Over Protective
By Badut-chan
Naruto punya Masashi Kishimoto, cerita ini punya saya. Naruto disini sebagai cewek, nggak suka ya jangan dipaksa buat baca ini cerita. Genre family dan friendship, sedikit romance SasufemNaru. Pasang sabuk pengaman kalian semua, karena cerita ini mengandung unsur OOC, typo, dan lain-lain. Resiko ditanggung readers. Dan...
Selamat Menikmati~
Ting tong!
Bel di kediaman Uchiha ditekan seseorang. Mikoto, yang baru saja selesai memasak itu segera membukakan pintu.
"Kushina!" pekik Mikoto melihat tamu di depannya.
Wanita yang dipanggil 'Kushina' tersenyum dan memeluk Mikoto, "Mikoto, apa kabar?"
"Aku baik, Kushina. Keluargaku juga baik-baik saja," jawab Mikoto. Ia melepas pelukan Kushina untuk menyapa keluarga Kushina.
"Hai, Minato. Dan hai anak-anak manis," sapanya.
"Hai, Mikoto," balas Minato.
"Aku nggak suka dikatakan manis, Bibi," sahut sang bocah lelaki, Kyuu.
"Hai, Bibi, Nalu cenang beltemu Bibi," ujar Naru, adik perempuan Kyuu.
Mikoto hanya tersenyum, "well, pasti ada sesuatu yang menyebabkan kalian datang kemari. Katakanlah."
Minato dan Kushina berpandangan.
"Sebenarnya tujuan kami ke sini untuk menitipkan Kyuu dan Naru."
"Kyuu dan Naru? Anak-anak imut ini?" tanya Mikoto kaget. Jari lentiknya menujuk pada seorang bocah lelaki berambut merah kekuningan dan seorang bocah perempuan berambut pirang.
"Aku juga nggak suka dikatakan imut, Bibi," protes Kyuubi ketus.
"Kyuu, jaga nada bicaramu," tegus Kushina lalu beralih pada Mikoto, "apa nggak merepotkanmu?"
"Tentu tidak, bersama mereka pasti menyenangkan," bantah Mikoto. "Mereka pasti nggak apa dititipkan kesini."
"Oke, terimakasih banyak," kata Minato, "kami akan kembali cukup larut, biarkan saja mereka tidur di sini."
"Ya, Minato. Aku pastikan mereka nggak tidur larut."
Minato dan Kushina tersenyum penuh terima kasih lalu pamit.
"Nah, ayo Kyuu dan Naru, silahkan masuk. Anggap saja rumah sendiri, ya."
Kyuubi melangkah seenaknya memasuki rumah mewah itu sementara Naru menggandeng tangan Mikoto dan 'menyeretnya' masuk.
Ehm, memangnya yang punya rumah siapa, Kyuu-Naru atau Mikoto?
Badut-chan :3
"Fugaku, coba lihat siapa yang datang bersamaku?"
"Siapa, hm?" tanya Fugaku tanpa menoleh dari korannya. Sementara itu, seorang anaknya yang sedang menonton televisi menoleh.
"Siapa dia, Ma?" tanya Itachi.
"Anaknya teman Mama. Kyuu, kau mungkin seumuran dengan Itachi. Bermainlah dengannya, ya," kata Mikoto lembut.
Itachi yang tahu ia akan mendapatkan teman baru segera menghampiri Kyuubi, "hei, namaku Itachi Uchiha."
"Kyuubi Namikaze," sahut Kyuubi ketus.
Itachi sedikit mengernyit mendengar nada bicara Kyuubi. Namun kernyitannya berganti mata berbinar tatkala melihat Naru.
"Namaku Itachi Uchiha, senang mengenalmu," sapanya cepat. Mata onyx-nya menatap lekat Naruto.
"Naluto. Calam kenal Kak Itachi," balas Naru riang.
"Uwaaa~" histeris Itachi, "kau imut sekali~ apa kau mau jadi adikku?"
Naru yang polos menganggukkan kepalanya, "uh-hum."
Sekali lagi Itachi histeris. "Ma, mulai sekarang Nalu adalah adikku!"
Mikoto hanya tertawa.
"Kak Itachi, nama Nalu bukan Nalu tapi Nalu."
Itachi bingung, Mikoto mengeraskan tawanya.
"Ya, namamu Nalu, kan?"
"Bukan, nama Nalu bukan Nalu! Pakai 'el' bukan 'el'! Elrr!"
"Ooh, maksudmu Naru?"
"Ya!"
"Tapi kau memanggil dirimu sendiri Nalu, kan?"
"Nalu kan nggak bisa bilang 'el'!"
"Kau cadel ya?"
"Bhuu~" Naru mengembungkan pipinya kesal. "Kalau udah tau jangan tanya lagi dong, Niichan."
Tangan mungil Itachi dengan cepat terangkat untuk mencubit pipi Naru. "Bagaimana kau bisa seimut ini, hm, Adik Kecil?"
Grep!
"Jangan. Coba. Coba. Menyentuh. Naru."
Itachi bergidik melihat tatapan tajam Kyuubi padanya. Tangan putih Kyuubi mencengkram tangan Itachi keras.
"Memangnya kenapa kalau aku menyentuh Naru? Naru kan adikku," tantang Itachi sengit.
"Benarkah? Oh, aku tidak tahu," kata Kyuubi dengan nada melecehkan.
"Huh," Itachi mendengus. Tangannya yang dicengkram Kyuubi balik mengcengkram Kyuubi dan menariknya mendekat. "Kalau begitu, kau saja yang jadi adikku."
"BRENGSEK!"
Bruak!
Itachi meringis saat badannya membentuk dinding namun sesaat kemudian ia menyeringai. "Kau tidak boleh begitu pada kakakmu, Kyuu."
"Diam kau," desis Kyuubi.
"Kyuu," panggil Naru, "kenapa Kak Itachi nggak boleh menyentuh Nalu? Kak Itachi kan kakak Nalu."
"Hm," jawab Kyuubi ambigu, bikin bibir Naru makin manyun.
"Wah, wah, bocah Namikaze ini ternyata mengidap sister-complex," kata Fugaku tiba-tiba.
"Paman, aku tidak mengidap penyakit-apapun-itu, aku hanya kasihan melihat Naru yang akan menangis kesakitan kalau pipinya dicubit si-brengsek itu," bantah Kyuubi. Itachi berjengit.
Wajah Fugaku jelas menunjukkan ketertarikan. "Argumen yang bagus, Bocah. Tapi bagaimana kalau begini, hm?"
Tangan Fugaku menarik Naru dan memeluknya dari belakang. Fugaku berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Naru lalu mencium pipinya. "Bagaimana kalau begini, Kyuu?"
Sret!
Hanya dalam beberapa detik, Naru sudah berada di dalam pelukan Kyuubi. Matanya menatap Fugaku marah, lalu beralih ke Mikoto. "Bibi, Paman Fugaku sudah mencium adikku. Tidakkah kau mau menuntut Paman Fugaku atas perlakuannya? Ini termasuk pelecehan, kan?"
Mikoto terbahak. Well, sungguh bocah yang pintar.
"Umurmu berapa, Bocah?" tanya Fugaku.
"Sembilan."
"Dan kau, si imut Naru?"
Naruto tersipu sedikit dipanggil begitu, "umul Nalu enam tahun, Paman Fugaku."
"Wah, umur Kyuubi dan Itachi sama, ya. Sedangkan Naru hanya berbeda setahun dengan Sasuke" kata Mikoto.
"Cacuke itu ciapa, Bibi?"
"Adik Itachi, Naru. Mungkin kau bisa memanggilnya Kakak juga. Dia lebih tua darimu."
"Oh, ya? Dimana dia? Kok Nalu nggak lihat dia, ya?"
Mikoto kontan tertawa saat Naru melepas pelukan Kyuu dan mencari Sasuke di laci-laci meja, di bawah karpet, serta di saku sailor dress-nya.
"Dasar bodoh," kata Kyuu dan menarik Naru mendekat. "Bibi, aku lapar."
"Kau mau teh dan biskuit?"
"Aku mau apple juice dan apple pie , Naru mau orange juice dan orange cupcake."
Fugaku dan Mikoto sweatdrop. Memangnya ini rumah makan apa? Tapi, ya sudahlah. Namanya juga anak kecil.
"Baiklah, Kyuu dan Naru, tunggu sebentar ya," Mikoto pun beranjak menuju dapur.
"Nah, Kyuu," kata Fugaku, membuat Kyuubi menoleh. "Apa kau mengikuti kegiatan bela diri?"
"Tidak."
"Benarkah? Gerakanmu saat mendorong Itachi tadi bagus."
"Itu karena tubuhnya lemah, Paman."
Itachi berjengit lagi. "Asal kau tahu, Kyuu, aku mengikuti 3 kegiatan bela—"
"Aku tidak bertanya, Brengsek," sela Kyuu, "jadi kau mau ngomong apa, Paman?"
"Menurutmu, kau mirip ibumu atau ayahmu?"
"Menurutku, aku memiliki kepribadian Ibu dan fisikku perpaduan dari keduanya."
"Kalau Naru-chan?"
"Dia, dari fisik sampai kepribadian, mirip Ayah."
"Kau benar."
"Lalu ada yang mau kau tanyakan lagi, Paman?"
"Masih banyak. Kemarilah, mengobrol denganmu seperti mengobrol dengan orang dewasa."
"Tapi kalau aku mengobrol denganmu, Naru bisa menangis karena kutinggal."
"Tidak mengapa, ada Itachi yang bisa mengajaknya bermain."
"Kau bisa menjaganya, kan, B-R-E-N-G-S-E-K?"
"Kau meremehkanku, Kyuu. Naru takkan terluka saat bersamaku. Bukan begitu, Naru?"
"Uh-hum!"
Badut-chan :3
"Kak Itachi, dolong lebih kelas!" teriak Naru kegirangan.
Itachi pun mendorong ayunan kayu itu lebih keras. Semakin lama, ia semakin paham apa maksud kata-kata Naru yang cadel.
"Huwaa~"
Itachi tertawa melihat wajah ketakutan Naru.
"Kak! Kakak, belentiii!"
"Kenapa, Naru?"
"Dia," tunjuk Naru pada seorang bocah lelaki yang baru memasuki kediaman Uchiha, "ciapa dia?"
"Dia Sasuke, adik Kakak. Umurnya setahun lebih tua darimu, lho, Naru."
"Benalkah?"
"Ya."
"Kak Cacuke~" panggil Naru. "Ayo belmain~!"
Sasuke yang merasa dipanggil menoleh. "Kakak?"
"Hei, Sasuke," lambai Itachi.
"Siapa dia?"
"Bukan dia, tapi Nalu. Calam kenal, Kak Cacuke," jawab Naru.
"Namaku Sasuke, bukan 'Cacuke'," kata Sasuke dingin. "Siapa dia, Kak?"
"Dia Naru, anaknya Paman Minato dan Bibi Kushina."
"Oh."
Tidak merasa tertarik, Sasuke memasuki rumahnya ingin beristirahat.
"Kak, kenapa dia tidak mau menemari Nalu belmain?" tanya Naru. Mata shappire-nya berkaca-kaca.
"Engg," itachi gugup melihat mata nyaris menangis Naru, "mungkin dia lelah sepulang sekolah."
Naru mengangguk-angguk. "Ya cudahlah, kita main lagi, yuk, Kak~"
Itachi bersyukur Naru adalah orang yang gampang berubah mood. "Ay—" ucapan Itachi terhenti ketika ia melihat Naru berlari menuju jalan yang tadi dilewati Sasuke.
"Kakak! Kak!" teriak Naru, "lihat apa yang Nalu temukan!"
Terpaksa, Itachi berlari mendekati Naru. "Ya, Naru?"
"Lihat!" Naru menunjukkan sebuah buku dengan nama 'Sasuke Uchiha' tertulis di covernya. "Ini buku Kak Cacuke kan? Kita selahkan yuk, ke olangnya. Mana tau Kak Cacuke cudah celecai istilahat dan mau menemani Nalu?"
Itachi mengalah, dan membiarkan Naru menyeret tangannya masuk. Hei, apa mungkin Naru tertarik pada Otouto? Itachi menggeleng-gelengkan kepala. Naru bahkan baru 6 tahun. Mana dia tau, apa itu suka?
"Ne, ini buku apa?"
Suara gumaman Naru terdengar. Itachi menoleh. Bocah mungil itu sedang memandangi buku Sasuke dan membolak-baliknya. Bibirnya mengerucut lucu dan dahinya berkerut. Itachi tersenyum. Ah, andaikan Naru adalah adik kandungnya... ia rela dengan sangat jika Sasuke ditukar dengan Naru. Mulai terbayang di benaknya Sasuke yang pendiam dan tak asyik diajak main diganti Naru yang luar biasa imut dan menggemaskan. Aih! Betapa bahagianyaa~
Itachi yang sibuk melamun sembari senyum-senyum lebar dan Naru yang begitu tertarik membaca buku Sasuke tanpa melihat jalan. Hasilnya?
Duk.
"Uwaaa!"
Bruk!
Jatuhlah bungsu Namikaze.
"Naru-chan!" Itachi memekik.
"Naru!" kyuubi berteriak histeris. Dengan cepat ia berlari mendekati Naru.
Fugaku hanya diam ditempat, bingung dengan situasi. Sementara itu Mikoto segera beranjak dari dapur dan mengambil kotak P3K. Sasuke yang sedang meminum susu dingin (karena ia baru pulang sekolah dengan berjalan kaki dan cuaca begitu terik) tersedak. Mata Sasuke mengilat marah. Geram, ia melangkah menghampiri asal suara.
"Naru, kau tak apa?" Kyuubi mengangkat adiknya. Kentara sekali kecemasan nampak di wajahnya.
"Kyuu, hiks," muka Naru begitu menyedihkan. Ia menahan air matanya yang hendak keluar sekuat tenaga. Mukanya merah, terlebih dahinya yang terantuk sudut meja ketika jatuh. "Sa-sakit, Kyuu..."
"Sudah, nggak papa," bujuk Kyuu, sedikit lega Naru belum mewek. "Yang mana yang sakit?"
"Sini," tunjuk Naru pada dahinya.
Kyuu mengecup dahi adiknya lembut. Tangannya mengusap-usap belakang kepala Naru. "Masih sakit?"
Naru mengangguk. "Macih, tapi nggak telalu..."
Sekali lagi, Kyuubi mengecup dahi Naru lembut, penuh perasaan. Berharap sakit adiknya segera hilang. Kemudian digendongnya naru dan didudukkan di sofa. "Kau jangan—"
"Hei."
Naru mendongak mendengar suara dingin itu. Kyuubi menatap sebal, ucapannya baru saja dipotong bocah tengik ini.
"Tadi kau, ya, yang berteriak?"
Naru mengangguk. "Iya, Kakak. Nalu cakit..." air mata kembali menyelimuti mata biru Naru.
Seketika amarah Sasuke hilang. Tanpa ia sadari, ia mendekati Naru lantas duduk disebelahnya. "Ja-jangan nangis." Sedikit gugup melihat mata berkaca-kaca Naru.
"Sini, kupeluk kau. Tapi jangan nangis," kata Sasuke.
Naruto beringsut mendekat, memeluk Sasuke dari samping. Sasuke sendiri menyamankan dirinya dipelukan Naru. Tangan kecilnya mengusap rambut Naru. Kedua bocah itu sama sekali tidak menyadari Kyuu yang memandang Sasuke marah.
'ANAK AYAM! BERANINYA DIA MEMELUK NARU!' inner Kyuubi teriak, matanya berapi-api. 'AKAN KUBALAS PERLAKUANMU, ANAK AYAM!'
Entah kenapa, perasaan Sasuke nyaman karena berpelukan dengan Naru berganti dengan firasat tidak enak. Aduh, Sasuke, sadarlah!
Gimana dengan Sasuke, ya? Benar nih, si Kyuubi mau ngebully dia? Sasuke bisa bertahan nggak, ya?
Bersambung...
Semoga suka, ya, dengan cerita ini ^^ ada yang pengen kelanjutannya? Ga ada ya? *pundung* suka nggak suka, saya mohon bantuan dan kritikannya, Senpai! Review, please?