I Have A Dream © Kim Minra

I just use the name of Super Junior members into my story's character. It's just a fiction, so, it is not a fact. Understand?

Yes.


Enjoy it!


KIM YESUNG―sebuah nama yang tertulis di atas papan yang berukuran kecil, yang di kaitkan pada baju bagian dada sebelah kanan. Agar orang mengenalinya. Entahlah, papan nama itu, seakan-akan terlalu misterius seperti orang yang memakainya.

Sayup-sayup terdengar langkah kaki di dalam kesunyian itu. Seakan-akan mendekat dan kini sudah terdengar sangat jelas.

Ia mulai berjalan sambil menenteng tas ranselnya, menatap tajam ke depan seraya berjalan dengan langkah kaki yang sengaja dipercepat. Bukan. Ia bukan seorang siswa yang takut terlambat masuk di kelas. Bahkan, tak ada seorang pun di sekitarnya. Jangankan manusia, hanyalah lampu sudut yang meneranginya di dalam kegelapan dan kesunyian itu.

Kilatan yang terlihat jelas di mata sipitnya, begitu aneh. Terlalu aneh hanya untuk diartikan apabila ia… marah?


KRIIIIIIIIINNNGGGG

Bel itu berbunyi, disusul dengan para siswa yang mulai berhambur keluar dari dalam kelasnya. Terlihat baik-baik saja. Di kerumunan orang-orang dalam satu koridor itu, seorang siswa berjalan cepat dengan wajah yang agak―ralat sangat gusar. Ia siswa yang sebenarnya tidak asing. Namun―

"He―hei! Tu―tunggu aku! Kenapa kau tidak mau menerimaku?" terdengar pekikan err… teriakan seorang siswi di belakang pemuda itu. Siswi yang akhir-akhir ini sering―ralat sangat sering mengikutinya kemana saja. Dan bahkan… ke toilet pria.

Pemuda itu terus berjalan cepat, masih dengan wajah jaimnya―yang tidak dibuat-buat. Begitupun gadis itu, tak ada raut wajah kelelahan yang terpancar sedikit pun. Rasa semangat yang begitu menggebu-gebu.

Ia masuk di sebuah lorong yang lumayan sepi dari siswa. Tanpa berpikir panjang, gadis itu terus mengikutinya dari belakang. Dan sepertinya, gadis itu sudah lelah berciap-ciap―ralat berteriak-teriak yang memang sudah disadarinya bahwa itu sangat tidak berguna. Intinya, kalian pasti sudah menebaknya.

Gadis itu… menyatakan perasaannya.

Gyut

"E―eh?"

Permukaan telapak tangannya menghangat, seperti tersentuh oleh permukaan telapak tangan lainnya. Namun, saat gadis itu menyadari bahwa ia telah bersandar di dinding yang berlumut―dan di hadapannya ada seorang pemuda yang terlihat begitu menatapnya tajam. Tapi…

Ia merasakan hangat itu sangat jelas. Telapak tangannya dan juga wajahnya. Berhembus nafas hangat yang keluar dari organ pernafasan pemuda―yang sangat dekat beberapa senti meter di hadapannya itu.

'Aapa… aku bermimpi?Ti―tidak…' batinnya sembari tersenyum tidak jelas.

"Jangan. Mengejarku. Lagi. Mengerti!?"

Sreet

Perlahan kedua tangan gadis itu melemas saat tangan pemuda itu melepaskannya. Mereka bertemu pandang. Entah kenapa, suara berat tadi sangat mampu menjatuhkan harapannya yang sudah ia terbangkan sangat tinggi. Kenapa kali ini berbeda? Batinnya.

"Sudah kubilang berkali-kali, aku tidak menyukaimu―"

"Tapi aku menyukaimu―tidak… aku mencintaimu, Kim jong Woon!" teriak gadis itu. Mendengarnya, pemuda itu malah menghela nafas panjang dan membuang muka. Ini bukan yang pertama kalinya. Dan sangat jelas, ia lelah dengan semua ini. Sangat lelah.

Pemuda itu―Kim Jong Woon, kembali menatap mata karamel gadis itu. Menyalurkan kenyataan yang seharusnya ia terima. "Aku. Tidak. Menyukaimu."

Tanpa menunggu lama, Jong Woon meninggalkan gadis yang masih dalam posisi bersandar di dinding itu. Ia tidak tahu harus berbuat apa lagi, ia sangat yakin jika gadis itu tidak akan berhenti mengjarnya. Gadis itu sudah sangat biasa dibentak.

Bahkan, baru beberapa langkah―

"A―aku memang tidak mengerti apa yang selama ini terjadi padamu, Kim Jong Woon. Tapi, setidaknya kau tahu perasaanku. Kau boleh tidak menghiraukanku jika aku di dekatmu. Sangat boleh. Tapi, kali ini aku sangat memohon padamu… hiraukanlah perasaanku ini…" ucap gadis itu.

Hening. Otaknya mulai mencerna perkataan gadis kutu buku itu. Bukan. Ia sedang tidak memikirkan perkataan gadis itu, melainkan… suara gadis itu. Entah kenapa, mendengar suaranya yang rendah dan tidak berteriak, ia jadi mengerti bagaimana perjuangan gadis itu selama ini.

Ada rasa sakit yang ia pendam―

"Hentikan itu. Kau sangat menyedihkan, nona Kim Ryeowook."

Tap tap tap

Jong Woon kembali melangkahkan kakinya, benar-benar pergi dari hadapan gadis itu―Kim Ryeowook. Dan tetes-tetes air asin pun mulai berjatuhan di tanah lembab berlumut yang dipijakinya. Hingga tungkainya melemas, sudah tidak mampu menahan perasaan sakitnya selama ini. Ia pun hanya mampu memeluk lutut di lorong gelap itu.

"Hei, kemana Kim Ryeowook? Apa kau melihatnya?"

"Tidak."

"Hah, bagaimana ini? Tak ada yang membantuku mengerjakan tugas."

Pemuda itu terlalu sibuk mengurusi dirinya sendiri. Bahkan, pemuda yang bernama Kim jong Woon itu, hanya duduk di atas kursinya. Tidak menghiraukan teman-teman sekelasnya yang sibuk mencari sosok gadis ceria dan pintar itu.

Dan kau malah menghempaskannya terlalu kuat. Siapa yang tidak akan rapuh?


To be continued


It's just a prolog. I hope you would read this and review this. So, I can continue this fiction one. For all of you, I just can say, thanks so much.

Are you ready to review this fiction, please?