Title
Never Sorry for Loving You
.
Disclaimer
I own nothing except the story line
.
Warning
Yaoi. Means boyXboy. Leave if you hate it.
.
Rating
T/PG-13
.
Genre
Romance. Fluff. A little bit of humor
.
Chapter 5
.
.
'Hangat, seperti ada yang memelukku,' batin namja cantik bermata lebar bernama Kim Jaejoong. Ia menggerakkan tubuhnya untuk semakin mendekatkan diri ke sumber kehangatan itu, kemudian mengusapkan pipinya.
'Ehh? Hangat?' namja tersebut segera membuka matanya. Matanya terbelalak kaget melihat seorang namja tampan –meski ia tidak mau mengakuinya- sedang melingkarkan lengannya ke pinggang rampingnya.
"Hyaaaa!" tiba-tiba ia berteriak kaget diikuti dengan suara seseorang jatuh dari tempat tidur.
GUBBRAKK
"Aisshh..." namja tampan itu mengelus pantatnya yang sakit akibat terjatuh dari tempat tidurnya. "Ya, Joongie, kalau mau membangunkanku gunakan cara yang lebih lembut, seperti misalnya menciumku. Bukannya ditendang."
"M-mwo? Menciummu? Ya, mesum! Kenal saja tidak!" teriak Jaejoong, kemudian ia menaikkan selimutnya hingga sebatas leher sambil mem-poutkan bibir semerah cherry miliknya. Sementara itu Yunho masih sibuk mengelus pantatnya yang sakit gara-gara jatuh, ditendang oleh Jaejoong dari tempat tidurnya tadi.
Jaejoong kemudian melirik ke arah Yunho yang masih duduk di lantai. Matanya tidak sengaja menangkap cairan merah yang mengalir dari pelipis Yunho. Jaejoong segera menghampiri Yunho.
"Ya, mesum, pelipismu berdarah," ucap Jaejoong, kemudian ia mengusap darah yang mengalir itu dengan tangannya. Sementara itu, Yunho menatap Jaejoong yang wajahnya berjarak amat dekat dengannya.
"Apa lihat-lihat?" sungut Jaejoong segera setelah menyadari tatapan penuh arti Yunho padanya. Yunho hanya membalasnya dengan tawa ringan, yang tanpa ia sadari menyebabkan debaran jantung Jaejoong menjadi lebih cepat.
"A-aku akan mengobati lukamu. Tunggu sebentar," ucap Jaejoong. Kemudian ia bergegas keluar kamar untuk mengambil kotak P3K.
Namun, beberapa detik kemudian ia kembali ke kamar Yunho.
"Ya! Ini sebenarnya rumah siapa?!"
.
.
.
Setelah insiden tadi, Yunho segera mengajak Jaejoong ke dapur yang juga merangkap sebagai ruang makan.
Sementara Jaejoong sibuk mengobati luka di pelipis Yunho yang ia dapat karena terantuk meja nakas tadi, Yunho pun sibuk membuka laptop-nya , mencari sebuah file berisi video berisi rekaman dirinya dan Jaejoong agar ia lebih mudah menjelaskan hal-hal yang perlu Jaejoong ketahui.
"Iisshh...aku heran," ucap Jaejoong memecah kesunyian. Yunho kemudian menoleh.
"Aku tiba-tiba terbangun di tempat tidur, dengan orang asing bermuka mesum yang memelukku. Lalu sekarang, bukannya aku kabur, tapi malah duduk di sini, mengobati lukamu," gerutu Jaejoong sambil menekan luka Yunho.
"Aduhh! Ya, itu sakit. Kenapa kau tekan?" tanya Yunho sembari mengusap lukanya.
"Aku kesaallll~" jawab Jaejoong sambil menekan luka Yunho lagi, diiringi suara Yunho yang mengeluh sakit.
"Ya, aku bukan orang asing, aku itu namjachingu-mu," sahut Jaejoong.
"Isshh...aku mana mau punya namjachingu jelek sepertimu!"
"Mwo? Jelek? Aku ini tampan, Joongie. Kau tahu, banyak rekan kerjaku, yeoja ataupun namja yang tertarik padaku dan mengatakan aku ini tampan. Bagaimana bisa kau bilang aku jelek?" Yunho mem-poutkan bibirnya dan memasang tampang kesal.
"Tentu saja bisa! Lihat saja wajahmu sekarang. Sangat. Jelek," balas jaejoong dengan penekanan pada dua kalimat terakhir. "Lagipula, kalau kata mereka kau tampan, lebih baik kau bersama mereka saja, daripada di sini bersamaku."
Yunho menatap Jaejoong jahil, kemudian ia menggodanya. "Joongie, kau cemburu ya?"
"Ishh...apanya yang cemburu? Aku tidak akan cemburu pada orang yang bahkan aku tidak tahu namanya."
"Aku Yunho, Jung Yunho. Nah, kau sudah tahu namaku kan. Apakah sekarang kau akan cemburu?"
Jaejoong langsung mendelik pada namja di sampingnya. Orang ini mau menggodanya tapi kenapa malah terkesan aneh.
"Terserahlah," gumam Jaejoong.
"Jae..."
Jaejoong pun menoleh. Ia mendapati Yunho sedang menatapnya dengan tajam. Jaejoong segera menoleh ke arah lain, namun tangan Yunho menahannya. Yunho memandang mata doe milik Jaejoong dalam, membuat Jaejoong tidak bisa mngalihkan pandangannya. Wajah mereka semakin mendekat. Jaejoong menuruti instingnya untuk menutup matanya. Segera saja bibir plump-nya bertemu dengan bibir tebal milik Yunho. Yunho mengulum bibir Jaejoong sebentar, tidak lama. Ia pun tidak berniat memperdalam ciumannya. Ia tidak mau kehilangan kendali diri.
Yunho pun segera melepas ciumannya. Telapak tangannya masih setia bertengger di pipi halus milik Jaejoong, mengusapnya dengan lembut. Jaejoong membuka matanya yang masih tertutup dan mendapati Yunho sedang menatapnya dengan lembut.
Jaejoong menunduk, menyembunyikan rona merah yang mulai muncul di wajahnya. "Jangan menatapku terus," ucap Jaejoong pelan.
"Wae?"
"Umm...nanti kau bosan," jawab Jaejoong asal. Setelah ia merasa wajahnya tidak lagi memanas, ia mengangkat wajahnya, mendapati Yunho sedang tertawa kecil karena jawaban polosnya tadi.
"Tidak. Aku tidak akan bosan," ujar Yunho.
Jaejoong memilih untuk diam, tidak menjawab. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia tidak mengerti kenapa ia tidak marah ketika namja di hadapannya menciumnya. Seharusnya ia marah kan? Kenapa malah tidak bisa? Ia menjadi merasa murahan, begitu mudah disentuh. Tidak menunjukkan kemarahan sama sekali.
"Saranghae," ucap Yunho pelan. Namun Jaejoong masih bisa mendengarnya.
Lagi-lagi Jaejoong terdiam, dan Yunho hanya tersenyum maklum.
"U-umm...aku akan membuatkan sarapan. Kau mau apa?" tanya Jaejoong, berusaha untuk tidak terkesan canggung sambil beranjak dari kursinya. Namun Yunho segera menarik lengan Jaejoong dan menyuruhnya untuk duduk lagi. Jaejoong pun menurutinya.
"Biar aku saja, kau lihat dulu video ini," tunjuk Yunho pada sebuah file. "Kuharap kau benar-benar percaya pada kata-kataku tadi, kau benar-benar namjachingu-ku," lanjut Yunho sambil mencium kening Jaejoong sekilas.
Jaejoong membelalakkan matanya, kemudian menatap Yunho sebentar, namun ia langsung menunduk kembali. Ia menganggukkan kepalanya sekilas.
Sementara Yunho sibuk memasak sarapan di dapur, Jaejoong melakukan apa yang tadi diminta oleh Yunho.
Isi dari file tadi sangat mengejutkan Jaejoong. Di situ terlihat ia dan Yunho sangat akrab, meskipun di situ juga bisa terlihat ia terkesan malu-malu di hadapan Yunho.
'Apa dia benar-benar namjachinguku?' batin Jaejoong.
"Hyuungg~" teriakan melengking dari dua orang membuyarkan Jaejoong dari lamunannya. Ia pun menoleh ke sumber suara itu.
"Junsu-ah? Omo, hari ini kau ulang tahun!" seru Jaejoong. Ia segera mem-pause video itu, kemudian ia memandang Changmin yang berdiri di belakang Junsu. Tiba-tiba Jaejoong menarik lengan Changmin, mengajak Changmin menjauh dari Junsu.
"Ya, hyung. Waeyo?"
"Kan kau sudah kusuruh untuk membawa Junsu ke cafe dan jangan membiarkannya ke mana-mana, sementara aku menyiapkan sesuatu untuknya. Aish...kau ini," kata Jaejoong diikuti jitakan di kepala Changmin.
"Untuk apa melakukannya?" tanya Changmin.
"Hari ini kan Junsu ulang tahun dan kita kan sudah membuat rencana untuk memberinya kejutan."
"Aigoo...hyung, Junsu hyung tidak ulang tahun hari ini," jawab Changmin, kemudian matanya tertumbuk pada laptop yang seingatnya adalah milik Yunho.
"Hyung belum melihat videonya sampai selesai ya?" tanya Changmin sambil menunjuk ke arah laptop tersebut.
Jaejoong menggelengkan kepalanya. "Tunggu...aku baru menyadari ini. Bagaimana kalian bisa ke sini?! Kalian kenal dengan orang aneh pemilik rumah ini?!"
"Tentu saja, hyung. Yunho-hyung kan kakak sepupuku," jawab Changmin.
"Hyung, daripada bingung, lihat saja videonya," saran Junsu.
Jaejoong kemudian menganggukkan kepalanya, mengikuti saran dari Junsu.
.
.
.
"Jadi dia itu benar-benar namjachingu-ku?"
Changmin dan Junsu menganggukkan kepala mereka.
"Kalian serius?"
Changmin dan Junsu menganggukkan kepala mereka lagi.
"Tapi kan dia jelek."
Changmin dan Junsu langsung memukul kepala Jaejoong.
"Isshh...sakit!" keluh Jaejoong sambil mengelus kepalanya. 'Sebenarnya tidak jelek juga sih...' Jaejoong membatin.
"Biar jelek, dia namjachingu-mu hyung," ujar Changmin. "Hm, sepertinya enak. Kumakan ya hyung!" kata Changmin begitu melihat makanan di atas meja.
Jaejoong menanggukkan kepalanya. "Makan saja, nanti kalau kurang, aku buatkan yang lain. Lagipula itu bukan aku yang masak. Itu buatan Yunho."
Tangan Changmin yang tadinya akan menyuapkan makanan ke mulut lebarnya terhenti seketika. "Serius, hyung?"
Jaejoong mengiyakan.
"Whoaaa...akhirnya Yunho-hyung bisa masak!" seru Changmin. Jaejoong dan Junsu langsung memandangnya dengan tatapan aneh.
"Wae? Terakhir kali Yunho-hyung mau masak untukku, bukannya masak makanan, dia malah masak dapur!" Changmin segera berlari ke dapur.
"Ini hebat! Bahkan dapurnya masih bersih begini."
"Kau berlebihan sekali," ujar Junsu sambil mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Kau tidak tahu saja."
"Ngomong-ngomong kalian kenapa bisa tiba-tiba ada di sini? Kalian juga tinggal di sini?" tanya Jaejoong.
"Tidak, kami ke sini untuk memberi tahu hyung saja, hari ini cafe tutup. Sudah waktunya bersih-bersih bulanan. Tapi hyung tidak usah ikut. Hyung kencan saja dengan Yunho-hyung," jelas Junsu.
"Mwo? Apa-apaan itu? Kalian bekerja, bersih-bersih, sementara aku malah kalian suruh berkencan? Kalian aneh!" protes Jaejoong.
"Ayolah, hyung. Kalian kan sudah lama tidak kencan," bujuk Junsu. Jaejoong terlihat berpikir sebentar.
"Aku...benar-benar amnesia ya?" tanya Jaejoong. "Aku benar-benar tidak ingat apapun tentangnya. Dan kalian tidak sedang bermain-main denganku kan?"
Changmin dan Junsu menggelengkan kepalanya.
"Tentu saja tidak, hyung," ucap Junsu.
Jaejoong pun terdiam. "Eh, ngomong-ngomong, Yunho mandinya lama sekali."
"Memang," ujar Changmin. "Aku tidak mengerti kenapa dia betah sekali di kamar mandi lama-lama. Mungkin semedi."
"Semedi? Enak saja," suara Yunho mengagetkan ketiga orang tersebut. "Ya, tiang! Kenapa sarapannya Joongie kau habiskan?!" omel Yunho ketika melihat makanan yang tadi ia masak sudah habis.
"Hyung, bagaimana kau tahu kalau Changmin yang menghabiskan? Kan bisa saja Jaejoong-hyung," tanya Junsu.
Yunho segera menunjuk ke sudut bibir Changmin. "Mulut Changmin belepotan makanan begitu."
Junsu menganggukkan kepalanya.
"Uhm...Aku akan membuatkan sarapan lagi, bagaimana? Kalian mau?" tawar Jaejoong.
"Mauuuu!" Changmin menjawab dengan penuh semangat.
Yunho pun mendekati Changmin dan menepuk perut sepupunya itu. "Ini perut isinya lambung atau kantong Doraemon sih sebenarnya?"
"Ya, hyung! Jangan pegang-pegang!" sungut Changmin diikuti gelak tawa dari Junsu.
.
.
.
"Jae-hyung, jangan ke cafe ya! Kencan saja dengan Yunho-hyung," ucap Junsu, mengingatkan Jaejoong lagi saat ia dan Changmin akan pergi. Jaejoong diam saja dan hanya tersenyum pada kedua orang itu.
"Min, apa kau yakin Jaejoong tidak akan datang ke cafe?" tanya Junsu dalam perjalanan ke cafe.
"Tidak, Jae-hyung itu keras kepala. Pasti nanti datang."
Dan benar saja perkataan Changmin. Ketika mereka, Changmin, Junsu, G.O, Cheondoong dan Mir sedang membersihkan cafe, Jaejoong muncul. Tentu saja bersama Yunho.
"Hyung, ngapain sih ke sini? Sana, pergi saja dengan Yunho-Hyung!" kata Junsu sambil mendorong Jaejoong menjauhi cafe.
"Ya! Apa kau sedang mengusirku dari cafe-ku sendiri? Menyebalkan sekali!" ucap Jaejoong sambil mempoutkan bibirnya.
"Bukan begitu hyung, tapi kan..."
"Sudahlah, tidak apa-apa, Su," ucap Yunho akhirnya.
"Eh? Tapi kan kalian..."
"Tuh kan, dia bilang tidak apa-apa," cibir Jaejoong pada Junsu.
"Su-ie~" sebuah suara memanggil Junsu kemudian si pemilik suara tersebut langsung memeluk Junsu dari belakang. Junsu yang tahu bahwa yang melakukannya adalah Yoochun, namjachingu-nya, diam saja dengan semburat merah muda menghiasi pipinya. Semua yang berada di tempat tersebut terlihat biasa saja, sudah terbiasa dengan pemandangan itu.
Tapi tidak dengan Jaejoong. Matanya membelalak kaget.
"Ya, mesum!" Jaejoong langsung memukul kepala Yoochun.
"Jidat! Apa yang kau lakukan pada dongsaengku? Astaga...apa sebentar lagi dunia kiamat? Kenapa semua orang tiba-tiba mendadak mesum!?" ucap Jaejoong sambil terus memukul kepala Yoochun.
"Hyung! Aiishh..appo," Yoochun segera berlari menghindari pukulan Jaejoong, namun Jaejoong terus mengejarnya.
"Ya! Kemari kau jidat mesum!"
"Jae!" Yunho dengan sigap menghentikan Jaejoong yang sepertinya sudah siap membantai Yoochun.
'Fiuhh..selamat nyawaku hari ini. Untung ada Yunho-hyung,' batin Yoochun.
"Kau! Lepas!" Jaejoong meronta.
"Tidak! Kalau kau kulepas, Yoochun akan berakhir di UGD Rumah Sakit," jawab Yunho yang masih menahan Jaejoong.
"Biar! Salah sendiri peluk-peluk Su-ie begitu! Apa kau tidak tahu kalau mereka musuhan?"
"Sejak setahun yang lalu mereka sudah tidak musuhan lagi," kata Yunho.
"Ne, sekarang Yoochun-ah itu kekasihku," ucap Junsu sambil berjalan ke arah Yoochun dan memegang tangannya.
"Mwo? Tapi..tapi kan kau bermusuhan dengannya!" ucap Jaejoong keukeuh sambil menunjuk Yoochun dengan jari telunjuknya.
"Tapi sekarang aku suka Yoochun-ah."
"Mwo? Astagaa...apa sekarang semua orang sedang mencoba mempermainkanku? Ini sangat menyebalkan!" sungut Jaejoong sambil berjalan menjauh.
"Ya, Joongie!" panggil Yunho sambil menahan Jaejoong.
"Wae?" Jaejoong memandang tangan Yunho yang sedang berada di lengannya, kemudian menghentakkannya kasar. "Aku bukan Joongie-mu!"
"Ne, kau adalah Joongie-ku."
Jaejoong membuang muka, menghindari tatapan mata dari Yunho. "Ya, bisakah kau meninggalkanku sebentar? Ini benar-benar membingungkan! Aku terbangun, lalu ada namja asing yang aku bahkan tidak tahu mengaku sebagai namjachingu-ku. Belum lagi orang yang kutahu sebagai orang yang Junsu benci, tiba-tiba menjadi namjachingu-nya!"
Yunho terdiam. Ini sebenarnya bukan pertama kalinya Jaejoong kebingungan begini. Bahkan tiap pagi, Jaejoong sudah dihadapkan pada kenyataan yang cukup membingungkan, yakni memiliki namjachingu yang ia sama sekali tidak ingat.
Jaejoong yang merasakan pegangan tangan Yunho pada lengannya melonggar, segera pergi menjauh. Ia butuh waktu untuk berpikir. Ini semua sangat membingungkan baginya.
"Jae," Yunho segera menyusulnya lagi. Ia kemudian melingkarkan lengannya pada bahu Jaejoong dari belakang, lalu menghirup aroma rambut Jaejoong.
"Mianhae," ucap Yunho tiba-tiba.
"U-Untuk apa?"
"Semuanya. Sepertinya semuanya salahku hingga kau kebingungan seperti sekarang ini. Aku egois sekali. Aku benar-benar mencintaimu dan ingin kau ada di sampingku setiap hari selama mungkin sampai aku tidak memikirkan semuanya akan sulit untukmu."
"Bukan salahmu," ucap Jaejoong seakan tidak ingin Yunho merasa terlalu khawatir.
"Salahku. Setidaknya kalau aku tidak begini, kau pasti akan lebih mudah menerima fakta bahwa Yoochun dan Junsu sekarang sudah menjadi sepasang kekasih."
Jaejoong menggigit bibir bawahnya. Ucapan Yunho seakan Yunho menyesal telah menjadi namjachingu-nya dan sepertinya Yunho akan meninggalkannya. Jaejoong tidak mau itu terjadi. Ia tidak tahu kenapa, ia hanya tidak mau saja.
Jaejoong kemudian berbalik, kini ia berdiri berhadapan dengan Yunho sambil memegang ujung jaket Yunho. "Kau...kau menyesal?" tanya Jaejoong sambil menunduk, memandang kedua tangannya yang sedang memainkan ujung jaket Yunho.
Yunho tersenyum. "Tidak."
Jaejoong pun mendongakkan kepalanya mendengar jawaban Yunho. Ia kira Yunho akan menjawab 'ya'. Tapi Yunho bisa saja berbohong kan? Tapi ketika Jaejoong memandang mata Yunho, ia tidak melihat ada kebohongan di sana.
Jaejoong pun menunduk lagi, namun tangannya tidak lagi memegang ujung jaket Yunho. Kini kedua tangannya berada di dada Yunho. Ia pun semakin mendekatkan diri pada Yunho. Entah kenapa ia suka berada dekat dengan namja di hadapannya itu.
Yunho pun segera memeluk Jaejoong lagi. "Aku sama sekali tidak menyesal. Jadi, boleh aku menjadi egois? Dengan terus-menerus berada di sampingmu, mengatakan aku adalah namjachingu-mu tidak peduli bagaimana reaksimu nantinya?"
Jaejoong menganggukkan kepalanya. Yunho tersenyum senang kemudian ia dengan lembut mencium kening Jaejoong. "Gomawo."
"Apa kita jadi jalan-jalannya?" tanya Jaejoong setelah Yunho melepas pelukannya.
"Tentu saja. Tapi kenapa tiba-tiba kau bertanya begitu? Kukira kau tidak mau."
"Setelah dipikir-pikir lagi, aku lelah juga bekerja terus."
"Baiklah kalau begitu bagaimana kalau kita berangkat sekarang? Tapi kita pamit dulu pada yang lainnya."
"Uhmm...bagaimana kalau nanti saja? Aku tetap ingin membantu mereka. Aku merasa tidak enak kalau hanya aku saja yang tidak bekerja," ucap Jaejoong.
"Baiklah, kalau begitu."
Jaejoong segera meraih tangan Yunho, kemudian menariknya. "Kajja, kita harus cepat," ucap Jaejoong penuh semangat. Yang dibalas oleh tawa oleh Yunho.
-TBC-
NP: the GazzetE-Calm Envy
Balas Review
trilililililili :: mianhae yang kemarin updatenya lama, yang sekarang updatenya malah berbulan-bulan. Mianhae~ w aku ini author males, ngerjainnya berdasarkan mood aja, jadi lama deh. *ditabok* gomawo udah review. n.n
rara :: dear, kenapa kamu reviewnya sekaligus tapi per-chap gitu (?) aku jadi bingung~. Hehe...iya, yunjae ketemuan abis jae amnesia dan amnesianya jae itutiap hari, besoknya lupa lagi gitu. Gomawo udah review. n.n
Jung Jyunnie :: annyeong...salam kenal juga. XD Iya, ga bakal sad ending kok, aku juga kurang suka dan sebenarnya kurang bisa bikinnya. Aku pernah nyoba buat, tapi malah ada yang bilang lucu *doeeng* =_=" haha..gomawo udah review ne. n.n
:: makasih! XD iya, setelah dibaca lagi ternyata kurang cocok, padahal awalnya sebenarnya aku pengen bikin sad ending. Hehe...oke, gomawo udah review. ^^
dan yang udah review login :: Vic89 |JungJaema | NaraYuuki |lipminnie | J-Twice | Mrs. EvilGaemGyu | irengiovanny | JejeSalvatore | Qhia503 | Izca RizcassieYJ | YuyaLoveSungmin | giaoneesan | RaraRyanFujoshiSN | kim eun neul | aoi ao |
Gomawo udah review. Udah aku reply lewat PM. Mianhae kalau ada salah ketik nama, ga kubales dll. Aku liatnya dari hape soalnya. ^^a
-oOo-
Readers~ mian updatenya lama~ masih adakah yang nunggu FF ini? w
Readers: kriikk...kriikk...
Me: TT
Kemarin" stres gara-gara belum ada pengumuman gw diterima masuk universitas apa enggak. Udah gitu ga ada pulsa modem dan lagi males jalan ke warnet. *ditabok karena alasannya aneh*
Tapi untungnya udah sih, jadi update lagi deh. Mian kalo kependekan lagi, cuma sekitar 2k kata doang ini. Tapi jujur aja ini pertama kalinya gw nulis sepanjang ini. ==v
Dan maaf juga kemarin aku ga update tapi ternyata dihitung update sama FFn-nya. Aku cuma ngedit chapter 4 nya aja yang kemarin itu. Mianhae. *bow*
Oh ya, ngomong" apa kekurangan FF ini? Aku sih ngerasa feelnya kurang dan ada beberapa bagian yang terkesan awkward banget. Tolong kasih kritik dan sarannya ya, aku masih ngerasa sangat amat kurang soalnya.
Gomawo buat yang udah mau berkunjung untuk baca, apalagi yang udah review. XD