One Day © David Nicholls
Enjoy!
Senja yang Menghilang
.
I always prayed that I could see you again
.
Sewaktu Emma pergi, ia tidak dapat melakukan apa pun. Segalanya terasa buram dan tidak menentu. Terjebak dalam kubangan kesedihan yang mendalam. Beberapa botol minuman hingga ia mabuk pun tidak dapat membuat rasa kehilangan dan sakitnya menghilang. Tinju keras yang ia dapat di pipinya pun hingga hidung dan sudut bibirnya berdarah tidak dapat meredakan rasa sesak yang merongrong hingga ke jiwa. Segala rasa sakit dalam dadanya rasanya sudah tidak dapat terbendung lagi hingga kebas.
Air mata tidak henti-hentinya memenuhi kedua bola matanya. Mungkin semua orang akan berpikir bahwa ia pria yang cengeng, tetapi ia tidak peduli. Ia ingin Emma-nya kembali. Bagaimana mungkin ia dapat hidup jika seseorang yang selalu menyemangatinya tidak ada? Bagaimana mungkin ia dapat bahagia jika kebahagiaannya telah pergi? Bagaimana mungkin lagi ia memiliki jiwa jika jiwanya pun telah mati?
"Emma, Emma, Emma ..." Ia mengucap dengan sendu dan perih.
Isak tangisnya masih tak dapat berhenti bahkan saat Sylvie memeluknya dengan hangat dan penuh penghiburan. Apa yang dapat ia lakukan? Ia hanya ingin bersama Emma lebih lama lagi, melihat senyumnya lagi. Mendengar suaranya yang lembut, matanya yang bersinar, dan pelukan hangatnya yang menenangkan jiwa. Dan ... ia masih belum sempat untuk mewujudkan keinginan Emma; mempunyai anak mereka. Namun, waktu seakan melaju dengan amat kejam, mengempaskan segala yang ia miliki bersama Emma. Lalu, ia harus bagaimana? Apa yang harus ia lakukan?
Ia masih terisak tanpa henti. "Emma ... Emma ... Emma ...," panggilnya berulang kali bagai mantra yang tidak terputus-putus berharap dengan begitu keajaiban akan datang.
Ia makin mengeratkan pelukkannya pada Sylvie, membenamkan wajah penuh air matanya hingga kegelapan perlahan mulai menghampiri. Seperti hari-harinya yang perlahan mulai menggelap.
Tanpa Emma.
.
Pada akhirnya, aku tetap kehilanganmu
Meskipun aku mencoba sangat keras untuk tidak membiarkanmu melepaskan tanganku
.
Tamat
A/N: Akhirnya bisa nulis di fandom ini. :) Ini yang saya bayangin waktu Dex kelihatan frustrasi gitu pas Emma meninggal, akhirnya jadi pengen bikin dari sudut pandang Dex dan pakai kata-kata saya. Semoga tidak mengecewakan dan cukup sedih, soalnya saya tidak pandai dalam genre angst. Yup. Terima kasih. ^^