Title : Love in Black
Author : Minhyan-ssi
Pairing : Yunjae
Legh : 3 of ?
Ratting : PG-17
Genre : Drama – Angst – Yaoi – NC – Mpreg
Cast :
- Jung Yunho (25)
- Kim Jaejoong (23)
-Kim Junsu (23)
-Park Yoochun (24)
-Shim Changmin (22)
- Etc
Happy reading all. . .
P.O.V Author
Waktu, yang menemani kita kapan saja, berjalan pelan detik demi detik. Sesimpel itu, tapi benarkah hal sekecil itu dapat merubah pribadi seseorang? Pertanyaan sederhana ini dari tadi memenuhi di benak Yunho. Bahkan membuatnya tidak berkonsentrasi pada yang lainnya. Ia sambil memandangi terus selembar foto yang tadi diberi oleh Junsu. Ia juga terkejut dan tak menyangka. Kata pepatah dunia ini sempit mungkin benar.
"Seharusnya anda mencari tahu, bukan memperlakukannya begitu."
Yunho terbangun dari pikiran panjangnya, sebuah tepukan di bahunya membuatnya kembali pada realita. Ia menoleh, pria paruh baya yang sejak dulu mengabdi pada keluarga Jung sekaligus pelayan pribadi Yunho sejak kecil, tampak tersenyum ringan padanya.
"Pak Lee."
"Saya melihat anda bersikap dingin padanya. Bukankah anda mencintainya?" ujar Pak Lee, lalu menaruh cukup banyak lembaran foto di meja – hadapan Yunho. Yunho diam saja, masih tidak mengerti.
"Apa ini Pak Lee?"
"Itu saya dapat dari orang yang saya suruh mengawasinya 5 tahun ini. Detailnya Tuan Park Yoochun yang tahu." Pak Lee berdiri lagi, seperti hendak pergi. Yunho masih diam saja, ia benar-benar tidak mengerti maksud dari orang yang paling dekat kedua – setelah dengan orangtuanya yang dengannya. Di benak Yunho masih tanda tanya besar.
"Pak Lee, aku tak mengerti. Kau harus menjelaskannya."
Pak Lee malah tersenyum. Perlahan ia melangkah pergi.
"Pak Lee!" Yunho agak berteriak. Namun tidak ingin berusaha mengejar .
"Dia punya alasan." PakLee menyahut, tanpa menghentikan langkahnya.
Yunho masih bertanya-tanya. Ia mengambil foto-foto tadi dengan agak malas. Mendadak ia menegakkan dirinya dari bersandar santai, begitu yang dalam foto tersebut jelas tertangkap retina matanya.
Hingar bingar bar Park Yoochun malam ini menjadi berbeda bagi Jaejoong, seolah berubah menjadi surga. Botol-botol bir yang telag kosong tergelak tak beraturan di meja. Entah berapa botol sudah yang Jaejoong habiskan untuk malam ini saja. Sikap Yunho padanya yang semakin menyakitkan, diperparah kenyataan kedekatan Junsu dengan Yunho. Membuat namja cantik itu tidak dapat berpikiran jernih lagi. Alkohol, mungkin jadi teman terbaiknya saat ini.
"Oppa, ayo tambah lagi." Jaejoong menyerobot bir yang disosdorkan padanya. Diseberangnya, Yoochun melihat khawatir. Sudah berjam-jam Jaejoong menggila dengan alkohol dan dan wanita-wanita penghibur disitu.
Yoochun tidak yakin, namun ia berpikir Hyung-nya tersebut mungkin sedang bermasalah. Yang ia tahu, Jaejoong tidak akan semabuk ini kecuali sedang ada masalahnya. Ia tidak tahu karena Jaejoong bercerita apapun padanya. Setelah urusannya dikantor selesai, ia bermaksud menemui Yunho dan Jaejoong lagi. Namun saat kembali Jaejoong sudah tidak ada, dan Yunho sedang bersama seorang pria berwajah imut. Yang ia ketahui bernama Kim Junsu dan sempat ikut mengobrol sebentar.
"Kalian berhenti memberinya minum. Jaejoong hyung sudah sangat parah." Yoochun memprotes. Lama –lama gerah juga melihat Jaejoong yang mabuk berat terus menerus dicekoki minum oleh wanita penghibur yang mengelilinya. Ia meneguk minumnya terahir kali dan hendak beranjak. Percuma juga memperingati Jaejoong, Hyung cantiknya itu sangat keras kepala. Ia merasa lebih baik pergi dari situ.
Yoochun pergi masih dengan penuh tanda tanya dan kekhawatiran tentang Jaejoong. Ia berjalan tanpa melihat kanan kirinya, ia baru berhenti setelah merasa tertabrak seseorang didepannya.
"Yoochun-ah."
"Yunho hyung," Yoochun agak terkejut dan mengerutkan dahi. Deru nafas Yunho terdengar jalas terengah-engah, dari nada bicaranya juga nampak terburu-buru. Ada apa?
"Aku ingin bicara denganmu sekarang." Semakin memperjelas, Yunho memang tidak sedang santai.
"Tentang?" tanya Yoochun.
Yunho tidak langsung menjawab, malah seperti sedang berpikir.
"Mmm…. K… Kim Jaejoong," jawab Yunho ragu-ragu.
Senyum kecil terukir di bibir Yoochun kemudian. Ah, ia hampir melupakan sesuatu yang penting. Yoochun melihat kembali ke tempat Jaejoong. Samar-samar tidak berubah, Jaejoong masih saja dikelilingi para wanita. Ia lalu melihat lagi pada Yunho dengan tertunduk.
Ruangan kerja Yoochun yang tak terlalu luas begitu terasa keheningannya. Yoochun masih agak takut bertatapan muka dengan Yunho.
Yunho sendiri agak menjambak rambutnya sendiri sambil, sesekali ia menutupi wajahnya dengan tangan. Jika seorang perempuan, mungkin ia sudah menangis sekarang. Setelah mendengar banyak penjelasan Yoochun tentang Jaejoong – kejadian ia hampir diperkosa dan masalah dengan keluarganya, membuat Yunho merasakan rasa bersalah yang begitu besar. Lebih dari itu, ia jadi menclaim dirinya adalah manusia paling bodoh dan terkejam di muka bumi.
Seperti kaum munafik, tidak tahu apa-apa seolah-seolah tahu segalanya. Ia men-judge Jaejoong demikian parah tanpa tahu tanpa alasan yang rasional. Benar-benar bodoh.
"Hyung, aku minta maaf padamu. Aku baru tahu dari Pak Lee kemarin jika Jaejoong hyung adalah orang yang kau sukai selama ini. Seandainya aku tahu dari awal aku tidak akan membiarkannya ikut terjerumus pada dunia malam yang kau benci." Yoochun memberanikan diri berujar demikian. Ia betul merasa bersalah telah mengenalkan Jaejoong pada alkohol dan wanita sebagai penyelesai masalah. Saat masih SMA Yunho sering mencerikan sambil memuji orang yang sukai disekolhanya sebagai sosok yang lucu dan manis. Bahkan Yunho juga menyarankan padanya agar jangan terus mengencani wanita pennyuka dunia malam, sesekali pada seseorang yang 'benar'. Dasarnya Yunho memang tidak menyukai hal-hal yang berhubungan dengan dunia malam. Ia telah merubah seorang putri menjadi seseorang yang liar?
Yunho tak menjawab, ia makin terlarut oleh emosinya.
"Tidak, Yoochun-ah," kata Yunho, beberapa saat kemudian. Tanpa beranjak dari posisinya melihar keluar jendela.
"Aku tidak menjaga orang sahabatku cintai, tapi akau menjerumuskannya." Yoochun mendekati Yunho. Ia menepuk pelan pada pundaknya.
Yunho menoleh – melihat padanya. Ekspresi Yunho sangat datar dan agak pucat. Ia terpukul sekali oleh kenyataan ini.
Perlahan tangan Yoochun terulur untuk memeluk sahabatnya itu. Dan untuk pertama seumur hidup, Yunho menangis, walaupun itu pelan.
"Seharusnya aku tidak menuruti ambisiku kuliah di Amerika. Seharusnya aku mengungkapkan perasaaanku dari dulu. Aku bisa selalu bersamanya melewati semua masalah-masalahnya. Aku tidak akan pernah membiarkan Jaejoong semenderita ini…." Yunho makin tak kuasa membendung air matanya. Ia mulai mengungkapkan satu persatu uneg-unegnya tentang Jaejoong.
"Aku tahu hyung bersikap dingin pada Jaejoong hyung karena hyung tidak menyukai perubahan Jaejoong hyung kan? Sekarang hyung sudah tahu alasannaya, ku mohon, hyung jangan sakiti dia lagi."
"Tentu Yoochun-ah, tentu…" Yunho pun membalas pelukan Yoochun.
"Shim Changmin imnida."
"Kim Junsu imnida."
Junsu dan Changmin berjabat tangat dengan saling melempar senyum.
"Senang berkenalan denganmu, Junsu-ssi." Kata Changmin. "Semoga kau betah menjadai sekertaris Yunho hyung," tambahnya. Ia lalu mempersilahkan Junsu duduk.
Junsu datang ke ruanagan kerja Changmin kali ini karena permintaan khusus dari Yunho. Beberapa jamyang lalu Pak Lee menelponnya – memintanya untuk datang ke Jung Corp. karena ia diterima menjadi sekertaris baru Yunho. Dan Yunho secara khussu juga meminta Changmin untuk menemani Junsu berkeliling dan mengenalkan lingkungan Jung Corp.
"Ku dengar kau sahabat lama, Yunho hyung. Aku juga sahabatnya,semoga kita bisa jadi sahabat juga." Changmin berkata ;lebih santai sekarang, tidak seformal perkenalan tadi.
Junsu pun tersenyum padanya.
"Tentu. Kau bisa memanggilku Junsu saja, tidak perlu formal." Junsu menanggapi. Changmin tertawa pelan dan mengangguk – tanda setuju.
"Fine, panggil juga aku Changmin."
"Yeah…."
Changmin dan Junsu ahirnya terlibat obrolan kecil. Kedua sahabat baru yang seharusnya mereka membicarakan tentang kantor malah jadi saling bercerita tentang Yunho dan diri mereka sendiri – obrolan khas persahabatan selama beberapa waktu.
Ditengah obrolan mata Junsu tak sengaja melihat sebuah foto pada salah satu meja kerja di ruangan itu. Ia merasa mengenali sosok gambar dalam foto. Reflek, perlahan Junsu beranjak mendekati foto yang mejanya tidak jauah dari meja kerja Changmin.
Chang yang tengah bercerita mendadak berhenti, tidak menegrti pada Junsu. Tapi ia perlahan juga mengikuti Junsu berjalan.
Junsu berhenti setelah sangat dekat , dan benar seperti yang dipikirkannya. Dalam foto itu merupakan hyung-nya – Kim Jaejoong. Entah ia harus senang atau takut sekarang. Keinginannya untuk bisa bekerja disatu tempat yang sama dengan Jaejoong terwujud, tapi bagaimana jika Jaejoong tidak senag dengan kehadirannya? Sebelumnya saat ia mengungkapkan keinginannya itu, Jaejoong tidak berkata apapun, hanya tersenyum datar namun agak sinis. Entahlah, ia agak khawatir bercampur senang.
"Namanya Kim Jaejoong, dia sahabatku dan Yoochun hyung juga. Bagi kami dia seperti hyung kami sendiri. Orangnya sangat hangat dan perhatian, aku sering dimasakkan masakan-masakan lezat olehnya dan hobi makanku selalu terpuaskan. Kau akan termasuk dalam orang paling beruntung di dunia kalau kau berkenalan dengennya." Celoteh Changmin tiba-tiba, sebelum Junsu berkomentar.
Lantas Junsu melihat pada Changmin serius. Wajahnya mendadak berubah suram. Seperti terbangun dari mimpi indah ke kenyataan menyedihkan. Jujur saja ia iri dan cemburu pada Changmin juga Yoochun mendapat perlakuan semanis itu dari Jaejoong. Sedang kepeda dirinya dan ibunya, Jaejoong selalu penuh amarah dan seolah ingin sekali membunuh mereka di saat itu juga.
" Dia saudaraku. Aku adik tiri Jaejoong hyung."
Senyum Changmin yang dari tadi sedekit demi sedikit pun lenyap. Ia jadi merasa bersalah pada Junsu. Ia tahu betul bagaimana Jaejoong bersikap pada keluarganya, terutama pada ibu dan saudara tirinya. Dan Changmin tidak penah menyangka akan bertemu langsung dengan adik tiri Jaejoong. Ia sadar perkataanya tadi mungkin telah menyakiti Junsu.
"Mi… mianhae, Kim Junsu. Aku tidak tahu kau adik Jaejoong hyung."
"Tidak masalah. I'm Fine." Junsu malah menepuk-nepuk pundak Changmin sambil tersenyum. Mungkin bermaksud menenangkan. Tapi Changmin tahu Junsu sedang berbohong, mata Junsu yang agak berair tidak bisa ditutupi.
"Wow, ada Tuan Jung yang terhormat ada disini."
Yunho dan Yoochun menoleh bersamaaan ke arah pintu. Jaejoong yang tampak jelas mabuk berat telah berjalan dengan terseok-seong kearah mereka. Yoochun berdiri, sementara Yunho masih diam sambil menatap semakin sedih pada Jaejoong.
"Jae – " Yoochun bermaksud membantu, Jaejoong malah menepis . Namja cantik itu terus mendekati pada Yunho.
Bugh~
Tidak disangka-sangka Jaejoong langsung saja memukul wajah Yunho hingga tersungkur.
"Jaejoong hyung!" pekik Yoochun, terkejut bukan main. Ia langsung memegangi tubuh Jaejoong. Jaejoong meronta, dan sepertinya ia msih ignin memukul Yunho lagi.
"Park Yoochun! Biarkan aku memberi hadiah untuk direktur yang sombong dan kejam itu," ujar Jaejoong. Entah dia sadar atau tidak berkata begitu. Ia terus memaki Yunho sambil meronta.
Yunho tak membalas, ia masih terduduk di lantai dengan memegangi sudut bibirnya yang sedikit berdarah. Tepatnya tidak akan membalas, Yunho menerima apapun yang Jaejoong akan lakukan padanya, termasuk kalau namja yang dicibtainya diam-diam itu ingin membunuhnya. Yunho sadar ia yang keterlaluan, ia yang bersalah disini.
Yunho tahu Jaejoong menyukainya dari sejak SMA. Sering ia memergoki Jaejoong sedang mengamatinya diam-diam ataupun ketika tengah dengan malu-malu mencuri-curi pandangan darinya. Dan pasti rasanya sangat sakit ketika dingin oleh orang yang kita cintai, jika Jaejoong masih mecintainya.
~TBC~
Garing ya part ini.
Kusahakan part depan lebih baik lagi.
Rahasia2 bakal terungkap pelan2 di tiap part….
RCL jangan lupa.
See you next time