%" Angel Tears Wasted%
.,.
By Louisia vi Duivel
(Sang Penyihir Waktu dan Dimensi)
.,.
Black Butler© Yana Toboso
Pairing: Sebastian/Ciel, Claude/Alois
Bab 1;
Awal Pertemuan.
Kisah ini berawal ketika lahirnya sepasang bayi malaikat kembar tapi dengan sayap yang bebeda di negeri langit. Sang kakak bernama Alois Ranch Phantomhive memiliki sayap putih bersih dan rambut pirang berkilauan seperti malaikat pada umumnya dengan mata indahnya yang secerah langit biru, sedangkan sang adik yang bernama Ciel Vinc Phantohive lahir dengan sayap hitam pekat dan rambutnya yang kelabu bukan hanya sayapnya bahkan kuku jari tangan dan kakinyapun berwarna hitam mata sappire sedalam lautannya menitikkan air mata untuk tangisan pertamanya. Akibat perbedaan itulah sejak kecil perlakuan yang di terima Ciel berbeda dangan kakaknya. Keberadaannya selalu di anggap pembawa sial dan di jauhi. Dia tidak pernah mendapat kasih sayang dari orang tuanya, sementara di lingkungannya dia selalu di cemooh, di ejek, di hina, di olok-olok bahkan di siksa, tetapi orang tuanya samasekali tidak memperdulikannya itu membuatnya tumbuh dengan kepribadian yang pemurung dan tertutup.
Bertahun-tahun telah berlalu Ciel dan Alois telah tumbuh menjadi malaikat yang cantik. Setiap harinya ada saja malaikat yang mengajak Alois kencan. Tapi hari-hari Ciel berbeda, setiap hari ia harus selalu menerima cemoohan dan tatapan dingin dari malaikat lain sehingga ia lebih suka mengurung diri di kamarnya sambil membaca buku-buku sihir. Di suati malam yang tenang tiba-tiba terdengan lonceng peringatan bahaya dari arah pusat kota. Ciel yang saat itu sedang membaca buku sihir hitam di kamarnya di perintahkan orang tuanya untuk menjemput Alois yang sedang berada di rumah temannya.
Ketika dalam perjalanan pulang, mereka melewati Jln. Antonio yang saat itu dalam keadaan sepi tanpa satupun pejalankaki dan yang lainya, jendela gedung-gedung yang bedarada di pinggir jalan di tutup rapat tanpa ada satupun penerangan yang terlihat. Tiba-tiba mereka mendengan suara jeritan dari arah gang kecil yang gelap di antara dua bangunan bertingkat. Alois yang penasaran memberanikan diri untuk memasuki gang kecil itu walaupun Ciel sudah memperingatkannya bahwa ada bahaya di sekitar kota saat ini, tapi Alois tetap tidak memperdulikanya. Dengan perasaan cemas Ciel memasuki gang itu mengikuti kakaknya. Samar-samar terlihat tubuh seorang malaikat tergeletak bersimbah darah di lantai gang.
Dengan cepat Ciel memeriksa keadaan malaikat itu, sementara Alois hanya berdiri ketakutan. Samar-samar terdengar suara dari mulut malaikat yang terluka itu, Ciel pun mendekatkan telinganya.
"Ce….pat….la….ri…." kata malaikat itu lirih sebelum dia menghembuskan nafasnya untuk terakhir kalinya.
"Kyyaaaaa…..!" teriakan itu berasal dari Alois, secara sepontan Ciel menoleh kearah kakaknya. Di lihatya wajah kakak kembarnya itu tegang dan ketakutan menatap lurus kearah kegelapan gang. Dari arah kegelapan di depan Ciel perlahan-lahan terdengar suara geraman dan langkah kaki yang berat. Perlahan-lahan mahluk itu mulai mendekat, Ciel tetap duduk diam sambil memangku tubuh malaikat tak bernyawa itu, sedangkan Alois berdiri ketakutan dan perlahan-lahan melangkah mundur menjauhi kegelapan, setelah cahaya cukup menerangi tubuh mahluk itu barulah Ciel sadar mahluk apa yang berada di depannya itu.
"MON….MONS….TER…!"bisiknya pelan, lalu tiba-tiba semua menjadi gelap dan hanya jeritan Alois saja yang sempat di dengarnya.
Taklama kemudian kegelapan itupun berlalu, di lihatnya suasana di gang itu tampak mengerikan. Banyak darah berserakan di dalam gang itu, sementara di pintu masuk gang tampak Alois duduk di tanah, tubuhnya gemetar menahan takut. Samar-samar terdengar suara orang-orang mendekat, Ciel tetap tidak mengerti apa yang sebenarnya telah terjadi saat kegelapan itu berlangsung. Para warga yang baru datang segera membopong Alois menjauhi gang dan mengamankan tubuh malaikat tak bernyawa itu, dua lelaki yang mengenakan pakaian serba putih mendekati Ciel dan mengikat kedua tangan dan sayapnya dengan tali.
Ketika terbangun dari tidurnya Ciel tampak kebingungan, dia berada di sebuah ruangan yang di pagari dengan besi berkarat, tangannya di ikat dengan tali dan sayap kiri dan kanannya di ikat dengan rantai sehingga sulit baginya untuk menggerakkan sayapnya. Seorang lelaki paruhbaya berbadan tegap yang mengenakan pakaian serba putih datang membawa senjata dan membuka pintu yang memagari Ciel.
"Keluar! Sidang kasus pembunuhan yang kau lakukan akan segera di mulai!"kata laki-laki itu sambil menyeret Ciel keluar ruangan.
Setelah Ciel keluar ruangan laki-laki paruh baya itu menuntun Ciel melewati lorong panjang dan gelap, terus berjalan hingga tiba di sebuah ruangan besar berwarna putih bersih. Jauh didepannya tampak seorang malaikat tua bersayap putih besar duduk dengan tenang memejamkan matanya. Ciel terus berjalan menuju sebuah kursi yang berada tepat di tengah ruangn dan kursi itu berada tepat di depan malaikat tua yang memejamkan matanya itu. Sambil terus berjalan menuju kursinya tampak di sebelah kiri Ciel malaikat sedang duduk dan sibuk membicarakan sesuatu yang berhubungan dengan hukuman. Sedangkan disebelah kanannya tampak malaikat-malaikat lain yang sedang duduk terdiam memandangnya dengan tatapan dingin. Setelah tiba di kursinya barulah Ciel sadar bahwa dirinya berada di sebuah persidangan dan malaikat tua yang berada di depannya adalah sang Hakim Agung.
"Ciella Vinc Phantohive"kata malaikat tua itu membuka matanya perlahan.
"Ya, Yang Mulia."
"Silakan duduk."(Ciel duduk di kursinya.) "Para penuntut dan pembela silakan persiapkan laporan kalian." Kata malaikat itu lagi kepada para malaikat yang duduk di sisi kiri dan kanan.
"Yang Mulia, izinkan saya memulai terlebih dahulu."kata seorang malaikat dari sisi kiri.
"Silakan Ketua Penuntut Umum."
"Ciella Vinc Phantohive. 3 hari yang lalu saat lonceng peringatan kota berdentang apa yang sedang kau lakukan di gang kecil di pinggiran Jl. Antonia?"
"Aku…"
"Benarkah di tempat itu kau membunuh seorang malaikat yang disaksikan oleh kakakmu sendiri."malaikat itu memotong perkataan Ciel.
"Tidak…. Aku tidak membunuh siapapun."
"Ada bukti atau saksi yang bisa kau jadikan pembelaan?"
"Kakakku…. Aku bersamanya waktu itu, dia pasti bisa menjelaskannya." Ciel berusaha membela diri, ia tegang dan ketakutan.
"Maaf Ciel. Kami sudah mencari berbagai macam bukti untuk membelamu termasuk menanyakan kejadian ini kepada kakakmu. Tapi kakakmu terlalu shok akan kejadian itu sehingga tidak bisa di mintai keterangan, dia juga ketakutan sekali setiap kami menyebutkan namamu." Kata seorang malaikat di sisi kanan Ciel.
"Berarti tak ada sedikitpun bukti yang bisa membelamu."kata malaikat di sisi kiri.
"Tapi tak mungin dia bisa membunuh. Dia bahkan takpernah tau bagaimana cara bertarung dan juga menggunakan sihir."kata malaikat di kanan.
"Memangnya ada orang selain aku yang mengetahui seberapa besarnya kemampuan seorang malaikat yang terlahir kembar? Apalagi dia jelas-jelas memiliki perbedaan yang besar dengan kita!"
"Itu tidak bisa dijadikan alasan."
"Tentusaja bisa. Harusnya setiap malaikat yang terlahir kembar harus di karantina selama beberapa tahun untuk mengetahui seberapa besar kekuatan yang di milikinya. Bila kekuatanya itu bisa membahayakan orang lain maka ia harus di didik dan di kendalikan. Tapi dia malah di biarkan berkeliaran bebas padahal sudah jelas dia berbeda. Orang-orang pasti akan merasa bahwa keadilan di negeri ini sudah mulai memudar."
"Tapi kalau orang tuanya tidak mengizinkan kita tidak dapat memaksa."
"Kalau anak kembarnya normal mungkin kita tidak bisa. Tapi jika anaknya adalah salah satu kaum Iblis, kita punya hak untuk mengamankannya bahkan membinasakannya. Kita tidak bisa membiarkan para warga menjadi resah karena selalu di hantui rasa takut, kapan Iblis ini akan kehilangan kendali."
"Tunggu…. Apa maksudmu denagn kaum iblis?"Tanya Ciel.
"Di Negeri langit ini tak ada satupun malaikat yang memiliki sayap hitam sepertimu selain kaum Iblis. Dan tak mungkin di ragukan lagi bahwa kau juga termasuk kaum Iblis itu. Malaikat penghianat yang bersekutu dengan Iblis untuk mendapatkan kekuatan."
"Hentikan Reon!"bentak malaikat di sisi kanan.
"Aaaahh…. Kau tersinggung ya Mike? Karena malaikat yang berhianat itu adalah kakakmu sendiri, si Michel."
"Bukan begitu!"
"Kalua bukan lalu bagaimana lagi? Kakakmulah yang menghianati kaum kita dan membunuh kakak kembarku Leon."'
"Tidak…. Kakakku tidak berhianat. Dia…."
"Kalau tidak berhianat memangnya apa lagi! Dia menjual jiwanya pada Iblis dan meninggalkan kita. Kau lihat sendiri sayap besarnya yang dulunya bersinar terang berubah menjadi hitam pekatkan! Anak ini Ciella Vinc Phantohive sejak lahir ia telah bersayap hitam, sebelum dia menampakkan wujudnya di negeri ini dia telah bersekutu dengan Iblis, dan mungkin saja lonceng peringatan itu berbunyi karena dialah yang memanggil monter itu datang kemari."
"I…. itu…."
"Yang Mulia Hakim Agung. Kita tidak bisa membiarkan anak ini terus berada di sini, bisa-bisa seluruh penghuni Negeri Langit mengamuk. Kita harus mementingakan keamanan Negeri ini. Tolong pertimbangkanlah Yang Mulia."
"Sebenarnya aku tak ingin mengambil keputusan ini. Tapi…."(malaikat tua itu menutup matanya.) "Keamanan negeri ini lebih penting. Maaf Ciel, kau harus menerima hukuman atas pembunuhan itu, baik itu perbuatanmu ataupun bukan."
"A…. Apa? Tapi... Aku tidak membunuh siapapun!"
"Ciella Vinc Phantohive. Atas tuduhan pembunuhan yang terjadi tiga hari yang lalu, kau dihukum menerima seratus cambukan dan di buang ke-Negeri Bawah/ Negeri Manusia malam ini juga melalui Gerbang Selatan. Kau takkan bisa kembali selama kegelapan masih menguasai hatimu."
"Tu…. Tunggu! Ini tidak adil! Aku tidak membunuh, dan aku tidak tahu menahu tentang sayap hitam ini. Aku tidak bersalah."
"Keputusan telah di ambil. Kau akan di usir dari negeri ini Iblis."kata malaikat yang bernama Reon itu, sementara malaikat Mike hanya diam saja.
Setelah menerima cambukan sebanyak seratus kali malam harinya Ciel di bawa menuju Gerbang Selatan. Orang tuanya tidak ada yang hadir untuk menyampaikan salam perpisahan.
"Tuan Pengawal. Dimana orang tuaku?"
"Mereka sedang menemani kakakmu di rumah sakit. Mereka bilang takbisa kesini karena adikmu takut di tinggal sendiri."kata pengawal yang membawa Ciel.
"Oh…. Begitu rupanya. Maukah kua menyampaikan kata-kataku kepada keluargaku?"
"Baiklah. Apa itu?"
"Tolong sampaikan pada mereka bahwa aku sangat berterima kasih karena telah di rawat sampai aku sebesar ini."
"Ya. Akanku samapaikan itu. Sekarang pergilah."
"Terima kasih." Setelah berkata demikian Ciel melewati Gerbang Selatan dan menghilang tak pernah terlihat lagi.
Dibawah Negeri Langit adalah temapat di mana para manusia tinggal dan menjalani kehidupannya. Negeri itu merupakan tempat yang penuh penderitaan, di mana keadilan hanya memihak mereka yang kuat dan kaya, sedangkan orang-oarang yang lemah dan miskin hanya menjadi sasaran pelampiasan saja.
Malam itu Ciel turun ke dunia manusia dengan keadaan tubuh yang lemah dan terluka. Dia tiba di sebuah hutan yang gelap tanpa ada sedikitpun cahaya bulan yang berhasil masuk sampai kedasar hutan. Dengan tertatih-tatih Ciel manyusuri dasar hutan, perlahan-lahan hujan turun disertai gemuruh petir dan kilat yang menyambar-nyambar. Ciel terus berjalan menyusuri hutan untuk mencari tempat aman untuk berteduh. Sayapnya yang terluka akibat cambukan masih terasa sakit dan mengeluarkan darah. Dia akhirnya tiba di sebuah Gereja tua yang kotor dan gelap. Perlahan-lahan dia memasuki gereja, di perhatikannya ruangan gereja itu dengan seksama, lantai tua berdecit , tembok kusam karena jamur, lampu gantung, langit-langit dan setiap sudut ruagan di penuhi sarang laba-laba, kursi-kursi yang rapuh penuh debu dan banyak tikus berkeliaran. Di ujung ruangan berdiri sebuah patung malaikat besar dengan sayap terbentang luas, patung itu dipenuhi jamur, debu dan sarang laba-laba. Di bawah patung itu terdapat sebuah meja tua yang usang berdebu, di sisi kirai dan kanan meja itu tampak vas bunga tua yang di dalamnya terdapat beberapa tangkai bunga yang sudah layu.
"Sebenarnya apa salahku? Jangankan membunuh, aku bahkan belum pernah menyiksa binatang. Apakah perbedaan begitu berarti di dunia ini. Apakah orang yang berbeda itu sama dengan Iblis? Ini samasekali tidak adil, aku takkan pernah memaafkan mereka semua. Kalau mereka mengatakan bahwa aku bersekutu dengan Iblis karena sayap hitamku ini, maka aku akan memastikan bahwa apa yang mereka ucapkan itu menjadi kenyataan. Aku mungkin belum pernah menggunakan sihir. Tapi setidaknya aku tahu banyak mengenai sihir, akanku pastikan semua malaikat yang berada di negeri ini mati."kata Ciel dengan penuh kebencian aura kegelapan menyelimuti tubuh ringkihnya mata sapphire-nya yang indah bersinar merah penuh amarah.
────•••────
Bertahun-tahun telah berlalu di tengah hutan tampak seorang pemuda berambut hitam dengan gaya harajukunya yang di belah tengah sedang mengejar rusa jantan besar yang berlari jauh memasuki kedalaman hutan. Semakin lama semakin jauh memasuki hutan dan tanpa di sadarinya ia telah terpisah dengan rombongannya yang lain. Pemuda itu terus memasuki hutan hingga akhirnya ia kehilangan buruannya.
"Sial! Ayo kita cari buruan yang lainnya…"kata pemuda itu sambil menoleh kebelakang tapi tak ada siapapun di belakangnya mata merah ruby-nya berkilat kesal.
"Astaga! Aku bukan hanya kehilangan buruanku, tapi aku juga terpisah dengan teman-teman. Sial benar aku hari ini." Kata pemuda itu kesal, ia pun memutuskan untuk mengakhiri perburuan dan memilih mencari teman-temannya.
Seharian pemuda itu terus menyusuri hutan tidak makan dan tidak minum tubuhnya benar-benar sudah kelelahan, langit juga semakin gelap dan udara mulai dingin terdengar pula gemuruh Guntur samar-samar dari arah utara. Di dasar hutan, pemuda itu terus berjalan, perlahan-lahan hujan mulai turun dan semakin lama semakin deras disertai gemuruh Guntur dan petir yang menyambar-nyambar. Sampai pada pucak kelelahannya dia terjatuh di atas semak belukar yang penuh duri, di lihatnya lurus kedepan tampak sebuah bangunan tua yang di penuhi lumut, semak dan tanaman merambat. Dengan sedikit kekuatan yang tersisa pemuda itu berjalan tertatih-tatih memasuki bangunan tua itu. Bau apek karena lembab menyengat hidungnya ketika baru memasuki ruangan yang gelap. Butuh waktu beberapa detik agar dia bisa terbiasa dalam kegelapan dan melihat kesekeliling. Lantai yang berderit ketika di injak, kursi-kursi yang reot, dinding yang kusam, jendela dan langit-langit yang penuh dengan sarang laba-laba. Tepat beberapa meter di depan pemuda itu tampak patung malaikat berdiri kokoh walau sedikit usang. Malam itu karena merasa iba pemuda berambut raven membersihkan patung malaikat yang berdebu itu, setelah usai barulah ia tertidur kelelahan di temani hujan deras dan gemuruh Guntur.
Suara kicauan burung dan sinar matahari yang hangat membangunkan pemuda itu dari tidurnya, ia terbaring lemas di lantai di sampingnya sudah ada beberapa buah-buahan dan air minum, pemuda yang kelaparan itupun langsung memakan buah-buahan itu dengan lahapnya.
"Apa kau menikmati buah-buahannya?"terdengar suara lembut dari arah patung malaikat yang ada di ruangan itu. Pemuda itu terkejut dan terus-menerus memandangi patung itu dengan penuh kewaspadaan. Tiba-tiba muncul sosok wanita cantik bersayap dan berpakaian serba hitam dari patung malaikat itu, wanita itu melayang dengan anggun di udara mendekati pemuda yang masih terkejut dengan kehadirannya.
"Aku lihat kau tampak sangat kelelahan tadi malam, jadi aku carikan buah-buahan segar untukmu. Kalau boleh tahu siapa namamu?"tanya wanita itu lagi.
"Na-namaku Sebastian, Sebastian Michel Michaelis. Panggil saja Sebastian, kau sendiri siapa?"
"Ahh, perkenalakn namaku Ciel Vinc Phantohive, panggil saja Ciel. Ngomong-ngomong kenapa anda bisa berada di hutan ini? Hutan inikan sangat lebat dan sulit untuk di jelajahi."
"Sebenarnya kemarin aku sedang berburu dengan adikku tapi aku terpisah dari rombongan karena terlalu asik mengejar buruan, tanpa ku sadari aku sudah tersesat di tengah hutan. Kau sendiri kenapa bisa berada disini? Di lihat dari penampilanmu kau sepertinya bukan gadis biasa ya."
"Gadis? Aku ini laki-laki tuan! Aku memang tinggal di sini sudah cukup lama dan tak bisa keluar dari hutan ini karena tak tahu apa yang harus aku lakukan di luar sana. Aku memang bukan manusia biasa."
"Ah, maaf. Aku kira kau perempuan. Dengan wajah secantik itu sudah jelas aku salah. Kalau begitu kau malaikat ya?!"kata Sebastian menerka-nerka.
"Apakah menurutmu ada malaikat yang bersayap hitam sepertiku di dunia ini?"
"Aku sih tidak tahu karena baru pertama kali ini aku melihat malaikat secara langsung, tapi apa bedanya yang bersayap hitam dengan yang lainnya? Buakankah semua itu sama saja, hanya warnanya saja yang membedakannya."
"Ufu…fu..fu..fu… kau benar-benar orang yang aneh. Biasanya semua orang pasti kan tahu bahwa malaikat yang bersayap hitam itu adalah golongan iblis dan pasti mereka akan lari ketakutan, tapi kau sama sekali tidak takut ataupun cemas ya!"
"Sebenarnya aku sih tadi takut. Tiba-tiba ada mahluk aneh terbang kearahku, aku benar-benar terkejut. Tapi setelah beberapa lama aku rasa kau bukan orang yang jahat."
"Kau terlalu mudah percaya dengan orang yang baru kau kenal, kau bisa di bohongi lo."
"Yah, mungkin itu juga yang menyebabkan aku bisa ada di sini sekarang."
"Memangnya ada apa? Kalau bisa aku pasti akan membantumu."
"Mungkin yang menyebabkan aku tersesat di hutan ini adalah kelalaian ku sendiri tapi aku yakin adikku pasti ikut campur dalam hal ini."
"Kau tidak akur dengan adikmu ya?"
"Yahh, aku dan dia kan bukan saudara kandung jadi sudah jelas ada perbedaan, di tambah lagi aku putra tertua dan ibuku sudah meninggal jadi dia dan ibunya pasti ingin menyingkirkanku untuk mendapatkan harta Ayahku."
"Kau orang kaya ya? Mau ku antar keluar dari hutan ini?"
"Ehh, apa tidak merepotkan?"
"Sama sekali tidak, sebenarnya aku juga tidak punya tujuan ataupun urusan di hutan ini, hanya saja aku bingung kalua keluar dari hutan apa yang harus aku lakukan di luar sana."
"Bagai mana kalau kau ikut denganku saja? Karena aku putra tertua baik ibu tiri maupun adikku takkan bisa melawanku sedangkan Ayahku teralu sibuk mengurusi perkerjaannya jadi dia pasti takkan perduli denganku."
"Apa benar tidak apa-apa?"
"Ia, tenang saja. Akan ku perlihatkan dunia yang indah di luarsana padamu. Pasti menyenangkan."
"Baiklah, aku akan ikut dengan mu."
TBC