Title : Love Confused!

Pair : Main! KyuMin, Slight! SiMin.

Cast : Kyuhyun, Sungmin, Siwon, and Others. (akan bertambah seiring berjalannya cerita... )

Rate : T

Genre : Shounen-ai, Romance, Hurt (May be!)

Warning : Boys Love, OOC, Abal, Gaje, Typos Gk nyambung, Ngebosanin. De eL eL. Don't Like Don't Read.

Summary : Cinta itu terkadang membingungkan. Sungmin mencintai Siwon, tapi Sungmin sendiri tidak mengetahui ada Kyuhyun yang diam-diam memperhatikannya. Sampai akhirnya Sungmin sadar bahwa intensitas Kyuhyun di sisinya begitu berarti. Lalu bagaimana dengan Kyuhyun? (Failed Summary -.-")

Disclaimer : KyuMin saling memiliki, dan FF ini sepenuhnya milik saya. Don't Copas, Key~!

A/N : Halohaa~ Akhirnya saya kembali! Kya~~ apa kalian merindukan saya? Simpan saja jawaban kalian. Yuk kita langsung capcus! Maaf ya telat banget ini! Maafkan saya pokoknya (-/,\-) Bacotnya lanjut di bawah aja, OkHae! ;)

.

.

.

enJOY~

.

.

.

Chap. 15

.

Saat ketika Ibu menangkap teriakan yang berasal dari lantai dua, maka dengan terburu wanita paruh baya itu segera berlari menuju kamar putranya.

Dan apa yang ia temukan setelah itu? Ibu—seolah bisa merasakan jantungnya terlepas, mencelos dari rongga dadanya.

Lee Sungmin tidak sadarkan diri dengan sebuah surat yang terdekap di dadanya. Keadaannya sungguh tidak bisa dikatakan baik. Wajahnya pucat, dan juga suhu tubuhnya yang tiba-tiba berubah panas.

Ketakutan segera menelusup ke relung hati sosok tua tersebut. Sungmin tak kunjung membuka mata saat Ibu terus berteriak menyebut nama sang putra. Otaknya langsung bekerja dengan cepat, menyimpulkan keadaan putranya yang tiba-tiba berubah menjadi begitu memprihatinkan. Dan ia tahu, bahwa surat yang berada di dekapan Sungmin lah penyebabnya.

Ibu bisa melihat bagaimana cara anak lelakinya yang bertubuh mungil itu memeluk, dan mendekap surat tersebut. Tampak begitu posesif, seolah benar-benar merasa takut kehilangan. Dengan hati-hati Ibu mencoba meraih kertas tersebut, menyimpannya terlebih dahulu dan mungkin akan ia baca nanti. Keadaan Sungmin saat ini lebih penting.

Dan sang Nyonya besar itu semakin panik, saat tak melihat satu orangpun pesuruhnya yang datang. Ibu berteriak memanggil kepala maid keluarganya, dan Seo ahjumma segera saja memperlihatkan diri. Sebelumnya ia memang sempat menangkap raut kepanikan dari wajah sang majikan ketika berlari menuju kamar tuan mudanya, maka dengan itu akhirnya ia memutuskan untuk mengikuti. Bukannya ia tak berniat untuk segera membantu, hanya saja Seohyun sadar akan statusnya sebagai maid. Bertahun-tahun mengabdi sebagai maid di keluarga Lee, membuat dirinya mengerti bagaimana keluarga tersebut mengajarkan etika yang baik kepadanya.

Saat Seohyun sudah berada di kamar Sungmin, sang Ibu segera meminta pada kepala maid tersebut untuk segera memanggil dokter pribadi keluarganya.

Kini dokter tengah memeriksa keadaan sang tuan muda. Akhirnya Ibu bisa sedikit bernapas lega ketika dokter mengatakan kondisi sang putra baik-baik saja. Baik—tidak dalam artian sesungguhnya, karena setelah dokter menyuntikan cairan injeksi penurun panas, Sungmin masih belum membuka matanya.

Dokter mengatakan Sungmin hanya kelelahan dan mungkin terlalu banyak berpikir. Lelaki tua yang terlihat gagah dengan jas putih yang tersampir dikedua bahunya itu tentu tidak bisa menebak hal apa yang mendera pikiran anak kerabatnya, tapi yang jelas dokter itu tahu bahwa Sungmin tengah mengalami stress berat.

Ibu nyaris menangis saat kembali teringat tentang surat itu. Sebenarnya apa isi dari surat itu, sampai-sampai Sungmin harus pingsan hingga tak sadarkan diri hingga sekarang?

Ia termenung sejenak. Mungkin firasat yang beberapa belakangan ini sering membelenggu jiwanya akan terjawab lewat surat itu. Kyuhyun maupun Sungmin, sekesal atau semarah apapun mereka ketika bertengkar, Ibu sama sekali tidak pernah membayangkan akan berakhir dengan perpisahan. Dahulu ketika kedua orang itu masih kecil, ia kerap kali mendengar perbincangan Sungmin yang meminta Kyuhyun untuk selalu berada di sisinya. Begitu juga dengan Kyuhyun, lelaki pucat itu sering menjanjikan bahwa dirinya akan selalu ada untuk sang putra. Tapi kali ini, hatinya seolah teriris melihat kenyataan yang tersaji.

Ibu sangat tahu bagaimana keadaan jiwa putra pertamanya yang tertekan akibat kehilangan sosok adik yang paling ia sayang. Kepergian Kyuhyun mungkin akan kembali membangkitkan trauma masa lalu Sungmin, dan besar kemungkinan akan berakibat semakin fatal.

Ibu tersadar dari lamunannya ketika dokter pribadi mereka meminta izin untuk segera pamit. Sebelumnya dokter paruh baya itu telah memberi beberapa vitamin dan juga beberapa butir obat untuk segera diminum oleh Sungmin saat ia sadar nanti. Obat itu berguna untuk membantu memulihkan kondisi tubuh Sungmin. Dokter itu juga sempat berpesan kepada Ibu agar tidak terlalu khawatir dengan keadaan putranya. Sang ahli medis itu meyakinkan Ibu dengan mengatakan, saat setelah injeksi yang disuntikan ke tubuh Sungmin mulai beraksi maka untuk beberapa menit kemudian Sungmin pasti akan sadar.

Untuk itu akhirnya ibu benar-benar bisa bernapas lega.

.

.

.

Ibu memandang sendu ke arah tubuh putranya yang terbaring lemas. Suhu tubuh Sungmin sudah menurun, tapi sang putra belum juga membuka matanya. Ia mendesah lelah, menunduk demi menyembunyikan kesedihan yang tergurat di wajah tuanya. Seo ahjumma masih berada di kamar sang tuan muda. Ia menatap prihatin pada sang majikan, ingin beranjak namun entah mengapa ia merasa enggan.

"Seohyun..." suara Ibu memecahkan keheningan diantara senyapnya kamar yang beradu dengan deru napas sang putra.

Maid tua itu menunduk sebelum membuka suara, "Ya, Nyonya." Sahutnya.

"Kau bisa kembali pada pekerjaanmu. Tidak usah menyiapkan makan malam." Sejenak Ibu memberi jeda pada ucapannya. Dengan pandangan yang masih tertuju kepada Sungmin, Ibu kembali membuka suara, "Saya ingin di sini menemani Sungmin, mungkin sampai ia sadar. Tolong siapkan saja bubur untuk Sungmin nanti." Kata Ibu sambil mengelus sayang rambut hitam anaknya.

"Baik. Kalau begitu saya permisi, Nyonya." Ujar Seohyun.

Ibu tidak menjawab, ia hanya melempar senyum ramah ketika pandangannya bertemu dengan sang kepala maid tersebut.

Kamar bernuansa girly itu kembali hening. Ibu mengecupi pipi putih anaknya dengan sayang, kemudian sesekali ia tampak berbisik memanggil nama Sungmin, berharap dengan begitu namja manis itu akan segera membuka matanya.

Senyum miris tergambar di sudut bibir tipis tersebut, saat sosok wanita yang telah melahirkan dua orang putra itu menyentuh bagian sisi wajah anak sulungnya. Sungmin tampak mengurus, pipi gembulnya terasa mengecil di bawah telapak tangan Ibu.

Hati Ibu teriris, tapi ia berusaha untuk tidak menangis. Entah mengapa ia merasa takut untuk membaca surat yang diberikan Kyuhyun kepada Sungmin.

Menguatkan hati, maka secara perlahan Ibu membawa tangannya keluar dari saku mantelnya—bersamaan dengan surat yang tergenggam di balik jemarinya. Biar bagaimanapun ia harus mengetahui isi tulisan itu. Ibu beranggapan mungkin dengan begitu, ia bisa mengetahui permasalahan yang menimpah kedua putranya, atau lebih tepatnya anak dan calon menantunya. Mungkin saja ia bisa membantu. Yeah... mungkin!

Dan kini selembar kertas itu telah terbuka, Ibu bersiap untuk mulai membacanya.

.

~~Love Confused~~

.

"Ya, Tuhan..." bibir tipis dari sosok lembut nan perhatian itu bergetar ketika menggumamkan nama Yang Maha Kuasa.

Ibu tidak pernah menyangka, atau bahkan tidak sekali pun terbayangkan olehnya atas fakta yang baru saja ia ketahui. Semuanya sungguh sangat mengejutkan. Bibirnya terbungkam, tak sanggup berbicara. Ia menutup mulutnya demi menahan agar isakan itu tidak keluar. Yeah, mungkin ia berhasil. Namun ternyata ia tak sadar, bahwa kini dirinya tengah menangis.

Kyuhyun dan Sungmin ternyata saling mencinta, tapi apa yang terjadi rupanya begitu menyulitkan mereka berdua. Pikiran Ibu sungguh berkecamuk dengan masalah yang ia hadapi kini. Kyuhyun—Ibu tidak pernah menyangka pada lelaki berkulit pucat itu bahwa ia akan tega melakukan perbuatan keji tersebut kepada Sungmin. Namun ternyata Ibu lebih tidak menyangka bahwa putranya lebih memilih merahasiakan hal itu. Pada dasarnya hal tersebut memang sangat memalukan, tapi...

"Hiks... Minnie... kau—" Walau terdengar tertahan, namun pada akhirnya isakan kecil itu kini berhasil lolos dari bibir sang Ibu. Hatinya terasa perih. "—kau melakukan itu semua... karena kau mencintai Kyuhyun, Nak. Hiks... hiks..." dadanya terasa begitu sesak. Ibu terlihat kesulitan menggapai udara.

Apa yang harus ia lakukan sekarang? Pemuda itu telah pergi meninggalkan anak lelakinya dengan bekas luka yang begitu besar. Disetiap malamnya, pemuda bertubuh mungil itu selalu berusaha meyakinkan diri bahwa kejadian menyedihkan yang menimpa dirinya itu bukanlah kesalahan Kyuhyun. Semua itu ia lakukan demi Kyuhyun. Sungmin selalu berusaha melupakan kejadian itu, karena ia begitu mencintai Kyuhyun—lelaki yang sepuluh tahun belakangan ini selalu hidup bersamanya. Tapi kini... disaat perjuangannya hampir berhasil, dan ia mulai bersiap merentangkan kedua tangannya, lelaki itu malah pergi meninggalkannya.

Ibu tidak akan bisa membayangkan seperti apa kehidupan Sungmin setelah ini. Ditinggalkan oleh orang tercinta dalam keadaan yang 'tidak biasa' pastilah akan membuat putranya terluka. Walau—tentu Ibu sangat yakin—bahwa Sungmin bukanlah seorang wanita, namun ikatan batin diantara keduanya sangat tidak bisa dianggap remeh.

Ibu bahkan berani bertaruh bahwa Sungmin pasti lebih rela kehilangan harga dirinya dibandingkan kehilangan Kyuhyun.

Ibu tidak tahu, dan ia bingung harus melakukan tindakan apalagi setelah ini. Pikirannya buntu saat tak menemukan jalan terbaik dari semua masalah ini. Dan yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah menangis. Ia tersedu-sedu sambil memeluk tubuh mungil putranya. Jemari mungil anaknya terus ia kecup, dan sesekali meremasnya pelan—seolah tengah memberi kekuatan.

Ibu masih saja menangis. Air matanya membasahi jari-jari Sungmin, dan tanpa ia sadari remasan tangannya terbalas saat Sungmin balik menggenggamnya erat.

"Kyu—Kyuhyunie..."

Sayup-sayup telinga Ibu seperti menangkap suara lembut itu. Dan kemudian, saat itulah ia tersadar bahwa kaitan tangannya terasa semakin erat. Ibu terlonjak, maka dengan terburu ia memindahkan sebelah tangannya pada sisi wajah sang putra. "Mi-Minnie... bangun, Nak!" Serunya, terdengar begitu semangat.

"Kyuhyunie... Kyunie ja-jangan tinggalkan aku..." rupanya Sungmin tidak sepenuhnya sadar. Ia merancau dengan kedua mata yang masih terpejam.

Isakan Ibu semakin kencang, "Hiks... hiks... Minnie-ya ireona, Chagia!"

"Kyu... Kyunie—hiks~! Gajima..."

"Minnie...ireona! Ayo buka matamu, Nak. Hiks... Eomma mohon~" Ibu mendesak dengan sedikit mengguncang bahu sang putra.

"Kyuhyunie... sarang—"

Kepanikan semakin melanda sang Ibu saat sosok kecil itu tak kunjung membuka matanya. Keringat dingin membasahi wajah pucat sang putra. Bibir mungilnya terus bergumam memanggil nama pemuda tersebut.

"MINNIE!" dan Ibu memutuskan berteriak untuk menyadarkan putranya.

Hingga akhirnya bola mata cantik itu terbuka.

Ibu segera membawa tubuh kecil itu kedalam pelukannya. "Ya, Tuhan... Minnie-ya... hiks~ akhirnya kau sadar, Nak." Gumamnya, menangis haru.

Sungmin yang belum tersadar sepenuhnya, mencoba memejamkan matanya berusaha mengingat semua yang telah terjadi. Kepalanya begitu terasa pusing. Sungmin tidak tahu sudah seberapa lama ia tertidur, dan sepertinya sudah lama sekali karena ia menemukan langit sudah dalam keadaan gelap.

Sambil membalas pelukan Ibu, pemuda mungil itu mencoba bertanya, "Aku dimana?" katanya.

"Di kamarmu, sayang. Kau pingsan, Nak." Jawab Ibu. Sungmin terdiam. Ia berusaha mencerna ucapan Ibu.

Pingsan? Kenapa ia bisa pingsan? Apa yang sebenarnya telah terjadi?

Sungmin merasakan kepalanya bertambah pusing. Ia meremas rambutnya, menggali ingatan beberapa waktu lalu sebelum ia terbaring di atas kasur. "Kyuhyun?" Tiba-tiba bibirnya bergumam. Tubuh Ibu menegang. Ia bisa merasakan ketakutan itu segera menjalar disepanjang tubuhnya. Bagaimana ini, apa yang harus ia katakan kepada Sungmin?

"Kyunie..." Sungmin bergumam kembali. Samar-samar ia menemukan ingatannya. Tubuhnya bergerak gelisah dalam pelukan Ibu. "Kyunie.. hiks! Kyunie... Dia—dia dimana, Eomma?" Demi bisa melihat sorot mata sang Ibu, Sungmin sedikit mendorong bahu dari sosok yang terus mendekap erat tubuhnya. Ia ingin memastikan lewat pancaran mata itu, tapi Ibu terus menahan tubuhnya untuk tidak bergerak.

Sesungguhnya wajah Ibu sudah basah akan air mata. Ia tak akan sanggup menanti kelanjutan yang terjadi setelah ini.

"Eomma, Kyunie... dia—ada di sini 'kan? Kyunie tidak akan meninggalkan Minnie 'kan? Eomma-ya, kenapa tidak berbicara?" Sungmin terus mendorong bahu itu, namun ia tidak menyangka Ibu mempunyai kekuatan yang lebih besar darinya. Apa karena belakangan ini ia jarang makan, sehingga tubuhnya jadi lemas seperti ini?

"Eomma!" sekali lagi Sungmin memanggil, dan kali ini suaranya terdengar meninggi.

Ibu masih terbungkam, dan kemudian ia terisak. "Hiks... hiks... Minnie—"

Tangisan Ibu semakin memperburuk keadaan. Sungmin tidak ingin membenarkan apa yang ia pikirkan sebelumnya. Dalam hati ia berharap bahwa yang terjadi sebelumnya hanyalah mimpi belaka. Kemudian, pada saat ketika ia membuka mata, maka Kyuhyun akan datang memeluknya dan mengatakan cinta padanya. Tapi rupaya Sungmin terlalu berangan. Isak pilu Ibunya sudah bisa menjelaskan, dan Sungmin tahu bahwa itu semua bukan mimpi.

Sungmin seolah bisa merasakan jantungnya berhenti berdetak. Wajahnya pias.

"Mi-Minnie..."

"Hiks... Eomma, katakan semua ini bohong." Raut wajahnya berubah datar tanpa ekspresi.

"Ti-tidak. Kyunie... di-dia—dia sudah pergi—" bagaikan seorang penggidap gangguan bicara, Ibu tak sanggup melanjutkan ucapannya. Lidahnya terasa keluh.

"Eomma, Kyunie... aku sangat mencintainya. Hiks~! Kenapa dia pergi meninggalkan Minnie~" Sungmin terisak pilu. Air matanya jatuh membasahi bahu Ibunya. Kedua bahu itu bergetar, tampak begitu rapuh.

"Andwae... hiks~! Uljima, Minnie-ya. Jangan menangis, sayang..."

"Hiks... Eomma, kenapa Kyunie tega meninggalkan Minnie. Dia sudah berjanji untuk selalu bersama Minnie, Eomma. Hiks... dia—Minnie sudah memaafkannya... Minnie sangat mencintai Kyunie, Eomma..." seolah tidak bisa menerima kenyataan, pemuda manis itu terus terisak sambil menjambak kuat rambutnya.

Ia tidak akan bisa menerima semua ini. Pemuda itu pergi setelah meninggalkan luka membekas yang tak akan muda hilang dalam waktu singkat.

"Minnie... tenang, sayang. Jangan seperti ini! Hiks... hiks... jangan menyakiti dirimu sendiri." Ibu yang merasa sudah tidak sanggup, terus memaksakan diri untuk tetap terlihat kuat di depan putranya. Jika saja ia terlihat lemah, lalu bagaimana dengan sang putra? Sungmin tidak akan mampu. Tidak! Ibu tidak akan membiarkan putranya tersiksa.

"Minnie... Minnie sangat mencintai Kyunie... hiks..."

"Iya, sayang... uljima~! Kalau Minnie mencintai Kyunie, Eomma mohon berhentilah menangis." Ibu masih berusaha, dan sungguh tidak disangka akhirnya isakan Sungmin mereda. Namja manis itu menatap sedih Ibunya.

Pandangan mereka bertemu. Kedua pasang mata yang sama-sama terlihat cantik itu tampak basah dan membengkak. Ibu terdiam memandang Sungmin yang menatap ke arahnya. Entahlah... Ibu seolah merasa kesulitan mengartikan tatapan itu. Sepasang mata kelinci itu terlihat hampa, tidak ada lagi binar kebahagian seperti dulu lagi. Begitu kelam seperti sepuluh tahun yang lalu—atau mungkin lebih.

"Eomma... Mianhae..." tiba-tiba Sungmin berujar. Bibirnya terlihat bergetar.

Ketika sepasang foxy cantik itu menemukan luka begitu dalam di mata sang Ibu, rasanya Sungmin berkeinginan besar untuk terus menutup matanya, sehingga ia tidak perlu lagi melihat kesedihan di mata itu. Bukan maksudnya untuk mengecewakan sang Ibu, akan tetapi dengan apa yang telah terjadi saat ini membuat Sungmin merasa hidupnya sudah tidak lagi berguna. Semuanya harus berakhir.

"Maaf..." tubuhnya menghambur bersamaan dengan bisikan lirih yang terdengar pasrah di telinga Ibu. Sungmin memeluk Ibunya dengan erat, seolah merasa takut kehilangan sosok sang Ibu. Ibu membalas pelukan putranya. Untuk beberapa menit, keduanya—Ibu dan anak itu—tampak begitu larut dalam dekapan saling menguatkan tersebut. Tidak ada yang berbicara hingga perlahan pegangan Sungmin di pinggang Ibu terasa melonggar.

Saat ketika Ibu memberi jarak untuk melihat putranya, Sungmin kembali tak sadarkan diri.

.

~~Love Confused~~

.

Apa yang terjadi setelahnya sungguh tidak bisa ditebak.

Ibu bisa merasakan dunianya seolah hancur saat sang dokter membeberkan fakta bahwa keadaan sang putra dinyatakan koma.

"Hiks..." sosok itu kembali terisak.

Sepertinya menangis sudah menjadi prioritas utama bagi dirinya. Selama ini Ibu selalu berusaha memberi yang terbaik untuk keluarganya. Namun rupanya takdir terlalu mempermainkan dirinya. Ditinggalkan sang putra bungsu untuk selama-lamanya sudah cukup membuat hidupnya dihantui rasa bersalah yang begitu besar. Dan sekarang putra pertamanya berniat melakukan hal sama pada dirinya.

Apa lagi yang bisa ia lakukan sekarang?

Tidak. Ibu tidak akan membiarkan keterpurukan membelenggu jiwanya. Satu fakta yang hampir terlupa adalah, Tuhan akan mengubah takdir umatNya, jika manusia itu sendiri mau mengubahnya. Sungmin—putranya, akan baik-baik saja. Ibu meyakinkan diri bahwa Sungmin akan segera sembuh dan kembali memberikan senyuman sehangat matahari untuknya.

Sungmin hanya butuh istirahat untuk sementara waktu, mungkin otaknya terlalu lelah berpikir—yeah, itu menurut Ibu. Hanya dengan berpikir positif untuk orang yang ia sayang, maka semua pasti akan baik-baik saja. Sang suami yang sesaat lalu baru ia kabari, juga berhasil membantunya untuk menenangkan diri. Meski Ibu tidak melihat, tapi ia bisa merasakan kepanikan yang tergambar dari suara berat suaminya. Itulah fungsinya keluarga, saling menguatkan satu sama lain. Besok pagi mungkin Ayah akan tiba di Korea secepatnya. Biar bagaimanapun Ibu membutuhkan topangan.

Meskipun berhasil tersenyum, namun sorot mata sang Ibu masih saja terlihat sedih. Dalam tidurnya—Sungmin sungguh terlihat tenang, sama sekali tidak terganggu dengan deru napas sang Ibu yang terdengar parau dan berat. Kalau saja suara pendeteksi jantung itu tidak terdengar, mungkin orang akan mengira...

Tidak! Ibu memejamkan mata, berusaha mengontrol emosional yang tiba-tiba saja merasuki dirinya. Ia harus percaya pada anaknya.

.

~~Love Confused~~

.

Dua minggu lebih sudah berlalu, namun rupanya Sungmin masih betah dalam 'tidur nyamannya'. Hal itu lantas membuat beberapa pihak yang mengenal pemuda manis tersebut tak luput dilanda kesedihan. Tentu, Ibu sudah memberitahukan berita duka tersebut kepada kerabat, dan beberapa teman dekat putranya.

Beberapa hari yang lalu para guru dan teman-teman di Sekolah, datang menjenguk Sungmin. Mereka begitu terkejut bahkan tidak menyangka dengan keadaan pemuda manis itu yang entah kenapa tiba-tiba dalam keadaan koma.

Pemandangan ganjil begitu terasa saat beberapa dari mereka yang datang, mulai menyadari keberadaan seseorang yang seharusnya berada di sana, namun ternyata tidak terlihat dimanapun.

Salah satu orang tersebut adalah Siwon. Mantan kekasih Sungmin itu menduga bahwa penyebabnya adalah Kyuhyun. Tapi kenapa? Ia sungguh tidak tahu alasan pemuda itu pergi dari Sungmin. Dan lagi, bukankah Sungmin mencintai Kyuhyun? Kepalanya serasa mau pecah. Siwon tidak mampu menyimpulkan apapun. Ingin bertanya, namun ketika melihat raut kesedihan pada kedua orang tua mantan kekasihnya, membuatnya urung membuka suara. Segala pertanyaan yang memenuhi isi kepalanya harus ia telan bulat-bulat.

Namun ternyata—lain halnya dengan salah satu guru bermarga Kim. Yeah... Heechul, alih-alih melempar pandangan lurus ke arah tubuh kecil yang terbaring tak berdaya itu, ternyata ia melakukan hal yang sama dengan Siwon, berpikir. Cukup pintar, karena sepertinya ia menemukan jawabannya, meski hanya hasil kesimpulan sementara dari otaknya. Tapi entah kenapa ia yakin kedua muridnya yang saling mencinta itu tengah dilanda masalah yang begitu besar.

Dalam masalah ini, secara tidak langsung Ibu harus ikut menanggung beban batin yang dirasakan putranya. Ayah bertanya tentang keadaan putranya yang tiba-tiba koma, dan Ibu dengan susah payah akhirnya berhasil menceritakan permasalahannya—tentu saja tidak pada inti permasalahan yang sebenarnya. Ibu berpikir mungkin hal itu memang harus disembunyikan dari sang suami.

Begitu mendengar cerita Ibu, Ayah sungguh sangat terkejut. Ternyata selama ini...

Well... seharusnya Ayah bahagia, bahwa ternyata Kyuhyun dan Sungmin saling mencinta. Tapi rupanya tak selamanya harapan akan menjadi kenyataan, karena yang sering terjadi malah sebaliknya.

Kalau saja sang istri tercinta tidak buru-buru mencegahnya, mungkin saat ini Ayah sudah berhasil membawa pemuda itu kehadapan putranya. Ayah hampir marah karena ibu mengatakan itu tidak perlu. Bagaimana mungkin istrinya berkata seperti itu, kalau ternyata sang putra membutuhkan kehadiran sosok pemuda pucat itu?! Ayah mendesah lelah saat Ibu dengan keras kepala menolak usahanya. Bahkan Ayah sempat berpikir, apa istrinya itu tidak mencintai anaknya? Namun rupanya ia terpaksa dibuat mengerti arti dari tatapan sang pujaan hatinya. Istrinya itu menangis. Demi Tuhan, itu bukanlah pertanda baik untuknya.

Sungguh, Ibu tidak mempunyai maksud untuk menyembunyikan apa pun dari suaminya. Tapi ia harus melakukan ini juga demi Sungmin—yeah, mungkin. Ibu berpikir mungkin Kyuhyun sama halnya dengan Sungmin, sama-sama membutuhkan waktu.

Tapi kesabaran itu memang ada batasnya. Waktu terus berjalan. Ayah begitu sedih ketika melihat sang putra masih saja betah pada tidurnya. Sedangkan teman-temannya yang lain sudah mulai sibuk mendaftarkan diri di bangku perkuliahan. Menunggu Kyuhyun datang tanpa melakukan apa-apa rasanya itu sangat mustahil. Lelaki pucat itu tidak akan datang kalau saja ia tidak tahu bagaimana keadaan Sungmin.

"Yeobo, aku sudah tidak bisa menunggu. Aku akan segera menjemput bocah itu untuk kembali ke sini." Ayah berujar lirih disela-sela jemarinya yang bergerak mengelus lembut lengan sang putra.

Ibu terdiam memandang Ayah. Ruang besar dengan dinding bercat putih itu begitu senyap. Yang terdengar hanyalah alat pendeteksi jantung yang menandakan sang putra ada diantara mereka.

"Berdiam diri tidak akan bisa menyelesaikan masalah." Kembali Ayah membuka suara. Ia memandang sang istri, memohon pengertian lewat sorot matanya. Ibu menunduk, yang dikatakan Ayah memang benar adanya. Jika ia terus bersikap seperti ini, maka sangat kemungkinan Sungmin tidak akan mau bangun.

"Baiklah..." kata Ibu terdengar menyerah. Sesaat ia tampak menarik napas sebelum kembali berucap, "Tapi biarkan aku yang menelepon keluarga Cho." Lanjutnya.

Ayah mengangguk. Ia tidak terlalu mempermasalahkan itu. Yang paling penting untuknya Sungmin harus segera bangun. Ia sangat yakin bahwa hanya Kyuhyun yang bisa membantunya. Kedua pemuda itu terikat satu sama lain, saling membutuhkan seperti untaian benang merah yang menyatukan kedua kelingking mereka.

.

~~Love Confused~~

.

Ibu tidak mengerti, entah ini kebetulan, atau memang sudah takdir. Saat ketika sambungan teleponnya terangkat, Ibu langsung menangkap isakan seorang wanita yang tentu sangat ia kenal. Itu Ahra, kakak perempuan Kyuhyun. Tanpa bicara, kedua wanita itu seolah saling mengerti dengan keadaan, tiba-tiba saja terisak bersama. Padahal Nyonya Lee sudah berusaha mati-matian untuk menahan diri agar tidak menangis. Akan tetapi, rasa sesak itu selalu menggagalkannya.

Ibu tidak menyangka bahwa Ahra mengetahui permasalahan ini lebih dulu. Bahkan selama ini Ibu tidak tahu seberapa besar Ahra terus berharap dan berdoa agar keluarga dari Sungmin segera menghubungi keluarganya. Sebagai anak pertama di keluarganya, Ahra dituntut untuk bisa bersikap dewasa, dan ia harus mampu menghadapi kesulitan apapun guna melindungi orang-orang yang ia sayang. Ahra benar-benar menyayangi adiknya hingga ia begitu mengerti tentang keadaan Kyuhyun dibandingkan kedua orang tuanya sendiri. Kyuhyun bagaikan mayat hidup saat melewati hari-hari pertama tanpa Sungmin. Dan tentu saja itu adalah pemandangan yang tidak bisa ia lupakan hingga saat ini.

Adik lelakinya itu hebat. Jalan pikiran lelaki pucat itu memang terkadang sulit untuk ditebak. Kyuhyun bisa berakting begitu bagus ketika berada di depan kedua Orang Tuannya. Ia selalu tersenyum saat berada di meja makan, dan senyumannya itu selalu berhasil membuat Ahra kehilangan nafus makan. Ia lebih baik melihat senyum jahil yang tersungging dibibir tebal sang adik, dari pada ia harus melihat senyum terluka yang penuh paksaan.

Hingga akhirnya penantiannya terbayar.

Calon Ibu mertua adiknya itu mengatakan bahwa Sungmin sangat mencintai Kyuhyun. Ahra tentu bahagia, bahkan ia bisa merasakan seolah tubuhnya ikut terbang ketika membayangkan begitu bahagianya Kyuhyun mendengar berita tersebut. Namun secepat itu pula kebahagiannya harus lenyap seiring terhempasnya ia ke dasar yang paling menyakitkan saat Ibu mengatakan Sungmin dalam keadaan koma.

Cobaan apa lagi ini? Disaat ia nyaris berhasil meyakinkan sang adik untuk tetap kuat, tapi sekarang ia malah dikejutkan dengan kabar buruk tentang Sungmin. Ahra tentu tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi dengan Kyuhyun ketika ia menceritakan hal ini padanya.

Kyuhyun baru saja menata kembali hidupnya. Itu juga berkat usaha keras Ahra dengan mengiming-imingi sang adik dengan sebuah kalimat yang sesungguhnya terdengar konyol. Yeah... Kyuhyun sedang berjuang sekarang. Ia harus menjadi seorang yang sukses untuk membahagiakan Sungmin kelak. Itu semua ia lakukan untuk Sungmin. Seolah hidupnya hanya didedikasikan untuk pemuda manis tersebut.

Bagaimana ini? Biar bagaimana pun Ahra harus memberitahukan kepada Kyuhyun tentang kabar buruk ini. lelaki manis itu tengah menunggu adiknya untuk membangunkan dirinya dari tidur nyamannya. Namun dilain sisi, Ahra sudah bertekad untuk membantu Kyuhyun menjadi orang yang sukses. Bocah pucat itu tengah berjuang, belajar dengan sangat keras agar bisa menjadi seorang yang bisa dibanggakan oleh Sungmin—nantinya.

Ahra merasa ditemukan dengan masalah yang tak berujung. Apa yang harus ia lakukan sekarang? membiarkan Sungmin menunggu Kyuhyun, atau membiarkan harapan Kyuhyun hancur.

Tidak! Ahra menggeleng tidak setuju atas pikirannya itu. Ia tidak tidak akan membiarkan keduanya tersiksa. Ia harus berpikir. Masa bodoh dengan kesuksesan adiknya itu, bocah pucat menyebalkan itu dari dulu memang selalu merepotkan hidupnya.

"Bibik, aku akan melakukan sesuatu. Bersabarlah... Sungmin pasti akan segera bangun."

Hanya Itulah kalimat yang mampu Ahra katakan untuk meyakinkan sosok wanita di seberang sana. Walau sebenarnya Ia sendiri sedikit tak yakin, tapi Ahra berusaha menarik sudut bibirnya ketika mendengar gumaman terimakasih yang diselingi isak tangis bahagia dari sosok wanita yang dianggap Ibu oleh adiknya.

.

~~Love Confused~~

.

Ahra berpikir, apakah tindakan yang ia lakukan ini sudah benar?! Lama menimbang, hingga akhirnya ia merasa yakin. Well, biar bagaimanapun ia harus yakin. Terlebih jika ia kembali mengingat bagaimana Kyuhyun berkata dengan wajah datar namun tatapannya yang begitu tajam sehingga membuat Ahra selalu merasa terancam.

"Cho Ahra-sshi, jika kau gagal... maka nyawamu adalah taruhannya. Atau... kalau kau takut, kau bisa menemukan mayatku saat kau tiba di LA nanti!"

Wanita dengan tubuh yang tak terlalu tinggi itu tampak menghela napas. Yeah, nyawanya memang sedang dipertaruhkan saat ini. Ia baru saja tiba di Korea, atau tepatnya saat ini ia sudah berada di halaman rumah sakit tempat dimana Sungmin dirawat. Ahra kembali menghela napas. Kyuhyun tidak bersamaanya saat ini, maka dari itu ia merasa sedikit tidak yakin. Akan tetapi semua ini sudah menjadi keputusannya. Kyuhyun sudah melakukan tugasnya, hanya tinggal menunggu sedikit lagi maka adiknya itu akan mendapatkan kebahagiannya.

Hari ini adalah hari terakhir Kyuhyun melaksanakan ujian tes untuk masuk ke Universitas yang paling terkenal di LA. Bukankah sangat membanggakan jika adiknya menjadi salah satu mahasiswa di sana? Tak menyangka bahwa ternyata banyak juga warga berkebangsaan Asia yang melanjutkan kuliahnya di sana. Ahra merekomendasikannya karena ia sudah menjadi alumni di Universitas tersebut. Dengan alasan itulah mengapa Ahra melarang Kyuhyun ikut dengannya, lagi pula...

Wanita cantik itu tiba-tiba menyeringai. Ahra berpikir, sepertinya ia memang perlu melakukan sesuatu hal untuk sedikit memberi pelajaran pada calon adik iparnya yang manis itu. Sedikit bermain dengan memanfaatkan keadaan sepertinya tidak masalah. Dan kemudian cerita cinta yang membingungkan ini akan segera berakhir. Yeah!

Wajah menderita Kyuhyun kemarin malam sudah tidak ia hiraukan. Ia nyaris luluh ketika melihat sang adik memohon padanya dengan cara berlutut di kakinya. Sesungguhnya pemandangan tersebut sangat menyesakkan bagi Ahra, bahkan ia bisa merasakan hatinya seolah tercabik-cabik. Cih! Dalam sejarah hidupnya, baru kali ini ia melihat seorang Cho Kyuhyun begitu terpuruk. Oleh karena itu, perjanjiannya dengan setan pun tidak bisa ia tolak. Nyawanya sedang dipertaruhkan, dan calon adik iparnya yang manis itu mau tidak mau harus ikut menanggung akibat.

Dengan seringai yang masih tercetak di bibir tipisnya, wanita bertubuh kecil itu kini berjalan agak terburu masuk ke dalam rumah sakit ternama tersebut. Kemudian sesaat setelah berhasil mendapatkan informasi tempat ruangan Sungmin berada, Ahra segera berjalan menuju lift. Ruangan Sungmin ada dilantai 3. Walau ia sudah menjadi warna Negara Amerika, dan juga sebagian dari umurnya dihabiskan di bagian dari Negara Adi Kuasa tersebut, namun Ahra tidak mendapatkan kesulitan saat berbicara. Yeah, jangan lupakan fakta bahwa Ahra adalah kelahiran Korea asli.

.

.

.

Ahra memandang sendu pada tubuh kecil yang terbaring lemah di atas tempat tidur perawatan. Walau sorot matanya terlihat sedih, namun tergurat senyum tipis disudut bibirnya. Pantas saja adiknya yang seperti setan itu—karena sering bertingkah usil dan jahil, dan selain itu juga bermulut pedas—bisa luluh oleh pemuda bermarga Lee tersebut.

Sungmin adalah sesosok pemuda manis yang kuat. Ahra sangat yakin dengan hal itu. Meski saat ini Sungmin bernapas menggunakan alat bantu, namun lihatlah wajah terlelapnya. Kulit wajahnya begitu lembut, dan tubuhnya juga tidak terlihat terlalu kurus. Sungmin sama sekali tidak menunjukkan seperti layaknya orang sakit pada umumnya. Ahra menduga bahwa orang yang dicintai Kyuhyun itu hanya sedang menyembunyikan luka sesungguhnya dari balik wajah tenang yang ia tunjukkan saat ' terlelap' seperti sekarang ini.

"Hiks~!"

Satu isakan segera menyadarkan Ahra. Ia menoleh dan menemukan Bibik Lee kembali menangis dengan sang suami yang berdiri di sisinya sambil mengelus bahu sang tercinta. Ahra tersentak sadar. Saat ini hampir tengah malam namun Kyuhyun belum juga menghubunginya.

Sebelum ia sampai di Korea, Ahra sudah membuat kesepakatan dengan Kyuhyun. Pemuda itu harus segera menghubunginya begitu ia selesai dengan tugasnya. Perbedaan waktu dan jarak saat ini memang menjadi faktor penghalang terbesar. Ahra sudah menentukan perkiraan jam, tapi entah kenapa tidak ada satu pun panggilan masuk dari Kyuhyun untuknya.

Apa Kyuhyun mengalami masalah pada soal ujiannya? Pikir Ahra. Tapi kemudian ia menggeleng kecil. Tidak mungkin! Kyuhyun tidak mungkin gagal. Hatinya begitu gusar. Sesekali ia melirik gadget canggih yang berada di genggaman tangannya.

Drrtt... Drtt...

Ahra terlonjak. Tiba-tiba ponselnya bergetar. Bergegas Ahra melihat sang pemanggil, dan ia nyaris menangis begitu mendapati nama sang adik yang tertera di layar ponselnya.

"Yeobose—" tanpa sempat menyapa, teriakan Kyuhyun segera memotongnya.

"NOONA!"

.

~~Love Confused~

.

"Min..." suara berat namun terdengar merdu itu mengalun lirih, memecah aura ketegangan yang menguar di udara.

"Minnie... bangun, Sayang~" Suara itu kembali terdengar. Beberapa orang yang berada di ruangan bercat dinding putih itu melihat dan menyaksikan dengan tegang. Ahra membantu dengan mengelus pucuk kepala calon adik iparya.

Orbs kelam yang hampir sama dengan Kyuhyun itu tampak begitu teliti memperhatikan pergerakan disetiap tubuh Sungmin. Namun rupanya Sungmin juga belum menunjukkan tanda bahwa ia akan segera bangun. Hal itu lantas membuat Ibu menangis dalam diam. Isakannya tidak terdengar, namun air matanya terus mengalir dengan deras.

Sang Dokter yang menangani Sungmin pun ikut menyaksikan respon dari sang pasien. Ia tahu, fenomena seperti ini kerap terjadi sebelumnya. Dokter itu percaya akan kekuatan cinta.

"Aku akan membencimu jika kau tidak segera bangun." walau suara itu terdengar sedikit parau, namun terselip nada ketegasan dibaliknya.

Ahra tersentak ketika merasakan genggaman tangannya pada jemari Sungmin mengerat. Ibu yang ternyata menyadari itu langsung membungkam mulutnya demi menahan isakannya. Di sebelah Ibu, masih ada Ayah yang dengan setia membantu tubuh sang istri untuk berdiri tegap. Yeah, Ibu tidak akan sanggup menopang tubuhnya bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada putranya.

"Ayo Minnie, buka matamu chagia~" suara menggeram dari bibir Ahra terkadang terdengar menyalip, mendahului suara sang adik.

Ahra mulai merasa bimbang. Apa usahanya ini akan berhasil? Bagaimana kalau tidak?

Helaian rambut hitamnya bergerak ketika kepala Ahra menggeleng keras. Ia harus optimis! Sang adik akan membunuhnya jika ia gagal, atau kosekuensi lainnya adalah kemungkinan Ahra akan kehilangan dua nyawa sekaligus. Oh... keduanya sungguh bukan pilihan yang baik.

"Noona, bagaimana? Apa Minnie mulai memperlihatkan tanda?" Suara Kyuhyun dibalik telepon terdengar begitu panik. Ia berusaha keras untuk menjaga suaranya agar terdengar jelas di telinga sang tercinta. Tenggorokannya terasa sakit, dan dadanya begitu sesak.

Kyuhyun tidak ingin membayangkan apapun saat ini selain Sungmin. Sungmin-nya harus bangun. Ini semua salahnya. Kyuhyun tidak akan pernah memaafkan dirinya jika terjadi sesuatu terhadap Sungmin.

"Kyunie, ayo berbicara yang banyak pada Minnie. Jemarinya sempat bergerak. Ayo katakan semua yang ingin kau katakan, Dongsaeng-ah..." Ahra berusaha menyemangati sang adik. Meski tidak melihat tapi Ahra tahu bahwa Kyuhyun tengah menahan tangis saat ini. "Jangan menangis, kau pasti bisa Kyuhyun-ah." Katanya lagi.

Orang Tua Sungmin yang mendengar percakapan Cho bersaudara itu sudah tak bisa lagi menahan laju airmatanya.

"Ne. Aku pasti bisa, Noona."

"Aku percaya padamu."

Sesaat sebelum kembali membuka suara, Kyuhyun mencoba mengatur napasnya agar suara yang keluar dari bibirnya dapat terdengar jelas oleh Sungmin. Kedua bola matanya sontak terpejam, seketika bayangan sepuluh tahun silam bersama Sungmin kini tergambar jelas dibenaknya.

Layaknya sebuah rekaman, Kyuhyun bisa mengingat semuanya. Bagaimana dulu ia berjanji untuk selalu berada di sisi Sungmin, melindungi sang hyung dari amukan anak perempuan yang iri dengan keimutan Sungmin saat ketika mereka sekolah dasar dulu. Dan kemudian saat ia dan Sungmin selalu berbagi kehangatan ketika hujan melanda Seoul pada malam hari. Bahkan... hal yang paling menyakitkan dalam hidupnya sekalipun yaitu, saat ia kembali teringat bagaimana Sungmin bersikeras menghentikan aksi dari perbuatan kejinya. Padahal waktu itu telinganya dapat mendengar dengan jelas bagaimana Sungmin menangis demi menggagalkan aksinya. Namun rupanya nafsu berhasil menguasai dirinya.

Kyuhyun ingat semuanya, dan kini wajahnya telah basah oleh air matanya sendiri. Ia tidak bisa lagi berpura-pura tegar. Semua ini salahnya, tapi dengan tega Kyuhyun malah meninggalkan Sungmin. Semuanya begitu menyakitkan, Sungmin begitu mencintai dirinya, dan pemuda manis itu seolah membujuk Kyuhyun untuk segera membangunkan dirinya. Kyuhyun benar-benar merasa bersalah, namun sesungguhnya itu bukan kemauannya. Tanpa sadar pemuda berambut ikal tersebut terisak begitu keras. Ia mengigit kuat bibirnya, dan menggenggam ponselnya begitu keras.

Telapak tangannya memutih, dan Kyuhyun nyaris saja menghancurkan ponselnya kalau saja suara sang kakak tidak berhasil menyadarkannya.

"Kyuhyunie... apa kau baik-baik saja?" panggil Ahra saat didengarnya Kyuhyun seperti mengerang tertahan. Namun rupanya Kyuhyun masih belum menyahut hingga Ahra kembali mencoba memanggil adiknya, "Kyuhyunie..."

"Noona~~ hiks..."

"Kau..." Sesaat Ahra tampak menarik napas, berusaha membuat suaranya agar terdengar tenang. Namun hatinya sungguh berbanding terbalik. Isakan dan tangis Kyuhyun diseberang sana benar-benar membuatnya hatinya hancur hingga berkeping-keping. "Dongsaeng-ah... kau harus kuat!" katanya menyemangati. " Ayo bujuklah kekasihmu ini untuk bangun. Kau pasti sangat merindukan Minnie 'kan? Ayo... terus bangunkan dia. Katakan Kyuhyun, ayo katakan!" Ahra berkata dengan sedikit mendesak.

Kyuhyun mengangguk mengerti, tapi Ahra tentu saja tidak bisa melihatnya. Menyeka kasar airmatanya, Kyuhyun pun pelan-pelan membuka kembali mulutnya. "Minnie-ya... ppalli ireona, chagia..." Suara Kyuhyun terdengar serak, tapi ia terus memaksa untuk bicara.

"Aku sangat mencintaimu, Sungmin. Bangunlah sayangku..."

TIT!

Alat pendeteksi jantung berbunyi keras.

"Kyuhyun, ayo katakan terus!"

"Sungmin, ayo buka matamu sayang. Katakan padaku bahwa kau juga mencintaiku!"

TIT! TIT! TIT! TIT!

Bunyinya semakin kencang dan keras. Dokter segera bergegas untuk memeriksa kondisi Sungmin. Stetoskop membantunya memudahkan mendengar detakan jantung Sungmin. Ia mulai memeriksanya, mulai dari paru-paru, mengukur tekanan darah, dan kemudian memeriksa denyut nadi sang pasien.

Tanpa sadar Dokter yang menjadi kerabat Tuan Lee itu sedikit menarik sudut bibirnya. Terjadi perubahan yang cukup signifikan dengan kondisi putra dari sahabatnya. Sementara Ia masih memeriksa tubuh Sungmin, lalu Dokter itu pun meminta pada Ahra untuk memaksa Kyuhyun terus berbicara agar bisa membantunya menemukan reaksi lain dari tubuh pasien.

"Sungmin-ah... aku sangat mencintaimu. Hiduplah dengan baik. Aku menunggumu di sini. Jika kau mencintaiku, maka kau harus segera bangun dan datanglah kepadaku..."

Tanggapan lain malah ditunjukan oleh Ahra. Ia terkejut, jantungnya berdebar ketika mendengar deretan kalimat yang diucapkan Kyuhyun. Ia tak menyangka bahwa adiknya akan mengatakan maksudnya secara langsung. Bahkan Sungmin-nya saja belum membuka mata sama sekali. Tangannya bergetar memegang ponsel.

"Ayo bangun Sungmin! Ayo bangun! Jika kau diam saja, maka aku akan benar-benar membencimu..."

"..."

Kalimat terakhir dari Kyuhyun mendapat respon negatif dari Sungmin. Tiba-tiba saja alat pendeteksinya berhenti, dan seketika membuat beberapa orang yang berada di sana menatap dokter dengan rasa khawatir. Dokter dengan panik memeriksa alat monitor yang menampilkan kejelasan atas kondisi pasien. Mungkin saja benda itu rusak, atau apalah! What the hell! Ia nyaris tidak percaya saat tak dirasakannya hembusan napas yang keluar dari mulut sang pasien.

Melihat kepanikan yang tergambar jelas di wajah sang Dokter, tiba-tiba saja membuat emosi Ahra memuncak. Ia menjauhkan ponsel dari telinga Sungmin dan kemudian mendekatkan ke bibirnya, tanpa aba-aba wanita berkebangsaan Amerika itu berteriak keras, "STUPID CHO! APA YANG KAU KATAKAN BARUSAN, DASAR TIDAK BERGUNA!" katanya dengan penuh emosi.

"Noon—"

"KATAKAN YANG LAIN!"

Di seberang sana—Kyuhyun yang panik sekaligus kebingungan—hanya bisa mengangguk kaku. Memangnya dia melakukan kesalahan apa?

Tak ingin membuang waktu, ia pun berusaha kembali membuka suara, "Sungmin ayo bangun, sayang. Jika kali ini kau tidak mau bangun, maka aku akan mati!" Kyuhyun berteriak frustasi.

TIT! TIT! TIT! TIIT! TIIIIIIITTT!

"KYUHYUNIE GAJIMA—!"

Jarum infuse yang tertanam di bagian pergelangan tangan Sungmin, sontak terlepas begitu tubuh mungil pemuda itu bangkit bersamaan jeritannya yang sangat mengejutkan semua orang.

Sang Dokter menatap tak percaya ke arah Sungmin. Seperti orang bodoh, ia menatap secara bergantian ke arah alat monitor dan wajah Sungmin. Alat itu sekarang sudah bekerja secara normal, menampilkan beberapa data aktifitas denyut jantung, kadar oksigen dalam darah dan juga tekanan darahnya yang benar-benar normal—layaknya seperti mendeteksi orang yang tidak sakit apapun.

Dengan bibir yang berucap pelan, kepala Dokter itu menggeleng takjub. Sungguh sulit dipercaya, katanya dalam hati.

.

~~Love Confused~~

.

Sungmin menangis sengugukan di pelukan Ahra. Ia harus bersabar karena belum bisa bertemu dengan Kyuhyun-nya.

"Uljima, Minnie chagia..." Bujuk Ahra sembari mengelus sayang punggung Sungmin.

Sebelumnya Sungmin sudah sempat berbicara pada Kyuhyun, dan Ia tidak merasa puas sedikitpun. Sungmin baru bangun, seharusnya ia bisa melihat wajah tampan itu. Tapi kenapa keinginannya harus tertahan? Dan ia harus terpaksa berpuas diri hanya dengan mendengar suara lelakinya tersebut—itu juga melalui ponsel.

Sungmin tidak tahu saja bahwa ternyata Kyuhyun merasa tidak sanggup berbicara lama dengannya. Biarlah... kali ini Kyuhyun hanya bisa pasrah dan menyerahkan semuanya pada sang kakak.

"Huwaaaaaaaaa... hiks... hiksss.. Kyunie-yaaaaaaaaa..." Sungmin meraung, dan Ahra harus rela menjadi pelampiasan keganasan kelinci ngamuk tersebut. Rambut panjangnya sedikit terlihat acak-acakan.

"Shh~ sudah... sudah! Bukankah Kyunie sudah berjanji padamu, Minnie-ya..." kedua tangan Ahra memaksa menangkup kedua sisi wajah Sungmin agar ia bisa bertatapan secara langsung. Dengan bola matanya yang basah, Sungmin berkedip memandang wajah Ahra.

Bibir plumnya bergetar. Wajah Ahra malah semakin membuatnya sedih. Ini pertama kalinya ia melihat kakak Kyuhyun, dan benar mereka sangat mirip. Tanpa sadar sebelah tangan Sungmin terangkat menyentuh wajah Ahra, wanita itu terkejut.

"Ada apa?" tanyanya.

"Noona..."

"Ne, ada yang bisa Noona bantu?"

Air mata Sungmin kembali mengalir. Meski isakannya mulai berkurang namun entah mengapa kesedihannya malah semakin bertambah. "Apakah Minnie bisa bertemu kembali dengan Kyunie?"

SRAT!

Dengan cepat Ahra kembali membawa tubuh Sungmin ke dalam dekapannya, ia tak tega. Jauh di dalam lubuk hatinya ia merasa begitu bahagia karena akhirnya bisa melihat mata indah tersebut secara langsung. Adiknya ternyata tidak berbohong bahwa Sungmin memiliki mata yang begitu indah. Tapi ia tidak menyangka kalau pada akhirnya ia hanya bisa melihat kesedihan di mata cantik tersebut.

Bagaimana ini? Ahra mulai meragu. Apa ia harus kembali ke LA bersama Sungmin? Lalu bagaimana dengan rencananya? Sungmin harus mendapatkan hukuman kecil atas kebodohannya. Yeah, pemuda manis ini harus merasakan apa yang pernah adiknya rasakan sebelumnya.

Terdengar kejam memang. Tapi Sungmin harus menunjukan usahanya bahwa ia benar-benar mencintai Kyuhyun. Diam-diam Ahra mengangguk pelan, kali ini ia harus benar-benar yakin. Rencanyanya tidak pernah gagal sebelumnya.

Sungmin terpaksa kembali terisak saat dirasanya Ahra tidak menjawab apapun. Apa ia benar-benar tidak bisa bertemu Kyuhyun nantinya? Bagaimana ini? hiks...

"Tentu saja kau bisa bertemu dengannya, sayang..." kata Ahra. Ia berusaha menyembunyikan seringainya.

Sungmin mendongak menatap ke dalam mata Ahra. "Apa kau akan mengajakku bertemu Kyunie?" tanyanya.

"Tidak."

"Hiks... hiks... Huwaaaaaa... wae? Waeyo, Noona?"

"Bu-bukan begitu—" Ahra gelagapan. Ia salah berucap.

Aduh! Maksudnya bukan seperti itu.

"Lalu kau akan membawaku 'kan?"

"Iya, tapi kau harus sehat lebih dulu—"

"Aku sudah sehat, Noona!" Suara Sungmin meninggi.

Ya Tuhan! Ahra mendesah dalam hati. Ternyata apa yang diceritakan Kyuhyun tentang Sungmin selama ini benar adanya. Pemuda manis yang memiliki wajah cantik ini benar-benar cengeng dan keras kepala. Dan... Oh! Ahra sedikit meringis merasakan sakit pada bagian bahunya. Rupanya jemari Sungmin mencengkramnya terlalu kuat.

Ahra sungguh tidak percaya bahwa Sungmin baru saja bangun dari koma. Tenaganya benar-benar besar.

"Kau tadi mendengar apa yang dikatakan Kyuhyun 'kan, Minnie? Dia tidak bisa menjemputmu, atau Noona juga tidak bisa membawamu sekarang. Kau baru saja pulih, masih butuh istirahat." Sesaat Ahra memberi jeda, ia menatap wajah Sungmin yang terdiam balik memandangnya.

Ahra meneguk ludahnya pelan. Entah mengapa raut polos Sungmin membuat tenggorokannya terasa kering. "Kau harus sehat. Berjanjilah pada Kyuhyun bahwa kau bisa menjadi seorang yang bisa ia andalkan untuk menjadi seorang istri. Kyuhyun akan segera melamarmu jika kau sudah siap." Sungmin masih terdiam hingga membuat Ahra kebingungan untuk menyusun kalimat selanjutnya.

"Minnie... a-apa kau mengerti?" Sungmin tidak menjawab. Ahra berusaha memutar otaknya untuk merayu calon adik iparnya ini. "K-Kau masih bisa berhubungan dengannya melaui telepon. Atau kau juga bisa bertukar pesan melalu email. Kau tahu? Selama sepuluh tahun belakang ini Kyuhyun selalu melakukannya kepada Noona. Kami sering bertukar infomasi melalui internet. Kau bisa bertukar foto dan berbagi cerita dengannya nanti." Cerocos Ahra.

"Jeongmal?"

"Te-tentu saja!"

"Jadi aku masih bisa melihat wajah Kyunie 'kan, Noona?"

"Ya!"

Ahra terlihat salah tingkah, tiba-tiba wajah Sungmin kembali terlihat sendu. Padahal sebelumnya, setelah Ahra merasa yakin telah berhasil—mungkin—membujuk Sungmin, namja manis itu sudah menunjukkan binar kebahagiaan melalui matanya. Tapi...

"Aku tidak tahu tentang itu. Selama ini... selama ada Kyuhyun di sisiku, aku pikir aku tidak membutuhkan apapun selain dia..." ujar Sungmin menjelaskan kesedihannya.

Ahra tersenyum geli. Jawaban Sungmin benar-benar polos. Rautnya begitu menggemaskan ketika menyampaikan maksudnya. Mungkin dia akan tinggal beberapa hari lagi di sini. Ia ingin menemani Sungmin. Ahra berniat mengajarkan sesuatu agar Sungmin bisa berpikir lebih luas. HAHAHA! Aish, rasanya Ahra ingin terbahak atas pikirannya barusan.

Sesaat percakapan mereka harus terinterupsi oleh panggilan Dokter kepada Orang Tua Sungmin. Yeah, Tuan dan Nyonya Lee sedari tadi hanya memperhatikan interaksi Sungmin dan Ahra. Keduanya sangat bahagia karena akhirnya Sungmin sudah sadar dari komanya. Mereka begitu bersyukur kepada Tuhan, terlebih setelah Dokter mengatakan kalau Sungmin sudah dibolehkan pulang lusa nanti.

Sungmin tersenyum malu-malu menatap Ahra. Ia ingin mengatakan sesuatu, namun...

"Ada apa?" Ahra bertanya dengan dahi berkerut bingung.

"Eumm... itu... boleh aku meminjam ponselmu?"

Tak ingin repot bertanya untuk apa, Ahra langsung memberikannya kepada Sungmin.

"Aku ingin mengatakan sesuatu pada Kyuhyun." Ujar Sungmin tiba-tiba. Lalu, tanpa mempedulikan wajah terkejut Ahra, Sungmin langsung mengetik beberapa kata sebelum ia mengirimkannya kepada Kyuhyun.

.

To : Cho Kyuhyun.

Aku sangat mencintaimu, Kyunie. Aku berjanji akan menjadi yang terbaik untukmu. Saranghae...

.

"Gomawoyo, Noona~" kata Sungmin sembari menyerahkan ponsel kepada Ahra. Namun sebelum Ahra meraihnya, ponsel itu sudah kembali bergetar. Sungmin melihat 1 pesan masuk dari Kyuhyun. Waw... cepat sekali dia membalas.

.

From : Cho Kyuhyun.

Aku akan menunggumu. Datanglah padaku dan buktikan itu. Humm... yeah, dan aku minta maaf tidak bisa menjemputmu sekarang. Aku... minta maaf, dan aku juga mencintaimu. Jeongmal saranghamnida...

.

Kyuhyun memeluk erat telepon genggamnya. Jantungnya berdebar-debar. Sejujurnya ia masih ingin berbicara banyak pada Sungmin-nya, memeluknya dan berjanji tidak akan meninggalkan pemuda itu lagi. Namun rupanya rasa bersalah itu masih tetap ada dan selalu membelenggu jiwanya—walau Sungmin sudah meyakinkannya bahwa ia tidak mengapa.

Well, mungkin Kyuhyun merasa trauma, atau—ah! Dia hanya memerlukan waktu untuk benar-benar siap bertemu dengan Sungmin-nya nanti. Dan kemudian, semua orang akan menunggu marga dari pemuda Lee itu akan segera bertukar menjadi Cho. Tunggu saja!

.

THE END!

.


Kyahahaha.. FF dengan ending tergaje yang pernah ada! Saya merasa geli pada bagian-bagian menuju ending. Entah kenapa terasa konyol dan lebay! Whatever! yang penting udh kelar! Muahaha xDD

Alhamdulillah Ya Allah~ akhirnya nih cerita bingung selesai juga! Huwaaaaa... #tebar kacang tojin(?) xDD

Sebelumnya saya mau minta maaf sama kalian semua yang sudah lama menunggu lanjutan nih ff, bukan bermaksud ingkar janji. Tapi saya punya alasannya, waktu itu FF udh saya ketik, tapi pas bagian-bagian ending saya kehilangan arah(?) kemudian, pas mau dekat puasa kebetulan pulsa modem saya habis. Ya udh, niatnya habis lebaran. Eh, malah ngaret lagi beberapa hari. Tadi pagi baru saya kerjakan dan tarrrraa.. jadilah ff gk jelas ini! -_-

Maafin saya ya :) masih lebarankan ya? Minal aidin walfaidzin #plak!

Makasih buat semua yang udh nunggui nih cerita, sampai sekarang saya belum bisa balas pesan kalian satu-satu, maafin ya... yang jelas koment kalian yang masuk saya baca. Dan... yang kemaren2 sempat menyinggung tentang surat Kyuhyun, saya malah dibuat ngakak karena yg kalian bahas itu adalah emotnya! Bwakakakakakakak.. Sebenarnya itu memang sengaja, supaya auranya(?) gk terlalu sedih buat saya.. dan ternyata ada juga yg sepihak(?) dengan saya Lol~

Udinglah(?) makasih buat semua pokoknya.

Oh iya, nah itu berasa ada yang aneh gk? Ngerasa gantung gk? O.o

IYa, saya merasakannya! Berencana buat sekuel sih! Itu juga kalau ada yang berminat. Tapi... tapi... saya bingung! mau dikasih apa judul sekuel-a nanti? Kemungkinan juga bakal pindah Rate! #ecieeeeee... mengasah bakat(?) lama nih~ XD

Tpi gmn? Mau buka lembaran baru(?) atau lanjut disini aja, dan next bakal masuk part 16? Gimana? Enaknya gmn coba? O.o

Gk lucu kan kalo pake season? Apalah... masak iya Love Confused season 2? O.o Muahahahha... dikata Cinta Fitri #ngek. Sekali lagi saya saya minta maaf atas keterlambatan nih FF #bow~