Disclaimer: EXO punya SM.
Pair: SeKai or KaiHun (KaixSehun)
Warning: Shounen-ai, OOC sangat, alur kecepetan, miss typo(s), AU, err~ termasuk chara death nggak ya? dll.
DON'T LIKE? DON'T READ!
.
.
Sehun menatap sebuah foto berbingkai yang terletak di meja nakas samping tempat tidurnya. Hasilnya agak buram karena malam hari dan itu hasil jepretan Chanyeol saat merayakan tahun baru.
Semuanya terlihat bahagia. Dirinya, Luhan, Chanyeol dan Baekhyun. Hanya ada mereka berempat di foto itu, padahal seharusnya berlima. Tidak ada sedikitpun yang tertinggal selain ingatan yang ada di otaknya.
Berbeda dengan Luhan dan yang lainnya.
.
.
"Sehun-ah~ hey lihat kami membawakanmu bubble tea!"
Sehun mendongakkan kepalanya dari bantal saat melihat tiga orang masuk ke kamarnya. Matanya sembab dan bengkak setelah semalaman tidak tidur dan terus menangis.
"Ayolah... sudah seminggu kau tidak masuk sekolah dan terus mengurung diri. Katakan apa yang sebenarnya terjadi, eum?" Baekhyun duduk di tepi ranjang dan mengelus kepalanya lembut.
Sehun hanya menatap tiga orang itu dengan kesal sekaligus putus asa. "Kenapa kalian bersikap seolah tidak ada apa-apa padahal Kai sudah tidak ada!" Sehun bisa melihat ketiganya hanya berkedip seperti kebingungan.
"Apa... maksudmu?"
"Kai... dia sudah menghilang. Lebih parah lagi foto Kai juga ikut lenyap, seolah dia tidak ada," Sehun mengacak rambutnya frustasi dan mengambil sebuah foto yang terpajang di meja nakasnya. Menyodorkan foto tahun baru itu pada ketiganya.
"Apa yang salah dengan foto ini?"
Sehun menatap Chanyeol dengan alis mengerut tidak mengerti. "Tentu saja salah. Tidak ada Kai disana! seharusnya─"
"Sehun! Kai itu... siapa?"
Sehun tertegun mendengarnya. Kenapa mereka seolah amnesia dan melupakan Kai? "Kai. Dia murid baru yang masuk sesaat sebelum liburan musim panas tahun lalu!"
Sehun melihat ketiganya menggeleng.
"Dia pernah ikut saat liburan musim panas ke pantai. Dia juga yang memberikanku... MONGGU!" Sehun turun dari ranjang dan berlari keluar rumah tanpa peduli tidak memakai alas kaki apa pun. Luhan, Chanyeol, dan Baekhyun langsung mengejar Sehun yang lari kesetanan seperti itu.
Sudah seminggu dia meninggalkan Monggu di rumah Kai. Ya ampun dia sampai melupakan anjing kecil itu.
"Maafkan aku, Monggu!"
Rumah Kai tidak begitu jauh dari rumahnya, hanya beberapa blok saja. Sehun mempercepat larinya saat sudah melihat bangunan rumah Kai.
Sehun mengatur napasnya yang ngos-ngosan sambil bertumpu pada lututnya lelah karena berlari secepat itu. Kepalanya mendongak, dan jantungnya seolah berhenti berdetak saat melihat bangunan dihadapannya.
"Sehunnie, ini rumah siapa?" dia tidak mempedulikan pertanyaan Luhan sama sekali. Tatapannya tertuju pada bangunan dihadapannya.
Ini memang rumah Kai. Rumah Kai itu bersih dan terlihat dirawat. Bentuk bangunannya memang sama, tapi sekarang terlihat rumput liar yang tumbuh bebas, tembok yang kusam, beberapa kayu menggantung seolah rumah ini sudah bertahun-tahun ditinggalkan.
Sehun membuka gerbangnya perlahan menimbulkan bunyi derit dari besi berkarat itu. Jantungnya sudah berdetak lebih cepat melihat semua ini. Dia melangkah perlahan ke pintu yang terlihat sudah lapuk itu.
Pintu itu terbuka, tapi akibatnya debu yang berhamburan membuatnya terbatuk beberapa kali.
"Sehun-ah, kurasa kita harus kembali. Mungkin rumah ini berhantu!"
Sehun lagi-lagi tidak mempedulikan, matanya menatap sekeliling ruang tamu dengan sofa, meja dan semua perabotan yang tertutupi kain-kain putih kusam. Seminggu yang lalu tidak seperti ini. Ruangan ini bersih dan rapi, dia ingat sedang bersantai di pelukan Kai disini dengan Monggu yang ada di pangkuannya.
Kenapa hanya dengan seminggu saja sudah menjadi seperti ini? Ini semua tidak masuk akal.
"Monggu!" Sehun memanggil nama anjing itu, berharap seekor anjing berbulu cokelat keluar dengan riang dan menubruknya. Tapi hanya keheningan yang menjawabnya.
"Sehun, tidak mungkin ada orang disini!"
"Monggu-ya keluarlah... hiks!" Sehun merosot terduduk di lantai kotor. "Monggu, kau tidak merindukanku?" Masih tidak ada jawaban.
"Sehun-ah, sudahlah! Aku tidak tahu siapa itu Monggu dan Kai, tapi jangan seperti ini. Kau membuatku takut," Luhan berjongkok disebelahnya dan membantunya kembali berdiri.
"KENAPA KALIAN MELUPAKANNYA?! Menurutmu aku gila?" mata Sehun sudah memerah menahan tangisnya.
"Sehun, ayo kita pulang saja. Di sini tidak ada siapapun."
Dan Sehun hanya diam saja saat dituntun untuk pergi dari rumah itu. Kenapa saat itu dia tidak memaksa Kai untuk membunuhnya saja? Atau... kenapa Suho harus datang dan mencegah Kris untuk membunuhnya juga? Kalau seperti ini, lebih baik saat itu dia juga mati bersama Kai.
.
.
.
Spring...
Musim semi. Musim dimana kau bisa melihat berbagai bunga mekar dengan indah, sedap dipandang mata, dan membawa kedamaian bagi yang melihatnya. Dan musim dimana semua orang menunggu untuk mekarnya bunga yang dinantikan oleh semua orang. Sakura, bunga mungil nan rapuh berwarna merah muda.
Sehun merasa dѐja vu saat ini. Dirinya duduk di sebuah bangku taman dimana ada pohon sakura yang mekar tumbuh berjejer rapi sepanjang pinggir jalan. Beberapa orang duduk menikmati keindahan itu, tapi tidak sedikit pula yang berjalan kaki menelusuri taman sakura itu.
Kepalanya menatap lurus pohon sakura yang ada diseberangnya. Sedikit tertutup oleh para pengunjung yang lewat. Tapi entah kenapa semuanya seolah kembali ke malam itu.
Malam dimana Kai terlihat berdiri menyender di sana, dengan pakaian serba hitam dan menatap kearahnya. Dia ingat pertemuan pertama mereka di sini. Pertemuan manis mereka...
"Maaf... bisakah kau memotret kami?"
Lamunan Sehun terbuyar saat seseorang menyapanya. Dan seorang namja manis tengah berdiri dihadapannya sambil menyodorkan sebuah kamera.
"Eum, apa kita pernah bertemu?" namja itu terlihat bingung. Sehun hanya mengerutkan alisnya tidak mengerti.
"Entahlah."
"OH! Kau namja manis nan lucu yang kutabrak saat musim dingin lalu."
Wajah Sehun agak memerah mendengarnya. "Kau mengingat seseorang dengan cara begitu?"
Namja itu tertawa kecil mendengarnya. Sekarang dia ingat, namja yang terburu-buru menabraknya di trotoar jalan. Kenapa dia bisa ingat? Sehun tersenyum kali ini, senyum yang sudah lama tidak terukir di bibirnya. Tentu saja dia ingat, sangat mengingatnya malah.
"Taemin-ah, kalau dia tidak mau cari orang lain saja!"
"Ck. Sabarlah! Lihat siapa yang aku temui, namja manis yang kutabrak sebelum kita berangkat ke Schladming."
Dua namja yang saat itu ditemuinya. Ah dia jadi teringat perkataan Suho saat itu.
.
.
"Tidak tidak... Kenapa tubuh Kai seperti ini?" Sehun berusaha meraih tubuh Kai tapi tangannya terus saja tidak bisa meraih tubuh itu. Kai perlahan memudar─bukan. Tapi seolah menguap seperti asap. Asap hitam pekat yang memudarkan bentuk tubuh itu.
"Dia masih seorang iblis, Sehun!"
Sehun menatap Suho dengan putus asa. "Dia tidak boleh menghilang. Aku tidak akan bisa melakukan pemakaman untuknya nanti. Bagaimana ini? Jangan menghilang! Aku mohon..."
"Sehun-ah, tenanglah!"
Sehun mengatur napasnya yang memburu karena rasa takut melihat tubuh Kai perlahan memudar. Matanya yang sudah basah kembali menatap Suho. "KENAPA KAU TIDAK DATANG LEBIH AWAL?! SEHINGGA KAI TIDAK AKAN BEGINI!"
"Aku datang lebih awal pun percuma saja karena Kris masih akan tetap bersikeras membunuh kalian. Dan... aku juga tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan iblis itu."
"Kau bisa membujuknya seperti tadi. Setidaknya... uhh..."
"Tenanglah! Kau tahu? Iblis tidak memiliki tubuh tetap karena itu mereka tidak terlihat oleh manusia. Mereka meniru bentuk tubuh seorang manusia agar terlihat oleh manusia. Kau pernah dengar mitos kalau iblis bisa berubah menjadi siapa saja, kan?"
"Jadi..."
"Itu bukanlah mitos belaka."
.
.
.
"Eoh? Kau baik-baik saja? Kalau tidak mau aku bisa cari orang lain," namja bernama Taemin ini membungkuk sedikit dan pergi dengan namja satunya.
Sehun mengikuti di belakang keduanya dengan langkah pelan dan ringan. Senyum manis terus terpatri di bibirnya melihat dua orang ini terlihat sepeerti turis yang foto sana sini. Ah, perasaan sesak di dadanya sedikit menghilang sekarang.
Langkahnya terhenti saat namja yang dia ketahui bernama Taemin itu membalik tubuhnya menghadap Sehun. Sehun sendiri hanya menundukkan kepalanya malu ketahuan mengikuti mereka.
"Oey, kau menguntit kami ya?" namja tan disebelah Taemin itu berkata dengan tajam, dan mendapat sikutan keras di perut dari Taemin.
"Jaga omonganmu, Jongin!"
Sehun mendongak mendengar nama itu, melihat sosok yang kini hanya memalingkan wajah dan berdecih kesal.
.
"Eum, Kai... kenapa kau memiliki dua nama?"
"Nama Kai itu tidak umum di Korea kan? Jadi kupilih nama Kim Jongin sebagai nama manusiaku. Kau tidak suka dengan nama itu?"
.
"Bukankah kau ingin aku memotret kalian?" Sehun mengulurkan tangan meminta kamera yang ada di tangan Taemin. Namja itu terlihat senang dan memberikan kameranya, menyeret Jongin disalah satu bawah pohon sakura .
"Jongin-ssi..." Sehun merasakan sesuatu yang aneh saat mengucapkan nama itu. Tatapannya bertemu dengan Jongin, tatapan mata yang sangat Sehun rindukan. "Tersenyumlah! Kau selalu memasang wajah datar sedari tadi."
"Ck. Ayolah Jonginnie, kau bukan anak TK yang baru diajarkan cara berfoto. Sudah lama sekali kau tidak merasakan musim semi di Korea kan?"
"Berisik! Aku bukan model yang harus disuruh-suruh untuk tersenyum saat di depan kamera!"
Taemin hanya memutar matanya bosan. "Ya sudah, jangan pedulikan dia!"
Dengan begitu dia memotret berkali-kali. Kadang keduanya, kadang fokusnya hanya pada wajah Jongin. Tidak peduli jika itu bukan kamera miliknya.
"Eoh, banyak sekali hasilnya? Aku kan hanya meminta dua kali saja," Taemin terus memeriksa hasil jepretannya. "Dan kenapa banyak sekali wajah jelek Jongin?"
"M-mianhae... aku tidak mengerti tadi," bohongnya karena merasa malu sekali lagi.
"Tidak masalah, eum... ah kita bahkan belum berkenalan. Lee Taemin imnida. Yang wajahnya jutek itu Kim Jongin," Taemin menunjuk sosok Jongin yang sedang duduk dengan wajah yang terlihat mengantuk.
"Oh Sehun imnida," Sehun membungkukkan badan dan melirik kearah Jongin yang sepertinya benar-benar akan tertidur itu.
"Ehem! Kau menyukai Jongin ya? Sedari tadi terus melirik kearahnya."
Sehun tersentak mendengar penuturan itu. Dari keakraban dua orang ini, mungkin mereka berpacaran. "M-maaf... aku tidak bermaksud─"
Taemin justru tertawa, entah tertawa karena apa. "Kenapa minta maaf? Yah wajar sih banyak yang menyukainya, apalagi setelah kejuaraan musim dingin kemarin dia semakin banyak memiliki fans."
Sehun hanya memandang bingung namja itu. Apa Jongin ini artis? Lalu kenapa Baekhyun yang notabene memang tidak pernah ketinggalan tentang dunia selebriti tidak merasa aneh saat bertemu Kai dulu? Tapi... kejuaraan musim dingin?
"Ah, sebentar!" Taemin agak menjauh saat suara dering handphone menyela. Namja itu sekarang sibuk dengan handphonenya.
Sehun menatap sosok Jongin yang kini tengah memejamkan mata dan bersandar di sandaran bangku taman. Terlihat menikmati ketenangan itu. Sehun ingin melangkah mendekat lalu memeluk namja itu, tapi dia tahu itu bukan Kai. Berbeda... Kai lebih hangat padanya, sedangkan Jongin selalu bersikap dingin dan cuek.
Tapi mereka dipertemukan lagi. Apa itu artinya mereka berjodoh?
"Jongin! Eoh, dia malah tidur," Taemin sepertinya sudah selesai dan kini malah berkacak pinggang di depan Jongin. "Sehun-ssi, kalau dia bangun tolong beritahu dia untuk pulang duluan dan aku ada urusan. Annyeong~ aku buru-buru!"
Belum sempat Sehun menjawab, namja itu sudah melesat pergi. Meninggalkannya yang tidak tahu harus berbuat apa dengan Jongin yang masih tertidur. Dengan ragu, Sehun ikut duduk di samping namja tan itu.
"Jongin-ssi, kau harus bangun..." Sehun menggoyang-goyang bahu Jongin, tapi namja itu tetap tidak mau bangun. Pantas Taemin langsung pergi, karena Jongin sepertinya tipe yang susah untuk dibangunkan. "Hey, hari semakin sore."
Menyerah karena Jongin tidak mau bangun juga, Sehun ikut menyenderkan tubuhnya lelah. Matanya terus menatap wajah tidur itu lekat. Sudah berapa lama dia tidak melihat wajah tampan ini? Dia sudah sangat merindukannya. Dia seperti ingin menangis saja rasanya saat bisa melihatnya lagi.
.
.
.
Jongin terbangun dengan leher kaku dan pandangan yang gelap. Tidak, dia tidak buta. Hanya saja hari memang gelap dan pencahayaan yang minim. Melihat sekelilingnya yang sudah sepi dia sadar kalau sudah ditinggalkan sepupu bodohnya itu. Ck. Seenaknya saja!
Jongin melihat ke samping saat sadar ada orang disebelahnya, dan matanya langsung bertemu dengan permata hazel indah.
"Oh, kau masih ada disini?" tanyanya menyadarkan namja itu dari lamunannya.
"Taemin-ssi bilang kalau kau bangun, kau pulang saja lebih dulu karena dia ada urusan."
"Kau..." Jongin mengangkat alisnya dan menatap Sehun penasaran. "...menungguku sampai bangun?"
Sehun hanya mengangguk kecil dan tersenyum.
"Kalau begitu terima kasih. Aku harus pergi... sekarang."
Tanpa menunggu jawaban lagi, Jongin langsung bangkit dan melangkah pergi. Tapi langkahnya yang keempat langsung terhenti saat merasakan sepasang lengan memeluknya dari belakang. Jongin menatap ngeri pada tangan yang terkait di perutnya dan sebuah kepala yang menempel di punggungnya.
"Jangan pergi!"
Bisikan lirih dari namja putih itu. Jongin semakin begidik saat pelukan di perutnya semakin mengerat dan kepala namja itu yang mengusak-usak di punggungnya.
"H-hey! Lepaskan aku─"
"Jonginnie..." suara cicit pelan itu entah kenapa terdengar menggemaskan di telinga Jongin, membuatnya sedikit rileks, belum lagi ditambah suasana yang tenang dengan hembus angin yang menerbangkan kelopak sakura, dan cahaya temaram dari bulan yang mengintip malu-malu dari awan malam itu.
Sehun sendiri semakin mengeratkan pelukannya. Jongin memang berbeda dengan Kai. Tapi Sehun bisa merasakan kehadiran Kai pada sosok yang tengah dipeluknya ini. Tangannya meremas kuat baju yang dikenakan Jongin, tidak ingin kehilang sosok ini lagi.
"Jangan pergi lagi... Jonginnie~"
.
.
END
.
.
A/N: GYAAAAAAH~ ending yang aneh! Yah, dari awal nulis Spring Devil emang udah kepikiran buat ending begini sih. Cuma ya gue emang nyadar gak bisa deskripsiin dengan keren. Ah iya gue payah! #jedukinkepala
Fic KaiHun pertama gue akhirnya selesai juga. D makasih yg udah ngikutin fic ini dari awal, makasih yg udah mau relain waktu buat ngereview apalagi ditambah fave & follow juga. Makasih buat siders, makasih jg buat yg cuma favorite/follow doang. Gue terharu fic ini tamat~
Ada yang mau ngasih kata-kata terakhir buat epilog ini? :')