Disclaimer

Masashi Kishimoto

Belum ada pairing, gak tau mau bikin rate apa juga *plakk*

tergantung review

hahahaaaaaaaaaaa


The Last Holy Elf

Gaara : 15 thn

Sai : 20 thn

Naruto : 18 thn

Sasuke : 18 thn


"Kemarilah Gaara, airnya bersih" Seorang pria berkulit putih pucat memanggil seorang pria yang lebih kecil darinya.

"Apa tidak apa-apa nii_san..?" Tanya si pria mungil yang dipanggil Gaara.

"Tidak akan ada yang menemukan kita disini" Ucapnya seraya berjalan menuju Gaara dan berjongkok dihadapan Gaara.

"Aku bisa melakukannya sendiri nii_san" Ucap Gaara setelah merasakan ada tangan yang menyentuh kakinya.

"Tak apa Gaara" Sai nama si pria tersebut, ia segera melepaskan alas kaki yang dipakai Gaara dan menggulung celana panjang hitam Gaara sampai sebatas lutut. Lalu menuntun Gaara sampai ketepi sungai dan mereka duduk di batu yang ada disana.

"Ayo masukkan kakimu., ini sejuk sekali Gaara" Ucap Sai setelah memasukkan kedua kakinya ke sungai, kemudian diikuti oleh Gaara.

"Benar-benar nyaman" Gaara nampak mulai rileks dan menikmati sejuknya air sungai. Sai yang melihat wajah senang sang adik lantas tersenyum lembut sambil mengacak-ngacak puncak kepala Gaara.

Mereka berada di pinggir sungai yang sangat jernih, dikelilingi pegunungan dan hutan hijau yang masih asri tanpa ada polusi atau kerusakan sedikitpun. Angin sepoi dan suara daun yang beradu serta kicauan burung terdengar seperti nyanyian yang merdu ditelinga mereka.

"Mau bermain suling Gaara..?" Tawar sai pada Gaara yang ada disampingnya.

"Boleh" Gaara segera mengambil seruling yang dia selipkan dipinggangnya dan memainkannya dengan merdu.

'Kurasa alam dan para hewan serta peri akan menitikan air mata saat mendengar alunan sulingmu Gaara, mereka merindukan cahaya yang hilang dari dunia ini' Sai hanya berujar dalam hati sambil menikmati suara alunan suling yang dimainkan oleh Gaara.


Sementara itu ditempat yang berbeda.

"Sudahlah sebaiknya kita kembali sekarang sebelum terjadi masalah yang lebih besar" Terdengar suara seorang pria berambut biru gelap dan bermata hitam, dia sedang memapah temannya yang berambut pirang dan memiliki tanda seperti kumis kucing di kedua pipinya.

"Hehehee., iya maaf Sasuke" Ucap si pirang sambil cengengesan.

"Tak usah minta maaf karena nanti juga akan kau ulangi lagi Naruto" Jawab Sasuke.

"Hehehee.,"

"Berhenti cengengesan., atau ku hempaskan kau"

"Ugh., iya iya"

Ya tadi pagi Naruto dan Sasuke berpamitan pada kedua orang tua masing-masing untuk berburu dihutan, namun seperti biasanya Naruto selalu membuat kekacauan. Dia terus berlari mengejar seekor kelinci putih dan terperosok ke jurang karena kecerobohannya, padahal Sasuke sudah mengingatkan. Alhasil Sasuke harus menolong Naruto yang terperosok dan sekarang memapahnya karena si pirang tersebut terkilir di pergelangan kaki kanannya saat terperosok.

"Ibu pasti akan mengomeliku" Ucap Naruto tiba-tiba saat keluar dari hutan.

"Bukankah kau sudah biasa..? Dan lagi yang seharusnya kau fikirkan sekarang adalah dimana kita berada sekarang" Suara Sasuke terdengar pasrah.

"Eh..? Memangnya dimana..?"

"Lihatlah sekelilingmu Naruto"

"Heeee…?! Ini jauh sekali dari hutan tempat kita tinggal" Suara cempreng Naruto yang melengking cukup untuk membuat seseorang yang berada disampingnya tuli sesaat.

"Dasar Bodoh..!"

Duagh..!

"Aww.."

Dan kepala Naruto pun menjadi korban pukulan bebas Sasuke akibat perbuatannya.

"Aku tak menyangka masih ada hutan yang selamat di daerah ini" Sasuke meneliti setiap sudut hutan yang ada dihadapannya.

"Kau benar Sasuke" Naruto membenarkan sambil mengusap-usap kepalanya.

"Ada apa Naruto..?" Heran melihat temannya yang tiba-tiba diam.

"Bagaimana kalau kita masuk lagi Sasuke..?"

"Jangan macam-macam., aku tak mau bibi Kushina juga mengomeliku"

"Tapi aku merasa seperti ada yang memanggilku" Ucap Naruto, "Suaranya terdengar begitu sedih dan kesepian" Naruto merasakan sakit di dadanya dan meremas dadanya, seperti ada seseorang yang sangat berharga baginya sedang menangis.

"Sudahlah Naruto, mungkin ini hanya suara ruh hutan yang takut akan kegelapan" Ucap Sasuke menenangkan.

"Kurasa bukan, ini berbeda Sasuke"

"Haahh.. Ya, aku juga merasakan sesuatu" Sasuke menghela nafas dan menyuarakan perasaannya yang dia pendam sejak tadi. Percuma menyembunyikannya dari Naruto, walaupun terkadang Naruto bodoh dan ceroboh namun dia juga orang yang cukup kuat.

"Kalau begitu tunggu apa lagi..? Ayo kita masuk" Mata Naruto berbinar-binar.

"Tidak sekarang Naruto, kita akan kembali jika kakimu sudah sembuh" Kemudian Sasuke mulai menyeret Naruto pulang.

"Eeeh…?! Kenapa begitu..?" Naruto nampak tak terima.

"Tak ada yang bisa kau lakukan dengan kaki seperti itu" Perdebatanpun dimenangkan oleh Sasuke yang mulai menghilang dengan Naruto yang masih diseret olehnya.


Kembali kedalam hutan..

"Ada apa Gaara..?" Tanya Sai yang melihat Gaara menghentikan permainan serulingnya secara tiba-tiba.

"Tidak" Ucap Gaara dan melanjutkan permainan serulingnya.

"Kau tunggulah disini, aku akan cari buah-buahan dulu" Sai beranjak pergi meninggalkan Gaara setelah menepuk-nepuk puncak kepala adiknya itu.

Setelah Sai menghilang kedalam hutan terdengar gemerisik dari balik semak-semak yang ada dibelakang Gaara. Seolah tak terganggu Gaara terus memainkan seruling kesayangannya.

"Pembawa cahaya ya..?" Tiba-tiba muncul sesosok peri kecil berwarna hijau dengan sayap yang nampak seperti sayap capung mengepak-ngepak di punggungnya, peri tersebut berputar-putar mengelilingi Gaara yang masih asyik dengan serulingnya.

"Ternyata benar..!" Seru sang peri senang.

"Lalu kenapa cahaya sepertimu berjalan berdampingan dengan kegelapan..?" Tanya sang peri sambil menunjuk hidung Gaara. Mendengar ucapan sang peri Gaara menghentikan permainan serulingnya dan tersenyum lembut pada sang peri.

"Cahaya tak akan ada artinya tanpa kegelapan, dan Kegelapan tak selamanya buruk" Jawab Gaara dengan nada suara yang sangat lembut dan tersenyum hangat.

Mendengar jawaban Gaara dan melihat raut wajah Gaara membuat sang peri terkagum-kagum.

"Yasudah, semoga kau benar" Ucap sang peri. "Kau harus terus hidup untuk memusnahkan kegelapan, kami semua akan selalu mendoakanmu" Sang peri lalu mengecup pipi Gaara dan terbang menjauh.

"Terimakasih, maaf aku tak bisa berbuat banyak untuk kalian" Ucap Gaara lirih kemudian menutup kedua matanya dan kembali memainkan serulingnya.

Tak lama kemudian Sai kembali dengan membawa beberapa buah-buahan yang ia dapat dari dalam hutan..

"Kemarilah Gaara, terlalu lama merendam kakimu dalam air juga tak baik" Perintah Sai pada sang adik. Gaara kembali menghentikan permainan serulingnya dan beranjak dari tempatnya duduk menuju Sai.

"Aku menemukan beberapa buah apel merah untukmu" Sai segera menyerahkan apel pada Gaara setelah Gaara berada tepat didepannya

"Terimakasih nii_san" Gaara segera mengambil apel tersebut dan duduk di atas rumput hijau yang semula diinjaknya. Lalu memakan apel pemberian Sai, dia tau pasti Sai sudah mencuci semua buah yang dibawanya tadi baru menyerahkan pada Gaara. Karena memang itulah kebiasaan Sai.

"Makanlah yang banyak agar kau cepat besar" Goda Sai sambil mengacak-ngacak rambut Gaara. Yang hanya di jawab dengan wajah cemberut dari sang adik, membuat wajahnya terlihat tambah imut saja dimata Sai. Kemudian gelak tawapun terdengar dari mulut Sai, mewarnai acara makan siang mereka hari ini.


Ditempat lain, disebuah hutan yang berada cukup jauh dari hutan yang ditempati Gaara dan Sai. Jauh di dalam hutan yang sangat lebat dan diselimuti kabut tebal, terlihat sebuah pemukiman yang asri dan sangat damai. Penduduk yang ada disana hidup saling berdampingan, para pria bekerja di ladang dan pesawahan sedangkan para wanitanya sibuk menenun kain membuat berbagai macam pakaian. Anak-anak bermain dengan riangnya di setiap sudut desa yang indah dan sejuk itu. Desa yang tersembunyi dalam hutan lebat yang menyeramkan.

"Hooeee… Naruto_nii sudah pulaaang" Melihat seorang remaja berambut pirang berjalan memasuki gerbang desa mereka, membuat anak-anak yang dari tadi sibuk bermain langsung lari berhamburan kearahnya.

"Eh kaki Naluto_nii kenapa..?" Tanya seorang bocah melihat Naruto yang terpincang-pincang.

"Hehehee., tadi aku terpeleset" Ucap Naruto cengengesan sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Naruto_nii kan memang ceroboh" Celetuk anak yang lebih besar kemudian disambut gelak tawa oleh anak-anak lainnya.

"Sasuke_nii tidak ikut..?" Tanya seorang bocah perempuan.

"Tidak, dia mengantarku sampai ke perbatasan. Hari ini dia ada urusan jadi tidak bisa mampir" Jawab Naruto sambil mengelus-ngelus kepala sang bocah.

Ya Sasuke memang tidak tinggal didesa yang sama Dengannya, Sasuke tinggal didesa yang berada di puncak Gunung besar yang ada di hutan tersebut.

"Yasudah, kalau begitu aku pulang dulu" Naruto mulai berjalan menuju rumahnya.

"Yaaaa" Jawab bocah-bocah itu serempak.


Rumah Naruto terletak diujung jalan, di depan rumahnya terdapat pohon yang sangat besar dan menjulang tinggi menembus awan, halaman rumahnya cukup luas dan dipagari oleh tumbuhan hijau. Terdapat dua gerbang berwarna merah di pintu masuk halaman rumahnya, dan terlihat rumah yang cukup megah dan luas namun juga sejuk. Karena memang desa Naruto merupakan desa yang sangat asri dan menyatu dengan alam, banyak pohon-pohon besar yang menjulang tinggi di desa. Naruto merupakan putra dari pemimpin di desanya, yaitu Raja Namikaze.

"Aku pulang" Ucap Naruto seraya membuka gerbang rumahnya dan masuk ke dalam.

"Kau terluka lagi naruto..?" Terlihat seorang wanita yang sangat cantik, dengan rambut panjang yang hampir menyentuh lantai. menggunakan pakaian yang sangat anggun bak permaisuri dari kerajaan Jepang dengan pakaian khasnya yang menyapu lantai.

"Hehee.. Ibu, hanya terkilir kok" Naruto menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, ternyata ibunya sudah menunggu kepulangannya.

"Masuklah biar ibu obati" Ucap Kushina seraya menuntun putra semata wayangnya itu.

"Apa ayah ada dirumah..?" Tanya Naruto.

"Ya, dia ada didalam"

Merekapun berjalan menuju ruangan besar yang berada tengah rumah, melewati para pengawal dan pelayan. Sesampainya diruangan tersebut terlihatlah seorang pria yang memiliki rambut pirang seperti Naruto, wajahnya tampan dan tubuhnya tinggi tegap. Pria itu duduk di kursi yang cukup besar.

"Kau ini kenapa selalu membuat ibumu khawatir..?" Tanya Minato yang merupakan ayah dari Naruto. Setelah melihat istri dan putra kesayangannya memasuki ruangan itu.

"Eheheh., maaf Ayah" Naruto pun duduk di kursi yang ada di ruangan tersebut, sementara ibunya mulai memeriksa pergelangan kaki Naruto.

"Um., Ayah" Panggil Naruto.

"Ya..?" Jawab sang ayah sambil menatap putranya.

"Apa menurut ayah Elf itu masih ada..?" Tanya Naruto ragu. "Maksudku bukan Dark Elf, tapi Elf murni" sambung Naruto lagi.

"Aku juga tidak tahu Naruto, tapi 10 tahun yang lalu pasukan dari negeri tengah yang diperintahkan oleh raja dari Dark Elf telah memusnahkan Middle-Earth dan membunuh semua bangsa Elf" Jelas sang ayah. "Bukankah kau juga tau tentang hal itu Naruto..?" Tanya sang ayah.

"Iya, aku tau itu ayah. Hanya saja.." Naruto menundukan kepalanya.

"Apa terjadi sesuatu tadi..?" Tanya Kushina, sang ibu yang melihat wajah sendu putranya.

"Tidak bu, aku hanya berfikir seandainya masih ada bangsa Elf dari Middle-Earth yang selamat. Mungkin bisa jadi hal baik untuk kita" Naruto mengangkat wajahnya dan menatap pada sang ibu.

"Bukan Naruto" Jawab Kushina sambil mengelus wajah putanya pelan. Naruto merasa heran mendengar jawaban dari sang ibu.

"Bukan hanya hal baik bagi kita, tapi juga bagi seluruh dunia ini" lanjut Kushina.

"Tapi sekarang bukan saatnya untuk berangan-angan, kita harus berjuang" Minato turun dari kursi singgasananya dan berjalan menghampiri istri juga anaknya.

"Ayahmu benar Naruto" Ucap Kushina seraya berdiri.

"Iya, Aku tau Ayah, Ibu. Aku juga akan berjuang bersama yang lain" Nampak keteguhan tekad di raut wajah Naruto. Membuat kedua orang tuanya tersenyum puas.


Kembali kedalam hutan..

Hari sudah larut dan terlihat dua orang anak manusia tengah beristirahat di dekat api unggun. Sai masih terjaga dan duduk memandang api unggun. Sedangkan Gaara sudah tertidur pulas disampingnya, tubuh mungilnya meringkuk dalam selimut. Mencoba mencari kehangatan ditengah dinginnya angin malam.

Sai mengalihkan pandangannya pada tubuh mungil disampingnya. Melihat wajah adik kesayangannya yang terlihat polos tanpa dosa. Hatinya terasa pilu dan perih seperti teriris-iris melihat keadaan sang adik, diusapnya pelan kepala Gaara berusaha untuk tak membangunkannya.

"Kau tak seharusnya mengalami hal seperti ini. Aku bersumpah akan menjagamu Prince" Ucap Sai pelan sambil terus mengelus kepala Gaara.

TBC

Review maunya gimana..?