Title : Angel (Into Your World)

Author : Raichi Lee SangJin ELF

Rated : T

Pairing : XiuChen

Genre : Romance, drama and fantasy

DISC : para cast hanyalah milik tuhan YME, orang tua, dan SM Ent. Saya hanya pinjam mereka untuk membuat fantasy saya menjadi terwujud di FF ini.

Summary : aku mengendarai awan lembut untuk memasuki duniamu, aku berdiri didepanmu dan tersenyum. Kau bertanya aku berasal darimana. Kau bertanya dengan sangat polos, jadi aku menjawab itu adalah rahasia.IT'S YAOI! KRISTAO AND OTHER COUPLE IS HERE! DON'T LIKE, DON'T READ :)

Let's check it out, Chingudeul and Yeorebeun~!

Warning : BL/ BoysLove/Shonen Ai. Miss typo(s), alur terlalu dipaksakan, gaje, bikin mual, EYD yang ngasal. I told you before, if you hate YAOI or IF You HATE me, better if you don't read my fanfic, okay?

Author's note : annyeong ^^. Kembali lagi dengan saya, Rai.

GYAAA~!

WOY~! I am back woy~! *dilemparsbatu*

Ada kabar baik nih, menurut hasil voting~

Jeng jeng jeng jeng~~~

NO FLAME, NO BASH CHARA, NO PLAGIAT, NO SILENT READERS XD

Nah, mari kita langsung saja mulai FFnya ^^

tolong tetap beri saya review anda *bow*

.

.

Oke, tanpa banyak bacot, mari kita langsung saja.

.

.

.

.

DON'T LIKE, DON'T READ!

.

.

I TOLD YOU BEFORE!

.

.

IF YOU HATE YAOI, BETTER IF U NOT READ MY FIC!

.

.

RAICHI

.

.

Seorang namja manis dengan pipi chubby miliknya terlihat sedang berjalan-jalan menuju sekolahnya. Di umurnya yang baru menginjak 16 tahun, dia terlihat redup sekali.

Matanya menatap lesu jalanan hingga sampai disebuah rumah sepi. Rumah ukuran sedang yang terlihat cukup mewah untuk 1 orang tinggal sendiri disana.

Namja itu masuk kerumahnya dan mengunci pintu.

Namanya adalah Kim Minseok, namun dia lebih dipanggil XiuMin. Xiumin adalah namja manis dengan pipi chubby yang hidup sendiri.

Ayahnya terlibat hutang dengan seorang rentenir. Akibatnya, dia memutuskan bunuh diri. Ibunya meninggalkannya dan hidup sendiri.

Begitupula dirinya. Dia hanya hidup dengan penghasilan seadanya dari sebuah 'pekerjaan'. Ya, dia menjadi pelampiasan nafsu guru disekolahnya. Tidak, tidak semua guru. Hanya satu orang licik. Namanya Park Jae Soo.

Jae Soo sendirilah rentenir itu. Dia mau melunaskan hutang ayah XiuMin, namun Xiumin harus jadi budak nafsunya.

Syukurlah Jae Soo tidak sampai ketahap inti. Hanya sampai menginginkan Xiu melakukan oral.

.

.

.

Setelah mandi, Xiu Min terlihat sedang makan. Setelah makan, dia harus belajar. Xiumin bukanlah bintang kelas, tapi dia bukanlah murid bodoh. Dia selalu diperingkat 5. Karenanya, dia ingin mempertahankan prestasinya. Dia ingin menggapai cita-citanya, yaitu menjadi seorang pengusaha.

Disudut ruangan, Chen melihat Xiumin dengan senyumnya. Dia melihat tak lama, mata Xiumin memanaskan dan menangis. Sepertinya akibat merindukan kebahagiaannya dulu.

"Kenapa hidupku harus begini, Tuhan? Ayahku yang berhutang, tetapi aku yang harus menanggung segalanya, ini menyakitkan.." tangis Xiumin lagi. Chen tersenyum perih.

"Sepertinya aku benar-benar harus melindungimu…wahai malaikat manis." Bisik Chen.

.

.

.

Xiumin terlihat sedang diam dikelasnya. Dia tak memiliki teman dekat, tapi dia tak memiliki musuh.

Matanya menelusuri kelas dan berhenti menatapi segerombolan pria yang menatapinya seolah mereka melihat dirinya telanjang. Xiumin takut. Ya, setiap hari ada saja dia mendapat perlakuan tak senonoh.

Memang tak berlebihan, hanya terkadang mereka keterlaluan. Seperti mencium pipinya, menyentuh bokongnya. Bahkan, dia ingat ada yang mengiriminya sebuah surat yang berkata, kalau dia masih terlihat menggiurkan, dia akan kehilangan hal terpenting untuknya.

Untunglah, dia masih dilindungi tuhan. Dan Jae Soo…jangan lupakan si rentenir itu.

Tak lama, bel berbunyi nyaring. Seluruh murid langsung duduk rapi. Tak lama, seorang wanita muda cantik yang bernama Ammi yang ternyata adalah guru bahasa Inggris membawa seorang pria tampan dibelakangnya.

"Good Morning, okay, kita ada teman baru. Silahkan perkenalkan dirimu, gorgeus." Ucapnya. Seluruh murid heboh melihat guru muda yang masih single ini memanggil si murid baru dengan sebutan Gorgeous. Namja itu hanya tersenyum.

"Hello, namaku Kim Jongdae. Panggil saja Jongdae atau Chen. Aku pindahan dari China." Ucapnya. Setelah perkenalan, Chen disuruh duduk dibangku yang ada dibelakan Xiumin. Xiumin berdebar menatap namja itu. begitu tampan dan bersahaja. Suaranya nyaring.

.

.

Xiumin terlihat duduk diatap sekolah. Matanya menatap langit. Sepi, tak ada yang tahu kalau dia disini.

"Kim Minseok, kau selalu sendirian disini?" tanya sebuah suara. Xiumin berbalik dan menatap sosok namja tampan berwajah romantis yang tersenyum. Dia berjalan dan duduk disamping Xiumin dan bersandar pada penampungan air yang dingin.

"Ah..kau..Jongdae.." ucapnya. Chen tersenyum.

"Chen saja. Chen adalah nama dekatku. Kau juga bernama China, kan? Boleh aku memanggilmu Xiumin?" tanya Chen. Xiumin merasakan pipinya memerah dan mengangguk.

"Tentu…" jawab Xiumin.

Keduanya diam karena menikmati keheningan, hingga Chen membuka suara.

"Ayo masuk, sebentar lagi akan masuk." Ucapnya. Xiumin mengangguk dan langsung saja mengikuti Chen dibelakangnya. Xiumin merona manis.

Pikirannya berbisik "Aku rasa, aku menyukaimu, Chen." Itulah bisikan pikiran Xiumin terhadap Chen yang lembut dan ramah.

.

.

.

Kelas terlihat hening. 15 menit lagi, 15 menit lagi akan berbunyi bel pulang. Pelajaran Jae Soo. Chen terlihat mengawasi Xiu Min yang agak ketakutan. Entahlah.

"Baiklah, sebelum pulang, seperti biasa kita mengadakan kuis sejarah. Jong Dae, biasakanlah dirimu. Yang tidak mendapat nilai sempurna atau standar yaitu 79 maka harus tinggal untuk remidi." Jelasnya. Chen mencuri pandang Xiu Min yang gelisah. Chen memejamkan matanya dan membaca hati Jae Soo.

Licik sekali. Dia akan mengubah nilai Xiumin yang harusnya sempurna menjadi kurang agar..ah! tidak bisa dibiarkan!

.

.

.

"Xiumin, seperti biasa, kau selalu mendapat nilai 75. Jelek sekali. Keruanganku untuk remedial." Ucapnya. Xiumin tertunduk lesu. Chen mendapatkan nilai 90. Sepertinya ada yang salah. Bukankah dia sengaja menyalahkan beberapa soal hingga harusnya dia menjadi 75 juga? Chen mengangkat tangannya.

"Ya, Jongdae? Ada yang salah?" tanya Jae Soo. Jongdae tersenyum.

"Seseongmin, harusnya aku juga mendapat nilai 75, kenapa aku mendapat 90? Jawabanku sama saja seperti Minseok, harusnya aku juga 75, atau dia juga harusnya 90?" tanya Chen dengan senyumnya yang penuh arti.

"Ah, benarkah? Aku rasa tidak, Jongdae. Cara menjawabmu bagus, kau pantas untuk 90. Kau tidak remedial." Ucapnya. Chen tersenyum.

"Tidak seseongmin." Ucap Chen. Chen berdiri dan mengambil kertas Xiumin. Xiumin kaget, dan wajahnya merona sedikit. Pertama kalinya di tolong oleh seseorang dikelas, mungkin.

"Bahkan cara menjawabnya detil sekali, loh. Harusnya dia sama sepertiku seseongmin." Ucap Chen. Jae Soo diam.

Chen berjalan mendekati Jae Soo.

"Aku meminta keadilan. Ubah saja nilaiku sama sepertinya, atau kami berdua akan remedial diruangan anda. Ditempatku, kami harus mengakui kalau orang melakukan kesalahan." Ucap Chen. Seluruh kelas diam menyaksikan tontonan hebat ini. Bahkan saat bel berbunyi nyaring, mereka tak beranjak. Seorang pria tampan berwajah romantis menuntut keadilan.

"Sepertinya Jongdae benar, seseongmin. Bukankah Minseok adalah namja yang pintar? Mengapa dia selalu 75 di Sejarah?" tanya seorang gadis berkucir dua dengan warna rambut hitam sedikit coklat.

"Baiklah, saya akan merubah nilai Minseok. Mungkin saya salah periksa tadi. Besok kita ulangan! Saya akan melihat kemampuan kalian." Ucap Jae Soo. Jae Soo mengambil kertas kuis Xiumin dan merubah nilainya. Setelah itu, Jae Soo pergi.

.

.

.

"Terima kasih, Jongdae, benar-benar terima kasih." Ucap Xiumin yang menunduk. Chen menepuk kepalanya.

"Hn, sama-sama. Tidak usah sungkan." Ucapnya. Xiumin tersenyum.

"A..apa yang harus aku lakukan untuk membalasmu?" tanya Xiumin. Chen terlihat berpikir dan tersenyum.

"Ayo belajar bersama dirumahmu, kau harus mentraktirku, eoh. Kita teman, kan?" tanya Chen yang merangkul Xiumin. Membuatnya merona. Xiumin begitu manis. Tak salah mengapa banyak pemuda selalu menatapnya sebagai barang menggiurkan.

.

.

Keduanya terlihat sedang memasak dirumah Xiumin. Xiumin mempersilahkan Chen menganggap tempat ini adalah rumah sendiri.

Chen ternyata membawa baju ganti. Chen terlihat sedang duduk dimeja makan sambil menatap punggung Xiumin yang terlihat sedang memasak.

"Kalau dilihat, kau benar-benar terlihat memukai dengan celemek itu, Xiu." Ucap Chen. Xiumin memerah, namun tak dilihat karena dia membelakangi Chen.

Ting tong..ting tong..

Chen langsung kaget. Ck, dia lagi. mau apa dia datang kerumah Xiumin? Ada yang ingin dilakukan Jae Soo pada Xiuminnya.

"Gwaenchana, biar aku yang buka." Ucap Chen dengan nada agak dingin dan berlari menuju pintu. Xiumin mengangguk karena sup kimchinya bisa kering kalau ditinggal.

.

.

"Ah? Jongdae? Apa yang kau lakukan dirumah Xiumin malam-malam begini?" tanya Jae Soo. Chen tersenyum.

"Aku menginap dirumahnya, seseongmin. Oh iya, apa yang ingin anda lakukan? Ini sudah malam, loh." Ucap Chen. Jae Soo agak berkeringat dingin.

"Uhm, Minseok ada?"

"Dia sedang mandi akibat 'main' denganku, seseongmin." Ucap Chen dengan menekan kata main dan seringainya, jangan lupakan itu. Jae Soo diam, dia tentu tahu apa maksudnya.

"Benarkah? Sayang sekali. Baiklah, aku pergi dulu." Ucap Jae Soo lalu pergi. Chen menutup pintu dan menuju dapur. Disana, Xiumin sudah menyiapkan masakannya.

"Siapa yang bertamu, Chen?" tanya Xiumin. Chen duduk dan tersenyum.

"Jae Soo seseongmin." Xiumin diam mendengar nama itu. Bulu kuduknya merinding seketika. Takut.

"Ma..mau apa dia datang kesini? Dan..kau..uhm.."

"Dia tak bilang apa-apa. Aku bilang saja kau sedang memasak. Ayo makan." Ucap Chen bohong memberi alasan. Xiumin mengangguk dan keduanya mulai makan.

.

.

.

Pagi yang cerah, Xiumin terlihat sedang belajar sendirian diperpustakaan sekolahnya. Chen mendapat urusan tadi. Xiumin terus belajar karena jam terakhir sekolah adalah ulangan sejarah Jae Soo.

Tap.

Tap.

Tap.

Xiumin tersenyum. Chen?

"Chen, kau sudah kemba-"

"Hei, aku bukan pacarmu itu, Minseok." Ucapnya. Xiumin berdiri dan mulai mengambil ancang-ancang. Takut. Mana petugas? Sial, kenapa tidak ada?!

"Hei, tidak aka nada petugas, kau lupa aku petugas perpustakaan untuk 1 minggu kedepan. Kau brengsek sekali. Sekarang, aku yang akan memasukimu!"

Pekikan tolong dari Xiumin begitu terdengar pilu. Jeritan nikmat Jae Soo, pekikan kesakitan dari Xiumin memenuhi ruangan perpustakaan kedap suara ini.

.

.

.

.

Xiumin menangis. Tubuhnya yang telanjang tergeletak dimeja perpustakaan. Jae Soo menyeringai menatap karyanya.

"Berhenti menangis. Atau aku bakar rumahmu." Ucap Jae Soo. Xiumin duduk walau agak sakit. Jae Soo pergi meninggalkannya. Xiumin mulai memberesi pakaiannya dan membersihkan sisa orgasmnya.

.

.

Xiumin berdiri menatap langit. Matanya masih sembab. Dia memilih untuk bolos. Lebih tepatnya, menjauhi Jae Soo.

"Aku kotor ya tuhan..terlalu kotor..Chen..hiks..Chen tak mungkin menginginkan orang kotor sepertiku..hiks…bagaimana ini tuhan..? aku sudah kehilangan segalanya..hiks.." Xiumin tak henti menangisi dirinya. Tuhan begitu jahat baginya. Kenapa dia memposisikan dirinya seperti ini?

Dia ingin, orang yang mengambil hal indahnya adalah orang yang dia sukai, dan Chenlah yang dia inginkan. Namja tampan berwajah romantis itulah yang dia inginkan. Namun semuanya hilang.

Hanya tangisanlah yang mampu melukiskan rasa sakitnya. Sakit tubuh akibat perbuatan keji Jae Soo tak sebanding dengan sakit hatinya. Tak cukupkah dia memuaskan Jae Soo dengan 'memakan' 'milik' Jae Soo selama ini? Tak cukupkah Jae Soo selalu menyiksanya? Selalu membawa nama ayahnya dengan hutang sialan itu?

Sekarang, dia menyiksanya dengan ini? Lebih baik mati. Sudah dari dulu Xiumin ingin mati, namun semua itu tak pernah bisa diraihnya.

"AAAAARRRGHHHHH!" Xiumin memekik pedih sambil mencakari tubuhnya yang dibalut dengan seragam itu. Berharap cakaran itu mampu membersihkan bekas kissmark dan kotornya dirinya itu. Namun dia tahu, itu tak mungkin terjadi.

"Xiu..?" panggil sebuah suara. Xiumin menatap kebelakang. Dia menatap sesosok tubuh yang merebut hatinya. Kim Jongdae.

"Menjauh! Aku ingin sendiri!" Xiumin mengusir Chen. Chen menatap miris.

"Aku baru tahu apa yang terjadi denganmu. Maafkan aku, aku tak bisa menolong…aku-"

"Aku pantas mendapatkannya. Bukankah aku sudah kotor dari awal?! Hiks…" tangisan Xiumin semakin pilu. Chen menggeleng.

"Kau salah. Tubuhmu memang kotor, tetapi hatimu bersih sekali. Kau bercahaya.." ucap Chen. Xiumin menatap Chen dengan airmatanya yang berlinang.

"Sebenarnya kau ini siapa..? hiks..kau dari mana..hiks..aku..hiks.."

Chen meletakkan ibu jarinya pada bibir Xiumin yang bergetar. Senyum Chen begitu indah memenuhi sudut lukisan di otak Xiumin. Indah sekali. Apa Chen harusnya malaikat? Mengapa dia begitu indah?

Apa Tuhan menyuruhnya berhenti menangis dengan senyuman makhluknya ini?

"Rahasia." Ucap Chen. Xiumin menunduk. Tangisannya masih mengaliri emosinya.

"Aku menyukaimu..ah, maksudku aku menyayangimu.." ucap Chen. Xiumin tertunduk lesu.

"Kau hanya menyayangiku..tak mencintaiku, Kim Jongdae?" tanya Xiumin. Chen tersenyum. Dia mengajak Xiumin berdiri. Kedua tangan mereka bertautan.

Chen menyatukan dahi mereka. Menikmati nafas Xiumin yang manis. Xiumin merona. Hangat, indah, menyenangkan, menenangkan. Oh tuhan, kemana tangisannya barusan? Secepat inikah Chen menghilangkan tangisannya.

"Kau tak pernah belajar…Menyayangi, adalah sebuah rasa dimana kau melindungi, mengasihi, sekaligus mencintai sesuatu yang berharga. Aku akan menjagamu, dan tak akan merusakmu layaknya Jae Soo. Cinta penuh dengan nafsu, nafsu memilikilah yang kuat disana. Menyayangilah yang harus kita pertahankan. Bila kita mencintai sesuatu atau seseorang, belum tentu ada rasa sayang disana. Tetapi bila sayang, sudah pasti ada cinta disana. Aku mencintaimu, Kim Minseok..aku menyayangimu.." ucap Chen yang mengecup hidup Xiumin.

Tangisan kembali pada Xiumin. Ini bukan sedih, tetapi bahagia sekaligus terharu.

"Aku..aku menyayangimu..aku mencintaimu..Kim Jongdae..hiks..tetapi..aku kotor sekali..hiks.." Chen menggeleng. Raut wajahnya mengkerut antara sedih, perasaan kesal dan kalut namun penuh perasaan sayang dan cinta disana.

"Aku menerimamu, selamanya. Tuhan mengirimku untukmu, kau dikirim tuhan untukku. Selamanya kita akan bersama." Ucap Chen dan keduanya bersatu dalam sebuah ciuman.

Ciuman itu putus dan keduanya bertatapan. Xiumin tersenyum kecil.

"Bersihkan aku..bersihkan aku Kim Jongdae. Kau harus memenuhiku dengan dirimu.." ucap Xiumin dengan raut wajah sedihnya. Wajahnya memohon. Raut wajahnya begitu pedih, dan Chen benci itu.

"Tentu, malaikat kecilku."

Dan keduanya kembali dalam sebuah ciuman lembut yang indah.

Tak bisa dilihat oleh mata manusia. Suho, Kris, Kai, Sehun, Chanyeol terbang disekeliling gedung itu.

Suho membuat cuaca terasa nyaman dan hangat disertai angin sepoi-sepoi. Matahari tidak panas, namun memberikan kesan begitu terang dan bersahaja.

Kris dengan senang hati membuat perasaan nyaman melingkupi keduanya.

Sehun, Chanyeol, dan Kai membentuk awan-awan agal menggempal sempurna hingga berwarna putih sekali, dan langitnya biru terang. Begitu cocok dengan aura nyaman dan terang yang dibuat oleh Kris dan Suho.

Setelah selesai, seluruh teman-temannya kembali menuju rumah mereka seharusnya, Surga.

Dikejauhan, tepatnya dipintu masuk ke atap sekolah, sepasang mata menatap tajam keduanya. Kebencian menghiasi mata tajam berwarna hitam legam itu. ya, benci dan kesal.

"Kau milikku sayang. Kalau aku tak bisa memilikimu, maka Jongdae tak boleh memilikimu!" ucapnya.

Dia adalah Jae Soo.

.

.

.

Chen ada dirumah Xiumin sekarang. Xiumin sepertinya agak demam. Mungkin akibat menangis.

Chen terlihat menatap Xiumin yang sedang tidur nyenyak. Demamnya tak turun juga.

"Xiu chagi, aku akan ke apotek terdekat untuk membeli obat penurun panas. Kau tunggu sebentar, ne?" bisik Chen. Xiumin mengangguk. Chen keluar dari kamar Xiumin dan bergegas menuju apotek.

.

.

Saat Chen hilang ditikungan jalan, Jong Dae yang sudah menunggu dari tadi menyeringai menatap Chen.

Jong Dae agak berterima kasih pada situasi karena rumah Xiumin cukup jauh dari rumah penduduk lain, sehingga orang-orang baru tahu kalau rumah itu kebakaran bila api sudah besar.

"Well, selamat tinggal Kim Minseok.." ucapnya. Jong Dae memasang rantai yang cukup tebal dipintu rumah Xiumin. Setelah selesai, Jong Dae menyalakan api pada bom Mulotov miliknya.

PRANG!

Bom Mulotov itu masuk ke jendela dapur dan langsung membakar dapur Xiumin yang didominasi oleh peralatan kayu.

PRANG!

Bom itu masuk lewat jendela ruang tamu dan membakar sofa diruang tamu yang ada dilantai satu. Api lansung membesar karena api itu mengenai sofa empuk milik Xiumin yang mudah terbakar.

PRANG!

Dan bom itu masuk ke jendela kamar Xiumin dilantai dua.

Jong Dae hanya menyeringai dan bergegas kabur dari tempat kejadian.

.

.

Chen melihat asap menggepul dilangit. Dan Chen langsung kaget ternyata asap itu dari rumah Xiumin. Segera saja Chen bergegas berlari meninggalkan obat dan kembalian obat itu di apotek itu.

Pikirannya kalut dan cemas. Xiumin! Dia bagaimana?!

Dasar bodoh, kau malaikat terbodoh! Harusnya kau guardian yang selalu ada di sampingnya!

Chen sampai dirumah Xiumin. Rumah itu sudah dipenuhi oleh orang-orang yang berusaha menolong. Chen langsung menerobos masuk dengan cara naik ke pohon tinggi didekat jendela kamar Xiumin.

.

.

Xiumin terlihat ada diruang tengah. Nafasnya sudah sesak, matanya berair. Ya tuhan, dia terjebak!

"Hiks..Chen..hiks..Chen…Chen.." panggil Xiumin.

"XIUMIN!" Xiumin berbalik dan menemukan Chen yang menerobos api dan langsung memeluknya.

"Chen, kita bisa mati..hiks.." tangis Xiumin. Chen tersenyum dan mengecup bibir Xiumin.

Tak lama, sebuah cahaya terang memeluk keduanya. Sepasang sayap merpati indah langsung keluar dari punggung Chen. Xiumin terpukau. Chen..bagaikan sosok malaikat. Malaikat yang memeluknya, memberi ketenangan dan perlindungan diantara jilatan api.

"Ayo pergi ke Surga…"

.

.

.

Xiumin terlihat tersenyum. Tubuhnya agak transparan sekarang menatap dunia.

Semua orang terkejut karena tidak menemukan mayat Chen, namun menemukan mayat Xiumin saja.

Xiumin dikuburkan, dan semua orang sangat menyayangkan kepergiannya. Jae Soo tidak terdengar kabarnya, dan Xiuminpun melupakannya karena dia sudah bukan manusia lagi.

Dia ingat ketika Chen mengajaknya ke Surga, Chen langsung menarik roh Xiumin dan membiarkan tubuhnya tergeletak dan tubuh itu langsung dibakar oleh api yang menyala.

"Sudah selesai melihat dunia untuk yang terakhir kalinya?" tanya sebuah suara yang langsung menautkan jemarinya pada jemari Xiumin. Xiumin tersenyum dan semakin tersenyum ketika tubuh itu mencium bibirnya lembut.

"Ya, aku sudah selesai." Ucapnya. Chen tersenyum.

"Kita akan segera ke Surga, dan aku akan mengenalkan teman-temanku, dan kita akan menikah disurga." Ucap Chen. Xiumin mengangguk.

Keduanya berjalan perlahan dan terbang perlahan menuju Surga.

.

.

Percayalah, semua orang didunia pasti memiliki malaikat pelindung.

Entah itu dalam malaikat asli, temanmu, orangtuamu, cintamu, dia adalah malaikat yang akan melindungimu.

Cinta dan sayang sungguh berbeda. Cinta dipenuhi nafsu untuk memiliki, namun sayang dipenuhi dengan rasa ingin melindungi, menyayangi dan menjaga. Namun keduanya adalah satu untuk melambangkan rasa suka pada seseorang atau sesuatu.

Tanpa cinta, kita tidak akan merasakan sebuah emosi egois untuk memiliki orang itu hanya untuk kita.

Tanpa perasaan sayang, kita tak akan memiliki rasa untuk menjaganya. Lihatlah, bukankah indah Tuhan menciptakan dua rasa ini untuk kita rasakan?

Lakukanlah yang terbaik didunia, percayalah pada tuhan, maka dia akan mendekatkan kita pada 'malaikat' didunia yang terlahir untuk kita. Atau mungkin…

Tuhan akan mempertemukanmu dengan malaikat dari surganya untuk dirimu.

.

.

FIN

HUAAAA! Akhirnya Angel into Your World tamat! XD

Huaaa! Perjuangan panjang menulis fanfic akhirnya XD

Oke, need review.

No flame, no bash, no SILENT READERS, and NO PLAGIAT! ^^