Sister?

Mata sebiru langit itu terus menatap pada sesosok bayi mungil yang sibuk menggeliat di pangkuan seorang wanita dewasa yang menggendongnya. Pipi gembilnya memerah bersamaan dengan mulutnya yang membuka, seakan meminta sesuatu. Buru-buru wanita dewasa tersebut mengambilkan sebotol susu dan memberikannya pada bayi mungil tadi.

Bocah berusia tiga tahun itu terus memperhatikan keduanya melalui lensa biru miliknya, perlahan ia mulai mendekati kedua orang tadi dan berhenti tepat di hadapannya. Jari-jari mungil miliknya terangkat, mulai menyentuh kedua pipi gembil bayi tadi, tak hanya itu tangannya pun mulai merambat pada helaian indigo milik si bayi. Hal ini tak ayal membuat si wanita rambut merah menyunggingkan senyumnya. Setelah dirasanya si bayi tak lagi menghisap nipple dot kecil yang ia berikan tadi, maka ia pun melepaskan benda berbentuk tabung tersebut.

"Kau ingin menciumnya, sayang?" tanyanya pada sang anak yang sedari tadi sibuk mengusap wajah si bayi.

Tanpa menunggu lagi, anak lelaki tadi segera mendaratkan sebuah kecupan kecil pada pipi gembil milik si bayi sembari mengucapkan sebuah kalimat, "Naruto sayang Hinata."

Sister?

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Author: Kiriko Mahaera

Warning: AU, OOC (diusahakan tetap dalam jalur IC), typo(miss) dan warning-warning lainnya

Genre: Family, Drama.

Rate: T (mungkin bisa berubah tergantung perkembanagn cerita tapi semoga saja tidak :p)

Summary: Kita selalu bersama, melakukan segala hal berdua. Kita berbagi suka dan duka, kita juga mengukir sebuah kisah yang dimana aku dan kau yang jadi peran utama. Aku tak tahu sampai kapan kita akan terus bersama. Apakah terlalu muluk. Jika aku ingin selalu bersamamu, Hinata?

Harap maklumi jika ada kesamaan ide, atau kesamaan yang lainnya. Sungguh, ini hasil dari pemikiran keras saya. Tapi karena idenya pasaran sekali lagi harap maklum hehe..

Chapter 1

Family

"Cepat habiskan sarapanmu, Naruto! Jangan lupa sayurannya itu bagus untuk pertumbuhanmu. Kalau sampai ibu menemukan sisa sayuran di piringmu, ibu takkan segan-segan memotong uang jajanmu!"

"Cerewet," bisik Naruto pelan di tengah-tengah kesibukannya menghabiskan sarapan pagi miliknya, matanya menatap sekilas pada sosok ibunya yang sedang mencuci piring bekas sarapan tadi. Sedetik kemudian, pandangannya kembali terarah pada menu sarapan yang kini tengah ia santap, tubuhnya bergidik pelan ketika matanya menatap pada tumisan hijau yang ada di piringnya.

"Kakak kenapa tidak suka sayur?"

"Karena rasanya tidak enak, kakak lebih suka ramen!" Naruto berseru riang menjawab pertanyaan yang dilontarkan adiknya itu.

"Tapi kata ibu, ramen itu tidak sehat dan sayur itu sehat," sambung Hinata,ia terlihat sedang menasehati kakaknya supaya mau makan sayur.

"Kau suka sayur?"

Hinata menaggukkan kepalanya, rambut pendeknya pun sampai ikut terayun karena saking bersemangatnya ia menjawab.

Entah apa yang dipikirkan Naruto, sebuah senyum jahil terlukis di wajah polosnya. Kedua tangannya bergerak mengambil piring milik Hinata dan membawanya tepat ke samping piringnya sendiri. Hinata yang tak mengerti apa maksud dari Naruto, hanya bisa diam melihat tingkah kakaknya itu.

"Kau bilang kau suka sayur kan? Nah karena aku baik, jadi aku akan memberikan jatahku untukmu." Tangannya sibuk memindahkan tumisan hijau yang ada di piringnya ke dalam piring milik Hinata dengan senyum lebar. Ia pun kembali meletakan piring Hinata setelah ia memindahkan semua sayur miliknya.

"Ayo habiskan!" seru Naruto riang, ia pun kembali menikmati sarapannya yang kini bebas sayur.

Iris lavender Hinata menatap pada apa yang ada di dalam piringnya sebelum sendok yang tengah digenggam tangan mungilnya bergerak mengaduk-aduk tumisan tersebut.

Melihat Hinata yang tak juga memakan sarapannya, Naruto kembali melirik adiknya dan berkata, "Kenapa tidak dimakan? Ayo makan, nanti ibu bisa marah."

Hinata mendongak menatap kakanya yang kini juga tengah menatapnya dengan pandangan polos yang terpancar dari kedua lensa lavender miliknya.

"Ayo makan!" Naruto berseru riang sambil mengangkat sendoknya ke udara tak lupa dengan cengiran khas milknya. Melihat Naruto yang begitu memberinya semangat, Hinata pun ikut-ikutan meniru tingkah kakaknya dan mulai menghabiskan sarapan paginya kali ini.

Sister?

Sepasang sepatu cantik itu terus bergerak seiring dengan ayunan yang dibuat Hinata, tangan mungilnya menapak pada sisi bangku yang tengah ia duduki, sekolahnya sudah mulai sepi tapi kakanya belum juga menampakan tanda-tanda kehadirannya. Sesekali kepala berambut pendek itu menengok ke depan, memastikan apakah Naruto sudah datang atau belum.

Biasanya Hinata dijemput ibunya, Kushina. Tapi karena ibunya ada suatu urusan jadi untuk hari ini Naruto yang akan menjemputnya, berhubung jam pulang mereka sama.

"Hinata!"

"Itu pasti kakak." Buru-buru Hinata turun dan segera berlari mendatangi asal suara tadi, tak lupa ia berpamitan pada penjaga sekolah yang berada tak jauh dari sana. Hinata tersenyum lebar ketika ia mendapati kakanya yang kini tengah berdiri di depan gerbang.

"Maaf membuatmu menunggu, ayo kita pulang!" Dengan senyum lebarnya, Naruto segera menautkan jemari kecilnya diantara jemari mungil Hinata. Hinata juga ikut merapatkan tautan jemari mereka disertai senyum yang menghiasi wajah polosnya. Kedua bocah itu akhirnya menapakkan langkah masing-masing pada sepanjang jalan yang akan membawa keduanya pada rumah.

Sister?

Masih sambil berpegangan tangan, Naruto bercerita tentang apa yang ia alami hari ini di sekolahnya dengan semangat yang membara. Sesekali Hinata terkikik geli ketika ia mendengar kisah kakaknya tapi tak jarang pula ia menampakkan raut kekaguman khas anak-anak.

"Kau harus cepat-cepat lulus dari TK, agar kita bisa selalu pulang bersama seperti ini." Naruto mengatakkanya dengan senyum yang terukir di wajahnya. Berbeda dengan senyum-senyum yang tadi, senyumnya kali ini terlihat lebih tulus dan meneduhkan.

"Dan lagi TK itu tidak keren," sambungnya kemudian.

"Tidak keren," ujar Hinata yang mengulangi ucapan dari Naruto. Sembari memiringkan kepalanya ia menghentikan langkahnya dan menghadap Naruto dengan tatapan polos miliknya.

Sama seperti Hinata, Naruto pun menghentikkan langkahnya bahkan ia juga melepaskan genggaman tangannya membawanya ke belakang kepalanya dan menjadikannya bantalan.

"iya TK itu tidak keren, harus dijemput harus diantar dan lagi…" Naruto menurunkan sebelah tangannya dan menarik sudut seragam milik Hinata.

"Seragam itu tidak keren," ujarnya kemudian dan melepaskan pegangannya pada seragam Hinata.

Hinata yang tak mengerti maksud Naruto hanya bisa diam, meskipun ia sempat terkejut dengan ulah Naruto yang tadi.

"Jadi aku… harus cepat-cepat lulus ya, agar aku bisa terlihat keren?" Hinata akhirnya membuka suaranya dengan memberi sebuah pertanyaan.

"Tentu saja."

"Baiklah, kalo begitu aku akan lulus secepatnya." Kedua kelopak mata gadis kecil itu menyipit bersamaan dengan kepalan tangannya yang meninju udara, sepertinya ia tertular dengan semangat Naruto.

Melihat hal itu, Naruto pun ikut meninju udara dan dengan cengiran lebarnya ia memberi semangat pada Hinata.

"Ayo!" ajaknya kemudian. Ia segera meraih jemari mungil Hinata, kembali menggemgamnya serta berjalan menyisir jalan. Yang diajak hanya bisa pasrah dan tersenyum riang sembari mensejajarkan langkahnya.

"Oya, mulai besok biar aku saja yang mengantar dan menjemputmu. Kau setuju kan? Jadi ibu tak perlu repot-repot melakukan hal itu."

Hinata mengarahkan kedua iris lavendernya ke atas sambil meletakan sebelah telunjuk yang bebas ke bawah dagu, berpikir mungkin? Tapi sejurus kemudian ia mengangguk pelan sembari bergumam kacil, tak lupa dengan senyum manisnya yang disambut senyum cerah milik Naruto.

Sister?

Angin terus saja menari dengan iringan tempo yang tak bisa dibilang lambat,menerbangkan daun-daun yang bertahta erat pada ranting kokoh sang pohon. Kilat-kilat petir pun mencambuk-cambuk kelam malam yang saat ini diguyur jutaan tetes air yang turun membasahi tanah, membuat kilasan-kilasan cahaya yang terang untuk beberapa detik.

Hinata yang melihat itu hanya bisa merapatkan selimutnya, berusaha bersembunyi didalam jutaan helai benang yang kini menutupi seluruh tubuhnya. Keringat dingin semakin deras menuruni pelipisnya bersamaan detak jantungnya yang terus berpacu kencang.

Jddeeeerr!

Kilatan itu kembali menyinari kamarnya yang gelap, bersamaan dengan suaranya yang menggelegar memecah sunyi malam.

Hinata tak mampu bertahan lebih lama dalam keadaan seperti ini, ia membutuhkan seseorang untuk menemaninya mala mini dan orang itu adalah…

Kakak

Hinata memberanikan diri bangkit dari tempat tidurya dan berjalan menuju kamar Naruto, sesampainya di sana ia segera mengetuk pintu besar tersebut dengan jemari mungil miliknya.

"Kakak…" panggilnya dengan suara terisak menahan tangis.

Tak ada jawaban, sekali lagi Hinata mengetuk pintu kamar Naruto tapi nihil, lagi-lagi tak ada jawaban. Karena tak kunjung mendapatkan jawaban, Hinata pun tak mampu menahan isak tangisnya sembari menggumamkan kata panggilannya untuk Naruto. Tubuh gadis kecil itu bersender pada dinding yang ada di samping pintu, bahunya bergetar seiring dengan isakan-isakan yang terlontar dari bibir mungilnya. Menangis di balik lipatan kakinya sendiri, meneggelamkan wajahnya di sana.

Ceklek

"Hinata!" Bocah pirang itu terperangah ketika ia mendapati Hinata yang meringkuk di depan kamarnya, buru-buru ia mendekati adiknya itu dan berjongkok di depannya.

Menyadari kedatangan kakaknya, Hinata segera beranjak dari posisinya dan menghambur ke dalam pelukan Naruto.

"Kakak aku takut…" lirihnya ditengah isakan-isakan kecil yang meluncur dari bibir mungil miliknya.

Naruto berusaha menenangkan adiknya tersebut dengan mengusap pelan bahu adiknya itu dengan sayang.

"Tenanglah ada aku di sini." Naruto melepaskan pelukannya pada Hinata dan mengajak adiknya itu berdiri, kedua ibu jari Naruto bergerak mengusap pelan air mata yang mengalir di kedua pipi gembil Hinata.

Hinata menangguk pelan, perlahan air mata yang sedari tadi turun itu pun mengering bersamaan dengan isakannya yang terhenti.

Naruto mengulum senyumnya dan mulai membimbing adiknya itu masuk ke dalam kamarnya. Sepertinya malam ini pun akan mereka habiskan berdua dengan membagi mimpi bersama.

Kau tak perlu takut Hinata, aku akan selalu ada di sampingmu, menjagamu dan melindungimu dengan caraku.

To be Continue

Hai minnaa :D #watados hoho fict baru lagi nih hehe maaf ya bukannya update malah publish yang baru #digeplak

Ini sebenernya buah dari kegalauan saya (?) haha #dilempar

pendek? hehe emang tapi nanti chap 2 nya mungkin (?) lebih panjang yah anggap saja ini pemanasan

oya ada unek-unek, kritik, saran atau yang lainnya bisaa~ bolehlah isi kotak review hehe flame juga boleh :D #modus

yosh sampai jumpa di chap 2 yaa~ :D