Normal POV

Jadi orang polos itu emang super merepotkan, apalagi buat orang-orang di sekitarnya. Yah, itulah yang dialami Uzumaki Naruto di Konoha Gakuen, sekolah asrama super ngetop di Tokyo yang khusus buat anak cowok. Sebenarnya sih, oke-oke aja jika ada orang polos tapi kalau polosnya itu udah keterlaluan sampe-sampe nggak sadar diri sih lain lagi ceritanya...

Nah, cerita ini dimulai dari sebuah pagi yang tenang dan damai, langit biru tanpa awan terbentang luas di atas sekolah seolah-olah ingin berkata bahwa hari itu akan menjadi hari yang panas.

Dan akan menjadi lebih panas lagi jika berada di radius 10 m dari Naruto, tapi tetap aja ada juga orang yang betah deket-deket sama orang ini, siapa lagi kalau bukan Shikamaru Nara, Kiba Inuzuka, Choji Akimichi dan Sasuke Uchiha, yang notabenya merupakan sahabat-sahabat si pirang yang satu ini.

Tapi... diam-diam ternyata ada satu orang yang memendam perasaan pada Naruto lhooo, siapa coba?

Shikamaru? Salah.

Kiba? Salah juga.

Choji? Jangan ngaco!

Yap begitulah ternyata pemuda yang menyukai Naruto adalah si ganteng dari keluarga Uchiha yang punya rambut berwarna raven dan super cool, SASUKE!

Eh, jangan keburu jijik dulu atau langsung ninggalin FF ini dulu, di KG(Konoha Gakuen) percintaan sesama jenis itu udah biasa lho, yaiyalah habis yang setiap hari ditemuai mereka kan cuma cowok, dan mereka Cuma boleh keluar sekolah waktu liburan doank,jadi jarang ketemu cewek. Makanya jangan kaget begitu dengar kalau sekolah ini adalah sekolah yang persentase 'nyimpang'nya paling besar se Jepang.

Yup, sebelum author mulai nyimpang dari cerita, sebaiknya langsung kita mulai saja inti ceritanya, sasuke yang akan pertama bercerita.

Sasuke POV

Namanya Uzumaki Naruto, rambutnya berwarna pirang jabrik, kulitnya coklat terbakar matahari, wajahnya androgini, tidak jelas cewek atau cowok dan berkesan imut, sifatnya ceria dan penuh semangat. Namun yang paling menonjol darinya adalah dia memiliki pesona yang besar sebagai uke.

Dan aku mencintainya.

(buset, jujur amat!)

Walaupun begitu aku sama sekali belum pernah mengatakan itu padanya, seharusnya dia sudah sadar akan perasaanku padanya dari sikapku yang ingin memonopolinya. Namun namanya saja Naruto, terlalu polos sampai-sampai membuatku emosi saja.

(lho? Bisa emosi juga to?-author langsung gosong dichidori)

Seperti pagi ini...

"Dobe," panggilku padanya, "Jangan cengar-cengir begitu. Bikin kesal saja." Kataku memperingatkannya, karena dia tak sadar senyumnya itu membuat para seme 'lapar' dan ingin 'memangsanya'.

Namun bukannya sadar dia malah ngamuk-ngamuk. "Teme! Baru ketemu itu bilangnya 'selamat pagi ' atau 'gimana kabarmu'! pagi-pagi udah bikin orang marah saja!"

"Hn" gerutuku pendek.

"Jangan Cuma 'hn' aja! Dasar Teme!"

Dari arah belakang kudengar Shikamaru datang sambil menguap lebar, "Hoahhhmmm, selamat pagi..."dia langsung mensejajari kami berjalan, "Ah, sial. Gara-gara ada murid baru aku terpaksa bangun pagi." Gerutunya.

"Apa? Ada murid baru? Masuk kelas kita? Mukanya gimana? Pindahan dari mana? Siapa namanya?" tanya naruto beruntun.

Shikamaru hanya mengangkat bahunya."Entah."

"Hah?" tanya si blondie bingung, "Kok entah sih?"

"Aku malas mengingat-ingatnya." Jawab shikamaru cuek sambil melenggang melewati kami. "Aku ke kelas dulu, pingin tidur,"

...so love with two...

Hari ini membosankan sama seperti hari-hari lain. Kupandang langit biru yang warnanya sama dengan warna mata Dobe, biru. Aku tak perlu memperhatikan apapun di sekolah, semua aku sudah tau (author ngamuk-ngamuk) aku Cuma berangkat untuk bertemu Naruto saja.

Tiba-tiba Kakashi-sensei masuk sambil membawa seseorang, seseorang yang rasanya kukenal dengan tidak baik.

"Semua, kenalkan ini adalah anak baru namanya Sai Uchiha." Kakashi-sensei memperkenalkan anak itu, membuat semua anak berbisik-bisik ramai.

Anak itu tersenyum palsu,"Aku Sai Uchiha. Hai Sasuke apa kabar?"

Perhatian semua anak langsung teralih padaku, bahkan Naruto langsung bertanya, "Kau kenal dia Teme?"
"Ya. Dia adik tiriku. Anak istri kedua ayahku." Jawabku sambil menatap Sai lekat-lekat, "Sai, kau datang untuk merebut semua milikku kan." Kataku dingin

Dia kembali menampilkan senyum bekunya, "Tentu."