Disclaimer : Masashi Kishimoto

Finally, I Got You created by Rei-kun

Rated : M

Warning : LEMON, AU, OOC, Typo(s) and the others.

Please go to previous page if you under 17+

Naruto segera menurunkan tubuh mungil Hinata di sebuah kotak kaca yang transparan, segera saja ia mengambil dua buah sabun. Satu ia pegang dan satu lagi untuk Hinata. Mereka saling menyabuni, membersihkan badan mereka dari cairan-cairan penuh cinta. Setelah tiga puluh menit, Naruto menyalakan shower air hangat dan membersihkan semua bekas sabun pada badannya dan Hinata.

Ia menempelkan tubuh Hinata yang telah bersih pada dinding kaca. Menaruh kedua tangannya di atas kepala, lalu menciumnya penuh semangat. Ia kulum bibir manis itu tanpa ada niatan untuk berhenti, setelah membebaskan kedua tangan Hinata. Tangan mungilnya menuju sang jantan, menggunakan kedua tangannya untuk mengocoknya cukup keras.

"Ohhh, ahhh, mainkan Hinata."

Naruto mendesah keenakan, ia mulai meremas dada kiri Hinata, dan menghisap serta mengulum dada kanannya. Hal itu ia lakukan berulang-berulang membuat birahi Hinata kembali naik.

"Ohhhh, shhh, ahhhh, Naru."

Ia menggelinjang keenakan, mulut dan tangannya telah puas oleh dua benda kenyal yang telah mengeras. Lalu mengambil alih tangan Hinata dan menaruhnya di kepala Naruto yang telah berjongkok di bawah, menghadap kemaluan Hinata yang telah licin. Dengan kedua tangannya, ia melebarkan paha Hinata. Mempertontonkan sebuah liang kemerahan yang begitu menggoda.

Ia jilat dari atas hingga ujung kemaluan Hinata, lalu ia berhenti di depan liang kenikmatannya dan menusuk lidahnya hingga tersedot oleh liang kenikmatan itu. Ia maju mundurkan lidahnya di kemaluan Hinata, dan kadang berputar-putar membuatnya mengerang keenakan.

"Umm, anghhh, uhhhh."

Naruto tidak berhenti sampai situ, ia kembali mengulum, menjilat, menghisap seakan memakan kemaluan Hinata yang semakin merah akan ulahnya.

"Umhhh, munch, munch, slap, slurppphh."

Suara itu menggema ke seluruh ruang kamar mandi, semakin lama terdengar semakin keras karena Naruto mempercepat temponya. Lidahnya merasa bahwa liang kenikmatan itu berkedut-kedut, Hinata pun semakin mendesah penuh nikmat.

"Ashhh, ummhh, enghhh, aku hampir sampai."

Hinata kembali mendesah membuat naruto semakin bernafsu mengulum kemaluannya yang terus-terusan berkedut membuatnya keenakan. Tepat lima menit setelahnya cairan cinta Hinata menyembur dan seluruhnya di telan oleh Naruto. Puas memanjakan liang kemerahan itu, ia bangkit berdiri membalikkan tubuh Hinata yang akhirnya menempel pada dinding kaca. Dua bongkah dada itu menempel pada dinding kaca, membuatnya mendesah keras. Lalu Naruto menarik pinggang Hinata ke belakang dan melebarkan kakinya. Kini posisi Hinata sedang mengangkang dengan dada dan kedua tangan serta wajah yang menempel pada dinding kaca.

Sang jantan yang telah menegak sempurna dan siap tempur berada di depan pintu gerbang liang hangat milik Hinata. Ia majukan kepala sang jantan yang merah menembus liang kemerahan itu sampai tertelan sepenuhnya. Naruto menikmati sensasi hangat, serta pijatan dan remasan pada sang jantan oleh dinding kemaluan Hinata yang membuatnya seakan terjepit dan tertarik. Ia letakkan kedua tangannya untuk menangkup dua dada Hinata yang besar. Sedangkan kedua tangan Hinata bertopang pada dinding kaca dihadapannya.

Ia maju mundurkan pinggangnya dalam tempo sedang sembari meremas-remas dada Hinata yang telah mengeras.

"Ashh, hah,hah, ohhh, lebih cepathhh."

Naruto tersenyum mendengar permintaan Hinata, lalu menggerakkan pinggangnya maju mundur dengan cepat dengan tempo yang tidak beraturan.

"Ahh, umhhh, engghhh."

"Ahhh, ohhh, ummhhh, jepitanmu benar-benar nikmat sayang."

Naruto melenguh keenakan, ia merasakan sang jantan dijepit-jepit karena liang kemerahan itu kembali berkedut-kedut keras. Cairan putih kembali menyembur, membasahi sang jantan bahkan sampai merembes keluar melalui celah liang miliknya. Naruto semakin mempercepat menggenjot Hinata yang telah becek ingin menyalurkan sesuatu yang tertahan di batang kemaluannya.

Kecipak, cleb, cleb, kecipak.

Begitulah terdengar suara kemaluan mereka yang beradu. Naruto kembali melenguh saat merasa lahar panas itu sudah sampai di kepala sang jantan, dan dengan satu hentakan menyemburlah benih sperma pada liang kehangatan Hinata.

Crot crot crot

Hinata tidak tahu berapa juta sperma yang mengalir ke liang kenikmatannya. Ia yakin akan ada salah satu yang membuahi sel telurnya yang telah matang. Naruto dan Hinata terengah-engah saat naruto telah mengeluarkan sang jantan yang kembali ke ukuran semula. Cairan putih Naruto yang telah bercampur dengan milik Hinata mengalir dan terjatuh ke lantai cukup banyak. Rupanya testis Naruto memproduksi banyak sperma malam ini, mungkin dikarenakan obat perangsang yang ia konsumsi secara tidak sengaja.

Naruto kembali terangsang kala melihat Hinata yang ngos-ngosan, membuat kedua dadanya naik turun mengikuti irama. Ia berjongkok di depan Hinata yang terduduk.

"Kau masih kuat?"

Hinata tersenyum, lalu mencium sekilas bibir Naruto. "Tentu saja."

Dengan segera Naruto menarik telapak tangan Hinata untuk keluar dari kamar mandi. Kali ini naruto berada kurang lebih dua meter dari letak televisi yang menyala itu. Ia dan Hinata saling berhadapan, kedua tangan naruto di sebelah kanan dan kiri wajah Hinata.

Hinata setengah berdiri, karena lututnya telah ia tekuk. Dan kini dihadapannya terpampang sang jantan yang telah kembali besar yang bergoyang-goyang karena Naruto mengarahkannya untuk di kulum. Kedua tangan Hinata berpegang pada kedua paha naruto. Ia membuka mulutnya dan melahap sang jantan itu dengan tergesa. Ia memaju mundurkan kepalanya memberi blow job terenak untuk orang yang ia cintai, terkadang ia menjilat dan menghisap sampai rasanya hampir tersedak. Naruto yang merasa terangsang memaju mundurkan pinggangnya, memegang kepala Hinata untuk mempercepat kulumannya.

"Asshh, uhhh, ohhh. Kau benar-benar hebathhh."

Naruto meracau menikmati sensasi yang ia rasakan di bawah sana.

Hinata melepaskan kulumannya, lalu menjilat dari ujung kepala sampai pada dua bola kecil yang menggantung di sisi kiri dan kanan batang sang jantan milik Naruto. Ia jilat dan hisap bergantian, sedangkan kedua tangannya mengocok batang sang jantan dengan gemas.

"Umhh, slap, munch."

"Ahhh, ummnnhhh, Hime. Aku sudah hampir klimaks."

Mendengar hal itu membuat Hinata kembali mengulum ujung kepala sang jantan, dan tangannya mengocok batangnya. Sesekali ia jilat-jilat lubang kecil di mana tempat sperma itu akan keluar. Barulah setelah lima menit ia merasa ujung sang jantan berkedut-kedut dalam mulutnya.

Crot crot crot

Lagi-lagi sang jantan memuntahkan lahar hangatnya pada mulut Hinata. Ia menelan dengan susah payah, karena banyaknya cairan yang di muntahkan. Ia menghisapnya sampai tidak bersisa sedikit pun. Setelah kembali ke ukuran semula, Hinata terkaget dengan sang jantan yang kembali membesar dalam mulutnya. Ia melepaskan kulumannya dan menatap Naruto takjub.

"Kenapa bisa?"

"Karena ia masih ingin memberi kenikmatan pada liang merah milikmu sayangg."

Naruto berucap mesra lalu membantu Hinata bangkit berdiri. Ia ambil sebelah kaki Hinata sebelah kiri dan menempatkannya di sebelah paha kanan Naruto. Hinata merangkul leher Naruto untuk menopang berat badannya. Segera saja ia masukkan sang jantan yang telah menegak itu ke liang kehangatan milik Hinata. Semua bagian dari sang jantan telah menyatu dengan liang kehangatan milik Hinata.

Hinata megap-megap merasakan lagi gumpalan daging kaku, dan berurat itu memasuki liang kehangatannya yang menyambut dengan menyedot-nyedot dan menjepitnya, memberikan service terbaik pada tamu yang terus-terusan mengunjungi liang hangatnya.

"Ashhh, Naruto, kau yang terbaik."

Hinata mendesah lagi, karena Naruto tak henti-hentinya menggenjot liang kehangatannya semakin cepat dan dengan tempo yang tidak beraturan.

"Shhh, liangmu sempit dan hangat sekali. Sang jantan milikku jadi ingin terus-terusan memasuki liang kehangatanmu."

Naruto kembali menggenjot Hinata penuh nafsu, ia kembali menarik sebelah kaki Hinata saat merasa ada yang mau keluar dari sang jantan miliknya. Hinata mengalungkan kedua kakinya pada pinggang Naruto, enggan untuk melepaskan kenikmatan yang tengah menderanya sambil tangannya masih memeluk mesra leher naruto.

"Shhh, naruto sang jantan milikmu benar-benar perkasa dan kuat."

"Ahhhh, ohhh, hampir keluarr."

"Ahhhhh, ummhh, jangan tinggalkan aku Naruto."

"Ohhhhh, shhhhhh, ahkkh." Naruto menjerit karena sang jantan telah berkedut dengan hebatnya bahkan melebihi orgasme yang tadi.

Crot crot crot crot

Cairan sperma menyembur sampai empat kali di liang kehangatan Hinata. Hinata benar-benar ketagihan akan sensasi hangat yang memenuhi liangnya. Naruto merebahkan Hinata di atas ranjang dan melepaskan sang jantan miliknya yang lagi-lagi kembali ke ukuran semula. Ia tersenyum lalu mengecup dahi Hinata, selanjutnya menuju lemari es untuk mengambit dua botol soda dingin dan memberikannya pada Hinata.

Ia bangkit duduk dan menghabiskan seluruh cairan dingin tersebut, tanpa terkecuali dengan naruto. Mereka benar-benar haus karena aksi panas yang dilakukan sedari jam 6 sore sampai jam menunjukkan pukul Sembilan malam.

"Kau benar-benar hebat dalam urusan ranjang, naru."

"Hahaha, aku bertambah hebat karena obat perangsang yang kau berikan. Lihat, sang jantan milikku kembali membesar."

Hinata menatap takjub lalu kembali berbaring, ia lebarkan kakinya sehingga terlihat menyerupai huruf M capital.

Naruto duduk di antara kedua paha yang dilebarkan itu, lalu menselonjorkan kedua kakinya. Mengarahkan sang jantan ke liang kenikmatan Hinata, tidak perlu waktu lama hingga seluruh kemaluan Naruto telah tertancap sempurna di liang kenikmatannya.

Hinata merem melek menikmati sensasi hangat dan sempit, ia jepit dan pijat tamu yang datang dengan kemaluannya. Ia mendesah dengan kepala ke kiri dan ke kanan.

"Ahhh, uhhh, ohhh, ummhhh, Naru."

Jleb, jleb, kecipak, jleb

Suara itu kembali terdengar tatkala kedua kemaluan mereka kembali beradu. Naruto mempercepat gerakan masuk dan keluarnya, membuat sang jantan kembali dipijat-pijat oleh dinding hangat Hinata.

"Ashhhhh ternyata seenak ini bersetubuh denganmu Hime."

Bosan dengan gaya itu, Naruto melepaskan sang jantan dan memiringkan badan Hinata. Ia naikkan kaki kanan Hinata, lalu memasukkan sang jantan kembali ke kandang hangatnya. Ia maju mundurkan pantatnya membuat Hinata mendesah keenakan, sebelah tangannya yang menganggur ia gunakan untuk meremas dada Hinata dari belakang.

"Ohhh, ahhh, uhhhh, puaskan aku sayang."

"Umhhh, kau sungguh sempit dan hangat."

Jleb, jleb, pak, jleb, kecipak

Naruto semakin mempercepat gerakannya saat merasa cairannya akan kembali menyembur keluar. Ia maju mundurkan, maju mundurkan dan akhirnya ia sentak kuat-kuat.

Crot, crot, crot

Kembali lahar panas menyembur keluar mengenai dinding hangat kemaluan Hinata, entah sudah keberapa kalinya ia merasakan kenikmatan saat sperma Naruto berenang-renang di liangnya. Naruto kembali ambruk di sebelah Hinata.

"Hehehe maaf ya Hinata, aku keluarin di dalem terus. Kamu lagi ngga subur kan?"

"Tidak juga, aku dalam masa subur, Naru."

Kedua bola mata naruto membulat sempurna. Ia tidak menyangka kalau Hinata melakukan hal nekat seperti ini. "Kau bisa hamil, sayang."

"Itulah yang kumau, jika kau tak dapat aku miliki setidaknya aku memiliki bayi hasil hubungan denganmu, benih yang keluar dari kejantananmu. Walaupun kemungkinan terburuknya aku akan membesarkannya sendirian."

"Hinata.. Aku benar-benar mencintaimu."

Naruto menjilat bibir mungil itu dan kembali melahapnya. Nafas mereka kembali memburu, sisa saliva yang tidak tertelan mengalir melewati sisi bibir. Sang jantan kembali menegak saat Hinata mengocoknya pelan.

Lidah panas itu mengecap kembali dadanya, memilin dan menghisap secara bergantian. Membuatnya kembali menegang sempurna. Kembali ia jalankan lidahnya hingga terhenti di perut rata Hinata, ia mengamatinya sesaat lalu mengecupnya. "Tumbuhlah dengan cepat di rahim gadis ini, agar aku segera dapat menimang bayi."

Sesudah berucap seperti itu, ia menuju liang kemerahan Hinata dan menghisap sisa-sisa sperma yang tadi ia semportkan. Naruto cukup takjub karena Hinata belum juga orgasme. Setelah cukup bersih, ia menyuruh Hinata menungging. Ia ingin memperagakan gaya doggy style yang paling di sukainya.

Ia masukkan kembali sang jantan yang telah membesar dengan urat-urat yang semakin terlihat jelas. Ia maju mundurkan pinggulnya, memberikan kenikmatan pada Hinata yang belum juga orgasme. Ia majukan tubuhnya, meremas kedua payudara Hinata yang menggantung itu. Membuatnya mendesah keenakan.

"Ahhh, ohhh, uhhhh, Naruuuu."

"Mhhh, asshhh, ohhhh, enaaakkk."

"Hahhh, hahhhh, ohhhh."

Naruto terus menggenjot sambil sesekali menghisap leher putih Hinata. Ranjang asmara itu berdecit-decit saat kedua sejoli itu memadukan nafsu mereka.

Naruto merasa kedua pahanya telah pegal melayani wanita yang dikasihinya dalam beberapa jam. Ia lepaskan sang jantan, membuat Hinata sedikit bingung.

"Kok berhenti? Kita kan belum klimaks."

Hinata berbaring di sebelah Naruto yang kelelahan. "Lutut dan pahaku pegal. Tolong selesaikan ini ya sayang."

Naruto menunjuk batang kemaluannya yang masih berdiri tegak, Hinata yang mengerti segera bangkit dan berjongkok di hadapan sang jantan.

Jleb.

Seluruh batang Naruto telah tertanam sempurna membuatnya merem melek keenakan mendapat jepitan hangat.

Hinata meloncat-loncat membuat Naruto menggelinjang keenakan.

"Ashhh, ohhh, kau pintar memanjakan batang milik suami ya."

"Ahhhhh, ummmhhh, ohhh."

Hinata merasa kemaluannya berkedut, begitu juga batang Naruto yang berkedut hebat di dalamnya. Benar-benar gumpalan daging yang keras dan berotot membuatnya sedikit kelelahan. Ia merunduk mencium bibir Naruto dengan keadaan menungging menaik turunkan pinggulnya semakin cepat.

Crot crot crot

Sesaat setelah Hinata mengeluarkan cairan cintanya, Naruto pun kembali menembakkan sperma sangat banyak sehingga merembes ke perut ratanya. Ia menangkupkan wajah Hinata dan menatap lavender itu. "Terimakasih, Istriku."

Hinata tidak menjawab, ia hanya tersenyum tipis lalu tertidur di atas dada bidang naruto dengan batang yang telah mengecil masih memenuhi kemaluannya.

#######

Hinata sedikit melenguh saat sinar mentari menerobos di balik gorden. Ia mengerjap-ngerjap mengumpulkan sedikit kesadaran. Saat benar-benar sadar ia tersenyum. Ternyata kemarin malam bukanlah mimpi. Di mana ia habis-habisan melayani orang yang dicintai, entah sudah berapa ronde.

Hinata tidak tahu persis jam berapa naruto telah pergi. Ia hanya melihat pakaiannya yang tergeletak di karpet dan ia melihat bercak darah di sprei kasur hotel. Ia tidak menyesal menyerahkan keperawanan dan bahkan merawat benih yang akan segera tumbuh di rahimnya dalam dua minggu ke depan. Kemaluannya terlihat bengkak dan terasa sedikit sakit tapi ia menikmatinya.

Ia menoleh ke meja saat mendapati secarik kertas berupa pesan dari naruto.

Ini kunci apartemenku. Jam 1 siang nanti datanglah, ada yang ingin aku bicarakan. Jangan sampai terlambat ya.

Jam 12 siang

Seusai rapat pemegang saham Namikaze Corp, Naruto segera melajukan mobil sport miliknya. Tidak lupa ia mengirimkan pesan singkat pada Sakura untuk datang ke apartemen.

Hinata sedang menyiapkan makan siang untuk kekasihnya. Ia mengenakan sebuah tanktop tanpa bra dan sebuah hotpants pendek.

Rasanya seperti kembali ke tempo dulu saat Hinata masih berpacaran dengan Naruto. Ia tersenyum saat mendengar suara pintu yang terbuka. Ketika ia menghampiri, ia melihat sosok Sakura yang memandangnya tanpa berkedip.

"Kau.. Kenapa di sini?"

"Tentu saja karena aku kekasih Naru."

Sakura melangkah tergesa menghampiri Hinata. Sudah lama ia tidak bertemu dengan sahabatnya ini semenjak bertunangan dengan Naruto.

"Tapi aku tunangannya."

PLAK

Sebuah tamparan dilayangkan Hinata pada pipi Sakura. Membuat bekas kemerahan di sana.

"Kau merebut kekasihku dengan mengadu pada orang tuamu untuk menjodohkan kalian 'kan?" Mata lavender Hinata berkilat marah. "Untungnya Kiba memberi tahuku kejadian sebenarnya, karena aku tahu Naru-kun bukan tipe penyeleweng."

Sakura terdiam merasa bersalah dan benar-benar malu.

Saat suasana hening tercipta, Naruto memasuki apartemen dengan membawa beberapa bungkusan.

"Kau sudah datang, huh?"

Segera saja Naruto melemparkan beberapa foto vulgar di mana Sakura tengah bersetubuh dengan mantan kekasihnya, Sasuke.

Mata emerald itu terkaget, tubuhnya menjadi gemetaran. Tangan Naruto menyentuh dagunya, menyuruh untuk menatap saphhirenya.

"Pantas saja kau menyuruhku mengabari saat aku lembur atau pun tidak pulang. Ternyata ini yang kau kerjakan? Jika sekali aku dapat memaklumi. Tapi ini lebih dari sepuluh kali kau melakukannnya dengan sahabatku. Untungnya aku menyuruh Yamato untuk memata-mataimu."

Cairan bening mengalir dari emerald hijau itu.

"Tidak ada gunanya airmata palsumu. Untungnya aku tidak pernah menyemprotkan benihku di dalam lubangmu yang haus akan sentuhan." Ia menarik tangan Hinata untuk mendekat lalu tersenyum.

Tangan Naruto meraba kemaluan Hinata yang terlindungi celana hot pants. "Aku baru saja memasukkan batangku di sini, kemarin."

Emerald Sakura menatap wajah Naruto tidak percaya.

"Dan menyemburkan jutaan sperma untuk membuahinya, dan aku yakin akan segera tumbuh dalam beberapa minggu."

Sakura berlari menuju pintu keluar, tidak tahan mendengar semua penuturan Naruto. Ia tahu kalau ia salah tapi dengan membalasnya seperti ini benar-benar menyakitkan apalagi akan apa yang ia alami nanti saat berhadapan pada kedua orang tuanya.

"Naruto, apa tidak apa-apa?"

"Tentu saja, ia merebut paksaku darimu. Bagaimana kalau kita makan siang saja?"

Hinata tersenyum, "Ayo."

To be continue

Daku engga nyangka loh kalo yang minat lumayan lah. Betewe gua laki bukan cewe panggil nii aja mending daripada senpai, gua belum layak. Kecuali senpai gua harunaru chan, noh dah mulai keliatan konflik kan? Semakin banyak ripiu semakin cepat saya apdet. Untuk Pm udah gua bales di inbox oke

Review?