Tomoko: Ey yo, minna! Jumpa lagi dengan Kemping Bersama! XD. Sebelum kita mulai acara (?). kita bales review dulu ya~
Kurotori Rei: nyayyy~ terima kasih atas kesabarannya dalam menunggu~ maaf ya apdetannya telat :(. Here you go~
Melz Moccha Leonarista: Sergei memang OMG (?), boleh dicoba lombanya XD. Here you go~ enjoyyy
Tekken belongs to Namco
Enjoy!
==o0o==
Hari ketiga kemping di pegunungan, MMNG kini sedang menjalani kegiatan bersih-bersih gunung—bukan, mereka nggak menyapu dan mengepel gunung kok. Cuma membersihkan gunung dari sampah doang, "Gila! capek nih mungutin sampahnya yang banyak," keluh Hwoarang.
"Udah deh, sesekali kamu berbakti, kamu kan banyak ," celetuk Lars iseng yang berujung dengan sebuah kaleng minuman ringan melayang ke kepala Lars dengan epic.
"Diem lu, Landak. Lu lebih banyak dosa dari gue," balas Hwoarang kesal.
Dan cat fight antara Hwoarang dan Lars pun tak terelakkan lagi.
"Dasar, suka banget sih bertengkar. Kaya pasangan suami istri," kata Zafina geleng-geleng melihat kelakuan kedua bad boy beda kelas yang sedang asyik adu jotos di belakangnya.
"Nggak di kelas, nggak disini mereka cari masalah, jodoh memang mereka."Jin juga ikut berceletuk iseng, dia memungu tsetumpukkartondantumpukankaleng yang tersebar di sekelilingnya.
Forest ikut menimpali, "Lho,bukannya jodohnya Hwoarang itu kamu ya? Pasanganmu selingkuh tuh," kata Forest polos namun iseng (?).
Hwoarang yang masih bertengkar dengan Lars menyahut dengan nada kesal, "Eh kampret, nggak sudi gue jodoh sama si pantat ayam! Gue masih straight!" serunya kesal.
Dahi Jin berkedut kesal, "Lu kira gue mau sama lu? Ih, sori gue," ucap Jin mengibaskan rambutnya yang tidak mirip dengan iklan shampoo yang ada di TV. Idihhh, sejak kapan Jin jadi narsis begitu? Oke, abaikan.
"LU KIRA GUE MAU SAMA LU, HAH?!" Hwoarang langsung menyalak sambil menarik kerah baju Jin. Tunggu, memangnya Jin pake baju ya? Kan topless gitu biasanya, pamer badan dia.
Abaikan kalimat tadi, itu kucing numpang lewat yang nulis. #dicakar.
"Astaga, habis sama Lars sekarang sama Jin. Habis ini sama siapa lagi?" kekeh Zafina
"Udahlah, biarin mereka, paling sebentar lagi mereka sudah selesai," kata Raven yang sedari tadi di atas pohon untuk memotong dahan-dahan pohon dan membersihkan sampah yang tersangkut di atas pohon. Aduh, gimana caranya tuh kok sampah bisa nyangkut di atas pohon?
==o0o==
Setelah selesai memunguti sampah-sampah yang tercecer di pegunungan, MMNG diberikan kesempatan untuk menjelajah alam sekitar Yomitaka Inn. "Eh! Ada sungai kecil tuh! Ayo renang!" ajak Steve.
"Malas," kata Jin dan Hwoarang, masih terbungkus oleh perban.
Steve menoleh ke arah Eddy dan Miguel, "Kalian?" Tanya Steve penuh harap.
"Nggak deh," tolak Eddy dan Miguel halus.
"Yahhh… masa gue sendirian nihhh," keluh Steve.
Yak, mari kita tinggalkan kelompok ini, kita ke kelompok Zafina yang asyik main capsa di kamar Lily.
Sungguh tenang.
Eh, apa? Capsa? Eh buset, apa nggak ketahuan guru-guru tuh?
"Halahhh, Cuma kartu saja kok, nggak apa-apa lah~" ucap Zafina santai, "Eh, giliranku tuh!" seru gadis berdarah Arab itu dengan nada marah karena gilirannya didahului oleh Liliy.
==o0o==
Sore menyapa langit kawasan dimana MMNG menginap, warna jingga mulai menutupi langit sedikit demi sedikit. Beberapa murid ada bersiap-siap untuk mandi, ada yang bersantai di halaman penginapan.
Dan ada juga yang mulai pacaran. Contoh, Sergei dan Lily.
"…Hei," sapa Sergei.
Gadis berambut pirang itu menoleh, "Hei," sapanya.
Sergei melepas jaket coklatnya dan memakaikannya ke Lily untuk menutupi pundak gadis Monaco tersebut yang terekspos lumayan jelas, "Udaranya dingin hari ini, kenapa kamu malah pakai baju seperti ini?"
Lily melihat dirinya yang kini memakai selembar kaus yang bagian bahunya terlihat, "Ah, maaf. Jaketku tadi siang kena cipratan lumpur sih. Aku nggak bawa jaket lagi," kata Lily.
"Dasar kikuk," keluh Sergei. "Pakai jaketku, aku tak mau kamu kedinginan," ucapnya sambil menepuk pundak kekasihnya tersebut.
Muka Lily pun memerah.
Sementara pasangan itu masih asyik 'lovely dovey', ada dua pasang mata yang sedang merekam Sergei dan Lily melalui handycam di semak-semak, "Woi, geseran dikit. Nggak kelihatan nih," kata pemuda dengan suara husky itu dengan nada sedikit mendesak.
Sementara si pemuda bersuara husky itu mendesak temannya, pemuda bersurai light gold tidak menghiraukan desakan temannya, pemuda itu masih merekam kedua pasangan itu sambil maju kedepan—tanpa sadar dia sudah mau terjatuh dari semak tempat persembunyian mereka.
Gubrak!
"Eh?" Sergei menoleh ke sumber suara sementara pemuda pemilik helai-helai light gold yang kita kenal sebagai Steve Fox hanya bisa nyengir tidak berdosa ketika dia kepergok sedang mengintip orang pacaran sementara si pemuda bersuara husky yang kita kenal sebagai Hwoarang hanya bisa merutuki kebodohan temannya itu.
"Buodoooo, bego kok nggak sembuh-sembuh sih, Steve! Kudu diapain sih biar begomu hilang?" Hwoarang merutuk berkali-kali melihat kelakuan Steve.
"Steve!?" seru Lily malu, mukanya merah padam karena tertangkap basah sedang pacaran dengan Sergei sementara Sergei memasang wajah 'assasin menemukan mangsa buruan'. Steve yang merasakan gelagat buruk dari temannya itu segera ambil langkah sebelum—
Grep.
"Mau kemana kau, Steve,eh?" suara berbahaya Sergei Dragunov menggelitik indra pendengaran Steve, Steve menciut mendengar suara yang sedingin es milik pemuda kebangsaan Russia tersebut. Pemuda kebangsaan Inggris itu berusaha kabur dari cengkraman tangan Sergei—yang sayangnya tidak berhasil karena tangan Sergei mencengkram kaus Steve teramat kuat.
Glep.
Steve meneguk ludahnya, bukannya menolong temannya yang diambang kematian—Hwoarang malah merekam kejadian itu melalui handycam mini (?) yang dia bawa setiap saat.
RIP Steve for the second time.
==o0o==
Untuk hari ini, MMNG tidak mengikuti kegiatan lomba atau apapun karena mereka diberi kebebasan—lebih tepatnya para guru sedang malas mengawasi jalannya lomba— jadinya sebagian besar MMNG kini berkumpul di aula untuk berbagi cerita seram bersama.
"Jadi, ada yang mau berbagi cerita seram atau apapun?" Bob memulai acara 'kumpul seram'—nama yang aneh—.
Suasana hening sesaat lalu mati lampu secara tiba-tiba, kemudian petir bersahut-sahutan dimana-mana mendadak ada bunyi tertawa "HIHIHIHIHIHI!"
Abaikan, itu hanya imajinasi author yang sedang kumat.
"Aku! Aku!" Xiaoyu menunjuk dirinya dengan heboh.
"Ya, mulai saja, Xiao."
~skip skip~
"KYAAAAAAA! HENTIKAN CERITAMU, STEVEEE!" jerit Alisa ketakutan luar biasa setelah mendengar cerita seram Steve, gadis itu memeluk Lars yang ada disampingnya dengan tenaga super—untung Lars sudah terbiasa dengan tenaga super Alisa.
"Lars, jangan modus ya. Mentang-mentang duduk disamping Alisa jadinya bisa ambil kesempatan dipeluk," celetuk Feng iri, maklum, dia jomblo.
"Berisik lu, jones," cetus Lars datar, padahal dalam hati dia kesenangan karena dipeluk Alisa. Dasar.
"Eh, ngapain ya enaknya, cerita horror sudah terus ngapain nih?" kata Hwoarang sambil mengunyah keripik singkong (?) milik Jin dengan nikmat.
"Main ToD," kata Sergei singkat.
"Ah, ide bagus tuh! Mumpung orangnya banyak, tunggu dulu. Akan kuambil botol kosong dari kamarku," ucap Hwoarang beranjak pergi mengambil botol, setelah botol tersedia mereka langsung memulai permainan. "Eh, siapa yang putar botolnya duluan?" Tanya Hwoarang.
"Kamu duluan, nanti kita lihat siapa yang kena," ucap Julia.
"Okeee." Hwoarang memutar botol kosong yang ada di tengah-tengah, semua menunggu kapan botol itu akan berhenti di seseorang. Botol berwarna kuning pucat itu mulai berputar pelan lalu berhenti total di depan seseorang.
"Horeee!" telunjuk Hwoarang mengarah ke sosok Forest, "Forest yang kena!" tawa Hwoarang puas sambil tepuk tangan.
"APAAAA?! AKUUU?!" seru Forest tak percaya, jarinya menunjuk diri sendiri.
"Ayooo, pilih truth atau dare?" Tanya Asuka antusias.
Forest sedikit bergumam, "Hmmm, dare. Aku pilih dare!" ujarnya yakin, memilih truth sama saja membongkar rahasia-rahasia yang selama ini dia simpan dalam. Halah.
Steve dan Lars menyeringai, "Serius nihhh?" tanya Lars dengan seringai misterius sementara tangannya sudah sibuk mencari dare yang paling pantas untuk temannya di sebuah map coklat yang entah sejak kapan ada di situ.
"Iya." Forest mengangguk mantap.
"Oke dehhh, kalau gitu pakai ini ya," ucap Steve, dia melempar kantung kresek misterius ke Forest.
Forest menaikkan alisnya, curiga dengan isi kantung yang dilempar oleh laki-laki pemilik helai light gold yang ada di seberangnya—dia berenca membuka isi kantung itu namun dihentikan oleh tangan Raven.
"Jangan dibuka disini, ganti sana di kamar mandi," ucap Raven.
Forest keringat dingin.
"Memangnya baju apa yang kamu berikan?" tanya Lily sambil menyantap mie instantnya.
Steve dan Lars melihat satu sama lain lalu tersenyum dengan wajah psikopat, "Lihat saja sendiri, kia sudah menyiapkan baju special hanya untuk Forest~!" kekeh mereka puas.
"STEVEEEEEEEE! LARSSSSSSSSSS! KALIAN BRENGSEK! INI BAJU APA, HAH?!" mendadak Forest menyumpahi kedua temannya. Steve dan Lars yang mendengarnya langsung tertawa lepas sampai berderai air mata, yang lainnya kebingungan kenapa Forest bisa menjerit seperti itu.
Suara derap kaki Forest terdengar keras dan mendadak pintu aula menjeblak terbuka secara kasar.
Suasana hening seketika.
"WAHAHAHAHAHAHAHAHA! ITU BAJU APA, FOREST!?" tawa membahana pun terlepas dari mulut MMNG secara spontan ketika melihat baju… maid Forest…?
Forest menatap nyalang ea rah Lars dan Steve yang masih tertawa keras sambil memukul punggung satu sama lain, "Puas ya?!" hardik Forest, dibantingnya bungkusan yang dipegangnya dengan keras.
"SANGAT!" Lars dan Steve toast satu sama lain. "Terima saja daremu, ini kan pengalaman seumur hidup, belum tentu nanti dimasa dewasamu kamu bisa begini lagi," kata Lars.
"Pengalaman seumur hidup kepalamu, Lars." Forest mendengus kesal mendengarnya. "Terus aku harus bagaimana sekarang?" tanya Forest.
"Menarilah di tengah kami dengan baju itu."
Listrik statis terjadi seketika di otak Forest.
"Apa?" Forest mengorek telinganya, "Kelihatannya aku harus pergi ke THT untuk memeriksa telingaku," katanya.
"Kubilang menari di tengah-tengah kami, pendengaranmu masih berjalan dengan baik 'kan?" tanya Steve santai layaknya seorang guru menanyakan keadaan murid-muridnya di pagi hari yang cerah.
DAFUAQ.
Mendadak salah satu sirkuit di kepala pemuda berdarah Cina itu putus dan mengakibatkan konsleting ketika dia mendengar kalimat 'menari di tengah-tengah kami dengan baju itu,'.
Hening lagi.
"UOPOOOOOOOOOO?!" seru Forest histeris setelah mengalami konsleting beberapa detik. "KALIAN GILA YA?!" serunya lagi. Jari telunjuknya mengarah ke wajah kedua temannya yang sekarang memasang seringai gila di bibirnya.
"Salah sendiri kenapa pilih dare, truth kan bisa," kata Asuka sambil mengunyah coklat batang yang dibawanya.
Skak mat, Forest tidak bisa berkutik ketika gadis yang disukainya berkata seperti itu. Tapi kalau menari dengan baju begini sama saja menjatuhkan harga dirinya di depan Asuka. "Sambil nyanyi I'm not wearing underwear today!" perkataan Steve langsung membuyarkan lamunan Forest.
DOBEL DAFUQ.
Forest pingsan ditempat seketika.
==o0o==
"Kalian sih aneh-aneh darenya." Julia mengipasi temannya yang masih pingsan dengan buku tipis. "Masa disuruh nyanyi I'm not wearing underwear today sambil pakai baju maid? Jelas pingsan si Forest."
"Kita nggak nyangka kalau si Forest bakal bereaksi seperti itu." Steve menggaruk kepalanya yang mendadak gatal melihat temannya yang berdarah Cina itu mendadak pingsan.
"Abaikan." Hwoarang memutar botol kuning itu lagi—tidak peduli dengan Forest yang pingsan. Botol kembali berputar sampai benda berwarna kuning itu mulai berputar pelan sampai berhenti di depan seseorang.
"Aha! Gotcha!"
"Ehhhhhhh!?" Orang yang dapat giliran selanjutnya menunjuk dirinya sendiri dengan tidak percaya.
"Horeeee, Christie yang kena~ pilih truth or dare?" tanya Asuka senang.
Gadis berdarah Brazil itu berpikir sebentar, "Kalau aku pilih dare memangnya disuruh ngapain?" katanya polos bak anak kecil minta permen coklat.
Julia yang masih mengipasi Forest berceletuk, "Rahasia dong, kalau diberitahu sekarang kan nggak seru."
"…Aku pilih truth saja kalau begitu." Merasa tak yakin dengan pilihan dare yang menyimpan banyak maksud dari gadis tomboy berdarah Jepang itu. Eh ini bahasanya kok mendadak serius ya?
"Ehehehehehehe~!" tawa gila milik Asuka terdengar melengking, "Serius nih? Kalau begitu… beratmu naik berapa kilo seminggu ini, Christie?" tanya gadis berdarah Osaka itu terang-terangan.
JLEB!
Right to the heart, kokoro ini rasanya tertohok sekali.
Christie menggebrak meja yang "Pertanyaan macam apa itu?! Ganti yang lain!" seru Christie tidak terima. Enak saja rahasia berat badannya dibongkar habis-habisan.
Seringai di wajah Asuka makin melebar mendengar pernyataan tidak terima temannya, "Hohohoho~! Kalau begitu dari semua laki-laki disini mana yang menurutmu paling lumayan bisa dilihat?" tanya Asuka terang-terangan.
ANJIR.
Christie gelagapan seperti ikan kehabisan air.
Pertanyaan skak mat, menjawab pertanyaan ini sama dengan membongkar rahasia siapa orang yang disukainya. "Haruskah kujawab?" tanya Christie dengan semburat merah yang terlihat jelas di wajahnya.
"Hehhh? Kok mukamu merah?" tanya Asuka dengan seringai yang melebar seperti Joker, "Jangan-jangan kamu menyukai seseorang ya disini?" tebak Asuka jitu.
Gadis itu membuang wajahnya, "Be—berisik!" seru Christie.
"Ayo jawab!" desak Asuka tidak sabar.
"Baiklah! Anak laki-laki yang paling lumayan disini adalah Shin Kamiya! Puas?!" seru Christie jengkel karena terus didesak oleh temannya yang mendadak kepo tingkat dewa.
Suasana awkward seketika. Bahkan jangrik pun tidak berani berbunyi setelah mendengar pengakuan Christie, orang yang bersangkutan pun hanya bisa tersedak minumannya setelah mendengar bahwa dia disukai oleh Christie.
"Serius?" tanya Asuka memecah keheningan yang menyelimuti mereka selama beberapa menit.
Christie tidak menjawab, terlalu malu untuk mengakuinya.
Tidak ada yang berani buka mulut lagi, suasana betul-betul canggung saat ini sementara Christie dan Shin hanya bisa membuang muka—terlalu malu untuk melhat wajah satu sama lain.
"O—okay… kurasa sudah cukup mainnya, ini sudah malam. Ayo kita kembali ke tempat kita masing-masing," kata Hwoarang menyudahi permainan mereka yang berujung dengan suasana canggung.
==o0o==
OMAKE!
Christie sedang duduk di teras joglo sambil meminum teh hangatnya dengan muka datar, ingatannya kembali berputar ke kejadian tadi dimana dia mengatakan bahwa dia menyukai Shin. "Bagaimana aku menghadapi Shin nantinya?" batinnya malu.
"Hey." Mendadak suara baritone seseorang menggelitik telinga gadis itu, dia menoleh ke arah sumber suara. Itu Shin, dan mendadak jantungnya berdetak kencang. Pemuda yang tangannya diperban itu duduk di pinggir Christie. "Um…" gumam Shin tidak jelas, dia menggaruk kepalanya—bingung apa yang harus dikatakan.
"Maaf, kamu pasti kaget yah mendengar pengakuanku tadi?" sesal Christie. Dia menatap pemuda yang disukainya dengan pandangan menyesal.
Shin menggaruk kepalanya, "Yah, aku memang kaget mendengarnya sih. Tapi aku tidak keberatan kalau mau jujur," ucapnya misterius dengan seulas senyuman yang terpasang di wajahnya.
"Ah..? apa maksudmu…?" tanya Christie tidak percaya dengan perkataan Shin.
Shin tersenyum, "Artikan saja sendiri," katanya sambil menjulurkan lidahnya.
Sementara Shin dan Christie berbincang-bincang tanpa sadar ada dua pasang mata yang mengawasi mereka dengan pandangan iri, "KENAPA DI KAMP INI BANYAK YANG JADIAN?! KITA KAPAN?!" seru si pemuda berambut pirang itu iri luar biasa.
TBC.
Tomoko: jangan bunuh saya karena saya udah lama gak apdet ini, kalau kalian udah baca profile saya pasti tahu dibalik keterlambatan apdetan fanfic-fanfic saya, sepertinya chapter ini lumayan garing, saya tahu ==". Tapi bersediakah anda mereview? #pasang puppy eyes