"Kami terpaksa turun tangan karena anda sudah mencoba membunuh para tokoh dongeng dan itu tak bisa dibiarkan, itu adalah pelanggaran terbesar di dalam dunia dongeng." salah seorang bertopeng itu maju mendekati Orochimaru.
"CIh, siapa kalian? beraninya kalian mengangguku."
"Kami adalah Anbu."
Orochimaru sang penyihir jahat tersebut menggeretakan giginya dan bersiap untuk kabur, agar tak tertangkap dengan pasukan anbu. Para tokoh dongeng sebenarnya sering mendengar desas-desus mengenai keberadaan anbu. Mereka pikir nama itu hanyalah julukan yang ada di dalam sebuah cerita animasi buatan negeri sakura yang bercerita tentang ninja. Ternyata anbu tersebut benar-benar ada dan bertugas untuk melindungi para tokoh negeri dongeng apabila sesuatu mengancam mereka semua diluar konteks cerita dongeng.
"Sial! lihat saja nanti." Orochimaru bersiap mengayunkan tongkatnya dan menghilang dihadapan mereka semua, namun nasib baik tak menghampirinya karena salah seorang anbu telah merantainya dengan rantai pengikat cerita.
"Perbuatanmu sudah melewati undang-undang negeri dongeng dan telah melanggar beberapa peraturan yang ada. Oleh karena itu anda berserta tokoh pembuat kekacauan ini akan segera kami adili dan kami cuci otak kalian lagi." ujar salah seorang anbu dengan topeng musangnya datar.
"Apa! TIDAK! aku tidak mau kembali ketempat mengerikan itu! TIDAAAAKKK!" Orochimaru meronta-ronta minta dilepaskan, namun sayang para anbu tersebut seakan menulikan pendengaran mereka dan membawa Orochimaru secara paksa.
….
Si Kerudung Merah dan Robin Hood
Discalimer Naruto by : Masashi Kishimoto
semua dongeng by : Walt Disney
this Fiction by : Kanon1010
…
-INILAH AKHIRNYA … (?) -
Tiga kepala manusia, dua kepala serigala mengelilingi tubuh Naruto yang saat ini masih belum sadar dari pingsannya. Mereka adalah Kiba, Sasuke, Seorang putri cantik berambut hitam sangat panjang, seorang putri juga dan seorang entahlah dia makhluk apa yang pasti buka berwujud manusia, lebih mirip warewolf seperti Kiba.
"Ngh~….."
Perlahan kelopak tan tersebut terbuka dan menampilkan kedua iris biru langit cantik tersebut. Naruto menyentuh kepalanya yang terasa agak pusing.
"Minumlah…." seorang putri bernama Kurenai atau biasa dikenal dengan Rapunzel memberikan segelas air putih hangat kepada Naruto. Naruto meminum perlahan air tersebut, menghilangkan kekeringan di tenggorokannya. "Terima kasih."
Kiba dan Sasuke menghela napas lega mendapati bahwa Naruto baik-baik saja. "Naru-chan, apa ada yang terasa sakit?"
Naruto menggeleng lemah menjawab pertanyaan Kiba, lalu matanya beralih ke Sasuke yang tak mengatakan sepatah katapun namun wajahnya mengatakan banyak hal. "Aku baik-baik saja, terima kasih paman Kiba, Sasuke."
"Hn."
"Umm apa kau putri Rapunzel?" tanya Naruto pada sang putri tersebut.
"Iya, apa kau si kerudung merah yang membawa buku dongeng asli?" tanya balik Kurenai atau Rapunzel tersebut.
"Un, apa kau ingin kembali ke cerita asalmu?"
Kurenai mengangguk pelan sambil tersenyum. "Tentu, tak ada yang ku kerjakan sejak tadi. Hanya mengobrol dengan tokoh beauty and the beast."
"Beauty and the beast?" Naruto sempat terdiam lupa dengan cerita tersebut.
"Itu, mereka nona Matsuri dan pangeran Gaara yang dikutuk karena ketamakannnya." Kurenai menunjuk dua orang dimana si wanita nampak cantik dan seseorang yang dipanggil pangeran Gaara tadi dalam wujud monster.
"Hwah! Teme lihat kita menemukan mereka!" Naruto menarik-narik baju Sasuke yang kebetulan berada didekatnya, sedangkan Sasuke yang urat kekesalannya mulai muncul mendapat perlakuan dari si bocah kerudung merah tersebut. "Tunggu sebentar akan kuambilkan buku kalian."
Setelah menemukan buku tersebut Naruto menyerukan nama mereka semua, namun tadinya ia mengira bahwa semua telah berakhir dan saatnya mereka kembali ke cerita masing-masing. Namun ada yang aneh…
"Sasuke, apa kau membawa buku dongengmu sendiri?" tanya Naruto yang mulai panik bahwa buku dongeng Robin Hood tidak ada di dalam keranjangnya dan hanya tersisa buku dongengnya saja.
"Apa maksudmu dobe? bukankah kau semua yang membawa buku tersebut, jangan bilang kalau –….."
"Iya, buku itu hilang Sasuke….."
...…
Dimana Naruto dan Sasuke sudah kebingungan mengenai buku Sasuke yang hilang, bahkan Sasuke tak segan-segan memberikan hadiah berupa benjolan di kepala Naruto akibat kecerobohan bocah tersebut.
Di dalam hutan, atau tepatnya diamana beberapa jam sebelumnya terjadi pertarungan antara Kiba, Sasuke, dan Orochimaru. Sosok wanita tua yang pertama menemui mereka bertiga membuka penyamarannya.
Tampak menyembul rambut pirang panjang dan pakaian ibu-ibu tersebut berubah menjadi pakaian kebangsawanan. Dia adalah Prince Deidara musuh bebuyutan Sasuke tampak tersenyum senang karena ia berhasil merebut buku milik Sasuke dan apabila buku tersebut tidak kembali pada Naruto maka Sasuke akan terus terjebak di cerita entah apa nama judulnya saat ini.
"Dengan ini, kau takakan bisa menghalangiku un." seringai Prince Deidara sambil berjalan masuk kedalam hutan.
Setelah mencari tanpa kejelasan mengenai keberadaan buku tersebut, tiba-tiba peri biru yang memberi Naruto dan lainnya tugas mengatakan bahwa buku tersebut dibawa oleh Prince Deidara kedalam hutan. Ia berniat memusnahkan buku tersebut setelah ia kembali kedalam cerita dan meninggalkan Sasuke bersama Naruto.
Sasuke langsung memacu kudanya dengan Naruto duduk dibelakang memeluk pinggang Sasuke menuju kedalam hutan dengan harapan bisa menyusul Deidara.
Bisa dibilang sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui atau mungkin menyelam sambil minum air, terkadang Sasuke sengaja memacu kudanya lebih cepat sehingga mau tak mau Naruto memeluk Sauske lebih erat. Bahkan di saat genting seperti ini masih muncul niat mesum Sasuke.
Akhirnya setelah menempuh perjalanan sekitar 10 kilo meter, terlihat Deidara tengah duduk dengan sebuah buku di depannya serta sebuah pematik di tangannya.
"Kembalikan buku tersebut." suara datar Sasuke membuat Deidara kaget, bukannya ia melindungi buku tersebut ia malah tersenyum misterius.
"Kalau aku tidak mau kau mau apa, un?"
"Dasar kuning! percuma kau mencoba kembali, hanya aku yang bisa mengembalikanmu." ucap Naruto dengan berkacak pinggang dihadapan Deidara.
"Siapa yang kau panggil kuning, rubah un?" urat kemarahan nampak di pelipis Deidara. "Lagian siapa yang mau kembali, aku hanya ingin membakar buku yang ini kok." Deidara mengoyang-goyangkan buku bersampul merah dihadapan wajah Naruto.
Seketika Naruto baru sadar, yang hilang bukan bukunya Sasuke tetapi bukunya sendiri. "Itu milikku! kembalikan!"
"Ckckckck tidak bisa semudah itu anak manis, kalau kau mau buku ini kau kembalikan Sasuke dulu baru kukembalikan."
Naruto memandang Sasuke yang mengisyaratkan melalui matanya agar tidak mengikuti perintah dari Deidara.
"Jadi, mau apa tidak?" Deidara menyalakan pematiknya dan meletakan persis dibawah buku Naruto. "Satu… dua… ti –"
"Baiklah! akan kukembalikan Sasuke."
"DObe! jangan ikutin kata-kata dia!" Sasuke membentak Naruto, namun Naruto hanya bisa menunduk. Kalau bukunya dibakar maka habislah ia tidak bisa kembali ke cerita aslinya dan juga ia terjebak di dunia dongeng yang tak jelas ini.
"Maaf suke…" Naruto melangkah maju menarik napasnya sebentar lalu " Sa –"
"Jangan!" tiba-tiba Sasuke memeluk Naruto dari belakang mencoba menghentikan tindakan Naruto. "Jangan, dia memiliki rencana dibalik ini semua."
"Ta-tapi Sasuke, bagaimana kalau aku tidak bisa kembali? bagaimana jika aku tak bisa bertemu dengan ibu? bagaimana jika..-"
Ucapan Naruto terhenti dengan telunjuk Sasuke yang berada di bibir Naruto. "Percaya padaku, kau akan kembali ke ceritamu." Naruto hanya bisa mengangguk, perlahan ketakutannya berkurang.
"Ayolah, ini bukan drama percintaan di sebuah novel jadi bagaimana kerudung merah? segera sebutkan nama Sasuke."
"Sebelumnya, lawan aku dulu. Kita bertarung secara jantan." tantang Sasuke pada Deidara. Namun sang objek tersebut hanya menguap bosan.
"Maaf, aku tak suka bertarung dan waktu habis, selamat tinggal Naruto sang kerudung merah." perlahan api menjalar mengenai ujung buku Naruto, dan saat itu Naruto langsung menerjang buku yang ditangan Deidara dan berusaha memadamkan apinya.
Deidara tertawa terbahak-bahak melihat buku Naruto terbakar sebagian, namun kebahagiaanya tak berlangsung lama karena Sasuke langsung mengucapkan namanya Deidara dan seketika Deidara masuk kedalam buku. Ia lupa kalau Sasuke juga mendapatkan tugas yang sama dengan Naruto sehingga ia bisa mengembalikan seseorang ke dalam cerita asli.
Sasuke melihat Naruto terisak sambil mendekap bukunya.
"Sa-suke… hiks hiks bukuku terbakar hiks..hiks."
Tak tega melihat wajah Naruto yang penuh dengan airmata, Sasuke mendekap tubuh Naruto dnegan harapan bisa menenangkannya.
"Hiks…hiks… apa yang harus aku lakukan? hiks…."
Jika ditanya seperti itu Sasuke juga tak bisa menjawabnya. Ia memang seseorang yang dikenal jenius namun ia bukanlah penyihir yang mengerti hal-hal berunsur magic.
"Hn, aku akan menemanimu sampai kau kembali." Naruto menatap mata onyx Sasuke yang tampak ketulusan dan kesungguhan dalam tatapan Sasuke, dan itu cukup membuat Naruto lebih tenang karena Sasuke tak akan meninggalkannya. "Sebaiknya kita mencari si peri biru dan meminta bantuan padanya."
Naruto hanya bisa mengangguk mengikuti Sasuke….
…
…
Sepanjang perjalanan, Naruto nampak lebih diam dan tidka berisik seperti biasanya. Ia sempat bertanya kepada Sasuke dimana keberadaan Kiba, ternyata Kiba sedang menunggu mereka di desa bersama para anbu untuk mendapatkan pengobatan. Saat ini mereka berdua telah berjalan sekitar 10 menit, namun Naruto merasakan langkahnya semakin berat dan berat. Seakan ia sudah tak memiliki tenaga lagi untuk berjalan.
"Sasuke, bisakah kita berisitrahat sejenak? aku lelah."
"Hn."
Namun ketika Naruo hendak duduk dibawah pohon, ia merasakan sesuatu yang aneh pada bagian tubuh bawahnya –etss jangan mikir aneh dulu– maksudnya adalah bagian kaki Naruto. "Astaga teme! ka-kakiku kenapa mulai memudar?"
Sasuke yang baru saja hendak memejamkan mata, kembali terbuka akibat mendengar pekikan panik dari Naruto. Alangkah terkejutnya ia begitu melihat tubuh bahwah Naruto mulai dari kaki hingga pinggang mulai memudar, seakan menghilang.
"Sa-sasuke, aku takut." panik dan takut hanya itu yang dirasakan oleh Naruto. Ia mencoba menyentuh kakinya, namun tak bis sebagian tubuhnya mulai menghilang. "Sasuke, aku akan menghilang."
"Tidak! tidak dobe, kau tak boleh menghilang dulu!" Sasuke tak kalah paniknya ketika melihat tubuh Naruto malah semakin menghilang.
"Sasukeeee!"
"Naruto…!"
Tinggal kepala dan pundak Naruto yang nampak..
"Sasuke, mungkin inilah akhir ceritaku, terima kasih telah mau menemaniku melalui petualangan ini." ucapan terakhir Naruto yang disertai dengan senyumanya.
"Narutoooo!."
"Sasuke, sayonara…."
…
…
…
…
…
Sasuke POV
"SASUKE!"
Perlahan kedua kelopak mataku membuka dan hal pertama yang ku lihat dan ku rasakan adalah silau serta tubuhn yang sakit amat sakit.
"Sasuke! teme!"
Suara yang tak asing di telinga itu kembali terdengar. Suara khas dari seseorang yang sangat ku kenal dengan baik.
"Astaga, Teme! bisakah kau sadar? kau tau ini sudah jam berapa?"
Jam? apa maksudnya dengan jam? Suara siapa itu? dan bagaimana bisa orang tersebut mengenal Itachi? bukankah Itachi bersama dengan pasukan lainnya? Apa ia sudah kembali? tapi bagaimana bisa?
"Hey! baka otouto mau tidur sampai jam berapa? lihat Naruto sudah marah-marah."
Byurrr~
"APA-APAAN INI!" seseorang dengan kurang ajarnya menyiramku dengan seember air ditengah musim dingin seperti ini.
"Sudah bangun tuan Uchiha Sasuke? lihat ini sudah jam 5 sore, kau mau tidur sampai jam berapa hah?"
Kuedarkan pandanganku pada dinding bercat orange dengan sebuah jam dinding berbentuk rubah menghiasi.
Pukul 17.30….
"Kau, ini! aku hanya memintamu mendongengkan cerita untuk keponakanku Konohamaru agar ia tertidur, tetapi malah kau yang tertidur."
Saat itu aku sadar, bahwa itu semua hanyalah mimpi. Akibat aku mendongengkan keponakan Naruto yang ebrnama Konohamaru selepas pulang sekolah. Mungkin karena kelelahan aku malah tertidur dengan posisi kedua tanganku menyanga kepalaku yang di kasur, sedangkan tubuhku terduduk di bawah.
Tanpa basa-basi aku segera memeluk tubuh Naruto yang masih menatapku bingung. "Hey, kau kenapa teme? lepaskan." tak kuhiraukan permintaannya malah semakin kupererat pelukan tersebut.
"Sasuke, kau sakit?" Naruto memegang keningku dan dahinya berkerut membuatnya sangat manis.
"Jangan tinggalkan aku."
"Hum? aku tak kemana-mana, hanya habis menyuapi Konohamaru." Naruto melepaskan pelukannya dan menatapku. "Tadi orang tuamu menelpon, katanya hari ini keluarga paman Obito akan datang, makanya Itachi-nii datang menjemputmu."
"Hn."
"Kau mendengarkanku kan?"
"Hn."
"Dasar! bisa-bisanya kau tertidur dengan tumpukan buku dongen ini. apa yang kau mimpikan? kau tau, sesekali kau berteriak dan memanggil namaku." tanya Naruto yang tengah membereskan tumpukan buku cerita yang kujadikan alas tidur tadi.
"Hn, kerudung merahku. Sebuah mimpi yang sangat menakjubkan."
….
….
...
...
…. The End ! .....
...
pojokan kanon1010 :
wah! akhirnya tamat…. gomen kalau ini terlalu pendek, bisa dibilang kanon memakasakan diri menyelesaikannya sehingga hasilnya "mungkin" tidak memuaskan.
makasih yang udah mau sempet baca, fav, follow bahkan review fic ini ^^ … I can't say your name one by one. but I still want to say thank you ^^
sampai jumpa di fic kanon1010 lainnya ^^ dan jangan pernah bosan ketemu fic kanon ya ^^ 3s