Hello, there!

Title :

Life

Character :

Kim Jaejoong

Jung Yunho

Jung Jiyool

Go Ara

The three dongsaengs of DongBang

And others

Disc :

God. Themselves. Their family. Their fans. SMent. Cjes Ent.

Life © Jaemums


Prolog

A piece of memory is your life.

And this bunch of memory is my life.


Asap rokok itu mengepul diudara, lalu menghilang diantara hembusan angin bulan November yang dingin. Kim Jaejoong masih duduk di beranda apartemennya, memandangi jalanan yang masih padat meskipun waktu sudah lewat dari tengah malam.

Ia menyeduh teh nya, hanya sekedar itu menerima hangat dari teh yang masih mengeluarkan asap panas. Rokoknya sudah dibuang-walaupun masih belum habis setengahnya.

Di sana, di meja dihadapannya, tersedia sebuah laptop yang masih aktif dan menampilkan ribuan kata yang ia rangkum dari hidupnya.

Sebuah cerita yang ia tulis saat ia masih berusia 23 tahun-saat hidupnya masih jaya dan masih dikenal dengan nama Hero Jaejoong.

Dan kini, 12 tahun setelahnya, Jaejoong rasa sudah pantas untuk mengakhiri buku itu.


Jung Jiyool hanya bisa mendengus bosan saat lagi-lagi, teman sekelasnya menceritakan novel romansa terbaru yang mereka baca. Jiyool tidak menyukasi cerita seperti itu. Cerita muluk yang selalu berakhir bahagia, berkisah manis dan menjadi impian bagi tiap gadis seusianya-ia hanya tidak suka.

Gadis berusia 16 tahun ini kemudian beranjak dari tempat duduknya. Bunyi kursi yang bergeser membuat tiga temannya mengalihkan pandangan kepada Jiyool. "Mau kemana kau?" tanya Joohyun. Jiyool hanya mengedikkan bahu lalu menjawab dengan santai. "Pulang."

Kemudian ia meninggalkan teman temannya yang asik kembali dengan percakapan mereka.

Tiga teman Jiyool sudah biasa dengan prilaku anak itu. Sikap dan bawaannya yang dingin membuatnya tidak memiliki terlalu banyak teman, sehingga di sekolahnya ini, ia hanya memiliki 3 orang teman.

Park Joohyun. Shim Sora. Dan Hwang Minhyo.

Jiyool selalu pulang sendiri.

Ia tidak pernah pulang bersama teman-temannya-arah rumah mereka berlawanan-ia juga tidak pernah dijemput oleh kedua orang tuanya-karena ayahnya sibuk dan ibunya lebih mementingkan butik daripada dirinya-atau dengan supir seperti anak-anak kaya pada umumnya-ia menolak keras menggunakan jasa supir.

Ia selalu pulang sendiri.

Menyusuri jalanan yang sudah ia hafal luar kepala. Yang sudah ia lewati bahkan sejak ia masih duduk di bangku menengah pertama.

Ia sudah hafal dengan jalan ini.

Termasuk sebuah toko buku tua yang tidak diketahui banyak keberadaannya. Jiyool sering kali singgah di toko ini-entah untuk membeli buku atau sekedar melihat-lihat saja. Pemilik toko ini pun-seorang pria tua bernama Hyunwoo-sudah kenal dengan Jiyool. Bukan karena Jiyool merupakan putri tunggal dari seorang pengusaha sukses di Korea, namun memang karena gadis ini sering mengunjungi toko usang miliknya.

"Annyeong, Haraboji!"

Jang Hyunwoo mengadahkan kepalanya saat mendengar suara Jiyool. Senyum terukir di wajah keriputnya seiring Jiyool masuk dan mendudukkan diri di hadapan Hyunwoo.

"Annyeong, gadis nakal! Apa yang membawa mu kemari?" sapa Hyunwoo. Tangannya bergerak menutup buku yang sedang ia baca. Tatapan matanya memperhatikan gadis belia dengan rambut legam sebahu dan mata yang seolah olah seperti boneka barbie itu.

"Tidak ada," jawab Jiyool sambil memperhatikan deretan buku baru yang dipajang di rak dibelakang kasir tempat Hyunwoo berada. "Hanya ingin mencari bacaan baru."

"Buku dengan genre sci-fi kesukaanmu baru saja mendapat tambahan baru tadi pagi. Jika kau berminat, cari saja di belakang sana," ujar Hyunwoo.

Jiyool bangkit sambil menunjukkan cengirannya. Ia letakkan tas hijaunya di meja kasir lalu melangkah menuju tempat yang ditunjuk Hyunwoo. Sedangkan Hyunwoo kembali membuka novel yang sedang ia baca.

Sekitar lima belas menit kemudian, Jiyool muncul kembali dengan dua buah buku di tangannya. Hyunwoo kembali menutup novel yang ia baca, dan mulai menghitung harga buku yang Jiyool beli.

"Haraboji, itu novel apa?"

Hyunwoo mengalihkan perhatiannya kepada buku dengar cover berwarna biru yang sedari tadi ia baca. "Ah, itu. Hanya sebuah novel baru. Penulisnya memberikan buku ini kepadaku kemarin lusa. Padahal ia baru akan mengedarkan buku ini tahun depan."

Jiyool mengernyit. "Tahun depan? Mengapa lama sekali?"

Hyunwoo hanya tersenyum kecil sambil mengedikkan bahu.

"Buku itu tentang apa, Haraboji?" tanya Jiyool penasaran. Hyunwoo mengambil sebuah plastik untuk membungkus buku yang dibeli Jiyool. "Jalan hidupnya."

"Eh?"

"Hm? Ada apa, Jiyool-ah?"

"Tidak," gumamnya. Ia terus memandangi buku itu. Entah mengapa, ia sangat ingin mengetahui isi buku itu.

Mengerti arti pandangan Jiyool, Hyunwoo tersenyum. "Kau mau buku ini, Jiyool-ah?"

Jiyool tersentak. Tentu ia ingin buku itu, namun entah mengapa ia merasa enggan untuk mengiyakan tawaran Hyunwoo.

"Tidak apa-apa. Aku dapat dua buah."

Hyunwoo mengambil sebuah buku dari lacinya. Buku yang sama-dengan cover berwarna hijau dan masih dibungkus plastik.

"Berapa-?"

"Ambil saja," ucap Hyunwoo sambil tersenyum. "Toh sang penulis belum ingin menjual bukunya. Lancang sekali jika aku menjual buku ini. Dan anggap saja ini sebagai hadiah karena telah menjadi pelanggan termudaku."

Dan senyum Jiyool tidak bisa lebih lebar lagi.

"Kamsahamnida, Haraboji!"


Sesampainya dirumah, Jiyool menemukan tidak ada orang dirumahnya kecuali para maid. Setelah menghabiskan makan siang-yang sangat terlambat-ia segera masuk ke kamarnya, mengambil kantung plastik berisi buku yang ia beli barusan, mengeluarkan isinya, dan mengambil buku dengan sampul hijau yang masih dibungkus plastik. Jiyool merobekkan plastiknya-dan barulah ia melihat tulisan di cover buku ini.

Life.

Jiyool segera membuka buku itu. Dan membaca detail buku itu yang terletak di halaman pertama.

Life.

A piece of memory is your life.

And this bunch of memory is my life.

Story by : Kim Jaejoong.


HAI. Ini first fic saya. Maaf ya kalo cerita nya aneh atau banyak salah, wqwqwq.

Anw, ini ff kepikir mendadak aja sih sebenernya, tapi nekat publish soalnya udah gatel pengen ngepublish hehe.

Keep or delete? :3

Regards,

Jaemums