.

.

Winter di negeri ini adalah salah satu yang paling ditunggu.

Bukan karena keindahan butiran salju yang akan meng-cover tiap inchi bumi dengan 'putih', lebih karena 'undangan bertinta emas' yang akan datang pada ratusan penduduk yang beruntung mendapat kesempatan langka untuk mengunjungi Château de Versailles yang terkenal dengan kemegahan dan keindahannya.

Winter Dance yang digelar pada malam turunnya salju pertama merupakan satu pesta tahunan yang tidak akan dilewatkan oleh para penghuni Obscurité ―suatu tempat diselatan equator yang terkenal dengan keindahan Crimson Roses-nya yang melegenda. Daerah yang dipimpin oleh para aristocrats berparas sempurna tersebut kerap kali mengadakan penyambutan bagi 'para dewi berbaju putih' yang akan kembali memijak bumi setelah satu tahun dilangit. Salju yang turun merupakan momentum penting bagi mereka.

Tak ubahnya seperti jutaan mawar merah sewarna darah yang tersebar di tiap penjuru kastil menakjubkan ini.

Setelah matahari sukses menyembunyikan diri di ujung cakrawala, iring-iringan kereta yang ditarik oleh deretan kuda putih mulai memasuki gerbang kastil yang baru saja dibuka. Segera saja, karpet merah yang terbentang dari halaman hingga sepasang daun pintu berukiran rumit mulai penuh dengan gema para bangasawan yang asyik bercengkerama menuju hall utama. Masing-masing dari mereka menggenakan gaun dan tux terbaik yang penuh ornamen mewah. Tentu saja, karena yang akan dihadapi adalah sang penguasa tertinggi disini.

"Bienvenue au Château deVersailles (Selamat datang di kastil Versailles), aku harap kalian bisa menikmati malam ini dengan kegembiraan yang sama dengan tahun-tahun yang lalu."

Suara berat yang datang dari lantai dua yang menghadap langsung ke ball room, sontak membuat seluruh yang hadir langsung membungkuk sopan, sebelum setelahnya memberi tepuk tangan meriah pada namja berparas rupawan yang mulai menuruni tangga guna bergabung bersama mereka.

"Ayo mulai."

Malam ini, pesta 'yang lain' juga telah dimulai.


.

Ascendead Master―

.


La sublime sinfonia del colore delle rose

Danza elegantemente con la bacchetta del direttore d'orchestra

[The sublime symphony of the rose's colour
Dances elegantly with the conductors' baton of sadness]

Il destino è una rapsodia dell'oscurità

Rivolgo le braccia a questa spalla

[The fate is a rhapsody of darkness
Revolving the arms around this back]
.

Versailles – Aristocrat's Symphoni


.

Warning: YAOI, the ONE and ONLY KyuMin, All Character inside belongs to them self, Maybe OOC, Chaptered, Typo(s), Rated T, Please DON'T READ if you DON'T LIKE.

Just a Fiction with 'Fantasy' genres.

.


.

.

Kereta kuda yang didominasi oleh warna putih keemasan itu akhirnya berhenti total tepat di ujung karpet merah yang terbentang dari pintu masuk. Pintu sebelah sampingnya terbuka. Dengan segera, menampakkan sosok berbalut tux hitam kelam berwajah rupawan yang tengah memasang wajah datar nan dinginnya.

Begitu kakinya telah berpijak pada tanah coklat berbalut salju, sosok yang lain langsung menyusul. Mengulurkan tangannya untuk disambut orang pertama yang turun. "Hati-hati.", peringat sang namja pelan.

Yang tengah diperingatkan hanya tersenyum simpul, memerkan kecantikan bak para dewi dalam lukisan yang nyata. Sosok indah itu mengangkat sedikit gaun merah marun yang menghalangi langkahnya. Berpegang erat pada si namja, hingga akhirnya turun tanpa gangguan dari kereta mereka. "Terimakasih, Donghae-ya."

Lee Donghae―sang namja rupawan tadi hanya mengangguk. Segera 'menyampirkan' tangan orang disampingnya pada lengan kanannya dan mulai melangkah anggun sepanjang karpet merah yang terentang. Keduanya berjalan beriringan. Tampak sangat serasi, dalam warna hitam dan merah yang bersanding. Dalam ketampanan dan kecantikan yang tak kalah dengan para penguasa kastil megah ini.

"Hyu―"

"Na'ah, kau ingat harus memanggilku apa malam ini?"

Donghae mengangguk saat suara halus 'pasangan'nya telah bernada penuh peringatan. Sedikit berdehem singkat, sebelum kembali memulai percakapan yang sempat terpotong. "Baiklah ―noona, kau yakin akan melakukan 'ini'? Aku bisa melakukannya untukmu. Tidak perlu sampai menjadi 'umpan' begini. Sangat berbahaya jika kita sampai tertangkap nanti."

"Kita sudah membicarakan ini berulang kali, Hae-ya. Aku yang akan menyelesaikannya. Kau hanya cukup disini sebagai 'partner'." Sang noona mulai mengeratkan gandengannya pada lengan dongsaengnya. Sedang sepasang mata foxy-nya kini berganti memandang angkuh pada Donghae. "―Lagipula, bukankah aku sangat cantik malam ini?"

Sang dongsaeng menelan ludahnya berat. Mata indah yang tak kalah dengan milik noona-nya itu kembali menjelajahi tubuh mungil disampingnya. Menatap bagaimana wajah aegyo itu kini tebingkai oleh rambut pirang yang tergerai dipunggung, atau gaun merah marun yang tengah melekat indah ditubuh. Bedanya, jika hampir semua yeoja disini memakai gaun yang menutupi kaki jenjang mereka, noona disampingnya ini hanya memakai dress selutut yang terbuka pada bagian leher. Mengekspose leher putih mulus tanpa cela miliknya. Donghae akan jadi orang paling munafik jika berkata orang disampingnya ini 'tidak cantik'.

"Err.. cantik, sangat cantik sebenarnya―"

"Kalau begitu masalah selesai. Aku sangat cantik dan kita tidak akan berhasil. Berjuanglah bersamaku malam ini dongsaeng-ah."

Ya, dia memang orang paling keras kepala yang pernah Lee Donghae kenal. Sangat, karenanya tidak ada yang bisa dilakukan namja tampan itu selain menuruti kemauan orang disampingnya ini. "Arrasseo, noona."

Keduanya kembali berjalan anggun, melewati dua penjaga yang berdiri disamping pintu besar berukir rumit, dengan Donghae yang menyerahkan undangan mereka sebagai 'pass code'. Begitu dua pasang kaki itu memasuki hall utama, hanya kemewahan dan keindahanlah yang meyambut.

Ruang besar yang telah berubah menjadi lantai dansa itu tertata sangat apik. Dimulai dari atapnya yang tersusun dari mozaik warna-warni, dua tangga besar melingkar berbentuk simetris yang menghubungkan ke lantai dua, dan dinding berwarna cokelat muda yang penuh akan ukiran mawar berantai. Diujung sana, sekumpulan pemusik tengah bermain dengan alat music ditangan. Menyuarakan berbagai nada-nada pengiring dansa berirama lembut. Semakin memanjakan setiap orang yang telah berhasil menginjakan kaki mereka disini. Hanya 'indah' yang tergambar dari tiap sudut ball room besar ini.

"Château deVersailles (Kastil Versailles) memang menakjubkan. Tidak heran jika tempat ini dijuluki sebagai 'Le Ciel (Surga)'. Sangat indah."

Donghae memutar bola matanya bosan. Namja itu mulai menarik 'pasangan'-nya ke lantai dansa ditengah. Meletakkan tangannya dipinggang rampingnya ―yang disambut dengan tangan sang noona yang langsung melingkar dileher― dan mulai bergerak sesuai ketukan musik. "Kau ingin tinggal disini?" balasnya sarkastik.

Yang lebih tua hanya tertawa pelan. "Kau bercanda. Jika memang begitu, lalu apa tujuan kita kemari sekarang?"

"Hm.. memikat salah satu 'pangeran' tampan disini agar jatuh cinta padamu, agar dia mengajakmu tinggal disini, mungkin?"

"Kau cemburu, chagi?" goda sang noona.

"Tsk , kau menyebalkan." Gerutu si namja. Pegangan tangannya pada pinggang sang partner menguat. "Seandainya aku cemburu pun kau tidak akan peduli 'kan? Aku tahu kalau di otakmu hanya ada 'dia' dan 'misi' kita."

"Hey.. hey.. kau itu salah satu hunter di 'Dark house'. Harusnya kau yang paling tahu seperti apa aku, Hae. Dan lagi ―"

Donghae turut waspasa saat mendengar detak jantung partner-nya semakin cepat. Menadakan orang didepannya ini telah 'siaga' oleh 'musuh' yang telah tampak. "Ada apa?"

"Tetaplah bergerak." Ujar yang lebih tua sambil berbisik. Wajah manis itu sekarang rebah didada Lee Donghae, memberi kesan romantis bagi siapapun yang melihat. "Aku sudah melihat'nya'. Kau bisa merasakannya bukan? Kita tunggu saat yang tepat sebelum 'mulai'. Siapkan dirimu."

Sang dongsaeng mengangguk mengerti. Hawa 'dingin' yang tiba-tiba merasuki tubuhnya semakin terasa. Dia mungkin tidak ―belum bisa melihat apa yang tengah dilihat oleh orang dipelukannya ini, tapi merasakan bagaimana tangan mungil orang ini menggenggam kuat dipunggungnya sudah jadi bukti yang lain kalau 'target' mereka semakin dekat.

"Ne, ayo kita lakukan ini."

.

.


Cho Seohyun hanya bisa mendengus kesal saat mata kelamnya menangkap bayang sang kakak yang masih duduk diam di kursi mewahnya. Yeoja yang sudah memakai gaun hitam kelam selutut itu langsung menghampiri namja yang masih tak acuh dengan kehadirannya itu. Kekeuh memandang butir salju yang meluruh dari jendela disebelahnya.

"Oppa, tidak bisakah kau menghargaiku yang sudah berdandan sesempurna ini untuk mendampingimu 'menuruni tangga'? Kenapa kau masih statis tanpa melakukan apapun sekarang?" ujarnya kesal. Matanya beralih pada tuxedo hitam ―sepasang dengan gaun yang dipakainya, yang tidak tersentuh ranjang. "Lihat, bahkan pakaian yang sudah kusiapkan pun sama sekali tak kau sentuh. Apa sih maumu? Kau ingin aku ditegur oleh Siwon oppa Karena tidak 'mengurusmu'?"

"Diamlah."

"Pakai pakaianmu dan kita turun sekarang."

Si namja penyuka salju itu mengalihkan pandangannya sekarang. Menatap tak suka pada yeoja yang balas menatapnya berani. "Kalau kau tidak turun, aku akan pergi mala mini. Diluar sana lebih menyenangkan ketimbang pesta tahunan membosankan ini." perkataan tadi mau tak mau membuat Cho Kyuhyun ―si namja tadi, menggerakkan tubuhnya. Bangkit dari kursinya yang nyaman dan mengangguk pelan. Memberi isyarat setuju pada ancaman sang adik tadi.

Seohyun menggeleng bosan. Kakinya melangkah mendekati sang kakak yang tengah memasang wajah kesal. Dengan cekatan, dua tangannya mulai memakaikan tuxedo ditangannya pada Kyuhyun. Merapikannya dengan sempurna hingga aura ketampanan namja ini terlengkapi dengan pakaiannya yang berkelas.

"Kenapa kau sulit sekali diatur oppa? Kau itu merepotkanku, tahu?"

"Pergi saja kalau begitu. Aku juga tidak membutuhkanmu."

Yeoja cantik itu menyeringai angkuh sekarang. Sedikit merapikan rambut ikal kecoklatan sang kakak yang lebih tinggi darinya dan menjawab pelan. "Dan aku akan mati setelahnya. Aku dilahirkan untukmu oppa, sekuat apapun kau menyangkal, darah ditubuhku sama dengan darahmu. Cepatlah cari 'pengganti'ku jika memang bosan."

"Kau tahu ini sulit, Seo." Gumam Kyuhyun pelan. Suaranya terdengar lelah, walau begitu, wajah datarnya sama sekali tak berubah. "Aku juga tidak bisa terus menerus bergantung dengan darahmu. Tapi harusnya kau yang paling tahu kalau 'master'ku bukanlah orang sembarangan."

Tawa pelan tampak diwajah sang yeoja. Seohyun merapikan rambut panjangya sejenak sebelum menanggapi perkataan kakaknya tadi "Ck.. aku milikmu, oppa. Sudah seharusnya seperti itu. Jangan kau anggap serius candaanku tadi. Sekarang, mana tanganmu. Kita keluar dan selesaikan perayaan membosankan ini."

Anggukan paham diberikan Kyuhyun, sebelum namja itu menawarkan tangan untuk digandeng sang adik. Begitu tangan mereka bertaut, sepasang adik kakak itu segera memasang wajah angkuh mereka. Berjalan anggun ditiap koridor yang akan membawa keduanya turun kelantai dasar. Setelah keluar dari kamar mewah tadi, status berbeda segera disandang keduanya. Dari yang asalnya kakak adik, berganti menjadi sepasang tunangan yang menjadi kerabat dekat Choi Siwon sang penguasa. Baik Kyuhyun maupun Seohyun tidak merubah ekspresi dingin nan angkuh mereka saat tangga utama sudah terlihat dimata. Tetap dengan 'topeng' menawan yang terpasang diwajah.

Musik di ball room besar itu berganti sekarang. Mengalunkan nada-nada anggun yang menjadi penyambut bagi dua orang yang menjadi inti dalam perayaan ini. Ruang besar yang asalnya penuh dengan dengungan obrolan itu sontak mendiam. Menyisakan hanya denting piano tunggal. Jejeran bangsawan yang berdiri disisi tangga utama otomatis membelah. Menanti dua orang yang kini melangkah anggun mengikuti iringan dari para pemusik disudut.

Dua orang bermarga sama itu menuruni tangga utama bak Sang 'Pangeran' dan 'Putri' yang akan membuka Winter Dance malam ini dengan tarian anggun mereka. Seohyun, sesekali membalas senyum ramah dari setiap orang yang dilaluinya dengan senyum angkuh nan menawan, miliknya. Berbeda dengan 'pasangan'nya yang setia dengan wajah dinginnya.

"Ahh.. kalian sudah turun ternyata."

Namja itu, Choi Siwon.

Sang penguasa, yang tengah berbincang elegan dengan beberapa bangsawan disampingnya. Lord muda yang tengah memakai pakaian kebesarannya itu berjalan anggun menuju dua orang yang baru bergabung. Begitu sampai disamping keduanya, sang penguasa segera berujar tegas "Karena yang kita tunggu sudah tiba. Tanpa membuang waktu lagi, silahkan nikmati malam ini. buat diri kalian senyaman mungkin dalam Winter Dance tahun ini."

Tepuk tangan elegan segera menyambut kalimat terakhir tadi. Disusul dengan sang 'Pangeran' yang mulai membawa pasangannya ke lantai dansa, dan mulai menari anggun disana. Puluhan orang yang hadir segera menyusul dua sosok indah itu. Turut turun ke lantai cokelat licin guna berdansa bebas bersama iringan music.

"Apa saat ini juga belum kau temukan oppa? Tidak adakah yang yeoja yang menarik perhatianmu sekarang?" bisik Seohyun lirih. Sangat lirih hingga orang yang berdansa disamping mereka tidak mampu mendengar apapun.

"Masih sama dengan tahun yang lalu. Aku heran kenapa Siwon hyung masih tetap menggelar pesta membosankan ini." balas Kyuhyun tak kalah lirih.

"Dia hanya ingin mencari 'cara' baru untuk 'makan', kurasa." Tawa Seohyun. Yeoja itu memutar tubuhnya saat music mulai memasuki inti. "Apa kau benar-benar tidak tertarik dengan semua ini? Aku saja sudah 'lapar' melihat semua ini. Mungkin aku akan 'makan' beberapa malam ini."

Kyuhyun mendengus bosan. "Terserah. Setelah lagu ini selesai, aku akan kembali―"

"Hey! Kenapa berhenti?"

Cho Kyuhyun melihatnya. Melihat sosok cantik yang tengah berdiri anggun dengan segelas wine disudut. Sosoknya yang hanya terbalut gaun merah selutut itu entah kenapa terasa sangat ―menggiurkan dimatanya. Entah apa dari sosok itu yang mampu menarik perhatiannya sekarang. Apakah wajah aegyo yang teramat polosnya? Sepasang foxy eyes sewarna hazel? Atau leher putih mulus yang terekspose tanpa cela itu?

"Kau tertarik dengannya oppa?"

Namja tampan itu mengerjap. Sadar jika jerat pesona yeoja disudut tadi sungguh mampu membuatnya terperangkap sejenak. "Sepertinya aku sudah menemukan 'bagianku' sekarang. Kau mau aku membaginya denganmu?"

Seohyun tersenyum simpul sebelum melepas tautan lengannya dari leher Kyuhyun. "Aku tak yakin dengan penawaranmu barusan. Terimakasih, tapi aku masih ingin hidup, oppa. Nikmatilah bagianmu sendiri. Pergilah."

Kyuhyun menyeringai mendengar ini. Wajah bosan yang sedari tadi terpeta mulai berganti dengan raut sang pemburu yang telah menemukan mangsanya. Buas, dan tak terhentikan. "Bagus kalau kau mengerti. Aku pergi dulu."

Langkah kakinya berjalan lincah diantara para pedansa yang masih betah menari ditengah ruangan. Tak acuh dengan sosok tampan yang dengan gesit melewati tubuh mereka. Kyuhyun hanya menfokuskan matanya pada 'target'nya diujung sana. Mengunci pandangannya pada 'Si Penarik Perhatian' yang masih statis dengan wine ditangan. Perlahan, jarak diantara keduanya semakin dekat. Hanya tinggal sedikit, hingga Kyuhyun bisa membawa 'mangsa'nya ini dalam pelukan.

"Bonne nuit, mademoiselle (Selamat malam, nona)." Sapa Kyuhyun lembut begitu jarak mereka terkikis. Yang disapa menoleh, sembari tersenyum sopan pada sosok penyapanya. "Ahh.. Yes, My Lord. Ada yang bisa saya bantu?" balasnya sopan.

Kyuhyun kembali mendecak kagum dalam hati. Suara halus yang keluar dari orang ini terdengar seperti denting lonceng ditelinganya. Indah, sangat indah. Apalagi dengan jarak sedekat ini, aroma vanilla yang menguar dari tubuhnya benar-benar kuat. Membuat namja yang menjadi salah satu penguasa di kastil ini merasakan tenggorokannya terbakar. "Ayo berdansa satu lagu denganku." Pintanya asal.

―Jauh dari sopan santun seorang Lord yang akan mengajak sang gadis pilihannya turun ke lantai dansa.

"Sopan santunmu sungguh patut dipertanyakan tuanku. Lagi pula, saya sudah memiliki pasangan sendiri. Jadi tidak, terimakasih."

Jawaban angkuh yang diterimanya membuat Kyuhyun mengernyitkan alis. Ini yang pertama baginya. Pertama diperlakukan ditambah ditolak dengan sangat tidak sopannya oleh salah satu gadis dalam sejarah Winter Dance. Namja itu terdiam sekarang. Apalagi saat mata kelamnya menangkap bayang sosok tampan berbalut tuxedo hitam yang mendekat kearah gadis incarannya ini.

"Kau sudah kembali Donghae-ya?"

"Ne ―noona."

Kyuhyun hanya menatap diam pada pasangan yang ―terlihat serasi dimatanya, sebelum tubuhnya membungkuk kearah sang gadis bergaun merah itu. "Maukah kau berdansa satu lagu denganku, nona?" Ujarnya. Suara merdunya mengalun lembut, membuat gadis yang telah menautkan tangannya pada lengan Lee Donghae menoleh.

Ahh.. sayang sekali Cho Kyuhyun ini tengah membungkuk hingga melewatkan seringai menawan di raut aegyo orang didepannya.

"Bagaimana Donghae-ya? Apa kau mengijinkanku pergi bersama tuan ini?"

Sang 'pangeran' menegakkan tubuhnya saat suara halus gadis'nya' kembali terdengar. Namja itu bisa melihat kilat aneh yang tersirat pada mata sosok yang dipanggil 'Donghae' itu sebelum dia mengecup tangan putih sang gadis berambut pirang, lembut. "Aku tidak akan bisa menolak permintaanmu, My Lord. Bawalah dia." Ujarnya ramah pada Kyuhyun.

Tangan putih pucat itu segera menyambut tangan mungil yang disodorkan Lee Donghae. Mengecup punggung tangannya sekilas, sebelum melepasnya kembali. "Terimakasih, aku sangat tersanjung dengan ijinmu." Tanggap Kyuhyun. Dia segera menawarkan tangannya untuk digandeng sang gadis, dan tak menunggu lama, segera menariknya ke lantai dansa ditengah.

Keduanya mulai berpadu. Dengan tangan Kyuhyun yang melingkari pinggang si gadis bergaun merah dan tangan mungil yang balas mengalung dilehernya. Dua orang berparas sempurna itu meliuk dan menggerakkan tubuh anggung di lantai utama yang berhias untaian mawar ditiap sudutnya. Banyak dari pasangan bangsawan yang segera menyudahi tariannya saat mata mereka menangkap bayang indah dua sosok ini.

Tidak berniat untuk menjadi 'pembading tak pantas' jika harus bersanding dengan Sang 'Pangeran' dan 'Putri baru'-nya yang tengah menari anggung di tengah rangkaian mawar.

"Siapa namamu?" bisik Kyuhyun lembut.

Sang partner dansa kembali tersenyum manis sebelum menjawab dengan nada yang tak kalah lembut. "Niel. Lee Niel, My Lord. Senang mampu melewatkan satu dansa singkat denganmu."

"Hm.. 'Niel'? Nama yang indah. Salam kenal Niel-ah."


TBC or END?


*Credit title : Versailles's single – Ascendead Master

Anehkah?

Yah.. saya emang sengaja menggabungkan bahasa prancis dan korea disini. Tidak ada alasan khusus, hanya ingin menampilkan sesuatu yang beda dalam ff :D
Oh iya, penggunaan kata 'yeoja' dan 'gadis' yang saya bedakan juga ada alasannya. Bukan karena tidak konsisten ato apa, tapi kata 'gadis' mengacu pada 'si gadis bergaun merah' yang dibawa Donghae. Sedang 'yeoja' mengacu pada Seohyun. Memang keliatan sama, tapi sebenarnya beda xD

Udah deh, haruskah saya melanjutkan ff ini disini? Atau harus saya lanjut di WP? Atau malah gag perlu dilanjut sama sekali?

Semua tergantung pada readerdeul semua. Saya nggak akan menulis kalo nggak ada yang minta ^^

So, saya tunggu pendapat atau pertanyaan dari anda semua ne? Saranghae~