~Balasan Reviews~

Ika-chan : Shera anak SMA kooookkk, udah gedhe lhoo... :3
Tapi belom 17 tahun sih... :x *plak*
Kalo Ika-chan kelas brp mang?

Sami-chan : Iyaaahhh... makasih udah dukung Shera... .

Ao-chan : Ah,.. gapapa kok Ao-chan...
Shera malah lagi kehabisan imajinasi... T.T

Aya-chan : Ehhh?
masa sihh... gomennn... .
ToT

xxxfshineeiiiga21737 : Enggak lah... discontinue? oh.. no!
Shera tuh kalo mw berhenti, udah berhenti di awal...
Makanya ada Keep or Delete, kalo udah Keep ya Keep aja... :3
(walau cerita akhirnya jadi GaJe)

Karasu-chan : Gak bakal berhentyii... orang chap terkhirnya udah update.. :3
Baca ya... Semoga gak mengecewakan... (ngarep)

Cecil-chan : iia deh iia,,, ngecewain gak nih endingnya? T.T

Hinamori Miko Koyuki : Wah... dalem bener review kamu...
Tapi.. oke! bisa di pakek! (w)d *stoic mode*

Hima Sakusa-chan : He he he itulah Sasuke-kun..

mesum...he he :)

~Enjoy the last Chap~


Chapter 11 : True Battle


"Takdir tak pernah bisa dipilih, Sakura-hime.—

.Hup.

Sakura berdiri tegap di depan sebuah gedung besar. Suatu gedung yang memiliki lambang awan merah tepat di pintunya. Ia menatap tajam ke arah lambang itu. Beberapa orang datang mengikuti di belakangnya. Sasuke, Shion, Gaara, Kiba, Naruto, dan beberapa jenis siluman lainnya. Mereka datang ke arena pertempuran yang sebenarnya.

"Kalian siap?" tanya Sakura sambil meraba sebuah botol kecil di sakunya. Itu adalah cairan Fouril yang dibawa Gaara dan Shion. Sakura meneguknya habis. Seluruh siluman pengikutnya telah melakukan hal yang sama. Itu untuk melindungi diri mereka dari serangan racun bangsa Neraka—yang sebentar lagi akan diserangnya.

"Kita mulai!"

Seruan Sakura menjadi tanda awal pertempuran mereka dengan bangsa Neraka. Bulan purnama yang bersinar terang itupun menjadi saksi bisu akan pertumpahan darah memperebutkan takdir abadi itu.

karna takdirlah yang memilih."

Mereka mempercepat gerakannya. Ketika beberapa siluman Neraka datang menyerang, mereka bersatu melawannya. Sejauh ini semua bisa teratasi dengan baik selama ada antitoxin Fouril yang masih bekerja di tubuh mereka. Tapi…

.Boft.

Seketika segumpalan asap hitam datang menghadang langkah Sakura dan yang lainnya. Mereka segera meloncat menjauh memasang tameng penyerangan.

"Yak. Cukup sampai di sini saja."

Inilah dia, kemunculan anggota Akatsuki. Keenam siluman Neraka. Inilah saatnya ketika pertempuran sesungguhnya terlaksana. Kali ini takkan ada draw atau run lagi. Yang ada hanyalah pilihan attack saja. Dengan nyawa sebagai taruhannya.

"Sakura…aku ingin bertanya kepadamu sebagai seorang wanita—

Sekali lagi mereka bertarung one fight one. Sasuke melawan Orochimaru, Gaara melawan Hidan, Shion melawan Konan, Naruto melawan Kabuto, Kiba melawan Deidara, dan Sakura melawan Pain.

"Sasuke, sudah lama aku ingin sekali melihat sendiri kekuatanmu yang melegenda itu…" seru sang siluman ular, Orochimaru. Sasuke mengaktivkan Sharingan-nya. Menatap Orochimaru tajam.

"Hey wanita… apakah kau telah mengucapkan selamat tinggal pada kekasihmu itu?" Konan menyeringai pada Shion. Shion hanya menggeram sambil sesekali melirik ke arah Gaara. Sebenarnya, ia dan Gaara memiliki suatu hubungan khusus. Tapi hal itu masih menjadi rahasia mereka berdua.

kalau kau harus memilih… Kristal Yin-Yang ini dan segala bantuan dari Hyuuga clan, atau Sasuke dan segala konsekuensi yang ada… mana yang kau pilih?"

"Kau hanyalah sampah! Kenapa tak kau kembali saja kepangkuan ibumu di Surga sana heh, Puppy?!" pekik Deidara dan dibalas oleh decihan Kiba. Selama ini, hanya Naruto lah satu-satunya yang ia biarkan memanggilnya dengan sebutan 'Puppy' tak pernah ada yang lain.

"Bocah Rubah. Apa yang akan kau lakukan hn? Antitoxin yang kalian pakai paling lama hanya bertahan 5-8 jam saja kan…? Dan aku akan membuatnya jauh lebih singkat dari itu." Kabuto menyeringai puas. Sesungguhnya mereka pun tahu, bahwa Fouril pun takkan bisa menahan hidup mereka lebih lama. Hanya permainan strategi dan kekuatan saja yang bisa.

"Kekuatan kalian tak cukup kan untuk melawan bangsa Neraka…?—

". . . ." sementara itu Hidan dan Gaara hanya saling terdiam. Mereka saling bertatapan tajam, seakan berkomunikasi melalui pikiran. Saling melontarkan aura kejam mereka yang mampu menggoyahkan kekuatan batin satu sama lain.

"Kita bertemu lagi, Sakura-chan." Pain tersenyum menatap Sakura yang membalas tatapannya dengan tajam. Sakura memasang posisi-nya. Ia mengeluarkan sinar hijau di tangan kanannya. Pain sekali lagi hanya menyeringai melihat hal itu.

karna itulah kalian meminta bantuan kami bukan?"

Sakura memenjamkan mata, mengingat akan kejadian saat ia dan Sasuke berada di markas Hyuuga clan dengan membawa kristal Yin-Yang yang telah dijanjikannya. Ekspresi Hinata—sang Miko clan Hyuuga—sungguh sangat menampakkan keterkejutannya. Hal itu juga sama seperti yang Sakura rasakan. Saat tiba-tiba para pengawal dari clan Hyuuga menangkap Sasuke.

"Apakah pilihan hatimu Sakura? Katakan lah…"

Saat itu Sakura sangat bimbang, antara sosoknya sebagai Dewi Surga yang rakyatnya terancam, atau sosoknya sebagai seorang gadis yang kekasihnya terancam. Sebagai pemimpin, mengorbankan rakyatnya adalah pilihan yang tak bisa dimaafkan. Tapi sebagai seorang gadis, batinnya berteriak tak rela. Akhirnya ia menarik nafas panjang dan menegaskan pilihannya.

"Aku memilih Sasuke!"

.Tring.

Berbagai kilatan sihir tersebar di sana. Menjadi tanda pertarungan antar Surga dan Neraka yang melegenda. Dimana semua merasa dirinya benar. Memperebutkan suatu akhir penentuan. Seluruh kekuatan dikumpulkan untuk hari ini. Hari kiamat bagi salah satu bangsa yang kalah nantinya.

"Kenapa? Kenapa kau memilih Sasuke? Sebagai pemimpin, kau telah gagal di awal. Dan aku tak bisa menolongmu."

Sekali lagi kilatan petir Sasuke menusuk dalam membelah tubuh Orochimaru. Menampakkan sayatan-sayatan halus yang terukir di tubuh ularnya itu. Sasuke bisa dengan mudah mengalahkan Orochimaru karna kemampuan Mangekyou Sharingan-nya. Ia segera mengambil posisi melindungi Sakura ketika ia melihat Pain menyerang Sakura dengan sihirnya.

"Tidak. Aku belum gagal. Selama aku masih hidup, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi rakyatku. Aku takkan mati. Sasuke bilang ia akan melindungiku, dan aku percaya itu."

Sakura kembali yakin atas pilihannya kepada Hinata itu. Meski pilihan itu membuatnya tak mendapat bantuan dari Hyuuga clan, tapi ia percaya akan kekuatannya sendiri. Karna ia mampu. Takdir yang memilihnya, takdir mempercayainya. Dan dia juga akan mempercayai takdir.

"Hah…hah…Sakura, masuklah! Aku akan melawannya."

Sakura menatap keyakinan yang ada di mata Sasuke. Ia berpaling dan melihat beberapa teman lainnya sedang bertarung melawan Akatsuki. Sakura mempercayai mereka, ia percaya bahwa mereka akan memenangkan pertarungan ini. Hingga tiba-tiba…

.Ctar!.

Serangan kilat terlontar tepat mengenai tubuh Shion. Seketika pandanganpun beralih menuju sosok Shion yang kini tersungkur jatuh dengan berbagai kilatan kecil menguak dari tubuhnya.

"Shion!" pekikan kencang terdengar dari Gaara yang langsung mengambil posisi melompat menuju ke arah sosok Shion. Tapi baru saja ia akan mendekati Shion, sebuah gumpalan sihir menerjangnya. Membakanya dengan elemen api sihir itu.

"Kau lengah!" sahut Hidan, sang sumber penyerangan Gaara itu.

Sakura membulatkan matanya, ketika mendapati sebuah aura kekejaman yang pekat datang mendekat. Ia mencari sumber aura itu, dan ia menemukannya. Sosok dengan mata merah menyala yang sama seperti Sasuke.

"Kau…" Sasuke menggeram ketika ia mendapati itulah sosok yang menyerangnya di rumah Sakura saat tengah malam waktu itu.

"Dewa Neraka…?" Sakura menerka. Ia melihat lambang Neraka di lengan kanan sosok itu. Sakura bisa menduganya. Sosok itu sejenis dengan Sasuke. Kelompok Uchiha. Dan ia juga tahu bahwa sosok itu adalah kakak Sasuke, yaitu… Itachi Uchiha.

.Greb.

Seketika itu pula Pain segera menyegel kekuatan Sasuke yang sedang lengah. Membuatnya mati syaraf seketika. Ia tersungkur, tapi kesadarannya tak hilang sepenuhnya. Hanya saja tubuhnya tak dapat bergerak.

"Kau akan sangat mudah untuk dibunuh sekarang, tapi… aku ingin memberimu kesempatan untuk melihat…" Pain menyeringai sambil menendang-nendang pundak Sasuke. "Kematian sang Dewi Surga, kekasihmu."

"Sasu… engh!" Sakura segera memfokuskan dirinya ke hadapan sosok Itachi ini. Ia bisa melihat adanya seringai di balik wajah iblis-nya itu.

Kiba kini tak bisa bergerak banyak karna ia sudah tak memiliki sihir, hanya kelincahannya menghindari serangan ledakan Deidara saja yang membuatnya bisa bertahan.

Naruto yang tak bisa menyusun strategi, tapi kekuatannya besar, disamping ia juga merupakan siluman rubah yang kuat ia bisa menahan serangan Kabuto yang terbilang lemah itu.

Sedangkan Gaara, Shion, dan Sasuke kini sudah dikendalikan oleh musuh. Mereka tak bisa dijadikan tolak ukur lagi. Apalagi siluman-siluman pengikut lainnya juga terlihat sudah mulai kehabisan tenaga.

Kini, tinggal Sakura. Tinggal perannya kini untuk menuntaskan peperangan ini. Pion raja melawan Pion raja. Semua akan tunduk ketika sang raja telah kalah. Dan itulah yang akan terjadi sekarang. Antara Sakura dan Itachi.

"Kita mulai!"

.Tring.

Bunyi gesekan kunai yang digunakan Sakura menggema seiring dengan pedang kusanagi yang digunakan Itachi. Ledakan demi ledakan mengiringi suasana bagai pemeriah.

Beberapa saat awal, Sakura nampak bisa mengendalikan situasi. Tapi semua berubah ketika ia menodongkan kunainya tepat di leher Itachi. Ia menyadari bahwa Itachi sama sekali tak menghindari serangannya seperti yang dilakukannya sebelum-sebelum ini. Dan Sakura semakin membulatkan matanya ketika ia berbalik melihat sekutunya.

Sasuke terbelenggu dalam sebuah pion kaca, dan disebelahnya ada pion kaca yang lebih besar dengan Naruto, Gaara, Kiba, Shion, dan siluman pengikut lainnya terkurung di sana.

"Kau…" Sakura menggeram. Itachi hanya menyeringai melihat ekspresi Sakura saat itu. Sakura pun segera meloncat menjauh dari hadapan Itachi. Ia melihat sekitar. Sungguh, ini diluar dugaannya. Apa takdir telah salah? Saat ini posisi mereka benar-benar 'tragis'. Kekuatannya ternyata tak cukup untuk melindungi semua orang.

"Wahai Dewi Surga… Kau sudah tahu apa yang akan kulakukan bukan?" Itachi menyeringai puas. Ia sungguh licik. Ya, inilah rencana licik mereka. "Pilihlah,… Adikku yang kau cintai, atau rakyat yang mencintaimu?"

Sakura memejamkan mata. Ini tak sama seperti saat Hinata menanyainya dengan menyandra Sasuke. Ia bisa dengan tegas memilih Sasuke, tapi kali ini rakyatnya benar-benar menjadi korban.

"Sakura! Apa yang kau tunggu! Jangan pedulikan aku!" Sakura bisa mendengar Sasuke berteriak kepadanya. Mata Sakura masih terpejam. Ia bahkan berharap dalam hati bahwa ini hanyalah mimpi semata.

"Sasuke…aku mencintaimu." Sahut Sakura lirih. Ia bisa merasakan air matanya sudah hampir jatuh, namun matanya masih terpejam.

"Bodoh!" Sasuke tersenyum di sela rintihannya. "Aku sudah berjanji akan melindungimu, kan? Percayalah padaku." Sasuke tersenyum. Meski senyum itu tak dapat dilihat oleh Sakura.

'Benar…' batin Sakura. 'Aku sudah sampai di sini. Aku takkan menyerah!'

Sakura membuka matanya perlahan. Ia berdiri tegak. Seketika aura sihirnya meningkat. Seluruh perhatian kembali disitanya. Membuat sebongkah cahaya datang menyelimuti tempat itu. Cahaya hijau yang perlahan memasuki syaraf-syaraf Shion, Gaara dan Sasuke, mengobati luka yang ada, meski tak sepenuhnya.

"Sakura… dia…"

.Ckrak!.

Pion kaca itu pecah begitu saja. Saat cahaya menghilang, Sakura telah kembali ke posisinya memimpin para siluman Surga. Tapi sesaat ia bisa merasakan sesuatu mengalir dalam dirinya, ia menyadari antitoxin Fouril itu mulai kehabisan khasiatnya. Dan itu berarti waktunya tak lama lagi.

"Kalian masih punya tenaga, kan?" Sakura bersiap akan memberikan komandonya. Seluruh siluman Surga hanya mengangguk ragu. Sebenarnya mereka tak yakin bisa mengalahkan bangsa Neraka itu.

"Maaf kami terlambat!"

Tiba-tiba saja sebuah suara gaduh datang mendekat. Sakura melirik ke arah sumber suara itu. Ia mendapati beberapa siluman kelinci datang menyerbu para Akatsuki dan terlihat seorang gadis pirang yang datang sebagai pemimpinnya.

"Ino!" panggil Shion. Sakura baru menyadarinya, bahwa ini adalah para siluman kelinci dari desa Sunagakure itu. Tak disangka mereka datang untuk membantunya. Ino—sang pemimpin kawanan siluman kelinci itu—berdiri di samping Sakura.

"Sakura-hime, ini adalah balas budi kami atas pertolongan saat kuil Takitsuku kami diserang Akatsuki." Sahut Ino sambil tersenyum.

Mereka memiliki harapan. Dengan jumlah mereka yang bertambah, kini Akatsuki sedang kewalahan menghadapi para siluman kelinci itu. Itachi hanya menjadi penonton saja di atas sana. Ia masih menatap Sakura dan Sasuke bergantian.

"Sakura…" Sakura menoleh. Ia mendapati Sasuke yang memegangi lengannya yang terluka. Sesaat sebelum Sakura akan mengalirkan sihirnya untuk mengobati luka itu, Sasuke mencegahnya.

"Sebaiknya kau simpan tenagamu untuk melawannya." Sasuke tersenyum dan menepuk pelan kening Sakura. "Aku berangkat!"

Segera Sasuke mengaktivkan mata Mangekyou-nya dan meloncat ke arah Itachi. Sasuke menghujani Itachi dengan serangannya yang bertubi-tubi. Ia menghajar Itachi seperti sedang kesetanan. Sepertinya Sasuke juga memiliki darah Neraka dalam dirinya, ataukah ini karna tuntutan batinnya saja…?

"Akhirnya aku bisa melawanmu juga." Sahut Sasuke yang kini menatap mata tajam (mantan) kakaknya itu.

Itachi memejamkan mata. "Kau 'pernah' menjadi adikku yang sangat kusayangi. Hingga para penasehat Uchiha mendesakku untuk mengambil kembali ilmu yang telah kuberikan kepadamu, kalau tidak kau akan dibunuh."

.Dheg.

Sasuke membulatkan matanya. Ia sungguh tak mempercayai ucapan kakaknya ini. Apakah hal itu benar? Itukah sebabnya ia membiarkannya hidup dengan membuatnya diusir dari Surga…?

"Tapi itu sudah tak penting lagi sekarang. Aku akan membunuhmu di sini."

Sasuke meloncat menjauh saat serangan sihir dari kakaknya datang menerpa. Ia membalasnya dengan kilatan yang sama. Sama-sama Uchiha. Sama-sama pernah saling percaya. Sama-sama menyayangi. Dan sama-sama kuatnya.

"Hah…hah…sial." Akatsuki kini sudah mulai kehabisan tenaga. Hidan dan Deidara sudah sangat luka parah. Mereka tak bisa lagi menggunakan sihirnya. Tapi meski begitu, ada empat anggota Akatsuki lainnya yang masih bisa bertahan.

"Sedikit lagi! Ayo berjuang!" Ino kembali memerintah. Iapun segera menyerang Kabuto dengan serangan sihirnya yang berelemen angin itu. Kabuto merupakan sumber pengobatan di Akatsuki, itulah sebabnya Ino mengincar lengannya. Agar Kabotu tak bisa menggunakan ilmu pengobatannya.

.Crash.

Dan suara itu menjadi tanda kekalahan Kabuto. Ino berhasil memotong tangan kanannya. Namun sayang, sebelum tangan itu benar-benar terlepas dari tempatnya, ia sempat melukai Ino tepat di jantungnya. Membuat Ino dan Kabuto mati bersama seketika.

'hampir…'

Sakura kembali memfokuskan pikirannya. Ia menyinari siluman-siluman pengikutnya untuk memulihkan tenaga mereka, atau tepatnya menjaga mereka dari pengaruh racun Akatsuki. Sebagian besar silumannya telah tewas karena antitoxin Fouril dalam tubuh mereka telah habis.

.Brak.

Sakura membuka matanya. Ia melihat tubuh Sasuke yang terlempar. Segera saja ia loncat untuk menumpu tubuh Sasuke, akibatnya tubuh Sakura terbentur dinding dengan keras.

"Sa…kura… apa yang kau… ukh!" Sasuke memegangi matanya yang terasa berdenyut. "Aaaaakhhh!" tiba-tiba saja Sasuke memekik kencang dan tubuhnya tersungkur jatuh ke lantai.

"Sasuke!" Sakura menggenggam erat tangan Sasuke. Mengalirkan sihir hijau-nya ke tubuh Sasuke.

"Khu..khu khu… Lawan aku, Sakura!" Itachi memekik kencang. Darah iblis ternyata telah mengalir kental dalam dirinya. Iapun menerjang tubuh Sakura seketika, namun beruntung Sakura bisa melewatinya dan menyelamatkan Sasuke untuk menjauh.

.Greb.

Seketika Sakura bisa merasakan suatu lengkuhan di pundaknya. Saat ia menoleh, betapa terkejutnya ia mendapati sosok yang begitu tak disangkanya untuk berada di sini.

"Hi…Hinata-hime…" Sakura masih terpaku melihat senyuman di wajah Hinata. Ia juga melihat banyak sekali kawanan kucing Kutub yang datang mengiringi langkah Hinata. "A…apa yang…"

"Aku tersadar." Hinata memejamkan matanya. "Bahwa seorang pemimpin bukanlah penting di statusnya, melinkan pada kewajiban yang diampuhnya."

"Apa…maksudmu?"

"Dulu… aku mempunyai orang yang kucintai, namanya Neji. Ia berasal dari clan Hyuuga yang sama. Saat itu dewa Neraka menyandranya, dan memintaku untuk memilih antara Neji atau rakyatku, aku yang tak ingin mengecewakan clan ku akhirnya memilih merelakan orang yang kucintai. Dan aku menyesalinya hingga kini. Bahwa semua takkan ada artinya tanpa orang yang kausayang berada di sisi-ku."

Sakura melihat senyuman tulus di raut wajah Hinata. Mendadak seakan semangatnya terisi kembali. Iapun bangkit. Sakura telah meyakinkan dirinya. Semua yang ada di sini mengantungkan harapan padanya. Dan ia yakin dengan kekuatan yang dimilikinya.

-ooOoo-

Angin berlalu melewati tubuh seorang gadis yang tengah berdiri tegak. Mata emerald-nya terpejam menikmati suara alam. Seketika ia membuka matanya saat sebuah tepukan pelan di pundaknya dapat ia rasakan. Ia menoleh. Senyum mengembang melihat siapa yang berani mengganggunya.

"Sudah waktunya, Sakura-hime…" sosok itu berucap. Sosok dengan rambut perak dan matanya yang menghanyutkan. Shion. "Sudah waktunya kita kembali ke Surga."

"Sebentar lagi, Shion. Aku masih ingin di sini." Sakura kembali memalingkan pandangannya. Hamparan padang rumput bergoyang membuatnya mengingat kembali akan pertempurannya dengan bangsa Neraka.

"Tak banyak yang berubah di dunia langit, tapi banyak yang telah hilang dari sana."

Itu sudah berlalu. Pertarungan melegenda yang menewaskan hampir setengah dari kaum Surga. Neraka telah kalah. Dengan kematian Itachi sebagai Dewa Neraka, Sakura mengutuskan suatu perjanjian. Perjanjian dimana bangsa Neraka dan Surga takkan saling menghancurkan lagi. Mereka akan melakukan tugasnya masing-masing.

Sakura memejamkan mata. Ingatannya terputar ulang saat dimana ia kehilangan banyak teman-temannya. Ino—sang siluman kelinci, Gaara, dan Naruto mati di tempat saat kejadian itu. Tapi seperti yang pernah dikatakan Shion, bahwa mati bagi mereka berbeda dengan manusia. Mereka hanya akan kehilangan kekuatan dan akses ke dunia manusia saja.

"Mereka menunggumu, Sakura-hime." Shion kembali menepuk pundak Sakura lembut. Sakurapun berpaling. Sesekali ia melirik ke arah tempat itu. Ia teringat akan kenangannya tinggal di rumah dimana semua berawal. Ia teringat akan sekolah dimana ia menuntut ilmu. Ia teringat akan hutan dimana ia menemukan takdirnya. Semua berputar di pikirannya setiap kali ia turun dari singgasananya di Surga dan berkunjung ke dunia manusia.

Kini Sakura telah resmi menjadi Dewi Surga. Keyakinan yang dipegangnya membawanya kepada kemenangan. Sasuke kini sedang menjalani masa penyembuhan karna efek dari pertempuran waktu itu. Sihirnya telah hilang, akibatnya daya penyembuhannya kurang. Hanya Sakura yang bisa merawatnya.

Kaum kucing Kutub yang dipimpin Hinata berhasil selamat dari pertempuran itu. Mereka memilih untuk kembali ke Kutub dan hidup dalam damai di sana.

Sakura melangkahkan kakinya maju. Menembus cahaya putih yang membawanya kembali ke dunia siluman Surga. 1000 tahun mulai dari sekarang, akan muncul lagi tak dir yang menggemparkan dunia. Akan muncul calon reinkarnasi Dewi Surga yang baru. Selama waktu ia menunggu datangnya hari itu, ia akan memimpin dunia Surga.

Karna takdir tak bisa dipilih…

Karna takdir yang memilihnya…

Karna takdir mempercayainya…

Dan karna ia mempercayai takdir.


-OWARI-


Ya Allah Tuhan...

Gomen ya... endingnya kok Gaje gini... T.T
Udah ngaret, GaJe pula...
Gomen, Gomen, Gomen,.. *sujud-sujud*

Oh ya buat kesan-kesan nya Shera di chap sebelumnya,
Sebenarnya itu bukan bermaksud pesimis lho,
Justru itu sebagai motivasi buat Shera...

Kayaknya banyak yang salah Sangka deh gara-gara itu...
Tenang aja..
Shera ga akan nyerah kok...
Impian Shera kan mau jadi Author yang bisa nyenengin Readers..

Oh ya... ada yang mau kasih saran ide buat Fic Shera selanjutnya gak?
Kalo ada PM Shera ya... Ntar Shera pertimbangin deh...

Oky, see you next Fic yah...

Always trying my Best for all of you!

~Shera Liuzaki~