Kakkoii-chan presents

Team Kakashi's Special Mission : Sasusaku Operation

Naruto (c) Masashi Kishimoto

Warning! OOC, geje-ness, minim deskrip, mekso *?*

Don't Like Don't Read!

.

.

Chapter 1 : And the Mission Begin

.

.

Sasuke Uchiha. Satu-satunya anggota klan Uchiha yang masih bertahan hidup di Konohagakure. Sifatnya yang—seperti layaknya anggota Uchiha lain, dingin dan terkesan tidak peduli dengan sekitar, juga wajahnya yang tampan dengan tatapan matanya dalam dan tajam adalah sedikit dari banyak daya tariknya.

Biarpun dengan statusnya sebagai mantan ninja pelarian kelas-S, dan kenyataan kalau ia membunuh dua ninja paling berbahaya nampaknya tidak membuat para gadis Konoha berhenti memujanya. Yang ada malah semakin banyak gadis yang menjadi korban si Uchiha terakhir ini.

Dan karena hal itulah, hampir setiap hari Sasuke tampak uring-uringan.

"Fangirls lagi?" tanya Naruto terkekeh-kekeh, menyodok rusuk Sasuke main-main. Walaupun Sasuke tak menjawab, dengan sekali melihat ekspresi di wajah Sasuke, Naruto bisa mengerti kalau tebakannya benar.

"Salahmu sendiri punya tampang terlalu tampan. Apapun yang berlebihan itu tidak baik tau!" Naruto berkomentar sok bijaksana, mengangguk-anggukkan kepalanya dengan nada menasehati disertai gerakan menepuk pundak—yang bagi Naruto, tampak keren. "Seperti aku misalnya."

"Memangnya aku yang mau?" Sasuke berkata sebal. Oke, bukannya dia menolak anugerah ini, tapi yah.. ah! Ia malah bingung mendeskripsikannya.

"Naruto, kau seharusnya tidak berkata seperti itu, Baka!" Sakura mendaratkan jitakan sekuat tenaga gajah di ubun-ubun Naruto, membuat pemuda itu meringis kesakitan. "Acuhkan saja mereka, nanti juga bosan. Seperti aku misalnya. Lama-lama bosan juga mencari perhatian dari cowok es macam kau, Sasuke-kun!" Sakura tersenyum ceria.

Sasuke memutar matanya. Melihat Sakura yang berhenti menjadi salah satu fangirlnya tentu saja sesuatu yang disyukuri oleh Uchiha ini—walau sebenarnya diam-diam ia kangen juga dengan saat-saat Sakura yang menempel padanya.

Sasuke melirik ke arah kedua teman setimnya yang lain. Masih saja seperti dulu—tukang mempermasalahkan hal sepele yang sebenarnya tidak perlu di permasalahkan.

"Oke Naruto, cukup!" Akhirnya Sakura mengakhiri debat tak bermutunya dengan Naruto. "Kalau dilanjutkan sampai besok pagipun sepertinya masalah ini tidak akan selesai."

"Jahat sekali kau, Sakura-chan!" Naruto mengerucutkan bibirnya. "Kau kan yang mulai duluan!"

Sakura mengangkat tangannya, menandakan dia tidak mau mendengar apapun lagi. "Aku harus pergi sekarang, ada urusan! Ja ne!"

"Hei, Sakura-chan!" Naruto memanggil Sakura agar kembali ke tempatnya lagi. "Ada urusan apa sih yang lebih penting daripada berkumpul dengan teman baikmu di hari cerah seperti ini? Sakura-chaaan kembali!" teriaknya dengan suara menggelegar—sampai-sampai Sasuke yang berdiri di dekatnya harus menutup telinganya.

Sakura berbalik. Ia meletakkan telunjuknya di dagu, berpura-pura berpikir, "Kencan dengan cowok tampan mungkin?" Dengan kedipan mata terakhir, ia berjalan santai meninggalkan kedua teman setimnya—yang masih kelewat terkejut dengan jawaban gadis itu, sembari tertawa kecil.

.

.

Naruto masih membeku di tempatnya. Mata birunya membelalak, sementara dagunya menggantung dengan posisi mulut terbuka.

Sasuke melirik ke arah yang temannya yang kelewat ekspresif itu. Sejujurnya Sasuke pun kaget sekaligus kecewa mendengar pernyataan Sakura barusan. Walau gadis itu bukan lagi anggota fangirls-nya, tapi tetap saja ia merasa yakin bahwa gadis itu akan tetap menyukainya. Heh, dasar sifat Uchiha yang kelewat tinggi kepercayaan dirinya.

"Dobe," Sasuke memanggil Naruto yang masih membatu itu. "Hei, Dobe!"

Naruto tetap tak bergeming. Hanya matanya yang mengerjap-ngerjap yang menandakan bahwa kesadarannya masih belum kembali seutuhnya alias masih loading.

Sasuke diam, menunggu sampai loading Naruto benar-benar selesai.

Tiba-tiba mata biru Naruto sudah dipenuhi dengan air mata yang langsung meluncur bebas di pipinya, diikuti segerombolan cairan kental dari hidungnya, "Kau dengar tadi Teme? Sakura-chan.. Sakura-chan kita.. berkencan!" ia berteriak heboh.

Lagi-lagi Sasuke terpaksa menyumpal kedua telinganya.

"Tidak perlu teriak seperti itu aku juga sudah dengar, Dobe," ujar Sasuke kesal.

Naruto menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Ini masalah serius, Teme. Kita tidak bisa membiarkan laki-laki itu menyentuh Sakura-chan seenaknya saja."

"Huh, memangnya kau tau siapa laki-laki itu?" Sasuke bertanya dengan nada meremehkan—walau dalam hati penasaran juga. Tapi ini UCHIHA SASUKE yang kita bicarakan. Jadi tidak mungkin kan, dia mengekspresikan perasaannya itu di depan umum?

"Tidak." Naruto menjawab polos. Dan untuk kedua kalinya di pagi ini, sebuah jitakan mendarat mulus di kepala kuning Naruto.

"Dasar Dobe," Sasuke menggerutu. "Lagipula ini kan bukan urusanku," ia meneguk ludah sekilas, "Sakura mau kencanlah, mau menikahlah, aku tidak peduli," Sasuke melanjutkan kata-katanya dengan lancar—walau entah kenapa terasa pahit di lidahnya.

Naruto menatap tajam mata Sasuke dengan ekspresi serius, "Memangnya kau rela?"

Pemuda Uchiha itu mengangkat sebelah alisnya, "Apa maksudmu?"

"Untuk ukuran orang yang dikatakan jenius, kau ini benar-benar bodoh Sasuke," Naruto mengangkat bahunya dengan nada merendahkan.

"Kenapa tidak kau katakan saja langsung apa maksudmu," Sasuke mendesis mengancam. Ia paling tidak suka siapapun membodohinya. Siapapun itu.

Naruto menghela napas, "Oke, bukannya aku mau mengungkit kenangan pahitmu Sasuke," ia memulai, membuat alis Sasuke mengerut, "Bukankah kau ingin mengembalikan klanmu lagi. Dan untuk itu, kau membutuhkan seorang wanita. Nah sekarang pertanyaan untukmu, dibayanganmu siapa kira-kira wanita ini?"

Sasuke terdiam sebentar sebelum menjawab, "Ehm.. entahlah," ujarnya akhirnya dengan nada cuek. "Ini kan bukan urusanmu, Dobe."

"Arrrgghh!" tiba-tiba Naruto berteriak frustasi, menarik sebagian rambut kuningnya. "Aku makin meragukan kejeniusan dan kepekaan instingmu Teme! Yang jelas, jangan menyesal nantinya!"

"Sepertinya sekarang juga sudah agak menyesal," Sasuke menggerutu pelan ke dirinya sendiri.

Dan Naruto sudah menghilang sambil meneriakkan nama Sakura sepanjang jalan.

.

~ Team Kakashi's Special Mission : Sasusaku Operation ~

.

Hari ini adalah pertama kalinya Sakura tidak ikut meneriaki Kakashi atas keterlambatannya. Walau ia sudah menunggu sensei-nya itu selama kurang lebih tiga jam, ia malah menyambut kedatangan Sensei-nya itu dengan senyuman ceria tanpa dosa. Tapi itu justru membuat teman sekelompoknya yang lain merinding.

Ada dua kemungkinan atas sikap Sakura pagi ini. Pertama, ia kelewat marah sampai-sampai bukan lagi kata-kata penuh amarah yang keluar dari bibir mungilnya itu, tapi malah senyuman-yang-entah-apa-maksud-di-baliknya merekah. Yah itu mungkin saja, mengingat peristiwa saat Sakura menonjok Sai dulu, wajahnya sih tersenyum tapi—yah, nyatanya sebuah bogem mentah mendarat mulus di wajah pucat Sai.

"Er—Sakura," Kakashi menatap aneh murid perempuan satu-satunya itu, yang juga diikuti oleh Naruto dan Sasuke. "Kau emm.. baik-baik saja?"

Sakura memiringkan kepalanya, "Memangnya ada yang aneh?" ia bertanya balik.

"Biasanya kau ikut meneriakiku bersama Naruto," ujar Kakashi pelan. Yah, dia tidak mau ambil resiko kena pukulan maut Sakura.

Sakura tersenyum lagi, "Ah.. biarpun diteriaki berkali-kali pasti Sensei juga akan terlambat lagi kan?" ia menjawab kalem.

Kakashi hanya tersenyum kecut dibalik masker hitamnya.

"Lagipula hari ini aku sedang senang!" ujar Sakura lagi, tanpa bisa menyembunyikan perasaannya lagi. Mata hijau emeraldnya berbinar-binar saking semangatnya.

"Wow! Memangnya ada hal bagus apa?" Naruto bertanya penasaran.

"Itu karena kemarin.." Sakura memulai ceritanya, "Sesuatu yang bagus terjadi. Aduh.. kalau ingat kejadian kemarin, rasanya aku… " Lagi-lagi sebuah senyuman bahagia terlukis di wajahnya, membuat pipinya bewarna kemerahan.

'Kemarin?' Sasuke dan Naruto membatin bersama.

Naruto menoleh ke arah sahabatnya itu, memberi isyarat Sasuke agar mendekat. "Apa kau memikirkan apa yang aku pikirkan, Teme?" ia berkata setengah berbisik.

"Hn?"

"Kemarin.. kemarin.." Naruto berbisik tidak sabar. "Apakah.. karena.. kencan.. yang.. kemarin.. itu?"

"Mana kutahu, kan kau yang kemarin mengikuti Sakura. Kenapa tanya aku?" Sasuke menjawab dengan nada cuek.

Naruto mengerucutkan bibirnya, kesal akan sifat sahabatnya yang kelewat cuek itu. Memangnya dia rela bersusah payah seperti itu demi siapa coba? Memang sih tidak diminta apalagi dibayar, tapi setidaknya tunjukkan rasa antusiasme sedikit, begitu harap Naruto. Tapi sayang, harapan tinggal harapan.

"Apakah kencanmu kemarin sukses, Sakura-chan?" Naruto akhirnya bertanya, memotong cerita Sakura yang rasanya tidak mengalami kemajuan alur. Penasaran juga sih!

Sakura berhenti bercerita, menatap Naruto heran. "Kencan yang mana, sih, Naruto? Memangnya kemarin aku kencan dengan siapa?" Sakura bertanya bingung. Kakashi melirik murid-muridnya dengan pandangan tertarik.

"Kan kemarin Sakura-chan bilangnya mau kencan. Masak kau lupa sih?" Naruto geregetan sendiri. Aduh.. apakah semua anggota tim tujuh mengalami kemunduran mental, sehingga kini dia seorang yang paling pintar?

Gadis itu membuka mulutnya, kemudian tertawa heboh. "Kemarin aku hanya bercanda Naruto~! Kau pikir serius? Kemarin aku hanya menemui Tsunade-shisou, dan ia bilang aku bisa mendapat libur selama dua minggu ini. Kau tau kan, sudah dua tahun ini aku jarang mendapat libur? Makanya aku senang sekali."

Naruto memasang wajah cengo. Jadi, sia-sia sudah perjuangannya mencari info kemarin?

"Hem.. itu bagus sekali, Sakura. Kurasa libur akan sangat baik untukmu," Kakashi berkomentar, menepuk pelan rambut merah muda Sakura. "Lalu apa rencanamu selama liburan ini, Sakura?"

"Entahlah Kakashi-sensei, aku belum memikirkannya," ia melirik ke arah Naruto, kemudian tersenyum jahil. "Mungkin aku akan menuruti saran Naruto tadi. Berkencan. Itu pasti akan jadi list nomer satu." Ia terkikik, menikmati perubahan di wajah Naruto.

"Kau suka sekali mengerjaiku, Sakura-chan!"

"Itu karena kau dulu suka membuatku sebal Naruto!," tukas Sakura tak mau kalah. "Jadi Kakashi-sensei, kita mulai latihannya sekarang saja?"

Sayang sekali perubahan sekilas di wajah Sasuke luput dari perhatian gadis itu.

.

~ Team Kakashi's Special Mission : Sasusaku Operation ~

.

"Ne, Teme," Naruto mencoba menarik perhatian Sasuke. "Menurutku ini saat buatmu untuk menyatakan perasaanmu kepada Sakura-chan!" ujarnya mantap.

Sasuke nyaris menyemburkan air yang sedang ia teguk—kalau saja tidak ingat marga yang ia sandang. "Kau ini bicara apa sih, dobe?"

"Kakashi-sensei," Naruto ganti menoleh ke arah senseinya—yang lagi-lagi, sedang membaca novel kesayangannya. "Menurutmu aku benar kan?"

Kakashi memutuskan menyudahi acara membacanya dan bergabung dalam perbincangan antar laki-laki di tim 7. Kebetulan Sakura sudah melesat ke toko bunga Yamanaka begitu latihan selesai, menyisakan para cowok tim tujuh ini beristirahat di bawah pohon yang lumayan rindang.

"Kurasa Naruto benar, Sasuke," Kakashi menyetujui. Naruto langsung tersenyum penuh kemenangan mendengarnya. Sementara Sasuke—er.. merasa dipojokkan?

"Daripada Sakura berakhir dengan laki-laki yang tidak kita tahu bibit, bebet, bobotnya," Kakashi melanjutkan ala orang tua yang mencarikan jodoh untuk anak gadisnya, "Setidaknya kita sudah tau sebrengsek apa kau."

Naruto langsung tertawa, "Kau benar Kakashi-sensei, setidaknya kita tahu kadar kebrengsekan dan keburukan si teme ini! Hahahahahaha."

"Diam kau, dobe,"tukas Sasuke kesal. "Kenapa harus aku, kalau begitu? Seperti yang kalian bilang tadi, aku kan bocah brengsek."

Naruto memutar matanya. "Bukankah sudah jelas kau menyukainya, Teme? Sikapmu kepadanya akhir-akhir ini sangat jelas tau! Aku sampai heran, kenapa Sakura-chan tidak menyadarinya."

"Ya.. biar kuingat," Kakashi menyenderkan tubuhnya di batang pohon lengkap dengan pose berpikirnya, "Kau mengantarkannya pulang setiap kali misi, membayar ramennya setiap kita makan ramen bersama, kau sebal saat ada pria lain mendekatinya, kau tersenyum saat dia senang, dan terakhir tadi.. kau cemburu saat dia bilang akan berkencan dengan pria lain. Apa masih perlu aku tambah?" ujar Kakashi panjang lebar.

Sasuke mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Memangnya segamblang itukah sesuatu yang mati-matian ia tutup-tutupi selama ini? Ia sudah berusaha bersikap sewajar mungkin, tapi dasar sikapnya yang biasanya cuek mendadak menjadi—yah peduli pada gadis itu, sepertinya tidak luput dari perhatian teman setimnya yang lain.

"Oke, aku mengaku. Aku memang menyukainya," Sasuke bergumam tak jelas. "Lalu bagaimana?" Ia menatap teman setimnya dan gurunya itu.

Kakashi dan Naruto membeku dengan mulut terbuka—di balik masker untuk kasus Kakashi, kemudian saling berpandangan.

"Aku tidak menyangka dia akan mengakuinya pada kita, Sensei," Naruto berkata pada gurunya dengan mimik serius.

Kakashi mengangguk, "Aku juga. Apa ini pertanda besok akan kiamat?"

BLETAAK!
Kakashi dan Naruto mengaduh pelan, memegangi kepala mereka yang sukses dipukul oleh sang Uchiha.

"Tadi kalian yang memaksa aku mengaku kan ya?" Sasuke menggeram kesal. Tau begini dia tidak akan mengatakannya pada mereka.

"Sou, sou, kau benar juga Sasuke," Kakashi mengangguk-angguk setuju. "Lalu, kau akan melakukan apa?" ia bertanya dengan wajah polos.

Naruto ikut mengangguk, "Benar juga, apa yang akan kau lakukan, Teme?"

Sasuke kini benar-benar kehilangan ke-cool-annya. Bagaimana mungkin guru yang dulu ia hormati, jadi sebodoh teman setimnya itu? Bukankah mereka yang tadi menyuruhnya melancarkan 'serangan'? Kenapa malah mereka menanyai rencananya.

"Mana aku tau! Memangnya aku kelihatan seperti sudah merencanakan sesuatu? Lagipula bukannya kalian yang mulai?" Sasuke mendesis kesal. Emosinya jadi ikut tersulut rupanya.

"Oke, tenang, Teme, jangan emosi dulu," Naruto mencoba menenangkan amukan si Uchiha ini, mumpung masih tahap pembukaan. "Aku dan Kaka-sensei akan membantumu. Iya kan, Kaka-sensei?" ia menyodok rusuk Kakashi, mengisyaratkan pria itu untuk mengiyakan.

Kakashi buru-buru mengangguk, melirik ke Naruto dengan kesal karena sikutannya yang dirasa berlebihan. "Tentu saja dengan senang hati, Sasuke." Seulas seringai samar muncul di wajahnya yang tertutup oleh maskernya, "Misi Khusus Kelompok Kakashi. Membuat Sakura jatuh ke pelukan Sasuke."

.

.

Dan dimulailah misi tim Kakashi—atau tepatnya misi Kakashi dan Naruto untuk membuat Sasuke mendapatkan kembali hati Sakura.

... apakah akan berhasil? Atau malah membuat semua jadi makin berantakan? Setidaknya itulah pertanyaan yang tertulis besar di pikiran Uchiha bungsu ini.

.

.

~ To Be Continued ~

.

.

TADAAAA~

Dengan nggak tau dirinya saya memulai fic multichapter lagi. Padahal semua fic multichap saya nggak ada yang complete. Kka. Apakah fic ini akan bernasib sama? Mungkin juga. #plaaaks

Kalau boleh sedikit cerita, sebenernya niatnya ini mau dibikin oneeshoot, dan bagian ini udah selesai diketik sejak zaman kapan. Tapi, karena tiba-tiba saya takut alurnya bakalan kecepeten dari tengah ke akhir, atau bakal menjadi oneshoot yang super panjang, jadi saya putuskan untuk menjadikannya multichap. Mungkin nggak akan panjang, sekitar 5 chapterlah maksimal. Itu aja authornya ragu. Kka. Saya Cuma lagi kena sindrom suka publish-update tak bertanggung jawab. *digebuk massa*

Maaf kalau ada banyak kesalahan penulisan yang membuat para readers tidak berkenan, itu murni dari saya. Dan kalau ada kesamaan ide mungkin—aduh semoga nggak, itu bener-bener nggak disengaja. Serius, ini hasil imajinasi liar saya loh #plaaks

Mohon feedbacknya untuk ke depannya ya! Terimakasih sudah berniat mampir. Tinggalkan jejak di review yaa! :3

~ Jogja 02112012 21:31 ~