Aku tak tahu lagi sudah berapa waktu yang kulalui tanpa beranjak dari tempatku terduduk saat ini. Tak lagi kupedulikan rasa sakit yang menyerang kakiku yang mulai membusuk tak terpasok darah segar karena terus kulipat erat.
Aku tetap di sini, menunggunya. Sesuai dengan janjiku waktu itu.
Di luar cekungan gua tempatku bersembunyi, badai tengah mengamuk hebat dan udara semakin dingin menusuk tulangku. Kueratkan pakaianku dan memejamkan mata. Aku lelah dan ingin tidur tapi aku takut.
Aku takut jika Changmin-ssi menjemputku dalam keadaan aku yang tertidur. Aku ingin menyambutnya.
Aku ingin beranjak dari sini tapi aku masih juga takut.
Aku takut ia pikir aku mengkhianatinya dengan beranjak dari sini. Jadi, kuputuskan untuk tetap di sini. Sampai kapan pun, hingga Tuhan memutuskan waktuku untuk segera berinkarnasi.
.
.
Forever After (c) Me
MinKyu/ChangKyu
T
Typo(s), etc
Mystery, Romance, Hurt/Comfort, Horror
.
.
Matahari belum juga nampak di pagi buta itu, meski begitu –pemuda itu telah terbangun. Kepalanya mendongak menatap langit hitam di angkasa sana. Sesekali matanya mengerjap menahan kantuk yang menyerangnya. Pemuda dengan perawakan manis itu menggelengkan kepalanya. Berusaha mengusir kantuk yang menyerangnya.
"Tidak, aku tidak boleh tidur jika tak ingin melihat mimpi itu lagi!" gumamnya penuh tekad yang kuat.
Memang, sudah beberapa hari belakangan ini pemuda itu mengalami mimpi buruk yang berkepanjangan. Dan yang lebih mengerikannya lagi, ia terus mengalami mimpi yang sama.
Mimpi di mana ia berada di suatu tempat yang asing baginya sendirian tanpa seorangpun yang menemani. Hanya bisa mengamati tubuhnya sendiri yang membusuk perlahan secara alami. Mengeratkan pakaian saat malam badai yang dingin.
Ia sendiri tak tahu apa yang ia tunggu. Yang bisa ia ingat dari mimpinya adalah sebuah sosok dengan punggung yang terlihat hangat yang terlapis pakaian zirah hitam nan gagah.
Matanya baru saja akan menutup kembali ketika sebuah ketukan keras di rumah yang di tempatinya itu di ketuk keras dari luar.
"Bukakan pintunya!" perintah sang pengetuk.
Dengan tergesa Kyuhyun bangkit dan berlari menuju pintu untuk membukannya berhubung sang pemilik rumah, Kin Jaejoong sedang pergi dan mungkin akajn kembali beberapa hari kedepan.
"Maaf, Jaejoong-hyung sedang tak ada di tempat," sambut Kyuhyun pada beberapa pria yang berdiri di depan pintu itu dengan sebuah obor di tangan mereka masing-masing.
"Kami tak ada perlu dengan Jaejoong-ssi. Kami kemari untuk menyelesaikan urusan kami dengan penghuni baru di sini," sahut pria itu.
"Maksud Anda, Shim Changmin?" tanya Kyuhyun memastikan.
"Ya! Dimana makhluk itu?! Suruh dia keluar!" seru para pria itu murka. Mereka mengangkat satu lagi tangan mereka yang memegang senjata tajam yang membuat Kyuhyun sontak mundur dari posisinya.
"Ch-changmin salah apa?" cicit pelan Kyuhyun ketakutan. Wajah-wajah marah itu terlihat makin seram hanya dengan penerangan remang dari obor yang mereka pegang.
Salah satu pria itu maju mendekati Kyuhyun yang semakin mundur dan berusaha menutup pintu. Pria itu dengan keras menyentak terbuka pintu yang berusaha di tutup oleh Kyuhyun dan menjambak rambut sang pemuda manis yang tengah ketakutan itu.
"Jangan kau coba menyembunyikan monster itu, anak iblis!" seru ria itu tampak murka.
"Sa-sakit... lepaskan..." mohon Kyuhyun dengan setitik air mata di sudut matanya.
"Dia pasti bersekongkol dengan monster itu! Bunuh saja anak iblis ini!" seru salah seorang dari kumpulan pria itu yang langsung di setujui oleh para pria lainnya yang mengangkat sabit mereka tinggi-tinggi dan berjalan perlahan mendekati Kyuhyun yang mulai menangis ketakutan.
"LEPASKAN! LEPASKAN AKU! KALIAN SEMUA GILA, LEPASKAN!" seru Kyuhyun panik. Suaranya yang parau karena tangis membuat suasana menjadi lebih mencekam di malam itu.
Salah seorang pria dengan parang di tangannya mendekati Kyuhyun dan siap membunuh pemuda manis di hadapannya itu dengan sekali tebas.
"Jangan! Jangan...! JANGAAAANN!" seru Kyuhyun menangis ketakutan. Dipejamkannya erat metanya, menunggu sakit menghampirinya. Namun semua itu tidak ia rasakan, yang ia rasakan justru cengkraman di rambutnya terlepas dan sebuah cairan hangat membasahi dada dan wajahnya.
Perlahan ia membuka matanya dan hal pertama yang ia sadari adalah –sebuah punggung, yang ia kenali betul sebagai punggung yang ia rinduka. Punggung yang dimiliki sosok yang selalu menghiasi buah tidurnya tiap malam.
"Chang...min..." ucapnya tanpa sadar.
Changmin tak membalas panggilan Kyuhyun dan kembali mengangkat tinggi sabit besarnya di atas kepala. Sabit itu berkilau di bawah cahaya bulan bagai emas murni yang indah. Tetesan darah mengaliri ujung sabit itu, menghujani tubuh tanpa kepala itu perlahan, tetes demi tetes.
"MONSTER SIALAN!" seru salah seorang pria di sana dan menyerbu berusaha menusukkan pisau di tangannya ke tubuh Changmin. Changmin tak beranjak dari tempatnya, ia hanya melemparkan sesuatu kepangkuan Kyuhyun dan mengayunkan sabitnya lebih cepat dibandingkan langkah pria itu.
Ujung sabit itu menembus dada pria tua itu. Darah membuncah deras saat Changmin mencabut sabitnya dari tubuh pria tua itu. Semua terdiam sesaat, beberapa dari pria-pria itu berteriak takut dan berlarian sedangkan beberapa sisanya tetap di tempat dengan wajah takut dan gentar.
Tubuh tanpa kepala itu berjalan, mendekat perlahan dengan tangan yang mengacungkan sabit besar itu. Kikikan kuda tanpa kepala tak jauh dari sosok tanpa kepala itu membuat pria-priaa yang tersisa makin gentar dan berjalan mundur menjauh.
"Hwaaaaa!" –salah seorang dari mereka menyerang Changmin tanpa perhitungan dan segera menjadi korban lainnya di malam itu. Sabit yang dipegang Changmin dengan mudah membelah tengkorak pria itu layaknya membelah semangka di musim panas.
Pria itu terjatuh dengan kepala yang terbelah dua mengenaskan.
Kyuhyun yang sedari tadi diam memperhatikan dengan wajah shock mulai menangis. Kepalanya perlahan menunduk, segenap ingatan yang seolah pernah hilang memasuki kepalanya.
Kudeta itu.
Janji itu.
Sosok dengan zirah itu.
Changmin nya.
Dan... Dullahan itu...
Semuanya... ia ingat, semuanya.
Perlahan ia memeluk kepala yang berada dipangkuannya. Membiarkan air matanya membasahi wajah dengan mata tertutup damai itu. Ia mengangkat kepala itu dan membawa telinga itu mendekat ke bibirnya.
"Terima kasih... sudah menjemputku... Changmin..." bisiknya diantara isaknya.
Perlahan mata itu terbuka dan bibir itu membentuk senyuman hangat. Di depan Kyuhyun sendiri, sosok Changmin tanpa kepala masih saja membunuh sisa-sia pria di sana dengan bringas tak kenal ampun bagai kehilangan kewarasan. Pisau-pisau yang menancap ditubuhnya seolah tak berefek sama sekali dengan segala gerakannya.
"Sudah cukup... ayo, kita pulang," bisik Kyuhyun lagi dengan lebih jelas di hadapan kepala itu yang senyumannya semakin melebar.
Sontak, geraka tubuh Changmin berhenti. Sabit di genggamannya kembali menjadi kabut diantara tubuhnya. Perlahan Changmin berbalik, membiarkan satu pria yang tersisa melarikan diri dengan terikan ketakutan di belakangnya.
Sosok itu perlahan mendekat pada Kyuhyun yang masih terduduk. Genangan darah menciptakan suara kecipak kecil saat ia melangkah justru bagai lantunan lagu pengiring mereka.
Kyuhyun perlahan berdiri dari duduknya, memeluk kepala Changmin di depan dadanya bagai memeluk sebuket bunga di hari pernikahan. Rambutnya yang terbasahi darah seolah tertudungi sebuah kain merah penghias gaun pernikahannya.
Changmin mendekat dan mengulurkan satu tangannya yang langsung disambut oleh Kyuhyun. Mereka bergandengan layaknya sepasang pengantin. Suara kecipak kecil di atas genangan darah seolah menjadi lagu pengantin yang mengiringi langkah mereka berdua.
Kyuhyun tersenyum, memandang sosok Changmin di sampingnya dna kembali menunduk untuk meneteskan air matanya.
Sinar rembulan mengiringi langkah mereka yang mulai memasuki hutan lebat, seolah sebuah gereja dengan pastur tengah menunggu mereka di tengahnya. Menjadi tempat mereka mengikat janji sehidup semati. Janji setia untuk selamanya.
Keduanya kemudian berhenti seolah telah tiba di depan altar pernikahan mereka. Keduanya saling berhadapan, Kyuhyun tersenyum pada Changmin dan ia tahu kalau Changmin pun tengah tersenyum padanya.
Kyuhyun melepaskan kepala Changmin, membiarkannya terjatuh dan memeluk Changmin erat. Isak tangis kembali terdengar di malam itu.
Perlahan Kyuhyun mulai berbisik, "Maafkan aku yang telah membuatmu begini. Kumohon maafkan aku, Changmin... kumohon..."
Changmin sendiri hanya membawa tangannya untuk melingkar di pinggang Kyuhyun dan membawa pria manis itu makin dalam pelukannya.
"Cukup... kau sudah menepati janjimu padaku. Sudah cukup. Kau bisa tenang sekarang, Changmin." Bisik Kyuhyun lagi sebelum sosok dihadapannya mulai menghilang perlahan sebagai kabut sewarna emas.
"Terima kasih... sudah menepati janjimu, Changmin," bisik Kyuhyun pada kabut itu sekali lagi sebelum berbalik.
.
.
"Mari kita sambut bintang tamu kita hari ini! Cho Kyuhyun!" seru sang pembawa acara semangat.
Tak lama munculah seorang pria manis dengan tangan melambai kecil pada penonton di studio. Wajahnya tampak berseri, efek dari make up yang di terimanya.
"Apa kabar Anda, Kyuhyun-ssi?" tanya sang pembawa acara memulai.
"Baik, sangat baik!" sahut Kyuhyun.
"Bagaimana liburan Anda, kudengar kota kecil Anda baru saja mendaat musibah dengan banyak korban jiwa?" tanya sang pembawa acara lagi.
"Itu liburan yang mengesankan meski agak menakutkan," sahut Kyuhyun yang mengundang tawa para penonton.
"Anda bisa saja," tawa sang pembawa acara.
"Setidaknya, aku bisa bertemu orang yang berharga untukku dari masa lalu," ucap Kyuhyun.
"Seorang yang spesialkah?" tanya sang pembawa acara memancing.
"Ya, dia orang yang kucintai," sahut Kyuhyun dengan sebuah senyum sedih.
"Apa Anda punya rencana untuk bertemu dengannya lagi mungkin?" lanjut sang pembawa acara.
"Dia... sudah menghilang untuk selamanya," ucap Kyuhyun lagi dengan wajah menunduk.
Jeda beberapa saat sebelum sang pembawa acara melanjutkan, "Baiklah, karena suasana menjadi suram begini –sebaiknya kita anggil saja bintang tamu kedua kita hari ini. Anda tak keberatan untuk berbagi popularitas buka, Kyuhyun-ssi,"
"Ah, tentu saja," sahut Kyuhyun dengan tawa kecil.
"Oke! Langsung saja kita panggil pendatang baru kita... MAX!" seru sang host semangat.
Tepuk riuh menggema di studio itu menyambut sang bintang tamu kedua. Dan keluarlah sosok tinggi menjulang dengan wajah tampan dan tubuh proporsional. Wajahnya terlihat sediki kekanakan memang karena faktor usianya. Sang artis melambaikan tangannya sebentar.
Kyuhyun terpaku di tempatnya, berkali-kali mengerjapkan matanya seolah ingin memastikan penglihatannya.
"Silahkan, kau bisa duduk di samping Kyuhyun-ssi, Max," ucap snag pembawa acara.
"Terima kasih," sahut Max dan duduk di samping Kyuhyun yang masih saja mengikuti tiap gerak-gerik dari Max.
Kyuhyun sedikit tersentak saat mata Max membalas tatapannya, dengan sedikit gugup Kyuyun berusaha mengontrol napasnya.
'Dia tak mungkin Changmin-mu, Kyuhyun! Tenangkan dirimu!' batin Kyuhyun panik.
Namun, sebuah bisikan pelan dari Max membuat semua presepsinya runtuh seketika,
"Janjiku bukan hanya untuk menjemputmu. Janjiku lebih luas dari itu. Janjiku adalah... untuk hidup dan bahagia bersamamu, pangeran. Ah, ani, Kyuhyun-ssi,"
Dan senyum lembut pun mengembang di wajah Kyuhyun, untuk selamanya.
.
.
Begitulah ceritanya. Pada akhirnya sang Dullahan pun dapat berinkarnasi layaknya manusia lain. Ia pun menjalani kehidupan bahagia bersama cinta masa lalunya atas izin Tuhan.
Nah, cerita apa lagi yang ingin kau ketahui?
Vampire?
Werewolf?
Mermaid?
Lucifer?
Sphinx?
Atau... kau punya ide yang lain? Hm?
.
.
THE END