut raven meninggalkan teman-temannya yang masih sibuk berdebat.

"Sasuke selalu seperti itu." Keluh Naruto pada temannya yang lain walau tak ada yang menimpalinya, sungguh malang.

Lantas tiga pemuda yang masih tersisa segera menuju apartemen menyusul Sasuke yang telah terlebih dahulu keluar ruangan rapat. Ketiga pemuda tampan tersebut mengemudikan sport car masing-masing dari markas kepolisian dan intelejen Negara ke apartemen mewah yang berada di pusat Kota Tokyo. Mereka selama ini memang tidak tinggal di Negara kelahirannya, namun di Negara adidaya dunia untuk bekerja dan mengenyam pendidikan di Negara tersebut, selain itu keluarga mereka telah lama tinggal di sana. Yah empat pemuda tampan tersebut memang bekerja pada agen kepolisian khusus di Negara adidaya itu, mereka telah banyak membantu memecahkan kasus kelas kakap dengan aksi yang berani dan tentu saja dengan pemikiran mereka yang jauh dari remaja pada umumnya.

"Sasuke sudah tepar rupanya," ucap pemuda yang di panggil Neji saat memasuki apartemen melihat sahabatnya tengah terlelap dengan posisi duduk di sofa dan televisi yang masih menyala.

"Sepertinya ia ketiduran, Sasuke memang paling sibuk hari ini." Tambah pemuda lain kemudian mengistirahatkan tubuhnya sendiri di samping Sasuke.

"Shikamaru, Neji apa kalian tidak lapar? Aku akan membuat ramen instan," tanya Naruto pada kedua temannya.

"Tidak Naruto kau makan sendiri saja." Tolak Shikamaru

"Baiklah." Naruto mulai memasak ramen instant yang ia temukan di lemari makanan apartemen barunya tersebut.

Tak banyak yang mereka lakukan setelah ini karena mereka telah sangat lelah dan memutuskan untuk istirahat, karena esok hari pasti akan menjadi hari yang melelahkan kembali. Di apartemen mewah tersebut terdapat empat kamar tidur lengkap dengan kamar mandi didalamnya. Selain itu apartemen tersebut dilengkapi dengan ruangan komputerisaasi dan tempat penyimpanan senjata, tentu saja untuk memudahkan mereka menyelesaikan kasus.

**Dark Princess**

"Wafflenya sudah siap !" teriak gadis berambut kuning pucat bermata sapphire pada teman-temannya yang sedang menonton televisi di ruang keluarga mansion Dark Princess.

"Terima kasih Ino, pasti lezat!" ucap gadis berambut indigo bermata lavender menyanjung temannya. Sedang dua gadis lain yang juga berada disitu hanya memasang tampang pasrah.

"Kok hanya dilihat, ayo dong Tenten ini kan permintaan maaf dariku!" ucap Ino yang menyajikan waffle tersebut pada temannya.

"Iya Tenten, cepat rasakan kue lezat itu!" ucap gadis berambut soft pink bermata emerald.

"Kau juga Sakura!" perintah Ino kali ini pada gadis soft pink tersebut.

"Ah iya, terima kasih Ino," wajah Sakura dan Tenten tampak tak rela memasukkan kue tersebut dalam rongga mereka.

"Astaga aku lupa cocktailnya!" ucap Ino menepuk jidatnya sendiri kemudian berlalu menuju dapur kembali.

Mari kita lihat apa yang dilakukan ketiga gadis yang terpaksa melahap kue buatan Ino. Sakura menggigit sediki ujung waffle tersebut, ternyata teksturnya sangat keras melibihi peluru kaliber kaliber 5,56 mm miliknya.

"Huuaa, waffle apa ini?" tukas Sakura kemudian melemparkan waffle yag ada digenggamannya pada tempat sampah.

"Wah, kamu parah Sakura. Kasihan Ino sudah membuatkan ini untuk kita," ujar Tenten yang duduk di hadapan Sakura bersama Hinata kemudian mulai memasukkan waffle tersebut pada mulutnya.

"Ini lebih pantas dikatakan sebagai bantalan peluru daripada sebuah waffle," tukas Tenten setelah merasakan waffle yang dibilang lezat tersebut.

PUUUKK

Tenten melemparkan waffle tersebut pada Sakura di hadapannya, tidak terima Sakura pun membalas perlakuan Tenten. Dan keadaan ketiga gadis yang berada di ruang keluarga mansion Dark Princess seperti perang lempar waffle, kecuali Hinata yang hanya duduk manis memandangi kedua temannya. Ia hanya meletakkan waffle dalam genggamannya, merasa kasihan pada mulutnya sendiri jika harus melahap waffle tersebut namun ia juga merasa kasihan pada Ino.

"Hentikan, apa yang kalian lakukan!" bentak wanita dewasa yang baru tiba menyaksikan perang tersebut.

"Eh? Queen Kurenai?" ucap salah satu diantara mereka dengan gugup kemudian perang tersebut berakhir mendadak.

"Kenapa perang lempar waffle tidak mengajakku?" lantas wanita dewasa bernama Kurenai melempar waffle pada putri mereka. Perang waffle memasuki ronde kedua rupanya.

"Kyaaaa waffle lezatku!" teriak Ino histeris melihat wafflenya menjadi senjata perang.

"Maaf Ino, wafflemu lebih mirip bantalan peluru," ucap Tenten nyengir kuda.

"Kaliber 5,56 mm," imbuh Sakura

"Tega, teman macam apa kalian hah?" teriak Ino, namun ia tidak merasa kesal toh wafflenya memang tak layak santap.

"Sudah-sudah, jadi berantakan ruangan ini. Jika kau memang ingin pandai memasak kami bisa mendaftarkanmu di kelas memasak, Ino," ucap Tsunade yang datang bersama Kurenai tadi.

"Saya memang tak berbakat memasak Queens," ujar Ino dengan tampang sok sedih.

"Bakatmu hanya satu Ino-chan, merayu laki-laki!"

"Sialan kau Sakura!" ucap Ino kesal, disusul gelak tawa dari empat remaja perempuan minus Ino sendiri tentunya dan empat Queen yang ada disitu. Perkataan Sakura memang benar, Ino memang ahli merayu dan memancing keadaan karena selain parasnya yang cantik tubuhnya pun sangat proporsional dibandingkan sahabatnya yang lain.

"Ehem, baiklah. Kami kemari ingin membicarakan misi yang telah kalian selesaikan tadi siang," tukas Tsunade membut suasana kembali tenang.

"Kami tahu misi completed, tapi kami tak dapat membenarkan cara kalian Sakura dan Ino. Saya tahu maksud kalian melakukan penyerangan mendadak karena memanfaatkan keadaan, tapi lain kali beritahu kami terutama anggota Dark Princess sendiri. Tanpa terkecuali," lanjut Tsunade

"Maaf Queen," ucap Sakura dan Ino serempak

"Jika kalian melakukan hal ini lagi, kami tak segan menyita sementara cute XM500 milikmu Sakura dan memotong uang jajanmu Ino!" ancam Anko, Queen yang lain.

"Apaa?" mereka berdua teriak dramatis

"Jangan Queens, kami janji tak akan mengulanginya." Ucap mereka takut.

"Princess, imbalan untuk misi kalian bisa kalian ambil di ruang penyimpanan senjata sekarang!" ucap Kurenai setelah menerima telepon dari dari orang kepercayaannya. Mereka segera menuju ruang penyimpanan untuk melihat senjata yang telah mereka pesan sebelumnya pada Colt Industries. Ino memesan MSD Dragunov yang dilengkapi dengan filter infra merah, Tenten memesan Steyr Scout baru namun kali ini dilengkapi dengan sistem bolt action, rotating bolt, pisir logam, synthetic stock, pembidik logam dan teleskop, Hinata memesan Colt Python Nikel Bright sebagai senjata kesayangannya dan Sakura memesan M4A1 Carbine selain itu mereka juga memesan bebagai senjata api standart dan bahan peledak dari perusahaa senjata tersebut.

"Baiklah, sebaiknya kalian segera tidur. Sudah larut malam lagi pula besok kalian sekolah." Nasehat Queen Konan termuda diantara yang lain pada dark princess yang baru saja keluar dari ruang penyimpanan senjata.

"Iya Queens." Lantas mereka berempat berjalan menuju kamar tidur masing-masing, menuruti perintah Queens yang seperti ibu dan kakak bagi mereka semua.

**Dark Princess**

Keesokan harinya saat jam dinding menunjukkan sekitar pukul 06.00 waktu setempat, Dua sport car mewah telah terparkir di halaman International Tokyo High School. Dark blue Porsche Carrera dan Red Ferrari milik dua diantara empat remaja tampan yang akan memulai hari sebagai murid baru di sekolah paling bonafit tersebut.

Di tempat lain tepatnya di halaman depan mansion Dark Princess...

"Queens kami berangkat dulu ya, sampai jumpa!" teriak empat gadis tersebut melambaikan tangan dengan menggunakan seragam sailor rapi dari Bentley silver milik Ino, dibalas dengan nasehat untuk berhati-hati. Lantas mereka melesat menuju International Tokyo High School, tempat mereka bersekolah.

"Hei, ini mobil siapa ini yang merebut tempat parkir istimewa milikku?" ucap Ino kesal saat melihat dark blue Porsche Carrera menetap di lahan parkir yang biasa ia gunakan.

"Sudahlah Ino, kita kan bisa parkir di tempat lain," ujar Tenten pada sahabatnya yang merengut.

"Sipapun itu harus tahu akibatnya," balas Ino setelah meletakkan mobil kesayangannya disebelah mobil menyebalkan itu. Saat semua temannya telah turun dari mobil, Ino mengambil pisau lipat dari dalam tas sekolahnya lantas merobek empat ban mobil tersebut sekaligus.

"Rasakan!" ujar Ino menyudahi aksinya.

"Ino-chan, kan kasihan pemilik mobil itu." Ucap Hinata menyusul Ino yang berjalan terlebih dahulu meninggalkan temannya yang lain menuju ruang kelas.

"Biar saja Hinata-chan." Ucap Ino culas.

Kali Sakura mencoba menenagkan sahabatnya, mood Ino memang mudah terganggu bahkan untuk hal kecil sekalipun.

BRUUUK

Sakura menabrak tubuh murid laki-laki saat ia akan menyusul Ino menaiki tangga menuju ruang kelasnya yang ada di lantai dua. Sakura hanya melihat sekilas sosok yang ditabraknya, tanpa mengucapkan maaf lantas berlalu begitu saja.

"Gadis aneh." Ucap murid laki-laki tersebut

"Apa kau bilang!" Sakura kembali menghampiri laki-laki tersebut namun para sahabatnya menahan sikapnya, hampir saja terjadi kerisuhan di situ jika Sakura sampai membuat perhitungan dengan laki-laki yang mengatainya tadi.

"Mobil sialan!" umpat Ino saat duduk di kursinya di ruang kelas.

"Laki-laki sialan!" gerutu Sakura saat memposisikan dirinya untuk duduk di bangku sebelah Ino belakang Tenten dan Hinata dalam ruang kelas.

"Sudahlah Sakura, Ino dari tadi kalian hanya menggerutu, nanti kecantikan kalian hilang kalau terus marah-marah seperti ini," bujuk Hinata.

"Benar Sakura, Ino sudahlah jangan dipikirkan," Tenten angkat bicara dengan menoleh kebelakang pada Sakura dan Ino.

"Eh, ta-pi aku tak pernah melihat laki-laki yang ditabrak Sakura tadi." Sambung Hinata yang menoleh ke belakang pula.

"Benar juga ya, sepertinya dia murid baru." Ucap Tenten.

"Murid baru sialan." Sakura menggerutu kembali.

"Baiklah sebaiknya kita ubah topik pembicaraan saja!" saran Tenten

Meski bel masuk telah lama berbunyi sepertinya guru yang mengajar di ruang kelas itu datang terlambat kembali. Alhasil ruang kelas keempat gadis tersebut menimbulkan suara gaduh diantara kelas lainnya. Seorang pria bermasker memasuki ruang kelas bersama empat pemuda tampan di belakangnya. Serentak suara gaduh di kelas tersebut lenyap begitu saja. Semua siswi yang berada di situ tertegun dengan ketampanan empat pemuda di belakang guru mereka minus Sakura dan Ino karena mereka sedang asyik menggerutu dan komat-kamit tidak jelas.

"Selamat pagi semua!" salam guru bermasker tersebut.

"Selamat pagi sensei!" jawab semua murid serempak.

"Hari ini kita kedatangan empat siswa baru dari Amerika Serikat, baiklah silahkan perkenalkan diri kalian,"

"Nama saya Nara Shikamaru."

"Saya Uchiha Sasuke."

"Saya Namikaze Naruto."

"Dan saya Hyuuga Neji, mohon bantuannya. Terima kasih."

"Haruno, Yamanaka! saya lihat dari tadi kalian mengobrol dan tidak memperhatikan. Saya minta Haruno tidak duduk satu bangku dengan Yamanaka lagi. Haruno pindah ke bangku belakangmu!" perintah sensei tersebut dengan lantang.

"Ta-pi sensei..." ucap Sakura terpotong

"Saya tak menerima alasan apapun. Kalian berempat silahkan duduk di bangku yang kosong di kelas ini." Lanjut sensei tersebut.

Kemudian Naruto dan Neji memilih duduk satu bangku di pojok paling belakang di ruang kelas itu, sedangkan Sasuke dari awal telah menetukan bahwa ia duduk di sebelah Sakura yang baru saja pindah di belakang Ino. Dan sisanya Ino mau tak mau bersebelahan dengan Shikamaru.

"Sial, sial, sial" baik Sakura maupun Ino terus merutuki nasibnya selama pelajaran berlangsung. Meski duduk bersebelahan Sakura dan Sasuke maupun Ino dan Shikamaru tak sama sekali berbicara. Mereka sama-sama menutup mulut dan tak peduli dengan manusia di sampingnya.

Selama pelajaran berlangsung Sakura hanya memainkan jarinya, terkadang juga memukul-mukul pahanya sendiri. Tak ada yang dapat ia lakukan lagi, memainkan ponsel? Tentu tidak ia bisa mendapat hukuman lagi. Memulai pembicaraan dengan makhluk di sampingnya? Pilihan yang sangat buruk, laki-laki sialan.

Berbeda dengan Sasuke, pemuda itu malah sangat tertarik dengan gadis di sampingnya sejak pertemuan pertamanya. Perilaku Sakura yang sedari tadi berguman tidak jelas dan mengerucutkan bibir mungilnya sangat menggemaskan menurut Sasuke yang ingin melumatnya. Gadis itu gadis yang sama, gadis yang selalu ingin ia sentuh. Ia jadi ingin melihat ekspresi Sakura yang lain seperti dulu. Pemuda raven tampan tersebut diam-diam memang memperhatikan gadis di sebelahnya, manis dan menarik.

Begitu pula dengan Shikamaru, ia kira kelas barunya akan terasa memuakkan. Tapi ternyata gadis yang duduk di sebelahnya terlihat begitu menarik hingga ia rela terus membuka mata hanya untuk mengamati perempuan bermata sapphire dan berambut kuning pucat itu.

Mengetahui pandangan Sasuke hanya tertuju pada Sakura, pikiran jahil menghampiri Naruto. Pemuda yang juga bermata sapphire itu melemparkan bulpoint parker kearah Sasuke. Namun bulpoint tersebut sepertinya malah mengarah ke Sakura. Dengan cekatan anggota Dark Princess itu menangkapnya, kemudian melemparnya kembali kearah Naruto tepat pada bagian jantungnya. Naruto ternganga dibuatnya, coba saja benda itu pisau lipat atau benda tajam lain pasti hal buruk akan menimpanya.

"Kau tak apa kan Naruto?" tanya Neji yang juga mengetahui kejadian tersebut.

"Hh, aku tidak apa-apa kok." Jawab Naruto sambil mengatur kembali napasnya.

"Gadis yang cukup hebat." Ucap Neji.

Tak lama bel istirahat berbunyi, semua murid tak terkecuali Dark Princess menghambur keluar kelas menciptakan suasana gaduh kembali. Ino dan anggota Dark Princess yang lain menderap langkah menuju kantin sekolah, mereka segera memesan makanan untuk makan siang.

"Laki-laki sialan," ucap Sakura menyudahi makan siangnya.

"Kumpulan laki-laki sialan tepatnya," tambah Ino.

"Ash aku ingin menembak kepala mereka satu per satu." Ujar Sakura culas dengan kilatan pada emeraldnya.

"Jangan Sakura, tidak semua dari mereka laki-laki sialan bukan?" sanggah Hinata.

"Aku tahu Hinata kau tertarik dengan pemuda rambut kuning spike itu kan? pemuda yang memperhatikanmu di pusat perbelanjaan kemarin?" goda Tenten berhasil membuat wajah Hinata memerah kembali.

"Benarkah? Cie Hinata-chan jatuh cinta ya rupanya?" sambung Ino.

"Sssstt, jangan keras-keras. Tidak kok." Sangkal Hinata. Obrolan mereka berlanjut hingga jam istirahat berakhir, terkadang mereka mengeluarkan ekspreri cemberut, tertawa lepas atau sekedar tersenyum manis mendengarkan ucapan sahabat mereka yang lain. Membuat sekelompok pemuda yang mengamatinya ikut tersenyum tertarik.

"Mereka semua sangat cantik ternyata," ucap pemuda yang diketahui bernama Shikamaru.

"Sejak kapan kau tertarik dengan kecantikan gadis? Lagi pula menurutku mereka cukup berbahaya," ujar Neji disebelahnya

"Berbahaya? Apa maksudmu?" tanya Shikamaru.

"Masa kau tidak mengetahui bahwa gadis yang berambut pink itu melempar bulpoint tepat mengenai jantung Naruto, untung saja hanya bulpoint."

"Benarkah? Mungkin hanya kebetulan lagi pula itu kan salahnya sendiri suka menjahili orang lain," jawab Shikamaru kembali.

"Tak mungkin hanya kebetulan, gadis itu pasti memiliki kemampuan khusus," elak Naruto

"Kau terlalu berlebihan Naruto," ejek Shikamaru

"Permisi, boleh aku duduk di sini karena kantinnya sudah penuh," sapa murid laki-laki berbadan tambun sambil membawa mangkuk yakiniku yang bukan satu kelompok dengan mereka.

"Silahkan!" ucap Neji

"Kudengar kalian tadi sedang membicarakan kelompok gadis yang duduk di sana?" ucap pemuda asing tersebut sambil menunjuk Dark Princess.

"Iya memangnya kenapa?" tanya Naruto.

"Begini aku tahu kalau kalian murid baru, aku hanya ingin menjelaskan bagaimana kelompok gadis itu," lanjut pemuda asing tersebut

"Baiklah jika tak merepotkanmu." Ucap Naruto lagi.

"Mereka adalah kelompok gadis yang paling populer di sekolah ini. Bukan hanya karena kecantikannya namun prestasi dan kecerdasan mereka yang diatas rata-rata. Mereka sering memenangkan berbagai jenis perlombaan. Seperti pahanan, bela diri, tekhik jaringan, robotik, tarian, musik dan lomba akademis lain tentunya. Oleh karena itu sebagian besar siswa di sini menginginkan mereka, namun tak satu pun yang bertahan lama bahkan mendapatkannya, benar-benar istimewa,"

"Sepertinya kau tahu banyak? Apa kau juga memuja mereka?" tanya Shikamaru.

"Tentu saja, sejak awal aku menginginkan Yamanaka Ino tapi ia di kenal sering mempermainkan laki-laki tak seperti yang lain." Ucapan murid asing tersebut semakin membuat Shikamaru menginginkan Ino, membuat pemuda itu tertantang akan pesonanya. Kemudian bel istirahat berakhir berbunyi, memaksa seluruh siswa untuk kembali ke kelas masing-masing.

Seperti jam pelajaran sebelumnya ternyata perang dingin antara Ino dan Shikamaru maupun Sakura dan Sasuke masih belum berakhir. Nampaknya Sakura masih sangat kesal dengan pemuda yang mengatainya tadi pagi.

"Damn!" umpat Sasuke emosi melihat semua ban mobilnya kemps saat pulang sekolah.

"Sudahlah Sasuke, anggap saja sebagai penyambutan kita di sekolah ini," ucap Shikamaru.

"Masih ada mobilku Sasuke, tinggalkan saja mobilmu disini dan hubungi Asuma jii-san." Kemudian Sasuke menuruti saran Naruto, tak perlu khawatir mobilnya pasti akan kembali ke apartemennya segera.

Dark Princess berjalan menuju Bentley silver milik Ino yang letaknya di samping Porsche Carrera yang semua bannya kempes akibat sikap Ino tadi pagi.

'Oh jadi mobil sialan itu milik laki-laki sialan. Bagus lah kalau begitu' pekik Ino dalam hati saat mendapati Sasuke dan teman-temannya yang lain berdiri di dekat mobil sialan itu dengan tampang bingung dan kesal.

"Siapa yang berani melakukan hal ini, sialan!" umpat Sasuke lagi saat Sakura tepat berada di sampingnya hampir membuka pintu mobil milik sahabatnya.

BRUUK

"Akh, laki-laki sialan apa yang kau lakukan hah?" bentak Sakura saat Sasuke mendekap tubuhnya"

"Aku tahu kau yang melakukannya," jawab Sasuke

"Apa maksudmu?"

"Aku hanya ingin akan membuat perhitungan dengan gadis yang telah menggodaku." Bisik Sasuke di telinga Sakura kemudian mengecupnya, membuat gadis yang menerima perlakuan seperti ini kelu dan terbelalak tak menyangka. Begitu pula dengan sahabat mereka yang berkumpul di situ.

Sasuke masuk ke mobil Red Ferrari milik Naruto meninggalkan Sakura dan teman-temannya yang masih diam tak menyangka. Lantas mobil super sport tersebut melaju keluar kompleks sekolah.

"Sakura kau tak apa?" tanya Ino menepuk pundak Sakura.

"Maafkan aku, gara-gara sikapku tadi pagi kau jadi terkena imbasnya. Tenang saja aku pasti membuat perhitungan pada laki-laki sialan itu," lanjut Ino.

"Hiks..." Sakura menangis, perlakuan Sasuke barusan membuat ia mengingat masa lalunya.

"Hinata kemudikan mobilku, aku akan duduk di belakang bersama Sakura!" perintah Ino pada sahabatnya yang lain.

"Baiklah." Mobil tersebut segera menuju mansion mereka.

Sakura berlari menuju kamar pribadinya saat mobil Ino telah sampai di garasi mansion. Tak lama kemudan ia keluar dengan membawa cute XM500 lengkap dengan bipod dan rel picantiny sepertinya ia akan menumpahkan segala kekesalannya hari ini.

**Dark Princess**

Hal itu adalah siluet kematian bagiku...

Meski aku telah terlahir dengan kehidupan baru...

Hal itu tetap menggangguku dan kau telah mengingatkannya...

Membuatku nyaris binasa untuk ke sekian kalinya...

To be continue

Sekilas info : XM500, PMG UR HECATE II, Steyr Scout, MSd Dragunov dan M4A1 carabine adalah nama atau seri senjata khusus sniper yang memang digunakan militer, pemberontak atau Taliban bahkan sipil di dunia ini. Dan termasuk senjata khusus sniper yang paling canggih dan mematikan.

Colt Python : Pistol revolver yang diproduksi oleh Perusahaan Colt di Amerika atau lengkapnya Colt's Manufacturing Company (CMC) yang didirikan pada tahun 1847.

Bila ada yang kurang berkenan dan kurang jelas silahkan protes ke saya, terima kasih J