Matahari menampakkan dirinya lebih dari dua jam yang lalu. Burung-burung mulai berhinggapan di dahan-dahan pohon dan berkicau. Awan-awan menutupi sebagian dari tubuh sang surya, membuat bumi terasa hangat dan tidak terlalu panas. Udara benar-benar sejuk layaknya di pegunungan, apalagi mengingat semalam sehabis hujan. Singkat kata, pagi yang cerah.

Beberapa orang memulai aktifitasnya. Orang-orang yang sudah berusia lanjut berjalan mengitari kompleks perumahannya. Sekedar mencari udara sejuk dan merasakan hangatnya sinar mentari. Beberapa ahjumma dan ahjussi juga melakukan aktifitas joggingnya. Hari ini hari bebas. Tidak ada sekolah. Tidak ada tugas. Tidak ada ulangan. Tidak ada kerja. Indahnya hari minggu di tengah liburan kenaikan kelas.

Memang pagi yang indah bagi semua orang, terkecuali untuk seorang anak perempuan yang telah mengacaukan pagi indah itu dengan jeritan indahnya yang memekakkan telinga.

"MWO? ANDWAEEE! Hyukkie nggak mau pindah sekolah eomma!"

"Kenapa sayang? Sekolah itu bagus kok. Eomma yakin kamu pasti suka. Banyak namja dan yeoja yang tampan dan cantik loh disitu"

"Tapi Hyukkie nggak mau eomma! Hyukkie serasa sudah kayak di lem sama Wookie, maunya nempel terus! Kita itu sahabat yang tak terpisahkan eomma!" rengek Lee Hyukjae atau yang biasanya lebih dikenal dengan nama Eunhyuk oleh teman-teman sekolahnya. Baginya sahabatnya sangatlah penting. Tidak pernah ia menemukan orang yang secocok itu dengannya. Rasanya seperti tersambar petir di siang bolong begitu eomma dan appa nya telah mendaftarkannya ke sekolah lain tanpa ijinnya terlebih dahulu. Dan eomma-appanya baru memberitahukannya pagi ini. Tepat saat pendaftaran di seluruh sekolah sudah ditutup. Yang berarti ia tidak bisa melanjutkan pendidikannya di sekolah lamanya.

"Aigoo... kan sahabat bisa dari jarak jauh juga Hyukkie. Lagian di sekolah barumu kau pasti bisa dapat sahabat juga kok. Anak-anak disana pintar lagi!" Jadi maksud Eomma, Hyukkie bego gitu? Tapi memang benar sih.

"Tapi kan nyari yang kayak Wookie susah eomma!"

"Pokoknya kalau alasannya hanya seperti itu, appa tidak akan peduli. Eomma mu benar sayang, kau kan bisa mengontak Wookie atau mengadakan pertemuan dengannya"

Kali ini Eunhyuk benar-benar mati kutu. Appanya memang benar. Tapi kan Hyukkie nggak mau pindah sekolah. Apalagi begitu mengetahui isi otak dari anak-anak di –calon- sekolah barunya melebihi kejeniusan Albert Einstein. Hanya pemikiran Hyukkie sih. Tapi kan ia jadi merasa seperti orang bego. Uh,,, i loph yu mai old skul~

"Uh! Yang penting Hyukkie nggak mau!"

"Dan appa tidak peduli"

Hyukkie merengut sebal sekaligus menyerah. Ia berjalan kembali ke kamar dan mengambil iphone 5-nya, lalu menyetel lagu 'Sorry Sorry' yang sangat tenar itu sambil berdance-ria. Dance dan musik memang satu-satunya obat penenangnya kalau ia sedang stres. Orang tuanya hanya menggelengkan kepala mereka yang sedang terduduk di sofa ruang tamu lantai bawah. Hah... Appanya memang orang yang kuat pendirian. Bahkan sangat sulit bagi eomma-nya untuk mengubah-ubah keputusan appa-nya seenak jidat.

.

"Teukkie-ah. Kau sudah ambil seragam dan buku pelajaran Hyukkie?"

"Untuk apa? Kan Hyukkie bakal tinggal di asrama Youngwoon-ah. Nanti pihak sekolah membagikan buku dan seragamnya kok."

"Ah, iya. Aku lupa."

.

.

.

.

.

Searching for a Pure Love

By: CLA

Rated: T

Genre: Romance, Friendship,

School life, etc

Disclaimer: seluruh cast disini

milik Tuhan dan mereka sendiri

Warning: OOC, GS, Typos(kalo ada), dll

.

.

.

.

.

_1 Years later_

"Sayang, jaga dirimu baik-baik ya. Jangan lupa belajar yang rajin. Kalau bingung, tanya guru. Kalau nggak ngerti semua, tanyain aja semua oke? Dan jangan lupa makan ya! Nanti kalau sudah sakit maag repot! Ah iya, kalo bisa eomma mau kamu bawa soulmate-mu ke rumah lain kali oke?"

'Aish! Eomma berlebihan deh! Hyukkie kan bukan anak kecil lagi! Dan Soulmate? Eomma nggak salah? Lagian...'

'Asramanya kan cuma berjarak 7 km dari rumah! Astaga! Naik mobil setengah jam juga sampai!' Yah, kalau Hyukkie kabur mungkin sampai.

"Maaf membuyarkan lamunan anda, tapi kita sudah sampai ditujuan sejak tadi, nona"

'Tuh kan! Sampainya cepat!'

"Ah iya. Maaf pak sudah membuat anda menunggu." Dengan segera Eunhyuk turun dari taksi yang ditumpanginya dan membuka bagasi untuk mengambil kopernya. Setelahnya, ia berjalan menyelusuri jalan khusus untuk para penghuni asrama.

Meskipun berada dalam satu gedung, tapi asrama putri dan putra dipisah. Asrama putri berada di lantai satu sampai tiga bagian selatan sementara asrama putra terletak antara lantai tiga sebelah utara sampai lantai lima. Lantai tiga dijaga oleh beberapa guru tentunya.

Dengan langkah ragu, Eunhyuk melewati pagar asrama dan berjalan lurus melewati air mancur yang berfungsi sebagai penghias outlook asrama. Ia kemudian mendorong pintu utama asrama dan terhenti. Terkesima.

Wow... ini asrama, apa istana?

Bagaimana tidak? Outlook-nya saja sudah seperti rumah milik batman yang bercat putih itu. Apalagi indoor-nya? Jauh lebih mewah dibandingkan MV Opera milik boyband favoritnya, Super Junior.

'Eomma mau masukin aku ke asrama apa ke istana? Atau supir taksi tadi salah alamat? Tapi ternyata pilihan eomma nggak jelek juga.'

Eunhyuk kembali memajukan langkahnya. Ia mengeluarkan secarik kertas kecil dari kantung bajunya. Nomor 144 lantai 2, teman sekamar bernama Lee Sungmin.

Eunhyuk menekan tombol menuju ke lantai dua. Tak lupa ia menyeret kopernya ke dalam lift. Lift? Tentu saja! Kalau tidak murid-murid yang berada di lantai lima bisa mati kecapekan membawa koper-koper mereka.

Ting!

Dengan segera Eunhyuk keluar dari lift dan disuguhkan dua tanda panah yang terbuat dari kayu dan dipahat dengan indahnya, menunjukkan arah ke kiri dan ke kanan.

"Kiri 101-150, kanan 151-200. Berarti kiri!"

Eunhyuk berjalan terus ke kiri mengikuti lorong yang seperti tak ada ujungnya tersebut. "109, 110, 111... Ini sih di dekat ujung lorong! Malah besok sekolah lagi! Ini sih pegal di kaki!" gerutunya sebal. Dengan segera ia berlari dengan kecepatan ekspress tanpa menghiraukan suara gesekan roda kopernya yang berisik dan dapat mengganggu penghuni asrama, dan sampailah ia pada tujuannya.

Kamar 144 lantai dua. Di depan pintu kamar, terukir nama Lee Hyukjae dan Lee Sungmin yang panjangnya sekitar 30 cm. "Bahkan yang menempati kamarpun namanya diukir" ujarnya. Rasa lelah membuatnya segera membuka pintu dan memasuki kamarnya. Dan apa yang ia temukan?

Seorang yeoja imut yang tengah menyeduh earl grey tea menoleh kearahnya. "Apa kau yang bernama Lee Hyukjae?"

"Y-ye. Saya Lee Hyukjae. Eum... apakah anda yang bernama Lee Sungmin?"

Sungmin tak menjawab pertanyaannya. Terkesan jutek memang, karena sejak tadi ia berbicara dengan nada yang datar dan dingin menusuk. Membuat Eunhyuk merasa sangat tidak nyaman. Perlahan ditaruhnya segelas teh hangat yang sedari tadi ia gunakan ke meja, lalu memeluk Eunhyuk tiba-tiba. 'Oh God why? Kenapa gue harus hidup sama orang yang tak terprediksi?'

"Selamat datang! Aku menunggu kehadiranmu sejak tadi Hyukjae-ssi!"

"P-panggil saja Eunhyuk atau Hyukkie j-juga boleh" jawabnya gugup. Masih sedikit syok rupanya.

Perkenalan terus berlanjut hingga hari menjelang malam. Dan hanya dalam semalam mereka telah menjadi... sahabat? Well, ajaib.

.

.

_Searching for a Pure Love_

.

.

"Hyukkie, kelasmu ada di sebelah kiri di paling ujung okay? Aku mau ke kelasku dulu ya! Ingat! Pelajaran dimulai setengah jam lagi!"

"Hah... lagi-lagi diujung... mana kaki berasa kayak mau patah..."gerutu Eunhyuk setelah ditinggalkan Sungmin. Sekolah ini punya dendam apa sih sama dia? Sampai segalanya harus dekat-dekat ujung. Aigoo...

Eunhyuk terus melangkah dan melangkah. Tak ia pedulikan pemandangan kelas di kiri-kanannya karena struktur kelas yang menurutnya sama dari ujung hingga ke ujung. Ia terus menatap ke bawah. Menurutnya, lantai yang terkesan sangat bening hingga bisa dipakai untuk berkaca itu lebih sedap dipandang. Langit-langit koridor yang sedari tadi ia lewatipun terpantul jelas di lantai sehingga ia tidak perlu mendongakkan kepalanya sampai pegal. 'Mungkin lain kali aku bercermin disini saja.'

Berkelut dengan pikiran memang mengasikkan, saking mengasikkannya ia tidak sadar kalau di depannya, ada orang yang sedang tergesa-gesa.

BRUK

Tumpukan kertas yang dibawa orang itu bertebaran kemana-mana. Merasa bersalah, Eunhyuk segera bangun dari jatuhnya dan membantu orang yang ditabraknya membereskan kertas-kertas yang berhamburan. "Mianhae..." Eunhyuk membungkukkan badannya pada orang itu. Orang itu hanya menanggapinya dengan senyuman lalu kembali berlari tergesa-gesa.

"Wajah baru? Lee Hyukjae eoh? Manis juga" gumam orang yang tergesa-gesa itu sembari menyeringai.

Be careful, Eunhyuk.

.

.

_Searching for a Pure Love_

.

.

BUGH

DUAGH

"Auw!"

BUAK

KRETEK. Eh loh? Maap. Salah suara.

"Aigoo! Apa itu? Minnie, ayo kita kesana!" Eunhyuk kaget. Benar-benar kaget. Apa itu? Bullying? Sekolah ini ternyata cukup mengerikan!

"Jangan Hyukkie! Itu bahaya! Nanti kau bisa kena imbasnya juga! Lagipula aku yakin ia bisa melawan mereka sendiri!"

"Tapi... OMO! ITU KAN NAMJA YANG TADI!" Eunhyuk refleks melepas cengkraman tangan Sungmin yang sedari tadi menahannya agar tidak mendekat. Yang penting menyelamatkan orang itu! Bahkan teriakan Sungmin tidak diindahkannya.

Bagaimana tidak? Itu namja yang baru saja ia tabrak tadi pagi! Kacamata frame hitam tebalnya kini sudah terinjak sampai lensanya pecah dan framenya patah. Rambut yang –sengaja- berantakan sampai matanya tidak begitu terlihat sekarang semakin berantakan dan ada sedikit noda darah yang menghiasinya. Bajunya yang dikancingkan sampai ke-kerah-nya kini terlepas dari tempatnya, membuat baju bagian atasnya terbuka. Lengan bajunya yang tersobek menampilkan lebam. Sepatunya yang tadi pagi bersih, kini berwarna kusam. Dan yang lebih parah, sudut bibirnya mengeluarkan darah. Eunhyuk benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana rasa sakitnya jika ia diposisi korban bullying tersebut.

"Hentikan!" teriak Eunhyuk yang berjarak dua meter dari tempat kejadian. Takut untuk melangkah lebih maju.

Semua orang yang sedang mem-bully menengok kearahnya dan menyungginggkan sebuah seringaian. Anak baru huh? Tapi perlahan seringaian mereka menghilang, bergantikan dengan ekspresi ketakutan. Dengan segera, mereka berlari meninggalkan namja tadi pagi.

"Cih! Ternyata mereka lemah! Masa hanya dengan kupelototi mereka kabur?" ujar Eunhyuk pede. Padahal sih sebenarnya mereka takut sama Sungmin yang berdiri di belakang Eunhyuk.

"Kau tidak apa-apa?" Eunhyuk mengambilkan beberapa buku yang berserakan di lantai dan memungut segala hal yang menurutnya milik namja itu, lalu mendekati namja itu dan memberikan barang-barangnya.

"Gwaenchana... aku sudah terbiasa" Namja itu berdiri dibantu Sungmin dan Eunhyuk, lalu mengikuti mereka berdua untuk pergi ke UKS atas paksaan Eunhyuk. Sungmin sedari tadi terheran-heran. Bukankah namja itu bisa melawan sendiri? Penasaran, Sungmin menyusul langkah Eunhyuk yang kegirangan dan menepuk pundaknya.

"Hyukkie!"

"Ne?"

"Aneh! Setauku namja tadi bisa- AUWWW! Sialan! Apa sih Lee Donghae?" Sungmin dan Eunhyuk menengok ke belakang dan mendapati Lee Donghae, si cowok yang di bully tadi, asik berpura-pura melihat pemandangan. Sungmin berasa ingin menghajar Lee Donghae saat itu juga karena telah menendang kakinya yang kemarin baru saja keseleo meskipun ia tidak yakin akan berani melakukannya sementara Eunhyuk sendiri mengendikkan bahunya lalu kembali berjalan sambil bernyanyi riang tanpa memperdulikan mereka.

'Jadi namanya Lee Donghae...'

.

.

Sementara Eunhyuk kembali berjalan dengan riangnya, Lee Donghae memasang senyum polosnya, lalu menyuruh Sungmin menghampirinya yang berjalan sangat lambat -karena luka- dengan isyarat. Dengan segera Sungmin menghampirinya. Setidaknya ia ada teman ngobrol karena Eunhyuk terlalu sibuk dari tadi. Kekesalannya menguap entah kemana.

"Berani mengatakan yang sebenarnya tanpa ijinku, kaki kananmu patah Lee Sungmin"Donghae mengepalkan tangannya di depan Sungmin dan tersenyum manis-maksa. Sungmin sendiri hanya merengut kesal lalu menghampiri Eunhyuk yang sedang mengobok-ngobok air mancur di tengah, depan gedung sekolah.

"Hyukkie! Norak ah! Katanya mau ke UKS?"

"Hehe, habisnya kamu sama yang namanya Lee Donghae itu ngobrolnya lama sih"

"Huh.. dasar! Ya sudah ayo jalan! Tuan Lee Donghae, ayo ja-" Sungmin menengok ke belakangnya dan mendapati Lee Donghae menghilang entah kemana.

"-lan. Ah sial! Hyukkie! Kau sih pake ngajak-ngajak orang aneh itu juga!"

"Tapi kan dia luka Min!" Huh! Baru masuk sudah diomelin pakai alasan tidak jelas!

"Tapi dia sebenarnya-"

"Berani mengatakan yang sebenarnya tanpa ijin, kaki kananmu patah Lee Sungmin."

"Nggak jadi deh, nggak apa-apa"

Eunhyuk mengernyitkan alisnya bingung. Maksudnya apaan sih? Nggak jelas banget. "Ya sudah kita jalan-jalan saja! Aku belum melihat keseluruhan gedung ini" kemudian Eunhyuk memeperkan tangannya yang basah ke rok nya, lalu kembali berjalan kearah gedung aula.

"Ish, lap pake sapu tangan dong jorok!"

"Biarin ah! Kan praktis!"

.

.

_Searching for a Pure Love_

.

.

BRAK

"Uwoh! Santai bro! Kau baru saja menghancurkan levelku!"

"Diam kau iblis! Aku capek!"

"Tumben kau capek Hae" ujar seseorang yang berpenampilan sama dengan Lee Donghae, namun ia menata rambutnya sangat rapih dan membelah poninya menjadi dua sehingga terlihat sangat culun.

"Omo! Hae! Kau terluka?" pekik seorang yeoja yang sama culunnya dengan yang lain.

"Siapa lagi yang kau lawan? Sekuat apa mereka?" tanya seorang namja dengan suara baritone merdu khas miliknya.

"Hei! Bisakah kalian tenang? Donghae tidak bisa menjawab kalau kalian memberikan pertanyaan bertubi-tubi" ujar seorang namja berbadan bulat. Satu-satunya –ehem- salah satu namja yang tidak berpakaian 'unik' seperti yang lain.

"Mereka hanya anak lemah yang sok kuat! Sudahlah jangan dibahas! Ah iya, bolehkah aku melepas image aneh ini sekarang?" tanya Donghae. Iya harap mereka menjawab dengan anggukan.

"Tidak. Kita masih di lingkungan sekolah"

Donghae mendesah kecewa. "Tapi aku sudah nggak betah!"

"Bukankah kau sendiri yang ingin memulainya? Lihatlah! Siwon saja sudah mendapatkannya!"

"Hah, terserah. Oh iya, apa kau tau ada seorang murid baru Zhoumi?"

"Huh? Yang namanya Lee Hyukjae itu? Henry bilang ia sangat manis"

"Ya, ia memang manis." Donghae menyeringai lebar.

"Dan sepertinya ia menarik" lanjutnya. Seakan-akan ada yang ia rencanakan. Bahkan teman-temannya sendiri hanya menggelengkan kepala. Kenal saja belum, tapi sudah bisa mengucapkan kata 'menarik'.

'Lee Hyukjae, i'll make you mine'

.

.

.

.

.

"Hatchi!"

"Hyukkie, gwaenchanayo?"

"Gwaenchana. Sepertinya ada yang membicarakanku."

"Mungkin hanya perasaanmu saja. Ayo lanjut. Di belakang aula ini ada panggung teater, mau lihat?"

"Ayo!"

.

.

.

TBC

.

.

.

Author's Territory:

Terinspirasi dari Super Girl yang kutonton ulang. Daripada otak menampung imajinasi nggak jelas mending dituangkan saja kkkk~

Mianhae kalo gak jelas yah Q_Q CLA juga bingung ini cerita maksudnya apa #plak

Bisa dibilang chapter ini aneh dan membosankan, tapi CLA usahain chapter depan jauh lebih baik ._.v

Ide gila membuat CLA menciptakan geng yang isinya orang culun –hampir- semua.

Apakah ada kesalahan? Atau ada yang bingung? Silahkan ditanyakan.

Terakhir,

Mind to review? :D kalau ada makasih :D *nyodorin boneka nemo*