Virious
by. Hitomi Shoyou

Eyeshield 21
Riichiro Inagaki dan Yusuke Murata.

Warning : OOC dan TYPO


1 bulan kemudian…

Mamori berjalan bersama Akaba. Hari ini cuaca sangat bagus, bahkan hanya sedikit awan yang berarak di langit. Suasana jalan memang selalu ramai oleh lalu lalang orang. Ya Mamori kembali ke perkotaan setelah mengalami kejadian tak terduga sebulan yang lalu dalam hutan.

Kejadian dimana berawal menjelajah hutan dan sampai membawanya ke Virious. Perjalanan singkat tapi membahayakan.

"Shin-san bagaimana kabarnya ya?" gumam Mamori melihat langit biru cerah di atasnya masih sambil berjalan.

"Kurasa baik-baik saja. Kudengar ia akan mengadakan pertunangan dengan Wakana," ucap Akaba.

Mamori langsung menoleh kearah Akaba yang berjalan disampingnya, "Eh?! Benarkah? Aku jadi ingin lihat pertunangan mereka," kata Mamori.

Sejak kejadian pertarungan sebulan yang lalu. Mamori tidak bisa langsung pergi dari sana. Ia ikut dalam rapat di Virious perihal kekacauan yang sudah terjadi. Kedudukan kepemimpinan Virious yang semula dipegang oleh Shogun kini sudah beralih ke Shin. Dari rapat itu di setujui bahwa Mamori jelas tidak bersalah dan Shin juga memutuskan Mamori bisa datang kapanpun asalkan masih dapat menyembunyikan identitas Virious dari manusia biasa. Dan soal Sena, Suzuna, Monta, dan Yamabushi mereka masih tertidur sampai kejadian semuanya selesai karena pengaruh kekuatan Himuro. Ingatan mereka tentang kejadian digua dihapuskan oleh Shin, karena ternyata Shin juga memiliki kekuatan yang serupa dengan Hiruma. Dan mereka mulai sadar kembali 2 hari berikutnya tentu saja sudah berada di rumah mereka masing-masing.

"Clifford apa tidak apa-apa?" (Mamori).

"Fuh, selama ini dia hanya menganggap Wakana seperti adiknya. Lagipula Wakana sepertinya juga menyukai Shin sudah dari lama," (Akaba).

"Begitu ya. Baguslah kalau begitu," Mamori tersenyum.

"Bisa sedikit percepat? Aku sudah tidak tahan dengan cuaca hari ini," Akaba membetulkan kacamatanya.

"Hahaha… gomen. Ayo," Mamori mempercepat langkahnya.

Saat kejadian itu awalnya Mamori cukup terkejut dan bingung. Jika ia adalah reinkarnasi dari seorang pemimpin Virious terdahulu.

"Anezaki, apa kau merasa menyesal?" tanya Akaba tiba-tiba.

"Menyesal?" Mamori agak bingung.
"Jika maksudmu kejadian waktu itu…aku sempat berpikir aku membenci diriku sendiri. Bagaimana bisa aku berbuat kejam seperti itu, waktu itu…Himuro-chan dan Shibuya-chan memberiku penjelasan sehingga aku mengerti. Biarpun aku memang tidak salah tapi aku masih merasa bersalah sampai sekarang," Mamori menunduk.

"Sudahlah, jangan menyalahkan dirimu sendiri," kata Akaba.

Universitas Saikyoudai sudah mulai terlihat. Saat memasuki kawasan Univeritas mereka langsung menuju lapangan. Disana para anggota Wizards sudah berlatih pagi hari seperti biasa.

"Anezaki!" teriak Yamato dari kejauhan melambaikan tangan kanannya.

Mamori hanya tersenyum dan mulai mendekat kearah lapangan.

"Dia hebat juga," kata Yamato mengarahkan ibu jarinya kebelakang menuju Clifford yang sedang duduk sambil meminum minumannya.

"Dipertandingan minggu depan kita pasti menang dengan adanya para Quarterback kuat," kata Yamato.

Mamori mengangguk kuat, "Apa nanti siang kalian mau ikut aku untuk menjenguknya?" tanya Mamori.

"Kami sudah menjenguknya kemarin. Bahkan Agon juga ikut tapi sedikit membuat keributan disana," ujar Yamato tertawa.

Mamori hanya sweatdrop.

"Baiklah, latihannya sepertinya sudah cukup," kata Mamori.

Clifford saat rapat ia memutuskan untuk tinggal di perkotaan. Sebenarnya ia bisa kembali ke Virious jika mau tapi ia memutuskan untuk tinggal di antara para manusia. Dan sekarang disinilah dia, masuk di Universitas Saikyoudai dan juga ikut serta dalam tim amefuto, menjabat sebagai Quarterback.

Beralih ke Universitas Enma…

"MUKYAA! Kenapa aku bisa kalah MAX!" teriak Monta histeris.

"Fu fu fu… itu artinya Monmon harus berkeliling lapangan memakai kostum ini lho," Suzuna memamerkan kostum monyet.

"Dan juga sambil berkata 'Aku mencintai pisang!' dengan keras," kata Riku.

"UAAPAA?!" Monta semakin shock.

"Ngha~ Sudah perjanjian dari awal. Bagi siapa yang kalah maka harus melakukan apapun hukuman yang diberikan oleh para pemenang," kata Mizumachi.

'Untung aku berhasil mengumpulkan setidaknya 3 anggota,' batin Unsui.

"Benar-benar tidak smart," celetuk Kotarou.

"Apa tidak keterlaluan memberikan hukuman seperti itu?" tanya Kurita.

Monta langsung membuat jurus puppy eyesnya, "Benar yang dikatakan Kurita-san, itu keterlaluan," ujar Monta.

"Hukumannya ringankan saja seperti membelikan kue tiramishu jumbo," kata Kurita dengan mata bersinar.

'Bukannya itu jauh lebih berat,' batin Sena, Suzuna, dan Riku bersamaan.

Sedangkan Monta jatuh tersungkur, 'Ku..Kukira apa MAX…'
"Baiklah, aku terima hukumannya. Berlari keliling lapangan memakai kostum itu," kata Monta.

'Fu fu fu fu, akan jadi bahan ancaman yang bagus,' batin Suzuna dan aura gelapnya menguar disekitar tubuhnya.

'Seram…' batin Sena.

Sebelumnya mereka mengadakan pertandingan. Mereka dengan semangat tinggi akan mencari anggota bagi tim amefuto mereka karena akan mendekati pertandingan dan mereka merasa kekurangan pemain untuk cadangan. Dan saat itulah Suzuna memberikannya tantangan, bagi siapa yang paling sedikit mendapatkan anggota maka ia harus mendapat hukuman. Semuanya merasa optimis jika mereka pasti mendapatkan anggota banyak. Tapi semuanya salah, bahkan banyak yang sangat berminat saat Sena mengajak mereka. Karena yang mengajak mereka adalah seorang Eyeshield 21, suatu kebanggaan tersendiri bukan? Setidaknya paling rendah Kurita yang hanya mendapatkan satu anggota tapi ternyata Monta tidak mendapatkan satu pun.

"Oh iya, apa kalian sudah menjenguknya?" (Suzuna).

"Kemarin aku dan yang lain sudah menjenguknya. Karena kemarin kau dan Sena mengurus pendaftaran tim dalam pertandingan jadi kurasa hanya kalian saja yang belum menjenguknya," kata Riku.

"Baiklah, Sena nanti kita jenguk dia ya," usul Suzuna dan mendapat anggukan dari Sena.

.

.

.

Hari menjelang siang. Matahari semakin meninggi tapi cuaca cukup teduh karena matahari tertutup oleh awan. Mamori dan Akaba berjalan menyusuri koridor yang dominan dengan warna putih. Mamori terlihat membawa sesuatu dalam plastik.

"Selamat siang Anezaki-san," sapa salah satu orang yang sering Mamori jumpai beberapa minggu ini. Dengan ramah tersenyum, penampilannya dengan baju putih seragam kerjanya sebagai seorang dokter.

"Selamat siang Manabu-san," sapa balik Mamori dengan senyum ramah.
"Dia tidak membuat keributan lagi kan?"

Yukimitsu tersenyum ramah, "Tidak. Beberapa temannya sedang berada di ruangannya sekarang,"

"Benarkah? Baiklah saya permisi Manabu-san," Mamori kembali berjalan.

Berhenti di salah satu pintu sebelum membuka pintu itu Mamori mendengarkan sedikit percakapan di dalam.

"Bocah ini benar-benar beruntung. Dia yang sekarang bahkan jauh lebih cantik daripada Moriza menurutku,"

"Jaga ucapanmu Reiji Marco!"

DUAG

Suara hantaman cukup keras terdengar.

"Maria, ungkapan cintamu berlebihan,"

"ITU BUKAN UNGKAPAN CINTA BODOH!"

Dibalik pintu Mamori terus menguping lalu beralih menatap Akaba.

"Moriza itu siapa? Kau tahu?" tanya Mamori. Selama ini ia memang baru mendengar nama Moriza, karena selama di Virious mereka menyebut Moriza dengan sebutan Yang Mulia. Jadi Mamori sendiri tidak tahu siapa orang yang mereka sebut-sebut Yang Mulia.

"Fuh Moriza itu orang terdekat Hiruma di masa lalu. Wajah kalian sangat sama yah walaupun ada beberapa yang beda," kata Akaba santai.

"Orang terdekat?" gumam Mamori.

"Kau..cemburu?" pertanyaan Akaba seperti ledakan yang mengagetkan Mamori.

"Eh? A..Apa? hahaha," Mamori tertawa canggung.
"U..Untuk apa aku cemburu, kau ini lucu sekali Akaba," Mamori mengibaskan telapak tangan kanannya keatas-kebawah.

CEKLEK

"Lho? Anezaki ya? Kenapa tidak masuk?" tanya Himuro yang baru saja membuka pintu.

"A..Aku..ini baru mau masuk kok. Hahaha," Mamori mulai masuk.

Himuro melihatnya cukup aneh dan menatap Akaba. Akaba hanya mengangkat kedua bahunya seakan menjawab 'Aku tidak tahu,'.

Di sana Mamori melihat seorang yang sudah ia kenal. Diatas ranjang putih dengan selang infus menancap di salah satu tangannya. Wajahnya masih belum terlihat karena ia menatap luar dari jendela yang terbuka di samping kanannya. Surai blondenya sedikit bergerak karena terpaan angin.

"Kami pergi duluan ya," kata Himuro menyeret Marco. Akaba juga mengikuti kedua orang itu keluar.

BLAM

Pintu baru saja tertutup.

"Mau sampai kapan kau memandangiku terus Manager sialan,"

TWITCH

'Sekali menyebalkan tetap saja akan menjadi orang yang menyebalkan!' geram Mamori dalam hati.
"Ini untukmu," Mamori meletakkan buah-buahan di meja dengan cukup keras terdengar dari bunyi yang cukup terdengar.

Sedangkan Hiruma hanya menyeringgai lalu mulai melihat wajah lawan bicaranya.

"Kau bawakan pesananku kan?" tanya Hiruma.

"Permen karet tanpa gula itu? Maaf saja ya, aku sengaja tidak menuruti permintaanmu. Bagaimana mungkin sedang sakit tapi malah memakan makanan yang aneh," kata Mamori.

"Buah lagi…?" kata Hiruma mengobrak-abrik isi dalam plastik itu. Dan menodongkan apel di depan wajah Mamori
"Kupaskan,"

"Eh?"

"Kau tuli ya, aku bilang kupaskan," perintah Hiruma.

"Mou! Kau kan lebih bisa sopan sedikit jika mau meminta tolong," Mamori mulai mengambil buah apel itu dari tangan Hiruma dan mengupaskannya. Ia duduk di samping ranjang Hiruma.

Hiruma diam-diam memperhatikan Mamori yang jauh lebih rendah dari posisinya.

'Sebelumnya aku tidak merasa seperti orang bodoh seperti sekarang ini jika sedang bersama Moriza. Bahkan kami lebih lama bersama dibandingkan saat aku dekat dengan Manager sialan. Kakek tua pemabuk bilang tadi malam karena aku menganggap Moriza hanya sebagai penyelamatku. Dan rasa hormatku padanya berbeda dengan cara aku memandang Manager sialan ini. Kuso! Kau membuatku kacau Manager sialan!'

"Ne, Hiruma, emm… Moriza itu siapa ya?" tanya Mamori tiba-tiba membuyarkan lamunan Hiruma.

"Hm?"

"Moriza, kau tahu kan? Tadi.. Eto.. tidak sengaja aku mendengarkan pembicaraan Marco," kata Mamori masih sambil mengupas apel.

Bukannya menjawab Hiruma malah menyeringgai, "Memangnya ada apa? Kau cemburu?"

Sama seperti yang dilontarkan Akaba, Mamori buru-buru mengelak.

"U..Untuk apa aku cemburu?" kata Mamori mendongakkan kepalanya.

Hiruma mendekatkan wajahnya kedepan, Mamori agak memundurkan kepalanya.

"A..Apa?!" bentak Mamori.

"Tch, dasar pembohong. Lalu wajah jelekmu itu kenapa memerah seperti tomat busuk saja. Ke ke ke ke," Hiruma tertawa cukup keras.

"Mou! Kau menyebalkan!" Mamori menjejalkan apel yang baru ia kupas kemulut Hiruma. Lalu dia berdiri mau keluar dari kamar pasien itu.

GREB BRUK

Hiruma menarik tangan Mamori dan menariknya. Sehingga Mamori terjatuh tepat kearah Hiruma. Hiruma memang sengaja melakukannya dan mendekap Mamori erat seakan tidak mau melepaskannya.

"Hi..Hiruma..?"

"Diam," kata Hiruma lirih.

"…" Mamori benar hanya diam.

Suasana menjadi hening. Mereka masih dalam posisi seperti itu, Hiruma mendekap Mamori.

"Sebentar saja…biarkan seperti ini," gumam Hiruma.

"Hiruma…" Mamori melirik kebelakang dari sudut matanya.

"Dulu aku sendirian dan tidak ada yang mau menerimaku. Sejak saat dimana aku bertemu Moriza dia orang pertama yang mau menerimaku…"

'Moriza?' batin Mamori.

"Dia dan kakeknya sangat baik terhadapku, aku sangat menghormati mereka…"

"Saat itu semuanya menjadi kacau dan Moriza mati didepan mataku sendiri,"

'Apa mungkin itu alasan mau repot-repot menyelamatkanku waktu itu bahkan ia sampai terkena serangan pedang?' batin Mamori merasa sedikit kecewa.
'Apa yang aku pikirkan? Kenapa aku merasa kecewa?! Dasar bodoh!'

"Dan saat kau nyaris jatuh kejurang itu bukan karena aku memandangmu sebagai Moriza dalam kejadian itu. Otakku memerintahku untuk segera menyemalatkanmu dan saat kau hampir jatuh rasanya jantungku seakan mati sesaat,"

'Eh?'

"Aku hanya memandang Moriza sebagai penyelamatku. Entah kenapa saat memandangmu walaupun wajah kalian sama tapi ada perasaan aneh yang tidak biasa seperti aku memandang Moriza. Kau..berbeda…"

Hiruma semakin merancau tidak jelas. Mamori masih setia mendengarkan semua ucapan Hiruma. Semilir angin berhembus menerpa keduanya. Hiruma melepas sedikit dekapannya dan bisa melihat jelas wajah Mamori terutama matanya. Mata biru sapphire yang jernih itu.

"Warna matamu itu aku baru pertama lihat, jernih sekali. Membuatku tenang dan merasa tidak kesepian," kata Hiruma lirih lalu tersenyum tipis. Senyum tulus, bukan senyum iblis seperti biasanya.

'Hiruma…'

Mamori kali ini mendekap Hiruma. Hiruma sendiri cukup terkejut lalu memejamkan matanya, merasa nyaman di dalam pelukan Mamori.

"Dengar ya, semua orang berhak di akui. Dan sekarang kau tidak sendirian, aku ada bersamamu. Dan juga teman-teman yang lainnya Hiruma," kata Mamori pelan.

"Aku pegang kata-katamu Manager sialan," ucap Hiruma lirih dan sesaat kemudian terdengar dengkuran pelan.

"Hiru…ma? Hey! Jangan tidur dibahuku dong!" teriak Mamori yang berusaha lepas dari dekapan Hiruma dan gagal.

THE END


~Bonus chapter!~

Kekacauan

Hiruma benar-benar merasa bosan saat ia harus terjaga di malam hari. Sudah pasti tidak ada orang yang bisa ia ajak berbicara karena jam besuk malam tentunya tidak ada. Hiruma keluar dari kamarnya untuk sekedar berjalan-jalan.

"Hiruma-san! Anda mau kabur lagi?!" teriak seorang suster *cari mati amat ni suster berani bentak*.

Bukannya berhenti berjalan Hiruma terus saja berjalan mengabaikan teriakan suster itu. Sampai pada akhirnya suster itu memanggil beberapa petugas untuk membawa Hiruma ke kamarnya.

Terjadilah aksi kejar-kejaran antara Hiruma dengan para petugas rumah sakit. Hiruma tentu saja dapat menghindar dari kejaran itu dan sekarang tengah berada di suatu lorong yang sepi.

"Kuso!" umpat Hiruma saat bekas luka di punggungnya terasa sakit. Karena berlari menyebabkan lukanya terbuka lagi.

"Merepotkan sekali jika harus ke kamar untuk tidur," gumam Hiruma dan mendongakkan kepalanya membaca papan nama di atas sebuah pintu yang tengah ia sandari.

RUANG MAYAT

Begitulah yang tercantum di papan itu.

"Disini juga tidak masalah," Hiruma masuk kedalam dan menempati salah satu ranjang kosong di ruangan itu. Ia tidur dengan tenang walaupun itu di kamar mayat yang artinya dia tidur bersama beberapa mayat yang terbaring di ranjang masing-masing dengan ditutup kain putih.

Beberapa jam kemudian…

"Malang sekali yang orang ini. Harus mati di usia muda," suara seorang laki-laki.

"Kau benar," sahut seorang lagi. Dan juga suara tarikan ranjang.

"Hey, bukankah sebelumnya hanya ada 10 mayat saja diruangan ini? sejak kapan bertambah satu?"

"Entahlah, mungkin ada yang membawanya selain kita,"

Telingga Hiruma bergerak-gerak. Merasa ada suara menganggu tidurnya.

"Hoam… Kalian berisik sekali," Hiruma menyibakkan kain putih yang biasa untuk menutup mayat.

"HANTUUUU!" dua petugas itu langsung lari dengan kecepatan cahaya(?).

"?" Hiruma hanya melihat dua petugas yang menurutnya aneh itu.

~Bonus chapter!~

Menjenguk bagian 1.

Para anggota Enma Fire seperti Monta, Riku, Unsui, Kotarou, Kurita dan Mizumachi hari ini menjenguk Hiruma di rumah sakit. Unsui membawa buah-buahan dalam sebuah parsel.

TOK TOK TOK

Setelah mengetuk pintu rombongan itu masuk ke dalam.

"Orang-orang sialan, kalian rupanya," kata Hiruma.

"Hiruma senpai, bagaimana keadaanmu MAX?"

"Gunakan bahasa manusia aku tidak mengerti bahasa monyetmu,"

"MUKYAA!"

BRAK BRUK GUBRAK

Suara kacau terdengar dari luar dan berakhir terbukanya pintu kamar Hiruma dengan kasar. Di ambang pintu berdiri sekitar 3 orang berbaju putih dan tertulis di bagian dada seragam mereka.

REHABILITASI HEWAN LIAR

"Maaf menganggu istirahat anda tapi kami mendapat laporan dari rumah sakit ini ada seekor monyet memasuki kawasan rumah sakit ini_ Ah itu dia monyetnya!" tunjuk petugas itu kearah Monta.

"MUKYAA! Aku bukan monyet MAX!"

"Cepat tangkap dia!"

Monta menghindar dan melewati petugas-petugas itu. Dia berhasil kabur.

"KYAA! Monyet lepas!"

Beberapa teriakan menggema di luar sana. Sedangkan Hiruma dan yang lainnya hanya sweatdrop.

"Sudah kubilang akan terjadi hal aneh jika kita membawanya," ujar Riku.

"Ngha~ Kurita, apa yang kau lakukan?" kata Mizumachi melihat Kurita yang sedang serius menatap punggung Hiruma.

"Ada serangga di punggungnya. Tenang Hiruma aku akan menyingkirkannya. FUNURABA!"

"Kurita!/Kurita-san! Hentikan!"

BUAGH

Terlambat, Kurita sudah menepuk serangga itu sampai tewas tidak hanya itu punggung Hiruma juga mengalami masalah. Lukanya terbuka lagi dan rembesan darah keluar. Hiruma sedikit bergetar karena kesakitan.

"GENDUT SIALAAANNN!"

Teriakan Hiruma menggema sampai seluruh rumah sakit.

~Bonus chapter!~

Menjenguk bagian 2.

Yamato dan teman-temannya hari ini berencana mengunjungi Hiruma dirumah sakit. Agon juga ikut menjenguk, awalnya semuanya tidak menyangka. Tapi setelah mendengar penjelasan Juumonji jika Agon ikut karena mengincar suster cantik dirumah sakit itu mereka jadi tahu maksud kenapa Agon mau menjenguk. Bahkan Clifford juga ikut bergabung dengan rombongan itu. Karin membawa parsel buah untuk Hiruma. Saat akan masuk kedalam mereka mendengar suara rentetan peluru cukup kencang.

DRRT DRRT DRRT

"GYAA! Ampun…"

"Ke ke ke, rasakan ini. YAHA!"

DRRT DRRT DRRT DRRT DRRT DRRT

"Didalam tidak mungkin terjadi pembunuhan kan?" tanya Yamato.

"Entahlah," jawab Taka.

"Aku mencium bau darah," kata Clifford.

Semuanya terkejut.

'Orang itu jangan-jangan…' batin Juumonji.

BRAK

Juumonji membuka pintu itu dengan kasar, "Hentikan Hiruma!" teriak Juumonji lantang.

"Hm?" Hiruma menoleh kearah pintu.

Yamato dan semuanya sweatdrop melihat betapa kacaunya ruangan itu. Disudut ruangan seorang pria telungkup menyembunyikan kepalanya.

"Tidak ada yang terbunuh tuh," kata Yamato.

"Terbunuh? Ke ke ke," Hiruma tertawa sangat kencang sampai mengeluarkan air mata.

Jadi bau darah itu adalah rembesan dari bekas luka Hiruma akibat perbuatan Kurita sebelumnya.

"Lalu apa yang terjadi?" tanya Juumonji.

"Orang sialan itu terlambat mengantarkan senjata pesananku. Aku juga mengetes sedikit senjata ini, ternyata lumayan. Ke ke ke ke,"

'Iblis…benar-benar iblis,' batin semuanya.

~Bonus chapter!~

Menjenguk bagian 3.

Karena Suzuna dan Sena yang belum menjenguk mereka hari ini memutuskan untuk menjenguk Hiruma. Mereka sebelumnya mengajak Monta, awalnya Monta menolak karena takut kejadian tempo hari yang lalu akan terjadi lagi. Tapi karena kata Suzuna hari ini Mamori juga ada disana untuk menjenguk ia langsung memutuskan untuk ikut.

"Kamarnya disini ya?" tanya Suzuna.

"Benar MAX. Ayo kita masuk_"

"Tunggu Monmon," kata Suzuna pelan bahkan seperti berbisik. Lalu dia mendekatkan kepalanya ke pintu. Monta dan Sena saling pandang lalu ikut menempelkan kepala mereka juga di pintu.

Dari dalam terdengar Hiruma sedang berbicara pada seseorang. Sudah bisa Suzuna tebak jika lawan bicaranya pasti Mamori.

"Warna matamu itu aku baru pertama lihat jernih sekali. Membuatku tenang dan merasa tidak kesepian,"

Monta seakan mau meledak, 'Hiruma senpai, kau kejam sekali mau merebut Mamori-san dariku!' jeritan hati Monta.

"Dengar ya, semua orang berhak di akui. Dan sekarang kau tidak sendirian, aku ada bersamamu. Dan juga teman-teman yang lainnya Hiruma,"

"Apa itu artinya Mamo-nee menerima pernyataan cinta Yo-nii?" bisik Suzuna ngaco, tidak melihat kondisi. Dimana Monta sudah pundung dengan latar mendung disudut lorong.

'Mo..Monta,' Sena tersenyum canggung pada sudut bibirnya.

"Aku pegang kata-katamu Manager sialan,"

"Hiru…ma? Hey! Jangan tidur dibahuku dong!"

"Mamo-nee bilang jangan tidur dibahuku! Fu fu fu fu.. posisi mereka pasti berpelukan! so sweet~" Suzuna girang sendiri dan rambutnya yang seperti antenna terus bergerak-gerak.

"Su..Suzuna, kau berlebihan.." Sena menepuk bahu Suzuna dan menunjuk Monta yang sudah pingsan karena patah hati.

"Eh? Monmon…" Suzuna sweatdrop.


Hitomi : Yosh! Selesai sudah fic Virious!
Saya sempatkan selesaikan nih fic sebelum menjelang Ujian sekolah.
Sekali lagi terima kasih bagi yang mau menyempatkan diri membaca fic saya ini siapa pun anda. Dan juga banyak terima kasih bagi yang mereview. Arigatou Arigatou *bungkuk-bungkuk*

Monta: MUKYA! KENAPA DISINI AKU SELALU DIBUAT MENDERITA.

Hitomi: wah itu sih DL Monmon *ditendang Monta*

Agon: Kenapa tuh sampah ga mati aja

Hitomi: Aish~ Agon-san terlalu kejam. Jawabannya simple karena diriku ngefans sama Hiruma-san! *peluk-peluk laptop yang wallpapernya gambar Hiruma*

Hiruma: Author error. Kalian bunuh aja ni author rame-rame

All: setuju!

Hitomi: aura berbahaya, sekali lagi Arigatou minna! *kabur*

All: *kejar author bawa-bawa segala macam senjata. Kaya spongebob yang dikejar-kejar penduduk bikini buttom karena buat rusuh*