Title : Savior

Rating : PG 15

Genre : Hurt/Comfort, romance

Author: DevilishMay

Warning: Yaoi, Typos, kalimat rancu, OOC?

Pair : TaoRis

Disclaimer : Sadly, I own nothing but the plot -_-

-Prologue-

All my life, my heart has yearned for a thing I cannot name.

- Andre Breton

Seorang lelaki melangkah keluar dari dalam mobil Lamborghini Murcielago silver miliknya. Lelaki itu berperawakan tinggi, sangat tinggi, bukan hanya itu ia juga memiliki paras yang tampan, sangat tampan. Ia mengenakan setelan jas lengkap yang jelas sekali merupakan kualitas terbaik, rambutnya yang dicat pirang kecoklatan itu distyle sedemikian rupa hingga membuatnya menampilkan kesan arogan dan sexy, persis seperti tokoh-tokoh utama pria di dalam manga-manga Jepang.

Lelaki itu menatap tidak sabar ke arah rambu lalu lintas di hadapannya yang masih menunjukkan warna hijau, sebelum kemudian mengalihkan pandangannya ke sebuah cafe di seberang jalan yang menjadi tujuannya. Ia melirik jam tangan rolex miliknya, sama sekali mengabaikan tatapan kagum dan terpesona yang telah dilemparkan orang-orang ke arahnya sejak mobilnya berhenti menepi di pinggir jalan tadi.

Sebuah helaian nafas terlepas dari mulutnya tatkala rambu tersebut akhirnya berubah merah, menandakan waktu bagi para pejalan kaki untuk menyebrang. Ia baru saja akan melangkahkan kaki ketika ia merasakan sebuah tangan menyelip masuk ke dalam saku celana belakangnya. Dengan sigap ia mencoba untuk menangkap tangan itu, namun terlambat, tangan itu sudah menyelinap keluar bersama dengan dompetnya. Ia segera memutar tubuh dan menatap ke sekelilingnya, mencoba menemukan orang yang telah sukses mengambil dompet miliknya. Dari sudut matanya ia berhasil melihat seorang bocah yang tengah berlari membawa dompetnya.

Lelaki itu melirik sekilas ke arah cafe di seberang jalan sebelum akhirnya menggeram kesal dan dengan kecepatan penuh berlari mengejar bocah yang telah berani mengusiknya. Kakinya yang panjang serta langkahnya yang lebar membuat pengejaran itu menjadi lebih mudah baginya. Sedikit demi sedikit jarak diantara dirinya dan bocah itu semakin mengecil hingga akhirnya ia berhasil mencengkram bahu bocah itu dan menahannya di tempat.

Bocah itu memberontak, mencoba untuk melepaskan diri dari cengkraman di bahunya, namun tentu saja usahanya sia-sia. Lelaki tadi hanya menggeram ke arahnya, nafasnya tersengal dengan keringat mengucur deras di wajahnya. Ia segera merampas kembali dompetnya dari genggaman sang bocah dan menempatkannya dengan aman di saku dalam jasnya.

Kembali ia melirik ke jam tangannya dan mendengus kesal ketika ia jelas telah kehilangan kontrak kerja sama dengan pemilik salah satu perusahaan terbesar di Korea. Tidak mungkin ia dapat kembali tepat waktu ke cafe tadi. Merasa pasrah akhirnya ia pun memusatkan perhatiannya ke bocah di sampingnya yang kini mulai terlihat ketakutan.

"Kau, siapa namamu?" tanyanya dingin. Bocah itu menundukkan kepalanya sebelum menjawab.

"Y-yitao" suaranya keluar hanya berupa bisikan.

"Baiklah Yitao, sekarang bawa aku ke rumahmu agar aku bisa membicarakan perilakumu ini dengan orang tuamu." Ucap lelaki itu membuat sang bocah, Yitao , membelalakkan matanya dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tidak, Tuan, aku mohon jangan beritahu orang tuaku!" pintanya panik. Bila mungkin ia bahkan terlihat jauh lebih takut dibandingkan tadi. Sang lelaki hanya menghela nafas lelah.

"Kau bisa membawaku menemui orang tuamu atau kita bisa pergi ke kantor polisi sekarang juga. Kau pilih."


Mobil mewah itu berhenti di depan sebuah komplek apartemen kecil yang jelas dihuni oleh orang-orang yang kurang mampu. Sang pengemudi turun dari dalam mobil tersebut diikuti oleh seorang anak lelaki yang mungkin berusia 7 atau 8 tahun. Anak lelaki itu, Yitao, tampak memprihatinkan dengan air mata mengalir di pipinya. Ia tidak henti-hentinya menangis sedari tadi. Berulang kali ia mencoba memohon kepada pria yang tengah membawanya untuk tidak memberitahukan apa pun kepada orang tuanya, atau ibunya, mengingat ia tidak mempunyai seorang ayah, namun pria itu tetap tidak bergeming.

Dengan langkah berat, Yitao pun berjalan menuju kamar apartemen tempatnya menetap, menuntun lelaki yang masih memeganginya. Ketika mencapai lantai 2 mereka akhirnya berhenti di depan pintu bernomor 12. Tanpa membuang waktu lelaki itu segera mengetuk pintu di hadapannya. Beberapa saat berlalu hingga akhirnya pintu itu terbuka, memperlihatkan seorang pemuda berambut hitam dengan kantung mata yang membuatnya terlihat seperti panda. Pemuda itu menatap mereka bergantian, wajahnya merengut dalam cemas.

"ZiTao, siapa itu?" sebuah suara seorang wanita terdengar dari dalam, mengagetkan ketiga orang yang masih berdiri di depan pintu. Yitao jelas terlihat semakin ketakutan, ekspresinya tidak jauh berbeda dengan yang tersirat di wajah si pemuda.

Suara langkah kaki terdengar mendekat, dengan setiap langkah yang terdengar tubuh Yitao pun makin bergetar dalam takut. Zitao tampak melirik ke belakangnya sekilas, sebelum kemudian membuka pintu itu semakin lebar. Seorang wanita berusia 40an muncul dari belakang ZiTao, sebuah senyum manis terukir di bibirnya ketika matanya bertemu dengn sosok lelaki tampan di depannya, namun senyum itu segera berubah menjadi ekspresi tidak senang tatkala ia melihat anak kecil yang kini telah menempel ke sisi sang lelaki.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya wanita itu kepada sang lelaki.

"Apakah nyonya ibu dari anak ini?" Sang lelaki menjawab seraya menunjuk ke YiTao. Wanita yang ditanya mengangguk singkat.

"Ya, dia YiTao, putraku, saya Xiao Mi dan yang ini" ia menunjuk pemuda berambut hitam yang masih terdiam di sampingnya. "adalah ZiTao, putra tertuaku. Ada perlu apa? Apa anakku membuat masalah?"

"Pertama-tama, nama saya Kris, dan saya ke sini karena ingin memberitahu kalau tadi siang YiTao berusaha mencuri dompet saya, untung saja saya berhasil mengejarnya. Dia tidak saya bawa ke kantor polisi karena mengingat umurnya yang masih kecil." Jelas pria bernama Kris itu.

Mendengar itu sang wanita segera menarik paksa Yitao dan menjewer telinganya pelan.

"Dasar anak nakal! Sejak kapan aku mengajarimu untuk menjadi seorang pencuri, hah?! Aku tahu aku memang bukan seorang ibu yang baik, aku tidak bisa membelikan kalian barang-barang bagus, tidak bisa membahagiakan kalian, semua ini memang salahku. Tolong maafkan anakku, Kris-ssi, ini semua salahku, aku yang tidak pandai mendidik anak." Air mata mulai mengalir di pipi wanita itu. Ia menarik YiTao ke dalam pelukannya dan menangis tersedu-sedu.

Kris menatap pemandangan itu dengan tatapan canggung. Ia melirik ZiTao yang juga tengah menatap kejadian itu dan terkejut melihat ekspresi benci dan jijik di wajah pemuda itu. Perasaan aneh sontak saja menyergap Kris, seolah ingin mengatakan ada sesuatu yang aneh dengan keluarga ini. Kris segera menepis perasaan itu, tidak ingin terlibat lebih jauh lagi di dalam kehidupan keluarga orang lain. Ia segera memasang senyum palsu di wajahnya.

"Jangan khawatir nyonya, saya sudah memaafkan YiTao sejak tadi, hanya... tolong pastikan kalau kejadian ini tidak akan terulang lagi."

Kris berani bersumpah setelah ia mengatakan hal itu selama beberapa detik ia sempat melihat seringaian sadis di wajah ibu YiTao sebelum kemudian berubah kembali menjadi sebuah senyuman manis.

"Ya, akan kupastikan kejadian ini tidak akan terulang lagi, terima kasih Kris-ssi" Wanita itu membungkukkan badannya yang dibalas oleh Kris. Setelah itu Kris segera mempermisikan dirinya dan pergi meninggalkan apartemen itu. Entah mengapa perasaan aneh itu masih tetap menempel di batinnya. Sesuatu terasa salah dengan keluarga itu. Sangat salah.


-TBC-

Halo, ini ff Taoris pertama saya, jadi maaf kalau agak aneh hehe

Saya bukan author baru sih disini, tapi udah lama banget ga nulis di ffn karna lupa email acc lama -_-

Saya author ff YunJae dulu, ada yg bisa nebak? xD

Hehe jangan lupa RnR ya ^^