The Love Story about Hinata
Disclamer © Masashi Kishimoto
Disclamer © Santhy Agatha
[Hinata H. x Sasuke U. ]
Romance, Hurt/Comfort
DON'T LIKE? JUST DON'T READ..
Hinata menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan pelan untuk menenangkan diri menghadapi apa yang ada di balik pintu di depannya itu. Dan setelah dia menenangkan debaran jantung yang menegangkan dia membuka pintu itu dengan pelan, dan ketika pintu terbuka dia merasakan sebuah tatapan yang dingin dan tajam mengarah padanya. Dia hanya bisa tersenyum kecut dan berharap dalam hati agar kami-sama bisa membantunya untuk segera menghilang dari tempat ini.
'Oh kami-sama aku seperti menghadapi hukuman mati saja' desisnya dalam hati.
Hinata sudah masuk kedalam dan menutup pintu dengan perlahan, Hinata baru menyadari setelah dia masuk kedalam ruangan itu sangatlah luas dan besar. Suasana dalam ruangan itu terasa dingin, dan mewah sekaligus elegan dengan segala kemewahan yang ada di sana, perabotan yang tidak diragukan lagi harganya tidak setara dengan gajinya selama apapun dia bekerja di perusahaan ini, temperatur ruangan diatur senyaman mungkin, suasana dalam ruangan yang menurut Hinata sedikit kelam dan gothic, temperatur ruangan yang diatur sedimikian rupa agar nyaman di ruangan ini, damn! Ada yang salah dari ini semua, dan ada satu hal yang membuat perkiraannya salah, dan satu hal itu adalah satu sosok yang berada di ruangan ini selain Hinata, sosok dingin dan angkuh yang berada dibalik meja kerja CEO perusahaan ini. Sosoknya yang angkuh seolah-olah jika dia adalah pusat dari semua yang ada di dunia ini.
Oh kami-sama kenapa tatapan itu, TATAPAN ITU! Sangat mengerikan dan mengintimidasi setiap orang yang menatapnya. Mata hitam yang seperti malam yang kelam, penuh dengan aura dingin dan kebencian menguar dari matanya.
Hinata mencoba mengurangi kegugupannya dengan membasahi sedikit bibirnya, dan menunggu pria yang di balik meja itu mengeluarkan suaranya agar masalah ini cepat selesai dan ia bisa segera keluar dari ruangan yang menyesakkan ini. Tetapi laki-laki itu tetap diam dan diam tanpa mengurangi intensitas tatapan matanya yang tajam mengarah ke Hinata. Setelah dalam beberapa menit berada dalam keheningan dan Hinata juga sudah capek berdiri tanpa duduk di bawah tatapan itu dengan keberanian yang ia kumpulkan dia mulai berbicara "ok, aku sudah berada di sini, sekarang apa?" tanyanya kepada lelaki yang ada dihadapannya.
Si pemilik mata hitam itu terlihat merengutkan alisnya dengan gusar melihat tindakan berani Hinata. "Kudengar kau mengacaukan proyek ini?"
FINALLY! Hinata menghembuskan nafas lega, dan setelahnya dia panik atas pertanyaan yang diajukan lelaki itu sebagai kalimat pembuka.
"Tidak sepenuhnya saya mengacaukannya, dan saya hanya menyelamatkan keadaan saja", Hinata sebetulnya tidak ingin bersikap kurang ajar terhadap CEO yang ada dihadapannya itu, tapi melihat tatapan dari laki-laki itu membuatnya tanpa sadar mengeluarkan sikap pembelaan diri.
"Menyelamatkan keadaan katamu?", lelaki itu tampak sangat murka atas jawaban yang Hinata lontarkan kepadanya. "Kau mengusir klien terbesar kita, mempermalukannya di depan umum dan mengusirnya secara tidak terhormat, dan kau bilang itu menyelamatkan?"
Hinata membalas tatapan lelaki itu dengan tak kalah garang dan menjawab, " Orang itu telah berlaku kurang ajar terhadap SPG kita, dia merayu dan memperlakukan SPG kita seolah mereka adalah seorang pelacur yang harus melayani permintaan dia, saya sebagai seorang supervisor yang melihat itu tidak bisa hanya diam dan melihatnya diperlakukan tidak senonoh seperti itu!"
Lelaki itu kembali melayangkan tatapannya ke Hinata, tetapi tatapan lelaki itu berbeda dari sebelumnya karena lelaki itu melayangkan tatapan meremehkan ke Hinata, dan Hinata yang melihat tatapan seperti itu sangat ingin menghajarnya sekarang juga.
"Kau adalah seorang supervisor, dan tugas dari seorang supervisor adalah menjalin hubungan yang baik dengan klien bukan mempermalukan klien", Jawab lelaki itu dengan nada yang tenang.
"Ya saya memang seorang supervisor disini, dan menurut anda saya harus melupakan Moralitas hanya demi keuntungan perusahaan semata begitu?", Hinata menjawab dengan menekankan kata "moralitas" kepada laki-laki itu.
"Moralitas yang kau banggakan itu tidak memberika keuntungan dalam hal apapun didunia ini", Si pemilik mata hitam itu menjawab dengan memutar bola matanya dengan bosan.
Sudah cukup! Hinata berurusan dengan lelaki di depannya ini, dia menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya dengan cepat.
"Baik, saya akan keluar dari perusahaan ini, karena saya tidak mau bekerja di perusahaan yang telah melupakan sebuah moralitas dan hanya mengutamakan keuntungan semata dengan melakukan cara yang seperti ini, dan saya akan mengirimkan surat pengunduran diri saya besok pagi.
Setelah Hinata berkata seperti itu, keheningan mulai menyelimuti ruangan itu, dan sebenarnya si mata hitam itu kaget dengan keputusan yang Hinata ambil tapi hanya satu detik dia berhasil mengembalikkan raut wajah terkejutnya kembali menjadi datar.
Suasana terus dalam keadaan hening karena dari pihak Hinata maupun laki-laki bermata hitam itu tidak ada yang berinisiatif memecah keheningan yang terjadi di dalam ruangan itu. Lalu, sebuah seringai muncul di wajah lelaki itu, dan pancaran matanya terlihat begitu kejam menatap Hinata.
"Cih, tidak semudah itu kau mengundurkan diri dari perusahaan ini Hinata"
"M-m-ma-maksud anda?"
"Aku memang CEO di perusahaan ini Hinata, tapi tidak menutup kemungkinan jika aku tidak mengetahui detail terkecil yang terjadi di perusahaan ini termasuk soal pegawai disini".
Lelaki itu kembali menatap Hinata tajam sebelum melanjutkan kalimatnya, " kau memiliki pinjaman sebesar enam puluh juta yen di sini, dan sekarang coba katakan nona Hinata yang terhormat, apakah kau sudah sanggup untuk membayar semua hutang-hutangmu ke perusahaan ini? Jika ya, aku dengan senang hati akan menandatangani surat pengunduran diri anda."
Mendengar kalimat demi kalimat yang terlontar dari bibir lelaki itu wajah Hinata menjadi pucat pasi, ia sama sekali tidak berpikir tentang hutang itu, dan lelaki itu bertanya apakah dia bisa melunasi hutang-hutang itu? Dan jawabannya adalah "TIDAK".
Si lelaki itu hanya mendengus melihat kebekuan Hinata.
"Oke aku asumsikan bahwa kau tidak bisa melunasi hutang itu sekarang, dan bagaimana seorang wanita yang menjungjung tinggi kata 'moralitas' bisa menghabiskan uang enam puluh juta yen sebanyak itu? Tapi toh itu bukan urusanku"
Sesaat keheningan kembali terjadi diantara mereka, dan lelaki itu kembali melanjutkan kata-katanya, "jadi sebelum kau dapat melunasi hutang-hutangmu pada perusahaan ini jangan sekali pun kamu menyombongkan diri untuk keluar dari perusahaan ini nona Hinata yang terhormat dan segera singkirkan segala kemunafikanmu tentang arti moralitas dan segeralah kembali bekerja!".
Hinata hanya bisa diam tanpa berkata apapun untuk menjawab perkataan dari laki-laki itu, dan dia hanya bisa menatap laki-laki yang ada didepannya itu dengan kebencian yang memuncak.
"dengarkan ucapan saya tuan uchiha yang terhormat, yang menahan saya di perusahaan ini hanya lah hutang yang saya pinjam di perusahaan ini, dan jika saya bisa melunasinya, saya tidak akan membuang waktu untuk segera mengundurkan diri dari perusahaan anda, Selamat siang dan permisi!".
Sasuke hanya bisa memandangi pintu yang tertutup dengan keras di depannya itu. Dia hanya terdiam sesaat, dan segera dia melepaskan longgarkan ikatan dasinya, mendesah dan bersandar di kursi sambil menenangkan diri memejamkan matanya sejenak.
Bukannya kesalahan gadis itu jika dia merasa tubuhnya panas, tidak! Bukan hanya panas tapi dia juga merasakan sesuatu di bawah diantara kakinya mulai menegang dan berdiri tegak.
"Hyuuga Hinata"
Sasuke menggumamkan mantra itu bagaikan penenang untuknya agar 'juniornya' kembali lemas dan kembali tidur.
"Well, jangan berharap kau dapat semudah itu lepas dari sini, aku tidak akan melepasmu, Hinata", gumamnya dalam hati.
Sasuke mencoba mengingat saat-saat pertama kali dia bertemu dengan Hinata, biasanya dia tidak pernah memperhatikan seorang wanita manapun, tetapi para wanitalah yang memperhatikannya, menyembah dan memohon padanya agar bisa one night stand dengan dirinya. Well, meski dia suka bergonta-ganti wanita, Sasuke selalu di kenal sebagai lelaki yang dingin dan di juluki sebagai "ice prince". Dan dia tidak akan membiarkan seorang wanita manapun mendekatinya dengan mudah, karena ia tau wanita yang mendekatinya hanyalah ingin harta darinya, bagi Sasuke wanita hanya sebagai penyaluh hasrat gairahnya saja, setelah melakukannya dia akan membuang wanita itu seperti 'sampah' yang tidak terpakai lagi. Sasuke akan membayar wanita yang di kencani dengan memberikan uang yang banyak, perhiasan dan barang-barang mewah lainnya. Baginya itu tidak ada artinya sama sekali, jika ia sudah mendapatkan kepuasan dari wanita itu.
Tapi... ada satu wanita yang berbeda dari semua wanita yang pernah Sasuke kencani selama ini. Dia ... Hinata, selama 3 tahun wanita itu kerja di perusahaannya sebagai supervisor disini,dan dia tidak pernah bertemu dengannya.
Sasuke hanya mendengus kesal atas kenyataan yang terjadi.
'yah tidak ada hubungannya juga antara CEO perusahaan dengan seorang supervisor yang pangkatnya jauh dari jabatannya ini' gumam Sasuke dalam hati.
Semua ini terjadi begitu saja, waktu itu Sasuke baru saja menjamu seorang klien terbesarnya dari inggris, dan setelah selesai menjamu tamunya dia ingat jika pameran mobil yang diadakan oleh perusahaannya, dan lokasinya tidak jauh dari hotel dia berada saat ini, jadi dia putuskan untuk mengunjungi pameran itu sejenak.
Sebenarnya seorang CEO tidak perlu mengunjungi pameran yang diadakan saat ini, tapi entah mengapa dia harus berada dalam pameran itu. Seolah-olah ada sesuatu yang menyuruhnya untuk kesana sesegera mungkin. Begitu dia berada di sana para staf manager yang menanganinya tergopoh-gopoh untuk menyambut kedatangannya.
Kemudian, gadis itu muncul didepannya...
Dengan tubuh mungil, pakaian kerja yang terlihat sangat melekat dengat indah ditubuhnya serta make up yang sangat natural, Hinata jelas tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan mantan wanita yang pernah Sasuke kencani selama ini yang selalu seksi dan dandanan yang luar biasa cantik. Dan Sasuke segera disadarkan dari lamunannya ketika dia mulai berjabat tangan dengan Hinata, Sasuke merasa ada sengatan listrik di tangan itu dan seperti ada ribuan kupu-kupu yang terbang di dalam perutnya, dan entah kenapa Sasuke merasakan nafsu yang sangat besar untuk memiliki Hinata sesegera mungkin dan melihat dia telanjang di atas kasurnya dan mendesahkan namanya dengan menggoda.
Kenyataan pahit yang Sasuke terima adalah bahwa Hinata tidak pernah memperhatikannya dan bersikap seolah-olah Sasuke tidak ada disana.
Sasuke sadar jika dia sudah sangat terobsesi dengan Hinata, dimanapun dia berada, kapanpun waktu yang berjalan, dia harus bisa melihat Hinata secara langsung meskipun sang gadis itu tidak menyadari keeksistensiannya di kehidupan ini. Bahkan demi alasan konyol itu, Sasuke kerap kali memanipulasi berbagai proyek agar divisi yang menaungi Hinata selalu ikut dan selalu berhubungan dengannya.
Dan semua itu hanya semata-mata agar Sasuke bisa melihat Hinata. Cih, jika saja Uchiha Itachi(kakak Sasuke) melihat tindakan yang dilakukan oleh Sasuke selama ini sudah dipastikan ia akan menghina dan menertawakan tindakan Sasuke ini.
Mungkin kegilaan yang terjadi dalam diri Sasuke hanya lah sebuah hormon yang mendorongnya dalam nafsu yang menyesatkan untuk memiliki Hinata sesegera mungkin.
'Dan karena nafsu ini, aku harus bisa melaksanakannya agar bisa menghilang dalam diriku' gumam Sasuke dalam hati.
Dengan bermodalkan laporan pinjaman karyawan yang saat ini dipegang oleh Sasuke dia mencari cara agar dapat menarik Hinata agar bisa memuaskan nafsunya secepat mungkin. Dan akan sangat mudah untuk melaksanakannya hanya dengan modal uang, perhiasan mahal serta barang-barang mewah yang akan Sasuke berikan untuk Hinata agar dia bisa melayani nafsu Sasuke dengan baik dan memuaskan.
TBC/DELETE?