Perfect Disaster, by CIAXX

Naruto Shippuden, dan seluruh karakter, by Masashi K.

Tolong diperhatikan; InsyaAllah Canon-AT,OOC,OOC, OOC, tidak menggunakan BAHASA BAKU, menggunakan sudut pandang pengarang yang serba(sok), humor abal, TIME SKIP, some OC, crack pairing, Don't Like Don't Read. Gak suka sama pairnya? Saya menghargai anda yang baik yang suka atau tidak, tapi kalau anda tidak suka bahkan benci sama pairnya, simple gak usah baca.


.

"Uchiha," sebuah suara dingin dan berat itu membangunkan Sasuke dari tidurnya.

Entah sejak kapan Uchiha terakhir itu terbaring di atas lantai bebatuan yang dingin menusuk itu. Hidupnya lima tahun terakhir sangat di luar dugaannya. Ia tahu, penjara berdarah ini begitu menakutkan dan mematikan, tetapi Sasuke yang sudah terbiasa di luar merasa dirinya akan terbiasa. Namun ternyata dugaannya salah, penjara ini jauh lebih menakutkan.

Andai saja tidak ada keinginan yang kuat untuk hidup, mungkin klan Uchiha sudah lenyap dari dunia.

"Bangun," perintah pria berjubah itu sembari membuka kunci yang lima tahun terakhir ini setia mengunci Uchiha Sasuke di dalamnya.

Pemuda berwajah stoic itu membenarkan posisinya. Dengan sangat terpaksa ia harus bangun dari tidur panjangnya. Selain makan, ia hanya bisa tidur. Sungguh, ia jenuh dengan hidupnya. Mencoba melarikan diri? Seluruh kekuatannya disegel. Lantas, ia harus bagaimana?

Sekali lagi, Uchiha Sasuke hanya bisa pasrah.

Kini tubuhnya diseret oleh kedua penjaga penjara bertubuh besar. Entah kemana mereka akan membawa dirinya, Sasuke tidak lagi peduli.

"Sampai,"

Sasuke mengangkat sebelah alisnya. Kenapa ia berdiri di depan gerbang penjara? Gerbang dimana ribuan tahanan mencoba untuk melarikan diri, namun usaha mereka selalu gagal. Sedangkan Uchiha Sasuke dengan mudah berdiri di depan gerbang tersebut. Tinggal melangkahkan kakinya, ia akan segera keluar.

"Hari ini kau dibebaskan." Ucap pria betubuh besar itu lagi.

Sasuke mengerjapkan matanya berkali-kali. Otaknya berusaha mencerna perkataan sang penjaga penjara itu. Entah perasaan apa yang menyeruak masuk ketika mendengar pernyataan itu. Dibebaskan? Benarkah? Bagaimana bisa? Kenapa? Ribuan pertanyaan ingin Sasuke ajukan namun harus ia urungkan ketika penjaga penjara itu terlihat akan segera mengusirnya.

Andai saja Sasuke adalah orang yang ekspresif, ia akan langsung bersorak penuh kegembiraan sambil salto. Sayangnya, hal tersebut hanya bisa ia lakukan dalam hati. Sekarang ia bingung, ia harus kemana? Lewat mana? Sebenarnya sekarang posisinya berada di mana? Ia tidak tahu apa-apa.

'Shit,' Sasuke bahkan belum memikirkan tujuannya setelah keluar dari penjara berdarah itu. Bahkan keluar dari penjara tidak pernah terlintas di benaknya, mengingat ia akan mati di dalam penjara itu.

"Yo, Sasuke," sebuah suara sukses mengambil perhatiannya. Suara yang begitu familiar.

Tidak jauh dari tempat Sasuke berdiri, pria dengan rambut perak dan masker yang setia menutupi sebagian wajahnya berjalan menghampiri pemuda bersurai gelap itu. Sasuke kenal betul pemilik suara itu..

Dia Hatake Kakashi.

"Kau terlihat sangat tua," kesan pertama yang keluar dari mulut Kakashi sukses membuat Sasuke sadar akan berewok yang menghiasi wajah tampan, juga kumis yang tumbuh di atas mulutnya. Plis, Sasuke jelek banget. Lima tahun terakhir rambutnya semakin memanjang, ia tidak bisa memotong bahkan mencukur bulu-bulu yang menghilangkan ketampanannya. Ia merasa wajahnya lebih tua dari Hatake Kakashi, mantan gurunya itu.

"Cih," hanya itu yang keluar dari mulut sang Uchiha. Pokoknya waktu pulang, agenda pertama harus cukur kumis, berewok, sama potong rambut!

Pulang?

Apakah Sasuke telah menentukan tujuannya, yaitu pulang? Entahlah, namun untuk saat ini yang terlintas di benaknya adalah kota kelahirannya, Konoha.

.

.

Perjalanan dari Hōzukijō ke Konoha memakan waktu yang cukup lama. Sasuke hampir saja tertidur di dalam kereta kuda yang ia tumpangi, namun ia harus tetap terjaga.

"Sampai," ucap Kakashi, "selamat datang kembali, Sasuke," ucap Kakashi sambil tersenyum dibalik maskernya. Sayangnya Sasuke acuh banget jadi ia tidak menanggapi ucapan Kakashi.

Kedua insan itu pun turun dari kereta kuda yang mebawa mereka. Kini Uchiha Sasuke berdiri di depan gerbang besar Konoha. Ia sedikit terkejut melihat perubahan-perubahan dari desa kelahirannya itu. Lima tahun ternyata bukanlah waktu yang singkat. Banyak perubahan-perubahan yang membuat Uchiha terakhir itu sedikit shock.

"Kau harus melapor ke Hokage, saat ini juga," Kakashi memberi instruksi.

Sasuke mengerutkan keningnya. Melapor ke Hokage? Apa yang harus ia laporkan? Kehidupannya di dalam penjara? Sasuke rasa wanita tua itu pasti tahu akan jawabannya.

"Sudahlah, kau jalan saja. Ini perintah," seakan tahu isi pikiran Sasuke, Hatake Kakashi sedikit mendorong tubuh Sasuke agar segera melangkah.

Agak berat hati sebenarnya menghadap ke ruang Hokage. Wajahnya lagi gak oke banget.

Sasuke akhirnya pasrah mengikuti langkah Kakashi. Tiba-tiba saja ia sudah sampai di depan ruang Hokage. "Permisi, Hokage-sama," setelah mengetuk pintu dan mendapat izin untuk masuk, Hatake Kakashi dan Uchiha Sasuke memasuki ruangan tersebut.

Kursi Hokage membelakangi kedua insan itu sehingga Sasuke tidak dapat melihat sosok sang Hokage.

"Misi telah selesai, Hokage-sama," ucap Kakashi.

"Bagus," suara berat khas milik pria sukses membuat Sasuke tersentak. Tunggu, orang yang duduk membelakanginya itu bukanlah Tsunade. 'Suara itu... Suara itu!'

"Kau boleh pulang, Kakashi. Tinggalkan Sasuke di sini." Dan kursi Hokage itu berputar, menghadap kedua insan di depannya.

Bola mata obsidian itu membulat sempurna ketika ia tahu pemilik suara itu!

"Naru—"

"Selamat datang kembali, Sasuke!"

.

.

Sampai saat ini Sasuke masih terperangah. Pikirannya masih melayang kepada kejadian beberapa waktu lalu. Uzumaki Naruto menyandang gelar Hokage keenam? 'Yang benar saja!' Sasuke hampir saja melukai wajahnya ketika sedang mencukur, saking tidak percayanya. Naruto sudah tidak menyandang gelar jounin lagi! Tetapi Kage! Sasuke jelas tidak terima karena ia merasa genin sendiri. Teman seakademinya sebagian besar sudah menjadi jounin sedangkan dirinya tetap setia menyandang gelar genin.

Jangan salah, meskipun ia genin, kekuatan yang Sasuke miliki sangat berbahaya.

Wajah Sasuke kini terlihat lebih rapi, seperti dirinya yang dulu. Rambut panjangnya sedikit ia potong dan benahi. Sasuke memang peduli dengan penampilan. Buktinya, selama ia menjadi missing-nin wajahnya tetap tampan, 'kan?

"Hey, Teme, kau lama sekali!" teriak Naruto dari luar sana.

Setelah membersihkan wajah tampanya dengan handuk, Sasuke lekas menghampiri Naruto yang katanya sih, hari ini do'i lagi gak ada kerjaan, jadi Naruto memilih untuk mengantar Sasuke pulang sekaligus mengunjunginya.

Uchiha Sasuke mengambil posisi di sebelah Naruto. Ia menatap pemuda bergelar Hokage itu yang kini sedang menyusuri halaman belakang kediaman Uchiha.

"Sejak kapan?" tanya Sasuke.

"Hmm?"

"Kau jadi Hokage?"

Naruto menatap Sasuke sejenak, "belum lama, Teme!" ujarnya sambil memamerkan giginya.

"Bagaimana bisa Dobe sepertimu menjadi seorang Hokage?" ujar Sasuke meremehkan. Tentu saja ia tidak terima jika Naruto mengunggulinya. Sejak mereka di akademi, hingga beranjak dewasa, Uchiha Sasuke tidak pernah sudi kalau Uzumaki Naruto mengunggulinya, baik kekuatan atau jabatan, pokoknya Sasuke gak sudi!

"Kau jangan meremehkanku! Jelas aku lebih kuat darimu!" sanggah Naruto cepat.

Sasuke mendengus kesal, "Halah,"

"Kau tidak usah iri seperti itu, akui saja aku lebih unggul darimu, Sasuke," Naruto terkekeh pelan, "dalam segala hal!" lanjut Naruto yang justru membuat Sasuke semakin emosi.

Namun Sasuke tidak ingin memperpanjang masalah sepele itu. Akhirnya ia memilih untuk mencari topik lain.

.

.

"Hiks... Hiks..."

Isak tangis wanita bersurai indigo itu tidak kunjung berhenti. Sahabat dari wanita itu hanya bisa menghela nafas pasrah. Ia tidak tahu akan melakukan apalagi untuk menghentikan tangis yang tak kunjung berhenti itu. Padahal 'kabar burung' itu tersebar sejak seminggu yang lalu.

"Sudah, sudah, Hinata, jangan menangis," entah sudah berapa ribu kali pemuda dengan tato berwarna merah di kedua pipinya itu mengucapkan kalimat tersebut. "Kabar itu belum tentu benar, lagipula—"

"Hiks... ta-tapi a-aku de-dengar sendiri Ki-Kiba-kun, hiks, a-aku dengan dengan te-telingaku sendiri, hiks..." ucap Hinata terisak.

"Ayolah, Hinata. Jangan terus bersedih. Lagipula, kita belum tahu kabar itu benar." Kiba menepuk pundak Hinata pelan, "lagipula, Naruto bilang sendiri bahwa undangan pernikahannya dengan Sakura belum selesai di—eh?!

Dan tangis Hinata semakin kencang.

"Bodoh," ucap pemuda satunya lagi yang identik dengan kacamata hitam dan serangga itu.

.

.

"MENIKAH?!" jangan salahkan kenapa Sasuke sangat OOC. Wajar ia shock mendengar kabar buruk itu. Buruk bagi dirinya. "Siapa yang mau menikah denganmu?!"

Ingin rasanya Uzumaki Naruto menampar wajah Sasuke, "Tentu saja ada, Teme! Kau kenapa selalu meragukanku, heh?! Aku ini kuat, dan tampan!" sanggah Naruto pede.

Sasuke masih terperangah mendengar pernyataan Naruto itu. Jelas Sasuke tidak setuju. 'Kan sudah disebutkan diawal, Sasuke tidak sudi jika Naruto lebih unggul dari dirinya, baik itu kekuatan, jabatan, bahkan STATUS! Sasuke gak mau jadi forever alone. Ia tidak sudi dilangkahi Naruto. Enggak!

"Siapa wanita itu?"

Wajah Naruto tiba-tiba merah padam ketika mendengar pertanyaan Sasuke. Ia menggaruk tengkuknya, "a-ano, haha dia.."

"Siapa?!" ujar Sasuke tidak sabar.

"Ano, kau mengenalnya kok,"

"Siapa, Naruto?" tegas Sasuke sekali lagi.

"Sakura-chan," jawab Naruto malu-malu sembari memamerkan giginya.

Sasuke mencerna kata-kata Naruto takut ia salah dengar.

Angin bersemilir pelan di antara dua pemuda yang kini sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Sasuke memang tidak memberi komentar. Ia juga tidak terkejut ketika mendengar nama calon pengantin Uzumaki Naruto itu. Yang ia pikirkan saat ini, bagaimana caranya ia bisa mengungguli Naruto? Ia kalah unggul dari jabatan, dan kekuatan.

Status? Hmmm

"Kapan kau akan menikah?"

Naruto tampak berpikir sejenak, "Sepertinya satu atau dua bulan lagi," jawab Naruto, "memangnya kenapa?"

"Pastikan saat pernikahanmu itu, aku akan membawa istriku."

Hening.

"SAY WHAT?!"

Dasar Uchiha, tidak pernah mau kalah.

.

.

Uchiha Sasuke memilih meminta izin untuk melepas segel yang mengunci cakra dan kekuatannya. Setelah mendapat izin dari pihak yang bersangkutan, Sasuke akhirnya mendapatkan cakra dan kekuatannya kembali. Tentu saja, ia masih di bawah pengawasan, namun Sasuke tidak ingin berbuat macam-macam. Ia ingin menggunakan keuatannya untuk menjadikan dirinya ninja yang sesungguhnya.

Sasuke yakin, di usianya yang ke-22, ia dengan mudah mendapatkan gelar jounin. Sasuke hanyalah ninja biasa dengan tingkat kegengsian yang tinggi, jadi ia harus bisa mengejar peringkat itu!

Di waktu kosong, Uchiha Sasuke memilih untuk belanja kebutuhan sehari-hari. Ia tidak memiliki keluarga yang bisa ia andalkan. Ah, tetapi ia baru ingat akan misinya yaitu mencari istri secepatnya. Tetapi siapa yang akan ia jadikan istri? Mencintai seseorang dalam kurun waktu kurang lebih sebulan tidaklah mudah. Tetapi demi 'mengalahkan' Naruto, Sasuke rela menggaet siapa saja asalkan tidak merepotkan dirinya. Masalahnya, siapa? Ia juga tidak akan sembarangan memilih wanita. Terlebih wanita-wanita yang merepotkan.

Sakura? Sudah ada yang punya. Ino? Sepertinya already taken. Tenten? Ayame?

Lamunannya buyar ketika dirinya telah sampai di depan grocery. Tentu saja yang ia lakukan selanjutnya adalah membeli tomat.

"Ini berapa?" tanya Sasuke.

Penjual tersebut masih sama dengan yang terakhir Sasuke temui, "lima puluh ribu ryo,"

Lagi-lagi Sasuke tercengang, "Kenapa masih mahal?" protes Sasuke. Konoha sudah kembali normal, kenapa harga tomat masih jauh di atas normal? Hal itu tidak bisa dibiarkan.

Sang penjual terkekeh mendengarnya. "Aku hanya bercanda. Dua puluh ribu ryo,"

Sasuke menghela nafas lega. Setelah mengeluarkan beberapa lembar uang, Sasuke mengucapkan terima kasih dan lekas meninggalkan tempat itu.

Tujuan selanjutnya adalah mini market. Ada beberapa barang yang belum ia temukan. Namun niatnya ia urungkan ketika kedua bola mata obsidian itu menangkap sosok bersurai gelap panjang.

Kali ini sosok bersurai panjang itu tidak mengenakan jaket ungu khasnya, tetapi menggunakan kaos hitam ketat lengan panjang yang dilapisi dengan seragam jounin. Ia juga tidak ditemani kedua teman satu timnya, tetapi ia dikelilingi oleh ketiga bocah berusia tiga belas tahun. Siapa anak-anak itu? Apakah... mereka adalah genin di bawah bimbingan Hinata?

Jadi, Hinata...

Menyadari sepasang bola mata gelap tengah memerhatikan dirinya, Hinata lantas mengalihkan perhatiannya dari ketiga anak didiknya. Kedua bola mata amethyst-nya menangkap sosok Uchiha Sasuke yang sedang memerhatikannya. Hinata terperangah, namun rasa terkejut itu tiba-tiba berubah menjadi perasaan haru, dan bahagia.

"Sa-Sasuke-kun!" entah mengapa ia senang sekali melihat pemuda berwajah stoic itu kembali. "Ka-kalian tunggu sebentar di sini," pamit Hinata kepada tiga anak didiknya sebelum berlari kecil menghampiri Sasuke.

"Ka-kau sudah kembali, Sa-Sasuke-kun," ucap Hinata. Terselip nada bahagia di dalam kata-katanya. Hinata juga tidak mengerti kenapa ia begitu bahagia melihat Sasuke kembali. Mungkin karena Sasuke adalah teman seakademinya dulu. Apa mungkin karena Uzumaki Naruto telah berhasil membawa sahabatnya itu kembali, meskipun menyandang gelar Hokage. Namun senyumnya luntur ketika menyadari tubuh Sasuke yang kurusan... 'Ah, tidak! Sasuke-kun kurus sekali...'

"Hn," hanya itu tanggapan yang Sasuke berikan.

"Se-sejak kapan?" tanya Hinata lagi.

"Beberapa hari yang lalu,"

Ada hal yang membuat Sasuke bingung sampai saat ini. Sejak kapan Hyuuga Hinata menjadi lebih aktif dan banyak bicara? Bahkan kini ia adalah seorang jounin yang menjadi pembimbing ketiga anak didiknya.

Hinata menyunggingkan seulas senyum di bibir, "Aa, syu-syukurlah aku senang mendengarnya."

Sasuke bingung harus berkata apa lagi. Ia tidak begitu dekat dengan Hyuuga Hinata, bahkan saat di akademi dulu, mereka tidak pernah berinteraksi secara langsung. Mereka dekat karena mereka ditempatkan di akademi yang sama, angkatan yang sama, dan sama-sama teman Naruto. Hanya itu.

"Ka-kalau begitu, a-aku permisi dulu. A-aku harus mengurus ke-ketiga anak didikku untuk mi-misi selanjutnya," Sasuke hanya mengangguk singkat sebelum akhirnya Hinata membalikkan badannya.

Sasuke berpikir sejenak.

Hyuuga Hinata... Ia ingat, perempuan itu pernah menjatuhkannya saat ia akan dimasukkan ke dalam penjara. Hinata, gadis yang identik dengan sifat pemalunya. Rona pipi yang senantiasa menghiasi pipinya. Hinata itu...

"Hey, Hyuuga!"

Hinata menghentikan langkahnya yang belum jauh dari tempat Sasuke berada. "Y-ya, Sa-Sasuke-kun?"

"Kemarilah, ada yang ingin aku bicarakan,"

Sebuah seringai muncul di bibir tipisnya.

Hinata hanya mengkerutkan keningnya, heran.

Ah... Semoga Sasuke tidak bertindak yang macam-macam.

TBC


Kritikan, atau non kritikan. Review atau hanya sekedar baca. Kecuali flame, flame langsung di PM aja deh ya.

Thanks for reading and review!

2 Oktober 2012