Balasan Review~

Guest : Yey... makasih dah bilang seruu... :D
Ini chap teralhir, semoga kamu suka juga yah...

Fishy Elf : Okkkaay... thx for support...! xO

Sami Haruchi : Sasuke emang mesumm... xD *dichidori*
Seru sih bikin Sasu jadi mesum,.. wk wk wk

Karimahbgz : Jelas lah Sasu mesum... itu kan daya tariknya..
Ho ho ho
#Devil mode: on

Last Chap Update!

~Enjoy Reading~


Chapter 6 : My Focus

.Klik.

Sungguh, Sasuke merutuki suara itu. Suara yang membuatnya diduakan-menurutnya-, karena kini Sakura sedang asyik memotret dengan kamera barunya itu.

"Haaaahhhh~ tahu begitu aku tak usah membelikannya kamera saja." untuk kesekian kalinya Sasuke menghela nafas panjang. Ia menghempaskan dirinya di rerumputan di halaman belakang sekolah.

Sakura yang tak menyadari hal itu masih terus asyik dengan kegiatannya. Ia sudah cukup lama tak meluapkan hasratnya untuk mengabadikan keindahan dunia itu. Kamera yang baru dibelinya-atau tepatnya dibelikan Sasuke kepadanya- merupakan kamera cannon model baru dengan lensa yang lebih tajam dari kamera cannon EF 35mm miliknya dulu.

"Sasuke lihat i…" saat Sakura hendak memamerkan hasil jepretannya kepada Sasuke, ia mendapati Sasuke yang telah terlelap di sela-sela rerumputan.

Sakura sempat kagum. Kagum akan keindahan yang dilihatnya. Ia tak menyangka, ada keindahan lain yang membuatnya tertarik. Kali ini tak hanya membuatnya tertarik, bahkan berdebar.

Perlahan Sakura mendekat dan mengarahkan kameranya ke wajah Sasuke yang terlelap.

.Hup.

Tiba-tiba saja tangan Sakura ditarik oleh sang Uchiha ini. Sakura membulatkan matanya ketika tubuhnya telah berada dalam dekapan Sasuke. Ia tertipu. Ia ditipu mentah-mentah.

"Kau pura-pura!" protes Sakura sambil mencoba melepaskan diri dari rengkuhan tangan kekar Sasuke.

"Salah sendiri kau menduakanku."

"Siapa yang menduakanmu?! Memang kita pacaran?"

"Hey, kau pikir kamera itu gratis?"

"Maksudmu? Aku harus membayarnya?" Sakura sedikit bergidik. Terang saja, harga kamera ini jauh dari kata murah. Dan Sasuke yang memang sudah bisa dibilang keluarga yang mewah tentu saja mudah mendapatkannya. Tapi kalau Sakura harus membayar… rasanya ia tak sanggup.

"Tentu saja!"

"Ta..tapi…" Sakura sudah terlanjur jatuh cinta dengan kamera ini. Ia tak rela kalau sampai ia kehilangan kamera ini. Sasuke yang melihat ekspresi sakura kini menyeringai.

"Kau bisa membayarnya dengan menjadi pacarku." seringainya.

"Eh?" muka Sakura berubah merah padam. Wajah mereka yang terlalu dekat dan seringai maut sang Uchiha membuat tubuhnya lemas seketika.

"Kuhitung sampai 3 dan kesempatanmu akan hilang. 1…2…"

"Hua..hua… baiklah!"

"Bagus!"

Setelahnya Sasuke mengecak-acak rambut Sakura, dan dibalas oleh cibiran kesal dari sang empunya. Candaan hangat mereka membuat Sakura berkali-kali tertawa sampai mengeluarkan air mata.

Mereka bercerita banyak. Sakura ingin tahu lebih jauh mengenai Sasuke. Iapun baru mengetahui kalau Sasuke adalah jagoan club memanah. Sakura sempat berpikir, akan seperti apa sosok Sasuke ketika sedang focus ke arah bidikannya?mata onyx-nya yang menajam pasti begitu indah... Memikirkannya saja membuat jantung Sakura berdebar.

Setelah puas bertukar informasi, Sasuke terlihat terlelap di pangkuan Sakura. Ia mengeluh kepada Sakura akan kesibukannya menjelang tournament memanah nanti.

Sakura membelai rambut raven Sasuke. Ia mengamati setiap sudut wajah Sasuke yang bisa dibilang lebih dari standar 'tampan' itu. Sedetik kemudian Sakura menyadari sesuatu. Ia lantas mengambil kameranya dan mengarahkannya ke wajah Sasuke.

.Klik.

Sebuah keindahan abadipun tercetak lagi. Dan kini Sakura akan puas dengan hasilnya. Karna bagaimanpun keindahan itu hanya miliknya. Miliknya yang hanya ia yang boleh melihatnya.

'My Focus' batinnya.

-ooOoo-

Keesokan harinya terjadi hal yang sangat di luar dugaan.

Sakura dan Ino saling berpandangan. Terlihat jelas dari tatapan mereka bahwa mereka memiliki tanda tanya besar yang ingin dikatakan kepada sahabat mereka satu ini.

Saat ini, yang ditatap mereka adalah sosok Hinata yang wajahnya sudah sangat-sangat blushing ria sambil memainkan tangannya sendiri, dan Naruto yang merangkul pundak Hinata dengan cengiran rubahnya-yang sama sekali tak elegant itu.

"Kami tak tahu kalian seakrab itu." sahut Ino membuka pembicaraan. Sakurapun mengangguk menandakan persetujuannya dengan pernyataan Ino.

"Se..sebenarnya…aku…em…kami…" ucap Hinata tak jelas. Narutopun mengeratkan rengkuhannya di pundak Hinata dan tersenyum lagi.

"Kami sudah jadian! Ayo beri selamat pada kami!" cengirnya yang diikuti ekspresi kaget dari Sakura dan Ino. Sedangkan Hinata hanya menunduk sambil tersenyum malu-malu.

"Kami…baru saja resmi jadian kemarin." Jelas Hinata, akhirnya.

"Apa?!… kalau begitu, selamat! Tak kusangga kau gerak cepat juga, Hinata!" Ino langsung menyalami Hinata dan Naruto yang sudah seperti pasangan pengantin muda (?) itu.

"Naruto…" sementara Ino sedang menggoda Hinata, Sakura berbisik kepada Naruto. Naruto yang semula tersenyum-senyum melihat Hinatapun kemudian menoleh.

"Ya, Sakura-chan…?"

Sakura menatap mata Naruto. Mencari celah akan adanya aura gelap di sana. Ia tak ingin kalau sahabatnya itu menjadi pelampiasan Naruto atas kepatah hatiannya.

"Kau tak berniat menyakiti Hinata, kan?"

Naruto terdiam sejenak. Ia tahu mengapa Sakura menanyakan hal itu. Ia juga pasti akan menanyakan hal yang sama bila berada di posisi Sakura. Sedetik kemudian Naruto menyunggingkan senyumannya.

"Aku mencintainya." Tegas Naruto. "Ah…mungkin tepatnya aku akan mencintainya."

Sakura sedikit kaget atas ucapan Naruto.

"Akan mencintai? Apa maksudnya itu? Kalau kau tak serius lebih baik…"

"Aku pasti akan mencintainya, Sakura-chan!" potong Naruto kemudian. "Aku baru saja patah hati, tak mudah untukku membuka hati lagi. Aku masih trauma untuk jatuh cinta. Tapi entah mengapa aku merasa suatu saat aku akan bisa mencintai Hinata-chan."

Sakura kaget atas pernyataan Naruto. Tatapannya yang memandang Hinata seakan memberi keyakinan bahwa ia akan menjaga Hinata. Ia akan mencintainya perlahan dan kemudian akan membesar seiring berjalannya waktu.

Sakura tersenyum lega. Setelahnya Ino dan Hinata akhirnya berhenti mendebatkan sesuatu yang tak penting-menurut Sakura. Hinata segera menghampiri Naruto dan disambut oleh cengiran rubah ciri khasnya.

"Kau akan berurusan denganku bila kau macam-macam dengan Hinata." Sahut Ino. Sejujurnya ia senang bisa melihat Hinata bahagia dengan pria yang dicintainya.

"He he he… aku tak janji. Karna aku memang ingin melakukan bermacam-macam hal dengannya!" balas Naruto sambil menjulurkan lidahnya ke arah Ino dan menarik tangan Hinata keluar dari kelas itu.

"Hey! Beraninya kau, bocah!" seru Ino sambil mengepalkan tangannya ke arah mereka yang sudah berlalu pergi. Sakura tersenyum melihat kelakuan sahabat-sahabatnya ini.

"Kenapa kau tertawa? Lucu?" sindir Ino. Ia lalu mengambil posisi duduk di depan meja Sakura. "Kalau Hinata dan Naruto sedang 'lovey-dovey', lalu bagaimana dengan kau dan Sasuke?" sahut Ino dengan nada menggoda.

Sakura segera menghentikan tawanya. Mukanya merah seketika. Ia menatap Ino tajam. Darimana ia mengetahui hubungannya dengan Sasuke? Bahkan mengobrol dengan Sasuke di sekolahpun jarang, Sakura juga tak pernah menceritakan kedekatannya pada siapapun.

"Kau kaget ya? Hi hi hi. Tapi kau pasti akan lebih kaget kalau mendengar hal ini." Canda Ino. Sakura melirik ke arah Sasuke yang lagi-lagi sedang di kelilingi 'tikus-tikus betina' itu. Cemburu? Tentu saja, tapi Sasuke sudah menjelaskan semua kepada Sakura untuk mengacuhkan hal itu. Sekarangpun Sasuke sedang memakai earphone-nya untuk menulikan telinga dari sorakan mereka.

'Tak mungkin kan Sasuke yang memberitahu Ino?' batin Sakura.

Sasuke yang merasa ditatap kemudian menatap balik Sakura. Ia menyeringai. Seringai yang membuat muka sakura semakin mendidih. Sakura kembali memalingkan mukanya dan focus kepada Ino yang terkekeh geli.

"Bukan, bukan Sasuke yang memberitahuku, Sakura." Sahut Ino disela tawanya. "Yang memberi tahuku adalah Itachi-kun."

Sakura membelalakan matanya. Itachi kan kakak Sasuke. Darimana Ino mengenal Itachi? Dan sampai mana hubungan mereka hingga Ino bahkan mengetahui info seperti itu dari Itachi..?

"Ha ha ha. Jangan kaget ya… aku dan Itachi-kun sudah pacaran."

"Apa?! Tidak, jangan bercanda, Ino! Sejak kapan?! Kenapa kau tak cerita?!" Sakura memekik keras dan langsung dibungkam oleh tangan Ino sebelum seluruh perhatian tertuju pada mereka.

"Ssst… Inilah sebabnya aku tak mau cerita. Kalian pasti berisik!"

"Emmph~" Inopun membuka mulut Sakura. "Ceritakan!"

"Ya, ya. Kejadiannya tak lama setelah Uchiha bersaudara itu pindah ke KHS ini. Waktu itu… kau ingat saat aku ingin memberitahumu tentang murid pindahan?"

Sakura menerawang.

.FLASHBACK.

"Sakuraaaaaaa…..!"

"Berisik, Ino!" Sakura menutup telinganya dari pekikan keras Ino. Ia tak habis pikir. Pagi-pagi ia sudah harus mendengar suara nyaring Ino. "Ada apa sih sampai kau teriak-teriak begitu?"

"Ada…ada…itu…ada…" jawab Ino terbata-bata sambil menggerakan tangannya tak jelas dan nafas yang tersenggal-senggal karna ia berlari.

"Ada anak baru!" sahut Hinata tiba-tiba. "Ada anak baru di kelas kita! Aneh sekali pindah saat sudah kelas 2."

.FLASHBACK-END.

Sakura mengangguk ia mengingatnya. Inopun kembali meneruskan ucapannya.

"Saat itu yang sebenarnya ingin kukatakan 'ada anak baru' yaitu Itachi Uchiha-senpai. Yah…mungkin bisa dibilang seperti Hinata, aku jatuh cinta pada pandangan pertama dengannya."

"A… begitu. Kalau begitu sampai sejauh mana hubungan kalian?" goda Sakura sambil menirukan gaya bicara Ino yang biasa menggoda Hinata. Ino hanya mendecih kemudian mencubit pipi tembem Sakura. "Aw aw…. Waaa~sakittt…!"

"Rasakan. Kau sudah lama tak tertawa selepas itu, pasti pipimu pegal kan? Aku hanya membantu melemaskannya, Calon-Adik-Ipar. Hi hi hi." sahut Ino dengan penekanan dalam katanya.

.Blush.

Untuk kesekian kalinya Ino benar-benar berbakat menjahili orang lain. Karena Hinata sedang dibawa kabur oleh Naruto, kini mau-tak-mau Sakura yang menjadi sasarannya.

-ooOoo-

Sesuatu yang indah, tak selamanya abadi…
Tapi kita punya cara tersendiri untuk mengabadikannya.

Cinta adalah pilihan Tuhan…
Tapi untuk jatuh cinta, kita sendiri yang memilihnya.

Mata bisa membohongi hati…
Tapi hati punya matanya sendiri yang tak bisa dibohongi.

Ada kalanya kau harus tetap melangkah…
Meski kau tahu jalan yang kau lalui bukanlah jalan yang mudah.

Yang terindah bukanlah selalu yang terbaik…

Tapi yang terbaik selalu jadi yang terindah…

Seperti matahari yang menjadi pusat tata surya…

Kau akan jadi pusat duniaku.

My Focus.

-OWARI-


Inilah akhir yang bisa Shera persembahkan buat reader semua..
semoga ga ngecewain n berkesan yah..
semoga Fic ini juga memberi kalian pelajaran berharga..

Akhirnya Fic ini selesai dengan selamat meski pernah terlambat 1x dari targetnya... :D
Thx buat semua yang mau baca n udah Support Shera yah..

See you in next Fic.. \\(^o^)/

Keep trying my best!

~Shera Liuzaki~