[CHAPTER 1]
Busan..
Sebuah kota di negara Korea Selatan, tempat keduanya berpijak. Tempat keduanya berbagi rasa dalam kehidupan mereka. Sungguh banyak pengalaman yang telah mereka telan, tanpa menyadari ada sesuatu disana. Ada sesuatu dalam hubungan itu. Ada sandiwara kejam yang bahkan dapat menyakiti keduanya, namun itu terlihat mengalun indah..
.
.
Drap.. Drap.. Drap.. Drap..
Suara hentakan kaki, begitu menggema di sepanjang jalanan, menuju perumahan kecil di Busan. Menyusuri jalanan menanjak, melewati banyak deretan rumah sederhana yang berjejer rapih.
"Cepat hyung!"
Suara kaki yang terdengar itu, berubah tempo, dengan hentakan yang jadi lebih cepat, pertanda kaki yang ternyata ada lebih dari satu pasang itu, tengah berlari, saling mengejar..
"Jangan lari kalian!"
Teriakan menggema, keluar dari sekelompok orang yang berada pada barisan belakang. Ada sekitar 5 orang yang tergabung disana. Mengejar sosok dua orang di depan mereka yang berlari lebih depan.
Mereka terus saling mengejar. Menapaki jalanan dengan kaki yang berjalan begitu cepat, melewati tiap gang, juga berbagai tikungan.. hingga di salah satu tikungan..
"Sial! Kemana mereka? Kita berpencar!"
...
Semilir angin begitu sejuk. Terasa sangat, rasa dingin yang menerpa kulit mereka yang dalam keadaan basah, karena keringat menetes di setiap inci kulit mereka saat ini. Nafas memburupun semakin memperjelas, bahwa mereka tengah dalam keadaan lelah. Keduanya saling memburu nafas, menghirup udara sebanyak-banyaknya, untuk mengisi paru-paru mereka yang terasa kering..
"Hah.. Hahh.. Mereka sudah pergi Kyu?" Tanya salah satunya. Bertanya pada temannya, yang kini sedikit mendongak, melihat situasi di sekeliling mereka, dengan mengintip di balik dinding yang tengah mereka jadikan sandaran.
"Ya." Jawab pria yang mendapat panggilan 'Kyu' itu. Ia mulai berdiri tegak, menjauhi dinding yang sebelumnya menempel dengan punggungnya. Ia menepuk-nepuk kaos, membersihkan debu-debu yang bisa saja menempel disana. Setelahnya ia tersenyum. Melempar senyum itu, pada kawan di sebelahnya. "Mereka sudah pergi, hyung." Ucapnya.
"Huft! Syukurlah! Aku hampir mati berdiri tadi.."
"Kau berlebihan. Lee Donghae penakut!" Rutuk Kyuhyun, pada kawan yang ternyata menyandang nama 'Lee Donghae' seperti yang ia sebutkan.
"Tentu saja! Lihat tubuh mereka yang bertato itu, juga si gendut yang tadi itu. Mereka banyak Cho Kyuhyun! Mereka.." Tutur Donghae, sambil merentangkan kelima jarinya tepat di depan muka Kyuhyun. "Mereka ada berlima! Mereka banyak Kyu!"
"Hm.. aku juga tak tahu, mungkin masih banyak yang lain. Untung kita selamat.." Ujar Kyuhyun sambil mengusap-usap dadanya.
"Semua karena kau!" Tuding Donghae tiba-tiba.
"Heh? Aku? Bukankah kau, yang menyuruhku bernyanyi di sana tadi, hyung?" Ucap Kyuhyun mencoba melempar tuduhan Donghae padanya.
Donghae diam. Memanglah kata yang terlontar dari mulut Kyuhyun benar adanya. Ia tak dapat membantah.. "Aku juga bekerja Kyu. Tanganku yang memainkan musik untukmu.."
"Itu tidak ada hubungannya!" Decak Kyuhyun. "Tapi, ada berapa banyak uang yang kita dapat hari ini?"
Donghae merogoh sakunya. Ia mengeluarkan beberapa lembar uang lusuh dari sakunya, lalu menghitungnya dengan seksama. "Ini.." Ucapnya tertahan. "Astaga!" Pekiknya.
"Kenapa?" Tanya Kyuhyun sedikit terkejut. Ia lihat beberapa helai uang di tangan Donghae, lalu dengan cepat diraihnya lembaran lusuh itu. "Kenapa hanya segini, hyung?" Tuturnya, membuka lebar matanya, pada uang di tangannya, dengan jumlah yang tak sama dengan yang ada dalam pikirannya.
Donghae memandang Kyuhyun, dengan tatapan memelas. Lalu perlahan, ditunjukannya saku lain di celananya, yang ternyata berlubang. "Maafkan aku.." Ucap Donghae, penuh penyesalan.
"Hya! Bagaimana bisa kau memasukkan uang kita pada saku yang bolong?! Tuhan!" Desis Kyuhyun, menepuk keningnya, layaknya orang yang tengah menyesali hal yang sangat besar. Besar? Tentu saja! "Kita tak akan bisa makan hari ini, kau tahu?!" Lanjut Kyuhyun.
"Ugh, maafkan aku Kyu! Maaf.."
Kyuhyun menggantungkan kedua tangannya di kedua sisi pinggangnya, terlihat seperti menginterogasi Donghae. "Lalu bagaimana kau akan bertanggung jawab. Makan apa kita hari ini?"
"Sisa uang ini, belilah sesuatu. Biarlah aku tak mendapat bagianpun, tak apa.." Ucap Donghae akhirnya, memberikan sisa uang mereka seutuhnya pada Kyuhyun dengan pasrah.
Kyuhyun tampak menimbang, sempat menopang dagunya, mengusapnya sambil menyeringai, hingga direbutnya uang itu. "Kau yang bilang. Aku menerimanya. Terima kasih, hyung. Kau pulang duluan, aku akan makan dulu, oke?"
"Kyu.." Donghae sedikit menyela, sedikit tak menerima kenyataan bahwa dirinya tak akan mendapat makanan saat itu, meski awalnya itu ia lakukan karena merasa bersalah karena menghilangkan uang hasil jerih payah mereka hari itu. Ingin sekali ia merengek agar Kyuhyun membagi uang itu sedikit saja padanya, namun, Kyuhyun sudah terlanjur berjalan di depannya sambil melambai dengan posisi memunggunginya. "Hahh.." akhirnya Donghae mengeluh dan berjalan lunglai menuju rumahnya bersama Kyuhyun.
...
Rumah kecil, dan sedikit berkesan tua, juga kumuh, adalah tempat dimana Kyuhyun dan Donghae tinggal selama ini..
Donghae tengah terduduk di sebuah dipan di depan rumah mereka. Ia benar-benar lemas, selain karena sampai tengah hari ini ia belum menyentuh makanan sedikitpun, ia lemas karena tahu, tak akan dapat memakan sesuatu hari ini, semenjak kejadian hilangnya uang miliknya juga Kyuhyun.
"Benar-benar.." Donghae terus saja merutuki saku celananya yang tanpa sepengetahuannya, itu telah berlubang, membuat uang yang lumayan banyak berhamburan dari sana. Ia lalu merebahkan tubuhnya, hingga di dengarnya suara derit gerbang kecil menuju tempatnya kini. Donghae memicingkan matanya, hingga dilihatnya Kyuhyun yang datang. 'memang mau siapa lagi?' Pikir Donghae.
"Kau sedang apa? Berdo'a agar makanan datang padamu?" Kyuhyun terduduk di samping Donghae, sambil melontarkan beberapa kata dengan nada menyebalkan.
Donghae terlanjur sebal. Ia menggerakkan badannya, berguling membelakangi Kyuhyun. "Berisik!" Balasnya singkat.
"Hey! Yakin ingin memunggungiku? Apa kau tidak lapar?"
Donghae kembali membuka matanya, lalu menajamkan telinganya, dan berusaha mencerna apa yang tengah Kyuhyun katakan. Ia lalu merubah posisinya menjadi terduduk, dan langsung menghadap Kyuhyun. "Apa makszz..." Ucapnya tertahan karena tanpa aba-aba, Kyuhyun menjejali mulutnya, bersamaan dengan datangnya rasa manis disana.
"Kau pikir aku tega, tak membiarkanmu makan?" Ucap Kyuhyun, kini merebahkan badannya sementara Donghae, mengambil sisa makanan di mulutnya yang ternyata adalah roti berisi coklat, yang belum memasuki mulutnya.
"Oh.." komentar Donghae sesaat setelah mengamati apa yang baru saja memasuki mulutnya itu. Lalu, ia ikut merebahkan badannya di samping Kyuhyun, sambil tersenyum lalu berucap "terima kasih" meski sangat pelan.
...
Kyuhyun dan Donghae, masih merebahkan diri masing-masing. Mereka menatap langit yang begitu cerah siang itu, meski mata mereka sedikit menyipit, guna menghindari cahaya yang terlalu silau yang akan menghalangi pandangan mereka. Bahkan mereka dapat melihat sekelompok burung berputar-putar di atas mereka.
"Tak terasa.." Ucap Kyuhyun tiba-tiba.
Donghae sontak menoleh pada Kyuhyun. "Apa?" Tanyanya heran akan pertanyaan Kyuhyun.
"Kita, sudah lama bersama hyung. Sejak tiga tahun yang lalu." Ungkap Kyuhyun, menyatakan waktu mereka bersama.
"Ya! Aku menemukan anak yang usianya berada di bawahku satu tahun, yang tengah menangis di bawah hujan dengan tubuh menggigil 3 tahun lalu." Tutur Donghae malas, meski wajahnya terlihat menerawang, melihat sesuatu, melihat masa lalu yang tak terlupakan.
"Ish~ jangan katakan hal itu. Membuatku merasa jelek." Rutuk Kyuhyun.
"Kau memang jelek, Kyu. Terima saja."
"Kau cengeng!" Balas Kyuhyun.
Donghae kembali menoleh pada Kyuhyun. Wajahnya berubah serius. "Aku masih penasaran.." Ucapnya, "kenapa kau kabur dari panti saat itu?"
"Kau kan tahu, aku ingin mencari orang tuaku sendiri."
Keduanya kembali terdiam, merasakan angin sepoi menerpa tubuh mereka. "Lalu kau? Benarkah kau sudah tak punya siapa-siapa lagi di dunia ini?" Giliran Kyuhyun bertanya.
Donghae mengangguk. "Aku hanya hidup sendiri di bumi ini. Tak ada siapapun Kyu." Ungkap Donghae. "Kau menanyakan ini berulang kali, apa kau tak percaya padaku?" Tanya Donghae sedikit kesal. Memanglah Kyuhyun menanyakan hal itu berulang kali, membuatnya bosan.
"Bukan begitu, aku hanya penasaran, bagaimana kau bisa bertahan hidup sendirian."
"Aku hidup denganmu."
"Bukan sekarang!" Umpat Kyuhyun, merasa Donghae sedang bercanda dengannya. "Tapi dulu.."
Donghae tersenyum. "Aku tahu!" Timpalnya.
Kyuhyun ikut tersenyum. "Terima kasih, kau telah menerimaku di rumahmu, meski rumah ini tak lebih bagus dari panti." Cibir Kyuhyun, meski Donghae tahu, itu adalah sebuah candaan.
"Dapat di mengerti!" Balas Donghae.
"Terima kasih untuk menjadi satu-satunya orang yang menyayangiku." Lanjut Kyuhyun.
"Dapat di terima.."
"Terima kasih, telah mengajariku bagaimana caranya bertahan hidup di antara persaingan yang begitu sulit."
"Sangat di mengerti.." timpal Donghae.
"Terima kasih, telah berusaha membantuku menemukan bakatku. Aku sempat tak percaya jika aku bisa bernyanyi. Kau pemain gitar yang hebat!"
"Aku terharu.."
"Terima kasih, telah menjadikanku, seorang pengamen."
"Eh?" Donghae melirik Kyuhyun. Ia agak sebal dengan pernyataan terakhir Kyuhyun yang sedikit tak enak di dengar. Keadaan memang tak memungkinkan bagi keduanya untuk hidup lebih layak. Mereka hanyalah pemilik gubuk kecil, yang bahkan harus membanting tulang untuk mencari uang, hanya untuk sekedar mencari makan untuk keduanya.
Kyuhyun membalas lirikan Donghae, lalu tersenyum jahil. "Dan aku, sangat menyayangimu, hyuuuuuuuuuung.." Jerit Kyuhyun akhirnya, menyambar tubuh Donghae, lalu dengan jahil mencium pipi Donghae.
"Apa yang kau lakukan Kyu! Ini menjijikan, kau tahu.."
"Aku tak peduli.."
"Hyaaaa~ kau menyebalkan!"
...
Pihak lain datang. Seorang yang akan bergabung dalam kehidupan keduanya. Iapun tiba siang itu. Ia tiba, dengan wajah dingin yang sangat sulit di tebak. Tanpa senyuman, juga tanpa ekspresi di wajahnya. Ia berjalan dengan sangat fasih, seolah sangat menghafal, tempat tujuan yang akan ia tuju saat ini.
Ia terus berjalan, hingga tiba di depan sebuah rumah kecil, beserta dua penghuninya yang tengah berada di depan, entah sedang berdiskusi apa.
"Permisi.." Ucapnya sambil sedikit merapihkan jas hitamnya, yang sedikit kusut setelah ia bawa berjalan sangat jauh. Jarak dari mobilnya, hingga tempat dimana ia berpijak kini lumayan jauh, bahkan membuat nafasnya sedikit memburu.
Dua orang pemilik rumah, yang baru saja mendapatkan tamu itu menoleh padanya dengan tatapan heran. Ia memang baru menampakkan wajahnya di depan dua bocah di depannya sekarang. Dengan hormat, ia membungkukkan badannya. "Saya Choi Siwon, dari Seoul." Ia mulai memeprkenalkan dirinya dengan sopan, lalu kembali menegakkan badannya.
Sang pemilik rumah masih terkejut sambil menatapnya, menatap seseorang yang baru saja memperkenalkan dirinya, kita panggil dia Siwon. "Saya, ada keperluan pada anda berdua."
"Eh?"
"Bisa kalian ikut saya?"
Donghae semakin terlihat bingung sementara Kyuhyun mulai memasang kuda-kuda, bersiap menyerang Siwon yang terlihat seperti akan berbuat macam-macam. "Kau mau menculik kami, huh?"
Siwon tersenyum lucu, sementara Donghae mengangguk, terlihat mulai menyambut kedatangan tamunya. "Silahkan masuk." Ucapnya sambil sedikit menyenggol Kyuhyun, agar anak itu tak lagi melakukan hal konyol.
"Terima kasih."
...
"Oh, mungkin bukan saya yang anda maksud."
"Kemungkinan itu bisa terjadi."
"Benar hyung."
"Tapi kau pernah tinggal di panti Kyu, mungkin kau adalah anggota keluarganya yang hilang itu."
Diskusi kecil terdengar dari rumah Donghae dan Kyuhyun. Mereka baru saja mendengar bahwa Siwon bermaksud mengetes keduanya, untuk memenuhi perintah dari sang atasan, yang sedang mencari adiknya yang hilang.
"Siapa nama hyung itu?" Tanya Kyuhyun, mencoba berfikir.
"Park Jungsu."
Keduanya berfikir, lalu menjawab "Kami tak mengenal nama itu" bersamaan.
Siwon kembali tersenyum. "Tentu. Sekalipun kalian adalah adiknya, kalian tak akan tahu dia, karena adiknya menghilang semenjak bayi." Jawab Siwon membuat Kyuhyun dan Donghae membentuk huruf O di masing-masing mulut mereka. "Untuk itulah, aku akan melakukan tes DNA, jika kalian mau?" Ajak Siwon.
Donghae dan Kyuhyun saling memandang, hingga Siwon berkata "Aku akan memberikan kalian makanan yang banyak, selama kalian menjalani tes", membuat keduanya langsung mengangguk pasti.
...
"Benarkah ia telah ditemukan?"
Seseorang, yang masih mengenakan piyamanya, tengah terduduk di pinggir kolam renang yang sangat luas di depannya. Ia bahkan menyingkilkan celananya ke atas, dan mencelupkan sebagian kakinya di atas. Ia sedang berbicara dengan seseorang di ujung telponnya.
"Lakukan apapun yang menurutmu baik. Aku hanya ingin bertemu dengan adikku. Segera bawa dia kemari." Ujarnya dengan nada riang. "Aku mencintaimu, Choi Siwon." Ungkapnya sambil tersenyum geli, seperti menggoda seseorang yang tengah berbicara dengannya itu, lalu menutup sambungan telponnya.
Adakah yang bertanya ini YAOI? Oh! Jangan berpikiran sejauh itu, karena ia hanya menggoda Siwon, tak lebih. Ia adalah seseorang yang sangat riang, ramah juga sangat bersahabat. Meski Siwon adalah bawahannya yang sangat menghormati dirinya, namun ia lebih senang menganggap Siwon temannya, yang bisa ia ajak bercanda. Kepribadiannya sangat hangat. Ia adalah seseorang yang baru saja mendapatlan kembali apa yang dicarinya. Ia..
Park Jungsoo.
TBC
Coba bikin brothership sebagai pengganti remember me. Maaf ya. Saya ganti sama yang ini. Semoga ini tak mengecewakan. Disini akan ada konflik. Dan ini? Belum pada cerita sebenarnya. Semoga kalian menikmati.. :)