Chapter 1

I've Fallen For You

"The day you came into my life...my life started to change.

I'd wake up each day feeling alright"

.

Seorang gadis muda tengah berlari menembus hujan deras di sore hari itu, membiarkan percikan-percikan air yang jatuh dari langit membasahi tubuhnya. Ia sedikit mengumpat ketika tak sengaja langkahnya menginjak genangan air dijalan hingga menambah basah pada kaki jeans yang dipakainya. Diktat mata kuliah Business English-nya yang sudah sangat basah karena ia jadikan payung alternatif pun tak ia hiraukan. Ia terus melangkahkan kaki jenjangnya hingga mencapai sebuah halte yang bisa dimanfaatkannya menjadi tempat berteduh untuk sementara waktu.

Bukannya ia berniat untuk menunggu bus. Tidak. Seorang Haruno, apalagi gadis bernama Haruno Sakura ini sangat tidak mungkin dan tidak ada niat sedikitpun untuk naik bus.

Tentu saja, mana mau anak bungsu pemilik Haruno Corporation ini yang biasanya pergi kemana-mana dengan menggunakan limousine atau BMW hitamnya rela berdesak-desakan dengan para penumpang lain yang -menurutnya- sudah dipastikan bau, basah mengingat sedang hujan, dan tidak 'selevel' dengannya. Bukannya ia tidak menghargai orang lain atau menganggap mereka rendah. Hanya saja orang-orang seperti mereka biasanya berbahaya bagi seorang Haruno yang terkenal dimana-mana. Belum lagi dengan maraknya kasus pelecehan seksual di kendaraan umum sekarang ini, baiknya cari aman saja khan? Tapi bukannya berdiri sendirian dihalte bus yang sepi menjelang malam seperti ini juga merupakan sebuah tindakan yang kurang aman? Kenapa Sakura mau-maunya duduk seorang diri disana? Alasannya hanya satu. Karena-Haruno Sakura-benci-hujan.

"Hosh...hosh...! Sial. Kenapa pakai hujan segala sich!" omel Sakura sambil mengatur nafasnya yang tidak beraturan akibat berlari tadi. Emeraldnya menjelajah sekitarnya melihat hujan yang masih dengan entengnya turun dari langit. Ia menghela nafas panjang menyadari suasana mulai berubah suram. Hujan dan awan hitam membuat hari seperti lebih cepat gelap dari biasanya. Belum lagi suasana yang sepi karena setiap orang pasti akan berfikir dua kali untuk keluar dan lebih memilih berdiam diri dirumah dengan secangkir cokelat panas mereka daripada harus beraktivitas ditengah hujan seperti ini.

Mengingat itu, Sakura jadi kesal sendiri dengan nasib yang menurutnya sial hari ini. Mulai dari BMW kesayangannya yang memilih rusak pagi ini hingga tragedi ia harus menunggu selama berjam-jam Dosen Pembimbingnya -Hatake Kakashi yang suka telat dan sok sibuk itu- yang berujung ia sama sekali tak bertemu dengannya dan membuat Sakura memutuskan untuk pulang saja. Sampai sore tadi tiba-tiba ia menelepon Sakura dengan perintah untuk segera menemuinya saat itu juga. Diam-diam ia mengutuki kelakuan dosen pembimbing selama masa penyusunan skripsinya ini yang dengan seenak dengkulnya mengatur jadwal konsultasinya menjadi hari ini juga dan jam ini juga dengan alasan dia tidak punya waktu lain karena besok pagi ia akan berangkat keluar negeri. Harsh, mentang-mentang dosen.

Dengan satu tangan yang tidak memegang diktat kuliah, ia segera merogoh saku jeansnya, mengambil ponselnya yang untungnya tidak rusak akibat hujan-hujanan tadi. Dengan lincah ia segera menyentuh beberapa tombol pada screen ponselnya untuk menghubungi Haruno Sasori, Niisannya.

"Moshi-mo-..." jawab suara diseberang yang langsung dipotong begitu saja oleh Sakura.

"Niichan, dimana? Jemput aku sekarang!" sambar Sakura sambil menutup sebelah kupingnya dengan satu tangannya yang lain mencoba memfokuskan pendengarannya pada suara kakaknya saja, bukan pada suara deras hujan yang juga ikut mengganggu pendengarannya.

"Astaga! Gomen, Sakura-chan. Aku lupa memberitahumu kalau hari ini aku ada meeting dengan klien penting dari Oto. Aku tak bisa menjemputmu, dear. Kau bisa pulang sendiri khan?" jelas Sasori nampak berasa bersalah dan khawatir dengan adiknya yang selalu bersikap manja dan 'harus mendapatkan apa saja yang diinginkannya' ini. Tapi ia juga tak bisa meninggalkan meetingnya kali ini.

"Yaaahh..Niichan! Masa aku harus pulang sendiri. Sasori-nii kan tau mobilku rusak.." pintanya manja seperti biasa "dan aku tidak mau naik bus!" sambungnya menegaskan begitu melihat bus yang berhenti didepannya. Ia hanya melirik sebal ke arah bus itu seolah mengatakan 'pergilah, aku tak mau naik' sebelum melanjutkan pembicaraannya dengan Sasori di telpon. "Aku dihalte bus dekat kampus…sekarang Nii-chan kesini ya…"pintanya sedikit memaksa.

"Nii-san benar-benar tidak bisa sekarang, Sakura. Meetingnya sebentar lagi dimulai," jelas Sasori yang hanya ditanggapi dengan helaan nafas Sakura begitu melihat bus itu sudah kembali berjalan. Entah kenapa ia mulai bertambah takut begitu menyadari sekarang ia sendiri lagi...apalagi ditengah hujan seperti ini.

Seperti kaset yang diputar ulang kembali, memori menuntunnya ke masa kecilnya. Ia mengingat saat-saat dimana ia masih sangat menyukai hujan. Ia sengaja turun dari bus ditengah jalan sepulang sekolah. Ia tak langsung pulang karena ia ingin bermain-main seperti anak-anak seusianya yang lain ditengah hujan pertama yang turun di Konoha kala itu. Ia menghabiskan waktunya untuk bermain hujan sepanjang sisa perjalanan pulang kerumahnya. Ia melangkahkan kaki kecilnya sambil bernyanyi-nyanyi riang dibawah curahan air dari langit itu sebelum ia sampai di gerbang rumahnya dan hanya mendapati suasana yang suram, orang-orang berpakaian hitam, ucapan selamat berduka cita, dan suara isak tangis dari orang-orang yang menyayanginya, dari kakaknya, atas mendiang ayah dan ibunya yang pergi untuk selamanya hari itu karena kecelakaan akibat mereka berkendara di cuaca yang buruk itu. Tanpa disadarinya airmata sudah meleleh begitu saja dipipinya.

"-Ra... Sakura!" suara Sasori mengempaskan Sakura kembali ke dunia nyata. "Kau masih disana, Sakura?" tanya Sasori memastikan. Namun, tanpa mengatakan sepatah katapun lagi Sakura segera mematikan sambungannya. Dengan kasar ia menyeka airmata di wajahnya. Ia memandang kosong hujan yang turun disekitarnya dan menoleh kesana kemari mencari-cari kemungkinan taksi yang lewat. Dan sialnya, sepertinya supir taksi itu pun dengan kompak ingin memperburuk suasana hati Sakura.

Sakura menghela nafas kasar kemudian mendudukkan dirinya di bangku halte itu. Ia tak punya pilihan lain selain menunggu. Menunggu hujan ini reda, menunggu taksi yang mungkin lewat, menunggu Sasori yang mungkin berubah fikiran dan datang menjemputnya, ataupun menunggu keajaiban lain.. atau kesialan lain? Fikir Sakura sarkastik. Namun, cepat-cepat ia menggelengkan kepalanya, tak mau berfikir yang buruk-buruk lagi. Memikirkannya saja sudah membuatnya merinding.

Oh, dan sepertinya opsi terakhirlah yang terjadi. Walau ia tak begitu yakin ini keajaiban atau kesialan, tapi entah mengapa ia merasa lebih tenang saat melihat kedatangan seseorang, tepatnya seorang pemuda yang sepertinya juga ingin ikut berteduh ditempatnya. Mata emeraldnya yang indah tak berhenti memperhatikan sosok pemuda yang baru saja turun dari motor sport hitamnya yang tidak terlalu jauh dari tempat ia sedang duduk. Mulai dari postur tubuhnya yang menurut Sakura sangat gagah dan atletis sampai dengan tingkah laku dan gaya pemuda itu berlari ditengah hujan menuju tempatnya berteduh di halte itu. Jujur Sakura mengakui pemuda itu bisa masuk dalam kategori cool versi Sakura dan ia juga mengakui -tentu saja pada dirinya sendiri- bahwa pemuda itu menarik dan memesona. Namun, Sakura bukan gadis biasa yang segampang itu benar-benar terpesona dalam waktu singkat seperti itu. Ia pun hanya mengangkat bahu cuek kemudian berpaling. Fikirnya, mungkin ia hanya terlalu sering melihat adegan-adegan seperti itu dalam film-film drama di televisi saja.

Namun seperti baru saja teringat sesuatu, sedetik kemudian ia segera memalingkan kembali wajahnya. Memperhatikan sosok lelaki yang baru saja membuka helm yang menutupi wajahnya, menampakkan rambut raven style emo-nya yang tampak agak basah dan berantakan, mata onix kelamnya yang memikat, dan tentu saja wajah rupawan bak malaikat yang membuat para gadis tergila-gila padanya. Benar kata orang-orang. Ia...sempurna.

Sakura segera mengalihkan pandangannya menatap rinai hujan yang jatuh dari langit begitu menyadari pemuda itu balas menatapnya. Ya, Sakura mengenalnya. Bohong kalau ia sama sekali tidak tahu apapun tentang sosok pemuda disebelahnya ini. Siapa yang tidak kenal Uchiha Sasuke? Sosok heartthrob paling diincar di Konoha University. Selain karena ketampanannya, juga karena kekayaan dan kejeniusannya. Hampir setiap hari Haruno Sakura mendengar berita dan gosip-gosip terhangat tentang Tuan Muda Uchiha ini. Bukan karena ia juga tergila-gila pada Uchiha Sasuke seperti para fansgirlnya itu. Sekali lagi, ingat! Haruno Sakura bukan gadis biasa. Ia hanya sering mendengarnya dari sahabat karibnya, Sang Ratu Gosip Yamanaka Ino yang hampir tiap detik berceloteh panjang kali lebar kali tinggi sama dengan volum (?) tentang Uchiha Sasuke. Belum lagi dari beberapa newspaper dan tabloid yang pernah dibaca Sakura yang memuat berita tentang keluarga Uchiha. In addition, Sakura pun sekali waktu sempat membaca profil Uchiha Sasuke di tabloid bulanan universitasnya –itupun Ino yang menunjukkannya- dan tentu saja, karena Sakura perempuan maka ia harus bergaul dengan perempuan-perempuan yang kebanyakan dari mereka adalah fansgirl fanatik Sasuke. Sakura berani bertaruh kalau sekarang ia memberi tahu teman-temannya bahwa Uchiha Sasuke berada di halte bus, mereka semua akan segera datang tanpa menghiraukan hujan badai sekalipun. Walau sepertinya akan asyik dan seru tapi Sakura bukanlah tipikal cewek iseng yang akan melakukan apa saja demi kepentingan dirinya sendiri khan?

"Haruno Sakura?" tanya pemuda yang diketahui bernama Uchiha Sasuke itu membuyarkan lamunan gadis berambut bubblegum disebelahnya. Sakura sempat terkejut. Sasuke...mengenalnya? Oh, ayolah! Bukan hanya Uchiha Sasuke saja kan yang bisa terkenal.

"eh..-ap..i-iyaa." Jawab Sakura mendadak gelagapan. Sakura sendiri heran. Apa penyakit Hyuuga Hinata sahabatnya menular, yah? Sepertinya lain kali ia harus menanyakannya.

Sasuke mengangguk. "Kalau begitu aku tidak salah" ujar Sasuke dalam gumaman yang masih bisa didengar Sakura. "Uchiha Sasuke. Aku yakin kau pasti mengenalku" ujar Sasuke sambil mengulurkan tangannya pada Sakura. Sakura sendiri menaikkan sebelah alisnya. Meskipun benar, ia merasa lelaki dihadapannya ini... 'sombong sekali!' batinnya. Namun akhirnya dengan agak ragu, Sakura membalas uluran tangan Sasuke. "Salam kenal, Uchiha-san" ujarnya.

"Sasuke saja terdengar lebih bagus,"ujarnya begitu Sakura membalas uluran tangannya singkat. "apa Sakura saja juga cukup?" tambahnya sambil memandang Sakura dengan pandangan yang tak dapat diartikan Sakura.

Sakura menaikkan sebelah alisnya. Apa-apaan ini? Bukankah kata fansgirlnya Uchiha Sasuke itu cuek, dingin, tak banyak bicara dan hampir bisa dibilang sangat tidak peduli dengan makhluk bernama cewek hingga sangat tidak mungkin ia mau mendekati seorang gadis dan sampai mengajaknya mengobrol segala apalagi meminta untuk memanggilnya dengan sebutan Sasuke saja?

Tapi, lihat sekarang! Ia malah bersikap manis dihadapan seorang Haruno Sakura. Apakah itu artinya Sasuke menganggap dirinya istimewa?

Menyadari hal itu entah bagaimana mendadak membuat Sakura bersemu merah juga. Oh, Tuhan. Apa pesona Uchiha Sasuke begitu akutnya sampai-sampai membuat Haruno Sakura juga ikut merona. Jangan katakan besok-besok Sakura juga akan ikut barisan Sasuke FG. Oooh...Tidak!

Namun, tentu saja hal itu tidak akan mudah terjadi karena detik berikutnya Sakura sudah kembali dari dunia keabnormalannya. 'Ia bersemu merah pasti cuma karena cuaca yang dingin...bukan karena pemuda sok yang seenaknya mengatur-ngaturnya bahkan untuk namanya sendiri!' innernya bermaksud mensugesti dirinya sendiri agar tidak berfikiran yang macam-macam lagi tentang sosok Uchiha Sasuke ini.

"Menghilangkan kesan formal, kurasa" ujar Sakura akhirnya sambil balas menatap Sasuke. "Terserah kau saja, Uchiha...ehm, maksudku...Sasuke," setuju Sakura masih terdengar agak kaku saat menyebut nama Sasuke.

Sasuke mengangguk mengerti kemudian berpaling menatap rinai hujan, membuat suasana berubah menjadi hening dan sedikit canggung baginya. Jujur saja, ia sudah lama memperhatikan sosok Haruno Sakura. Gadis yang entah bagaimana mampu menarik perhatiannya dan membuatnya selalu gelisah belakangan ini. Bukannya apa-apa. Ia tidak tahu perasaan apa yang berkecamuk didadanya.

Yang ia tahu awalnya ia hanya selalu ingin melihat dan memperhatikan sosok yang sangat spesial ini sejak ia melihatnya datang dengan gaun hijau anggun sewarna mata emeraldnya di acara malam anniversary Uchiha Corp dua bulan yang lalu dirumahnya. Ia mengenalnya sebagai adik dari Haruno Sasori, rekan bisnis ayahnya dan juga sahabat baik kakaknya, Itachi, sewaktu sekolah menengah. Mulai detik itu juga ia terpesona oleh mata emerald dan senyuman manis gadis ini. Kemudian berkembang menjadi menyukai keanggunan, tingkah laku dan semua cara gadis muda ini yang menurutnya sangat berbeda dengan gadis lain.

Dengan itu Sasuke pun mulai mencari informasi tentang gadis ini. Namun, Sasuke bahkan tak menemukannya dalam barisan fansgirl yang begitu memuja-mujanya. Dan tentu saja akhirnya membuat Uchiha Sasuke pun sadar bahwa Haruno Sakura memang sangat berbeda.

Hanya dialah yang mampu membuat seorang Uchiha Sasuke luluh akan sosok seorang wanita dan entah bagaimana caranya membuat perasaan dalam hati Sasuke berkembang begitu cepat dari sekedar kekaguman semata menjadi rasa ingin selalu dekat bahkan ingin memilikinya. Turunkan kalimat panjang itu..dan hasilnya hanya ada kata CINTA?

Tidak, Tidak. Pasti bukan cinta. Mana mungkin ia dengan semudah itu jatuh cinta pada seorang gadis yang baru saja dikenalnya. Ia hanya kagum dengan gadis ini. Walau, Yeah, kekagumannya perlu dipertanyakan akan sebuah bukti bahwa ia bahkan rela ikut menemani gadis ini ditengah hujan deras seperti ini begitu ia tak sengaja melihat Sakura saat ia keluar dari gerbang kampusnya sesaat yang lalu. Harusnya itu sangat tidak Uchiha Sasuke sekali kan?

Sementara itu, Sakura yang sebenarnya juga merasakan kecanggungan diantara mereka pun hanya dapat melakukan hal yang sama dengan Sasuke. Hanya bisa menatap rinai hujan yang perlahan jatuh dari langit. Membiarkan hanya suara derai hujan yang menjadi musik pengiring yang entah kenapa membuat suasana hati Sakura menghangat dengan caranya sendiri, membuatnya melupakan kenyataan bahwa ia memiliki kenangan buruk saat hujan tengah berlangsung. Diam-diam Sakura sedikit melirik pemuda tampan yang berdiri tidak jauh darinya itu. Menimbang-nimbang apa yang harus dikatakannya untuk memecah keheningan ini karena jujur ia menjadi tidak nyaman dalam atmosfer yang bisa dibilang...err, romantis ini.

Romantis? Yeah, Romantis. Bukannya Sakura menganggap hujan itu salah satu kesialan baginya? Kenapa sekarang ia malah berfikir hujan ini romantis? Oh ayolah…bayangkan saja kalian sedang berduaan saja dengan pemuda tampan di tengah hujan seperti ini. Kurang adegan berlari dibawah payung saja hingga sama dengan isi novel dan drama romantis yang sering dilihat dan dibaca Sakura sewaktu sekolah menengah.

"Sasuke..."

"Sakura..."

Panggil mereka berdua bersamaan menambah kesan canggung diantara mereka. Sakura menunduk menatap ujung sneakersnya menyembunyikan wajahnya yang blushing lagi sambil mengutuki dirinya yang mendadak bertingkah bodoh seperti ini.

Sasuke pun sempat salah tingkah, namun sebagai seorang Uchiha tentu saja ia pandai menyembunyikan emosi dan menjaga image coolnya. "Lady's first!" ujarnya mengakhiri kecanggungan yang sempat tercipta.

Sakura mengangkat wajahnya kembali menatap Sasuke yang juga tengah menatapnya...menunggu apa yang ingin dikatakannya. "Well, aku hanya ingin menawarkan space kosong di bangku ini" ujar Sakura mengangkat bahunya sekilas mencoba bersikap biasa akan Sasuke. "berdiri disitu terus sepertinya cukup melelahkan," lanjut Sakura.

Sasuke mendengus mendengar ucapan Sakura yang terkesan menganggap bodoh sikapnya. Baru kali ini ada seorang gadis yang dengan santainya mengejeknya seperti itu. Walau mungkin Sakura tak bermaksud seperti itu, tapi tetap saja khan? Mau di kemanakan image seorang Uchiha? Beruntung bagi Sakura karena Sasuke menganggapnya spesial hingga tidak memperpanjang masalah ini lebih lanjut. Perlu diketahui 'kepandaian' seorang Uchiha tak bisa disepelekan begitu saja. Namun sekali lagi karena Sakura beruntung, Sasuke pun tak banyak berkomentar. Ia hanya bergumam "hn" sebelum melangkahkan kakinya mendekat pada bangku yang ditunjuk Sakura dan mendudukkan dirinya disebelah Sakura.

Lagi-lagi hanya 'sweet silence' yang tercipta sebelum Sasuke memutuskan untuk membuka pembicaraan terlebih dahulu. Sia-sia jika atmosfer yang sudah sangat mendukung ini terlewatkan begitu saja.

"Sedang terjebak dalam hujan or indeed…kau sedang menunggu seseorang?" tanya Sasuke memulai pembicaraan tanpa mengalihkan perhatiannya dari titik-titik hujan yang jatuh dihadapannya.

Sakura melirik Sasuke sekilas sebelum menjawab lemah begitu mengingat kembali beberapa rentetan kejadian hari ini. "Keduanya mungkin" jawabnya setengah hati. Ia cukup yakin tentang terjebak ditengah hujan, tapi ia meragukan tentang menunggu seseorang. Belum tentu kan Sasori akan datang menjemputnya.

"Mungkin?" Sasuke menaikkan sebelah alisnya sambil menoleh pada gadis disebelahnya.

Sakura menganggukkan kepalanya sebelum menjawab "yeah,setelah banyak hal-hal yang kau pikir 'impossible' akhirnya terjadi padamu" tambah Sakura sambil membuat tanda petik di udara dengan jarinya "hal-hal yang terjadi selanjutnya juga hanya akan menjadi suatu kemungkinan bagimu, kan? Tanpa kau tahu apakah kemungkinan itu akan benar-benar terjadi atau itu hanya imajinasimu belaka" ujarnya masih sambil melirik ke arah Sasuke. Melihat Sasuke tak menanggapi ia hanya tersenyum sekilas lalu kembali mengalihkan pandangannya ke langit yang masih menjatuhkan bulir-bulir airnya.

"Aku mungkin overthinker. Tapi, menurutku lebih baik berfikir akan hal-hal yang mungkin terjadi tanpa kau sangka hingga kau bersiap akan kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi tanpa kau inginkan. Sebelum aku terjatuh, terlebih dahulu aku harus tahu cara untuk bangkit." Entah hal bodoh apa yang mendorongnya, Sakura tahu ini bukan waktu yang tepat untuk mengutarakan pemikirin yang tertanam di benaknya selama ini. Terlebih, Sasuke hanya mengajukan pertanyaan yang sederhana, harusnya jawabannya juga simple kan. Tak perlu serumit itu, tak perlu terbawa akan hal-hal yang terjadi di masa lalunya. Sakura yakin, Sasuke sedang menganggapnya bodoh sekarang.

Tapi, Sasuke hanya menatapnya pengertian. Tak mendengus, tertawa, ataupun mengoloknya. Unik. Sesungguhnya itulah hal yang terfikir oleh Sasuke saat ini. Gadis ini berbeda. Benar-benar berbeda. Dan ia menyukainya.

Sasuke pun hanya mengangkat bahunya sekilas sebelum menanggapi "kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan..." ujarnya sambil mengalihkan pandangannya untuk bertemu tatap dengan gadis disebelahnya dan menatap lurus mata indah yang selalu dikaguminya itu. Ajaibnya, malah membuat sosok di hadapannya itu tampak canggung dan lagi-lagi mengalihkan pandangannya dari sang onix. Rona merah jelas terlihat menjalar di pipi ranumnya. Hal itu lantas membuat Sasuke menyadari kecanggungan Sakura dan menyeringai senang juga sebelum akhirnya ikut mengalihkan pandangannya.

Berdeham, Sasuke mencoba menetralkan suasana. "Tapi, bukankah tidak ada hal yang mustahil di dunia ini, Sakura? Orang-orang sering mengatakan itu..." tambahnya mencoba mencairkan suasana di antara mereka namun langsung di sesalinya setelah melihat lawan bicaranya tak kunjung menanggapi melainkan hanya tertunduk diam menampakkan aura sedih yang terlihat dengan jelas.

"Apa aku mengatakan hal yang salah?" tanya Sasuke ragu setelah hening yang cukup lama namun tampaknya cukup berhasil dengan Sakura yang akhirnya balas menatap Sasuke sambil memberi senyum singkat, yang Sasuke tahu, ia paksakan.

"Tidak...tidak ada yang salah" jawab Sakura akhirnya sambil menggelengkan kepalanya hingga membuat rambut ponytailnya ikut bergoyang seiring dengan gerakan yang dilakukannya. Terlihat manis, fikir Sasuke. "Maaf, membuatmu...khawatir," tambah Sakura tak yakin dengan pilihan kata terakhirnya.

Sasuke yang nampaknya tak begitu sensitif dengan hal itu hanya mengangguk sambil menggumamkan 'Hn' khasnya sebelum melanjutkan "Kau tahu...kau bisa cerita padaku kapan saja." Entah darimana kalimat ini berasal, yang jelasnya hal ini tak pernah dilakukan Sasuke sebelumnya. Bahkan pada Itachi ataupun Naruto yang notabenenya sangat dekat dengan dirinya.

Sama halnya dengan Sakura yang entah kapan mempunyai keberanian dan kepercayaan cukup besar untuk Sasuke hingga tanpa ragu menceritakan masa lalunya yang suram kepada pria yang belum cukup sehari...tidak, belum cukup sejam ia mengenalnya.

"Hanya saja...jika memang tak ada yang mustahil di dunia ini...Kedua orangtuaku juga pasti akan kembali kan, Sasuke?" ujarnya lirih sambil menatap Sasuke. Dan benar, ia hanya menemukan ketulusan dalam onix Sasuke. Ia menghela nafas panjang sebelum menuturkan sakit yang selama ini terpendam di dadanya. Mengalir begitu saja. Tanpa beban, tanpa paksaan dari siapapun. Menyisakan hanya kelegaan yang tercipta setelah ia selesai dengan flashback masa lalunya sendiri.

.

.

.

"Maaf..." hanya itu yang bisa di ucapkan Sasuke setelahnya.

Sejujurnya ia merasa bersalah karena telah membuat Sakura mengingat kenangan buruknya lagi dan membiarkan gadis yang diam-diam disukainya ini meneteskan airmata tepat dihadapannya tanpa ia tahu harus berbuat apa untuk menenangkannya. Ia bahkan tidak mempunyai cukup keberanian untuk mengulurkan tangannya dan menghapus airmata yang masih saja tercurah dari emerald indah itu. Ia mengutuki otak geniusnya yang entah bagaimana menjadi bodoh di saat-saat seperti ini. Kemana perginya ribuan kosakata itu? Yang katanya tersave di memori otak dengan IQ diatas 200 itu? Bahkan satu kata penghibur pun tak ia dapatkan. Harsh, nyatanya dirinya memang selalu seperti ini. Ia tak pernah pandai mengungkapkan apa yang ada di dalam hatinya. Tak heran orang-orang menganggapnya sebagai pria stoic dan dingin yang...antisosial?

Sakura hanya tersenyum sambil menatap pria disebelahnya yang telah dengan senang hati mendengarkan kisah suram hidupnya. Ia pun tak menyangka seorang Uchiha Sasuke ternyata tak seburuk yang ia fikirkan selama ini. "Kau tidak melakukan sesuatu yang salah, Sasuke. Untuk apa minta maaf?" candanya yang hanya di tanggapi tatapan heran Sasuke. Mood gadis ini cepat sekali berubah.

"Harusnya aku yang berterimakasih padamu, Sasuke... Thanks! Karena sudah bersedia menjadi tempat sampah untuk membuang kesedihan dan kekesalanku!" ujar Sakura dengan nada tak kalah ceria kali ini sambil menatap Sasuke dengan cengirannya yang masih saja tampak manis.

Sasuke pun mendengus mendengarnya. "Cih, memangnya tidak ada perumpamaan yang lebih bagus apa? Tempat sampah? Yang benar saja, nona!" seru Sasuke sambil refleks mengacak rambut Sakura dengan gemas.

"Haissh, Sasuke! Rambutku bisa berantakan tauu...!" geram Sakura sambil menggembungkan pipinya kesal dengan ulah Sasuke. Sasuke hanya memberi seringai kemenangannya melihat tampang Sakura yang kesal sekaligus menggemaskan itu.

Baru kali ini rasanya Sasuke bisa merasa nyaman di dekat seorang gadis dan merasa sehangat ini bahkan di tengah hujan deras dan dingin sekalipun. Ia tersenyum, yeah benar-benar tersenyum sekarang sambil terus memperhatikan gadis didepannya yang kini sudah sibuk menata kembali rambut yang di kacaukannya tadi.

'Baguslah kau sudah kembali ceria, Sakura...'

'Dan juga aku senang bisa dengan mudah akrab denganmu...'

.

.

Mungkin karena ini adalah hujan pertama yang turun di musim gugur setelah musim panas yang panjang, membuat langit sengaja menumpahkan air yang terkumpul diawan sebanyak-banyaknya melalui hujan ini. Terbukti dengan waktu yang terus berjalan dan hujan yang tak kunjung berhenti juga bahkan malah terlihat semakin deras. Cuaca sudah berubah menjadi lebih gelap dan membuat udara menjadi lebih dingin. Sakura memeluk diktat didadanya menjadi lebih erat mencoba menahan udara dingin yang menerpa tubuhnya. Namun sesaat kemudian ia hanya bisa terperangah begitu merasakan sebuah jaket yang sudah melekat di punggungnya.

"Sa..Sasuke?" ujarnya sambil menatap sang tersangka utama yang hanya menatapnya dengan senyuman singkat dibibirnya yang –akhirnya diakui inner Sakura- sangat indah itu."Tak perlu Sasuke... Kau saja yang pakai" tolak Sakura sambil mencoba melepaskan jaket tersebut dari bahunya. Namun tak berhasil karena kedua tangannya spontan di tahan oleh Sasuke membuat posisi mereka seperti Sasuke tengah merangkul Sakura. Sakura bahkan bisa merasakan deru nafas Sasuke di sisi wajahnya, membuktikan jarak mereka yang begitu dekat. Saat Sakura mengangkat wajahnya pun hanya membuat emeraldnya bertemu pandang dengan onix milik Sasuke yang seakan menariknya jatuh kedalam pusarannya.

Onix versus emerald.

Waktu seakan berhenti disekitar mereka. Keduanya terjebak dalam suasana yang entah kenapa menjadi nyaman dan menyenangkan bagi mereka berdua. Membiarkan detak jantung mereka berubah menggila, darah mereka yang berdesir menghangatkan, dan rasa di hati mereka yang kian tumbuh dalam waktu sesingkat ini.

.

My heart's a stereo...It beats for you so listen close...

Hear my thoughts in every note...

.

Terimakasih untuk suara Adam Levine dan Gym Class Heroes yang bersenandung di moment yang tepat mengingat suasana yang sedang terjadi cukup sesuai dengan liriknya dan di waktu yang sangat tidak tepat menimbang dari reaksi kedua pasangan ini yang segera tersadar dan saling menjauhkan diri sambil salah tingkah tentu saja.

Sasuke yang lebih cepat menyesuaikan diri hanya bergumam "pakailah! Kau kedinginan," sebelum beralih mengangkat panggilan telepon yang merusak moment indah dan romantisnya itu. Ia pun menggeram kesal begitu melihat nama yang tertera di ponselnya. Siapa lagi kalau bukan...

"Hn, Naruto?" ujar Sasuke sambil berjalan menjauh dari posisi Sakura, yang ditanggapi dengan geraman lebih tepatnya teriakan lebih kesal dari lawan bicaranya yang memang terkenal sangat berisik itu. Suara hujan yang memang sudah berisik pun masih lebih heboh suara Naruto yang marah-marah melalui telepon gara-gara Sasuke yang telah membuatnya menunggu.

"Woi, Dobe. Kau mau membuat alat pendengaranku rusak yagh!" balas Sasuke setengah berteriak sambil menjauhkan ponselnya dari telinga begitu mendengar suara hypersonic sahabat karibnya ini yang berteriak meminta makalah yang dijanjikannya dan dilupakannya karena bersama Sakura. Ia pun bersumpah mendengar cekikikan Sakura saat itu juga. Come on...Uchiha juga bebas berekspresi kan?

"Makalah? Ya, ya. Kau benar, aku lupa" ujarnya lagi sambil memandang hujan yang masih saja turun dari langit.

"Sekarang?" tanyanya sambil melirik sebentar ke arah Sakura sebelum melanjutkan, "baiklah, aku akan segera kesana..."balasnya mengakhiri kemudian memutuskan sambungannya. Sekali lagi ia mendongak menatap hujan yang sepertinya tak bosan-bosan untuk turun sebelum akhirnya beralih kembali pada Sakura.

"Ayo!" katanya sambil mengendikkan kepalanya singkat memberi isyarat Sakura untuk mengikutinya. Sakura menaikkan alisnya, "kemana?" tanyanya.

"Tentu saja pulang. Memangnya kau mau kemana?" balas Sasuke sambil menyeringai yang langsung di balas Sakura dengan aksi nyata berupa pukulan di lengan Sasuke, yang meskipun hanya main-main tapi ternyata cukup sakit juga untuk ukuran seorang gadis. Kau tangguh, Sakura! Haha.

"Bukan itu...Hujannya masih belum reda, for your information!" balas Sakura. "Lagipula kalau kau ada urusan, kau bisa pergi duluan. Aku tak apa, Sasuke. Tenang saja!" tambahnya meyakinkan.

Lagi-lagi Sasuke hanya menghela nafas panjang melihat Sakura yang ternyata keras kepala ini. "Well, ini sudah malam Sakura. Sampai kapan kau akan menunggu hujan reda? Tidak aman bagi gadis sepertimu sendirian malam-malam seperti ini. Dan, kau menyuruhku membiarkanmu sendiri? No! Itu hanya akan berakhir dengan diriku yang khawatir dan terus memikirkanmu," tegas Sasuke tak sabar, yang tak disadarinya telah membuat gadis dihadapannya sontak terdiam mendengar pengakuan blak-blakan pemuda dihadapannya.

Sasuke sendiri tak mengerti mengapa kalimat panjang itu dengan mudahnya keluar begitu saja dari mulutnya. Namun, dengan tenang ia pun melanjutkan, "jadi... sebaiknya kau ikut denganku." Garing fikirnya.

"Mmm...baiklah," setuju Sakura akhirnya sambil beranjak dari bangku halte yang didudukinya dan merapatkan jaket pemberian Sasuke yang dipakainya sekarang. Sasuke pun sudah bersiap diatas motornya hingga sampai Sakura naik mengambil posisi di boncengan Sasuke sebelum akhirnya motor sport yang membawa mereka pun melaju di bawah guyuran hujan pertama di Konoha saat itu.

"Kau tak suka hujan kan, Sakura? Pegangan yang kuat!" ujar Sasuke menyeringai begitu merasakan pegangan Sakura yang lebih erat dipinggangnya seiring dengan motor sportnya yang melaju lebih kencang. "Dasar!"

Dan, awal kisah mereka berdua pun dimulai...

TBC


Haahh...Finally, I've decided to just publish this story.

Well, butuh pertimbangan yang matang dan semedi bertahun-tahun (*_*) untuk memutuskan apakah fic ini saya publish saja atau tidak.

Tapi, daripada tersave di lappie saja, dipenuhi sarang laba-laba dan gak ada yang baca, akhirnya...

yeah, walaupun saya sendiri tahu ini sangat jauh dari kata sempurna.

Sumpah, gak pede abis dengan karya author lain yang benar-benar keren!

But, R n R ya...

Concrite are really appreciate ^_^

Love

ChocoLoly