Hallo minna-san...!
(^o^)/
Shera balik lagi nih sama Fic SasuSaku-nya...
kali ini ga yang fulgar kok... cuma slight Lime doang. ah, bahkan gak ada Lime-nya deng...
Fic ini dipost di malam sebelum Shera lomba speech lhoo... T.T
*Curcol*
doa'in yah... kalo menang ntar Shera kasih Fic special deehhh... xD *plak* (sapa juga yang mau)
Oh ya tentang Fic oneshoot yg "Triple X" itu maaf yah ga bisa bales, bingung mw bls review-nya dimana.. he he
seperti biasa, Shera usahain update tiap hari...
so..
~Enjoy Reading!~
FOCUS
.
.
DISCLAIMER : MASASHI-SENSEI…. (pengen nulis nama sendiri, sebenernya)
.
.
3 Nov 2012
.
.
Segala sesuatu yang indah itu tak selamanya abadi…
.
.
Keindahan itu akan hilang perlahan…
.
.
Dan pada akhirnya akan lenyap…
.
.
Tapi aku…
.
.
Akan mengabadikan segala keindahanmu…
.
.
Chapter 1 : My Broken Heart
Mentari kini terbangun oleh kokok-an sang ayam jantan. Seakan menjadi iringan musik di pagi yang dingin ini. Musim semi baru saja datang beberapa hari yang lalu. Salju yang mencair dan pohon-pohon yang kering masih menjadi latar tempat panggung kehidupan saat ini.
Seorang gadis tengah duduk di sebuah ayunan di taman kecil. Udara dingin yang memaksa menembus kulit lembutnya sama sekali tak membuatnya terganggu. Ia menikmati ini. Menikmati suasana pergantian musim. Dari suhu yang rendah kembali meninggi hingga sampai pada puncaknya nanti.
"Liburan musim dingin akan segera berakhir…" bisiknya entah pada siapa karna saat ini hanya dialah seorang yang mau keluar dengan hanya memakai kaos merah muda lengan pendek yang senada dengan rambut pink-nya, celana hitam panjangnya dan sebuah syal putih yang melingkar di lehernya.
Iapun kemudian bangkit. Ia mengeluarkan sebuah kamera dari dalam tas pinggang kecilnya. Kamera yang selalu dibawanya dan satu-satunya harta baginya.
Ia melihat sepasang burung merpati putih yang hinggap di dahan pohon. Ia segera mengarahkan kameranya. Matanya menajam seakan membidik mangsanya.
.Klik.
Bertambahlah lagi sebuah gambar yang akan memenuhi koleksi di album fotonya.
-ooOoo-
"Sakura…! Kau hebat sekaliiiii!" seru seorang gadis dengan mata lavendernya dan aksen indigonya berdiri di hadapan gadis lainnya yang sedang memainkan rambut pink-nya.
"Sudah kuduga kau pasti berhasil memenangkan kompetisi ini! Kau memang hebat!" seru lagi seorang gadis berambut pirang yang dikuncir kuda kebelakang.
Sementara kedua gadis di hadapannya ini sedang heboh menyerukan kemenangannya, sang pemenang malah mendengus kesal berkali-kali karna mereka tak membiarkannya beranjak dari tempatnya.
"Sakura, bulan depan akan ada festival photograph kan di sekolah?" sahut sang gadis Indigo yang merupakan adik dari ketua Osis Neji Hyuuga, yaitu Hinata Hyuuga.
"Kudengar temanya 'keindahan'. Jadi, apa yang akan kau foto?" sambung si pirang, Ino Yamanaka.
"Bunga? Pemandangan alam? Langit? Atau apa?"
"Tidak, aku takkan memotret itu semua." Sakura mengalihkan pandangannya. Lensa matanya kini terfokus pada sesosok yang berada di depan sana.
Sesosok lelaki berambut merah yang menjadi sasarannya. Pemuda itu tersenyum. Senyum yang membuat para kaum hawa terbunuh karna debaran jantung yang tak tertahankan itu. Pesonanya seakan memiliki daya tarik kuat yang bahkan seorang Sakura Haruno, sang ratu sekolah, tak mampu menolaknya.
"Aku…akan memotret sesuatu yang lebih indah."
-ooOoo-
Waktu telah menunjukan jam pulang sekolah. Seluruh siswa berhamburan untuk dapat sampai ke tempat tujuan yang diinginkannya selepas dari jam sekolah.
Dan inilah…
Tempat tujuan Sakura…
"Selamat atas kemenanganmu ya, Sakura." Pemuda berambut merah itu tersenyum memberi selamat. Sakura menjabat uluran tangannya.
Terlalu naïf bila ia tak mengakui bahwa ia senang. Ia senang dapat menyentuh pemuda yang merupakan seniornya di club photograph, dan merupakan…
Cinta pertamanya.
"Kau sangat hebat, cantik, pintar pula. Aku yakin betapa beruntungnya pria yang akan menjadi pacarmu nanti yah." candanya garing. Sakura segera menghilangkan senyumnya. Ekspresinya kini sangat datar. Senyuman formalitas kini dilontarkannya kepada pemuda itu.
Kecewa. Tentu saja ia kecewa. Dilontarkan kalimat seperti itu oleh orang yang disukai bukanlah sesuatu yang menyenangkan.
Ia memang menyukai senior itu. Menyukai segala yang ada padanya, tapi bukan berarti hal itu juga berlaku dengan pemuda itu.
Karna sebenarnya…
Sakura sudah patah hati.
"Yosh! Selamat siaaaang!" tiba-tiba sebuah suara nyaring memecahkan lamunan Sakura. Ia menoleh. Sosok itu sedang berdiri di pintu masuk ke ruang club dengan cengiran bodohnya.
"Namaku Naruto Uzumaki. Mulai hari ini aku masuk ke club ini, mohon bimbingan senpai semuaaaaa!"
-ooOoo-
.Blam.
Suara pintu kamarnya yang tertutup membuat Sakura merasa lega. Karna ia kini telah benar-benar terlepas dari penatnya saat berada di club tadi.
"Haaahh…Sungguh melelahkan." Sakura menghempaskan tubuhnya di atas ranjangnya.
Betapa tidak?
Selama di club ia harus menahan perasaannya pada seniornya itu karena sesungguhnya ia cemburu harus melihatnya bersama perempuan di clubnya. Apalagi dengan junior-junior perempuan yang genit itu. Tapi apa mau dikata, ia tak punya hak untuk protes. Toh ia bukan siapa-siapa. Ya, 'bukan siapa-siapa'.
Ditambah lagi dengan adanya murid baru bernama Naruto itu yang nempel-nempel terus dengannya. Mana orangnya cerewet. Merepotkan sekali memiliki orang seperti itu disekitar kita.
"Sakura, turun sebentar sini!" Sakura segera bangkit terduduk di pinggir ranjangnya. Suara ibunya yang memanggil membuatnya terpaksa melangkahkan kakinya berjalan turun ke lantai bawah tempat suara sang ibu berasal.
Setelah sampai di ruang tamu, ia melihat ibunya yang sedang terduduk di sofa panjang dan dihadapannya ada sebuah keluarga yang terdiri dari ibu-ayah dan 2 orang lelaki.
Seorang lelaki berambut hitam panjang dengan kerutan di wajahnya sedang tersenyum ramah dan seorang lainnya yang ia duga seumuran dengannya mengalihkan matanya dari hadapan mereka yang ada di sana.
"Nah, ini Sakura, putri tunggal saya. Sakura, ini keluarga yang baru saja pindah ke sebelah rumah kita, keluarga Uchiha." Sahut ibu Sakura sambil merangkul pundak putrinya itu.
"Salam kenal, namaku Sakura Haruno." Sakura membungkukkan tubuhnya memberi salam.
"Ah, dia gadis yang cantik, benarkan?" sahut sang ibu kepada kedua putranya yang berdiri di sampingnya.
"Sangat, Bu. Salam kenal, namaku Itachi Uchiha. Senang bisa berkenalan denganmu." sapa sang sulung.
Sementara itu pemuda satunya sama sekali tak memalingkan pandangannya dari semula. Sakura menatapnya.
"Sasuke! Berilah salam." Titah sang ibu.
Pemuda itu menoleh, memperlihatkan mata onyx-nya yang sedang menatap lurus ke dalam emerald Sakura.
Sakura tersentak. Dirinya seakan merasakan ada sesuatu yang menyetrumnya dari tatapan sang onyx.
"Sasuke Uchiha. Salam kenal." Ucapnya dingin.
"Mulai besok mereka akan sekolah di Konoha High School sama sepertimu, Sakura. Semoga kalian cepat akrab yah."
Sakura memalingkan matanya. Ia merasa tak nyaman ditatap seperti itu. Rasanya ada sesuatu yang mengerikan dibalik matanya yang kelam itu. Ia tak tahu. Dan ia tak mau tahu.
Ini terlalu tiba-tiba. Semua berjalan diluar biasanya hari ini. Entah kenapa Sakura seperti merasakan suatu firasat.
Baik atau buruk, ia sendiri belum mengetahuinya. Tapi jauh dari dalam hatinya ia sangat berharap firasatnya tak akan mempersulitnya.
-ooOoo-
"Sakuraaaaaaa…..!"
"Berisik, Ino!" Sakura menutup telinganya dari pekikan keras Ino. Ia tak habis pikir. Pagi-pagi ia sudah harus mendengar suara nyaring Ino. "Ada apa sih sampai kau teriak-teriak begitu?"
"Ada…ada…itu…ada…" jawab Ino terbata-bata sambil menggerakan tangannya tak jelas dan nafas yang tersenggal-senggal karna ia berlari.
"Ada anak baru!" sahut Hinata tiba-tiba. "Ada anak baru di kelas kita! Aneh sekali pindah saat sudah kelas 2."
"Anak baru di kelas kita?"
Oh Kami-sama…
Jangan-jangan…
"Kalau tak salah namanya…"
"Kyaaaa… itu Uchiha Sasuke!" teriakan gadis-gadis itu memotong ucapan Ino. Sakura melirik ke arah sumber suara gaduh itu. Ia mendapati sekelompok gadis berteriak tak jelas ketika seorang pemuda berjalan melewatinya.
Pemuda dengan rambut pantat ayam-nya yang mencuat kebelakang itu memasukan kedua tangannya ke saku celananya dan berjalan lurus tanpa mengindahkan teriakan-teriakan pengiringnya itu.
Saat sebelum melewati Sakura, sang pemuda menoleh. Namun itu hanya sesaat, setelahnya ia segera melanjutkan jalannya yang 'elegant' itu.
"Apa-apaan itu…?" cibir Sakura.
-ooOoo-
Seperti biasa. Kegiatan Sakura saat bel istirahat berbunyi tak lain adalah memotret. Kamera dengan warna perak di tangannya itu merupakan salah satu bagian dari nyawanya yang selalu dibawanya.
Sakura mencari target. Ia menatap keluar jendela kelasnya yang berada di lantai 3 itu. Sang emerald mengincar, mengincar sesuatu yang dapat menarik perhatiannya.
Sakura merupakan siswi berbakat yang memiliki gelar 'Queen of Focus'. Mengapa? Karna ia sudah banyak menjuarai kompetisi nasional photograph. Kemampuan dan ketepatannya dalam memotret, tak ada yang meragukannya.
Dapat. Sakura mendapatkan targetnya. Ia mengarahkan focus kameranya, bersiap untuk kembali mengabadikan karyanya yang lain.
Targetnya kali ini tak lain adalah sang senior di clubnya, Sasori. Sasori no Sabaku, merupakan ketua club photograph. Kemampuannya memang unggul, tapi itu sampai Sakura mendaftarkan diri pada club itu. Saat Sasori lulus nanti, Sakura pasti akan menjadi ketua selanjutnya.
.Klik.
Dan shutter pun ditekan. Ia mendapatkannya. Mendapakan keindahan senyuman sang pujaan yang akan abadi dalam selembar kertas. Tapi Sakura tak puas. Itu terlihat dari raut mukanya yang berubah.
Ia mengepalkan tangannya erat. Menahan sakit yang menjalari seluruh hatinya kini. Ini semua dikarenakan hasil potretannya.
Sakura menyukai keindahan. Ia sering sekali memotret pemandangan disekitarnya yang menurutnya indah. Dan Sasorilah, orang pertama yang membuatnya melupakan keindahan lainnya.
Tapi…
Seperti yang sudah Sakura ketahui sebelumnya…
Keindahan itu…
Tak pernah abadi…
Sakura menatap kembali ke sosok focus-nya. Ia melihatnya tersenyum. Senyum tulus yang takkan pernah ditunjukkannya kepada siapapun. Kepada siapapun, kecuali…
Kekasihnya…
-TBC-
mind to Rephiw guys?
xO
See you next Chapter.
~Trying my Best!~
~Shera~