Author Notes:Hm.. setelah lama tidak mengunjungi fanfiction, sepertinya fanfic banyak perubahan sana dan sini.

oke Author AkiraRaymundo kembali lagi kesini, maaf untuk para Readers yang membaca Naruto and a Modern Warfare saya tidak lanjutkan karena saya sudah lupa jalan ceritanya. Mungkin karena waktu itu saya sibuk.

Nah kebetulan saya memperoleh ilham bahwa saya harus menulis fic lagi jadi inilah cerita yang saya buat lagi. Saya Harap para Readers menyukainya.

Cerita ini terinspirasi dari Naruto shippuden the movie 6:road to Ninja

Disclaimer: Masashi Kishimoto


Naruto:Dream,Days,Destiny

By:Akira Raymundo

ACT 0: Prologue

POV: Sudut Pandang Orang ketiga Serba tahu

Chapter 1:The Last Battle

Malam ini begitu indah bagi seorang Uchiha Sasuke, malam dimana bintang-bintang begitu banyak dan tampak memiliki pola-pola yang begitu indahnya. Dia tidak peduli dengan segala jeritan, raungan, teriakan, maupun tangisan yang terdengar sangat keras dari seluruh penjuru. Dia hanya peduli kepada bintang-bintang yang indah itu seakan mereka berkata, "Kerja bagus nak.". Walau dia seakan tidak peduli pada suara apapun namun sesungguhnya dia sedikit terganggu dengan tangisan seorang gadis berambut pink di sisinya yang duduk dengan wajah yang berlinang air mata.

"Kenapa kau menangis Sakura?" tanya Sasuke kepada gadis disebelahnya tersebut.

"Bagaimana aku tidak menangis? Setelah sekian lama akhirnya kita dapat berkumpul lagi tapi kau kini akan pergi lagi? Dasar Baka!" Mendengar jawaban Sakura, Sasuke terdiam. Dia mulai mengingat apa yang dia lakukan.

Dia datang ke medan pertempuran secara tiba-tiba bersama tim Taka dan Orochimaru. Saat itu mungkin dia tidak berpikir akan membantu Naruto dalam pertarungan melawan Obito dan Madara, namun setelah mendapat jawaban yang dia cari dan mengetahui bahwa rencana Madara bukan membuat dunia terbelenggu ilusi melainkan benar-benar ingin menghancurkan dunia, dia akhirnya bergabung bersama Naruto.

Pada saat itu, dengan tangan Madara sendiri, Obito dibunuhnya dengan menusuk jantungnya dengan jurus Mokuton serta Rinnegannya dihancurkan, dan disaat yang bersamaan Hachibi tertangkap olehnya dan segera disegel. Naruto dan Sasuke bertempur sengit melawan Madara. Namun, Madara tidak bisa dibunuh. Akibat kelelahan, mereka menjadi lengah dan Naruto terkena kutukan teknik kutukan Madara yang dimana Mata Naruto terbakar oleh api Amaterasu dan menghancurkan matanya. Disaat yang bersamaan Kurama diambil secara paksa oleh teknik Ningendo. Beruntung saat itu Orochimaru—Yang entah kenapa—membantu menyegel api Amaterasu dari mata Naruto, hanya saja keadaan Naruto kritis akibat serangan Amaterasu Madara dan Kurama yang diambil paksa oleh Madara.

Sasuke yang melihat itu melesat menuju Madara, tapi dengan mudahnya dia dihajar hingga terpental jauh. Pada akhirnya, Madara berhasil membangkitkan Juubi dan dia berusaha mengendalikan Juubi tersebut namun gagal akibat perbedaan cakra yang terlalu besar. Sasuke yang melihat itu langsung melesat kembali melawan Madara. Pertarungan mereka cukup sengit. Tentu saja, karena kualitas yang sangat jauh berbeda dan fakta bahwa Madara tidak bisa mati membuat Sasuke kalah telak dengan luka yang cukup parah.

Tiba-tiba saja Orochimaru datang memberitahu satu-satunya cara untuk mengalahkan Madara. Satu-satunya cara hanyalah Jurus Shiki fuin. Belum selesai Orochimaru memberitahu segelnya, Madara membunuhnya dengan mengambil Rohnya. Pada saat itu kondisi Sasuke juga tidak mungkin untuk menghindar karena dia sangat kelelahan. Beruntung saat Madara ingin menebas dirinya dengan Susano-o, Kakashi menyelamatkan dirinya.

Kakashi membawanya ke tempat teman-temannya berkumpul yang dimana mereka berkumpul mengelilingi Naruto yang sekarat. Sasuke yang melihat kondisi tersebut langsung berdiri dan menanyakan pada Kakashi segel penyelesaian Shiki fuin. Setelah diberitahu, Sasuke menerjang Madara kembali dengan sisa tenaganya. Pertarungan sengit kembali terjadi dan disaat yang tepat Sasuke mengorbankan mata kanannya untuk mengaktifkan jurus Izanami yang dimana target yang terkena jurus itu akan terkena ilusi De javu secara terus menerus sampai dia menerima takdirnya. Madara diam seketika dan Sasuke tahu dia hanya punya sedikit waktu sebelum Madara berhasil keluar dari De javu. Segera dia membuat segel Shiki fuin dan dewa kematian muncul dibelakang Sasuke. Dengan Sisa tenaganya, Sasuke segera menyegel roh Madara dan tubuhnya berubah menjadi debu.

Kini, Sasuke melihat keatas yang dimana dewa kematian telah melahap sedikit demi sedikit rohnya. Sasuke kembali melihat kearah Sakura.

"Sakura, aku punya permohonan terakhir." ucapan Sasuke barusan membuat Sakura yang tengah menagis terdiam. "Setelah aku mati tanamkan mata Kiriku pada Naruto dan tanamkan mata kanan Uchiha Shisui pada Naruto juga, mata itu ada pada Karin sekarang."

Sakura yang masih meneteskan air mata mengangguk. "Dan Sakura," ucap Sasuke lagi. "Katakan pada Naruto kalau aku menganggapnya sebagai saudaraku dan Sakura …Katakan pada teman-teman…Aku…Minta maaf." Ucapan itu adalah kalimat terakhir yang diucapkan Sasuke, setelah dewa kematian itu melahap seluruh roh Sasuke, Sasuke akhirnya menutup mata dengan tersenyum. Senyuman seorang pahlawan yang gugur setelah dia mendapatkan apa yang ia perjuangkan.

Sakura menangis sekeras-keras yang ia bisa. Kakashi yang kebetulan berada didekatnya ikut merasakan kesedihan Sakura walau tidak menangis.

"Kakashi-Sensei.." panggil Sakura. "Tolong bawa Sasuke kesebelah Naruto, ada yang ingin aku lakukan." Sesuai permintaan Sakura, Kakashi membawa tubuh Sasuke kesebelah Naruto, sementara Sakura menemui Karin.

"Karin, Sasuke memintaku untuk mengambil mata Uchiha Shisui, dan dia bilang mata itu ada padamu." mendengar ucapan Sakura, Karin menatapnya dengan curiga.

"Mau apa kau dengan mata itu? Lagi pula kenapa aku harus percaya padamu?"

"Karena Sasuke yang memintanya." jawab Sakura dengan tegas. Karin yang tidak menemukan celah kebohongan pada mata Sakura akhirnya mengambil gulungan pada kantung peralatan miliknya dan memunculkan satu tabung berisi air yang tepat ditengah-tengah tabung itu terdapat mata Sharingan.

"Sebenarnya, mata ini sudah rusak, namun Sasuke memintaku untuk membetulkannya." ucap Karin. "Kedengarannya itu permintaan konyol, tapi karena Sasuke yang memintanya, aku mencoba untuk membetulkan mata tersebut dengan berbagai macam percobaan dan akhirnya berhasil." setelah berkata demikian, Karin memberikan mata itu pada Sakura.

Sakura yang menerima mata tersebut langsung berlari menuju Naruto, namun sebelum Sakura sampai, dia dicegat oleh Kakashi.

"Kenapa kau menghalangiku sensei!? Apa yang sebenarnya mau kau lakukan!?" tanya Sakura sambil berteriak.

"Aku disini karena Obito memberikan pesan padamu."

"Pesan? Pesan apa?"

"Obito memintamu untuk menaruh matanya pada Naruto." sambung Guy.

"Dia tahu apa yang Sasuke lakukan pada mata Shisui." ucap Kakashi. "Dia ingin kau menyatukan mata Shisui dengan matanya dia sendiri."

Sakura terdiam sebentar, dia memang pernah mentransplatasi mata seseorang namun, menggabungkan mata Sharingan? Dia tidak pernah terpikir melakukan hal seperti ini. Beruntunglah saat itu Karin—yang kebetulan mendengar pembicaraan mereka—menawarkan diri akan membantu mentrasplatasi. Sepertinya dia pernah melihat cara menggabungkan mata Sharingan dari gulungan yang dia curi dari Obito.

Segera Sakura meminta Kakashi membawa tubuh Obito kesisi Naruto. Sakura segera membuka sebuah gulungan dan muncul peralatan medis yang dia perlukan. Sebuah tepukan lembut menepuk pundak Sakura. Dia menoleh kepada orang yang menepuknya tadi, orang itu ialah Hyuga Hinata dengan mata Lavendernya yang bersibah air mata akibat tangisan serta dibelakangnnya terdapat Neji yang berusaha menenangkannya.

"Sakura-chan*hiks*…" ucap Hinata. "Tolong selamatkan Naruto-kun."

Sakura terdiam sesaat. "Tenang saja Hinata, aku akan menyelamatkan Naruto." ucap Sakura sambil tersenyum

Sakura dan Karin kini bersiap melakukan operasi. Mereka berdua melihat satu sama lain dan mereka mengangguk tanda operasi akan dimulai.

Dream,Days,Destiny

Disuatu lembah yang indah dengan padang rumput yang membentang luas, berdiri seorang pemuda dengan rambut pirang dengan mata biru laut yang tengah berdiam menikmati pemandangan yang indah itu. Disana terdapat gunung-gunung serta bukit-bukit yang tertata rapi dan sebuah Danau yang sangat membentang luas menyatu dengan padang rumput yang indah itu. Langit tampak biru dengan awan dan matahari yang begitu serasi dan angin sejuk berhembus dipandang rumput tersebut.

Ditempat itulah Naruto merasa ketenangan yang luar biasa seakan dia tidak mau pergi kemana-mana lagi selain berdiam ditempat itu. Naruto mulai berjalan menelusuri padang rumput tersebut sambil menikmati pemandangan alam yang seakan mengajaknya terus menikmati pemandangan tersebut. Tidak lama dia berjalan, tampak dikejauhan sebuah gerbang yang tampak familiar bagi kedua matanya. Gerbang besar yang terbuat dari kayu jati yang besar yang dicat berwarna hijau dengan lambing Konoha. Dibelakang gerbang itu terdapat sebuah desa yang cukup familian baginya, desa yang dia kenal sebagai desa Konoha tempat dia lahir dan tempat dia tinggal.

Naruto berjalan semakin dekat dengan gerbang itu, namun, tiba-tiba tubuhnya ditahan oleh seseorang dari belakang tubuhnya. Otomatis dia menoleh kebelakang dan melihat seseorang yang dia kenalnya, seseorang dengan rambut Raven hitam dan mata onyx. Dia adalah Uchiha Sasuke yang tersenyum ramah terhadapnya.

"Sasuke?" tanya Naruto.

"Hai" balas Sasuke. Naruto tiba-tiba bingung sendiri dengan perubahan sikap Sasuke yang tiba-tiba tersebut. Naruto mengerutkan dahinya seraya berpikir keras padahal dia tidak bisa untuk berpikir keras. 'Sasuke tersenyum dan ramah? Tunggu? Tersenyum dan ramah!? INI PASTI MIMPI!" pikir Naruto yang merasa dunia sudah mulai sinting.

Sasuke melihat raut muka Naruto yang konyol langsung tertawa, tawanya bukan lagi tawa jahat yang selama ini dia perlihatkan, melainkan tawa layaknya anak kecil yang tanpa beban dipundaknya.

"HEY, TEME! APA YANG KAU TERTAWAKAN HAH!?" teriak Naruto yang tidak terima tertawai oleh temannya. Lagi pula bagaimana bisa Sasuke tertawa seperti itu?

"HAHAHAHA! Ekspresimu lucu sekali Dobe, Hihihihihihi!" tawa Sasuke sambil memegang perutnya yang terasa sakit akibat tertawa yang terlalu keras.

"WOI! JANGAN MENERTAWAKAN AKU! LAGI PULA DIMANA INI?" Sasuke perlahan menghentikan tawanya dan dia kembali tersenyum kearah Naruto. Dia melihat kearah langit yang biru.

"Entahlah, aku juga tidak tahu dimana kita tetapi disini sangat nyaman bukan?" mendengar ucapan Sasuke, Naruto mengangguk setuju. Mereka berdua menatap langit yang sangat indah seakan sinar matahari tidak menyengat sama sekali.

"Kau tahu Naruto, setelah apa yang kita lakukan aku jadi tersadar satu hal." Naruto yang mendengar perkataan Sasuke menoleh kearahnya. "Dendam dan Nafsu tidak akan pernah habis jika kita menurutinya, cara terbaik adalah melepaskannya seperti air sungai yang mengalir dari gunung menuju lautan."

"Heh~ tumben kau bisa membuat kalimat seperti itu." ucap Naruto sambil tersenyum dan menyilangkan tangannya dibelakang kepalanya.

"Lagi pula Naruto…bukannya kau masih mempunyai tugas yang kau perlu selesaikan?" tanya Sasuke. Naruto terdiam sejenak. Dia merasa memang ada tugas yang seharusnya dia selesaikan saat ini tapi dia lupa apa itu.

Sasuke mulai berjalan menuju gerbang Konoha diikuti oleh Naruto dibelakangnnya. "Mau kemana kau?" tanya Sasuke sambil menengok kearah Naruto.

"Tentu saja menuju gerbang itu. Kau juga mau kesanakan?" Sasuke terdiam. Dia menghembuskan nafasnya sejenak seakan dia mengejek betapa bodohnya temannya yang bernama Uzumaki Naruto.

"Dengar Naruto, jika kau memperoleh tugas maka selesaikanlah, itu bukannya jalan sebagai seorang ninja?" Naruto mengangguk setuju atas perkataan Sasuke. Namun dia masih bingung tugas apa yang harus dia lakukan.

"Kau akan mengetahuinya sebentar lagi." kata Sasuke seakan dia bisa membaca pikiran Naruto. "Belum waktunya kau pergi kedesa itu Naruto, waktumu masih panjang."

"Tunggu, kenapa aku tidak boleh pergi kesana dan sementara kau boleh?" tanya Naruto kebingungan. "Dan kenapa kau bilang waktuku masih panjang? Apa sebenarnya tempat ini? JAWAB AKU SASUKE!"

Naruto berjalan menuju Sasuke hendak mencengkram kerah baju temannya tersebut, namun apa daya tiba-tiba ada angin yang menariknya dengan keras kebelakang tubuhnya. Naruto hendak melawan angin itu tapi tubuhnya seperti benar-benar tertarik dan tidak dapat menahannya.

"Kau akan mengetahuinya jika waktunya tiba Naruto." ucap Sasuke seraya meninggalkan Naruto yang mulai tertarik berlawanan arah dengan arah yang dituju Sasuke.

"TUNGGU SASUKE! AKU BELUM SELESAI!" Sasuke tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dia menarik pedang Kusanagi-nya dan melemparkan pedang itu kepada Naruto. Dengan Sigap, Naruto menangkap pedang tersebut.

"Aku berikan pedang itu padamu, jaga dan gunakan pedang itu baik-baik."

"TUNGGU DULU SASUKE!" teriak Naruto namun kini dia telah terhempas kebelakang mengikuti angin yang menariknya.

"SASUKEEE!"

Dream,Days,Destiny

"SASUKEEE!" teriak Naruto seraya bangun dari posisi tidur. Kini dia melihat te

man-temannya tengah mengelilinginya dengan pandangan takjub. Langsung saja dia merasakan pelukan seseorang yang dia lihat sebagai Hinata yang menangis tersedu-sedu, diikuti dengan Sakura,Chouji,Lee,Kiba, dan yang lainnya. Semua memeluk Naruto sambil menangis. Naruto sendiri bingung dan juga sesak. Dia tidak biasa menerima perlakuan seperti ini. Dia ingin mendorong teman-temannya tersebut namun apa daya dia tidak kuat.

Setelah semuanya kembali tenang—dan Naruto yang ngos-ngosan—mereka tersenyum kepada Naruto. "Selamat datang kembali Naruto!" ucap mereka semua.

"Ke-kenapa kalian menyambutku seperti itu? Memangnya apa yang terjadi?"

"Kau hampir mati akibat serangan Madara kau ingat?" kata Kiba mengingatkan. Naruto kembali ingat apa yang terjadi.

"Tapi kau selamat Naruto-kun, untunglah.." ucap Hinata yang tampak bersyukur atas kembalinya Naruto walau air matanya belum berhenti mengalir. Naruto yang melihat Hinata menangis menjadi tidak enak sendiri. Dia menghapus air mata Hinata dengan jari-jarinya.

"Maaf aku membuat khawatir kalian semua, aku kini tengah kem—" Naruto merasa aneh dengan pandangannya, seakan-akan dia dapat melihat cakra-cakra teman-temannya dan kekuatan besar tengah mengalir didalam tubuhnya. Dia melihat telapak tangannya sendiri. Kini tampak dalam penglihatannya cakra-cakra pada tubuhnya yang mengalir dari telapak tangannya menuju kedalam tubuhnya kembali.

"Sebenarnya apa yang terjadi padaku?" tanya Naruto. Tanpa sengaja dia teringat soal Sasuke. Segera dia mencari dimana Sasuke. Tapi kenyataan sepertinya memberikan jawaban yang pahit bagi dirinya, bahwa Sasuke kini tengah tiada. Dia melihat sendiri Sasuke terbaring disebelahnya dengan wajah yang tersenyum.

'Jadi, itu alasan kenapa aku bertemu Sasuke ditempat itu ya?' pikir Naruto dalam hati. Dia teringat pesan terakhir yang diucapkan Sasuke. Naruto segera mengambil Kusanagi Sasuke dan diikatnya pedang itu pada pingganggnya dengan tali seadanya. Dia melihat Juubi tengah mengamuk dan membunuh banyak orang yang berjuang melawannya. Naruto mulai melangkah untuk menuju medan tempur. Hanya saja, ada tangan yang menarik bajunya. Naruto menengok dan menemukan Sakura yang memegang bajunya.

"Apa kau akan pergi Naruto?" tanya Sakura."

"Ya." jawab Naruto tegas.

BUAK!

Tiba-tiba sebuah pukulan keras bersarang pada wajahnya. Naruto terpental sejauh 5 meter akibat pukulan dari Sakura yang lumayan keras.

"BAKA! APA KAU MAU MENINGGALKAN KITA SETELAH APA YANG TELAH KAMU LAKUKAN PADAMU!?" jerit Sakura. "SETELAH SASUKE TIDAK ADA APA KAU MAU MENINGGALKANKU BEGITU? SAHABAT MACAM APA KAU!?"

Naruto terdiam, dia melihat pantulan genangan air yang dimana pantulan itu mencerminkan dirinya. Namun ada yang berbeda darinya, matanya kini bukanlah mata biru yang biasanya melaikan mata dengan pola riak air yaitu Rinnegan.

"KAU TIDAK MENGERTIKAN KALAU HINATA MENYUKAIMU!?" tubuh Naruto tiba-tiba kaku. "KAU JUGA TIDAK MENGERTI JIKA KAMI SANGAT MENYAYANGIMU! KAMI SEMUA PEDULI PADAMU! TAPI KENAPA KAU SUNGGUH EGOIS!? KETIKA KAMI BISA MENYELAMATKANMU TAPI KENAPA KAU MALAH INGIN PERGI LAGI!? HAH!?"

Naruto kini berdiri dan memutarkan badannya menghadap Juubi yang masih mengamuk. Tiba-tiba bajunya kembali dipegang oleh seorang Haruno Sakura. "Aku mohon Naruto*hiks*… Jangan pergi…"

"Maaf Sakura…" ucap Naruto seraya melepaskan tangan Sakura dari bajunya. "Ini sudah tugasku untuk melindungi kalian, tidak ada yang bisa mengalahkan Juubi selain aku."

"TAPI KITA BISA MENGALAHKANNYA BER—"

"TIDAK BISA SAKURA!" Sakura terdiam mendengar jawaban Naruto. "Kekuatan kalian tidak cukup untuk melawannya, hanya aku seorang yang bisa!"

Sakura terdiam, yang lainnya juga terdiam mendengar keteguhan hati Naruto. "Dengar Sakura, aku melakukan hal ini bukan untuk diriku saja, ini untuk kalian semua yang mengorbankan jiwa kalian untuk pertempuran ini."

"Maafkan aku Sakura, maaf atas keegoisanku ini." Naruto memutar badannya seraya memegang bahu Sakura untuk meyakinkan Sakura

"Hinata." panggil Naruto. "Maaf atas ketidak pekaanku atas perasaanmu." Hinata hanya menunduk mendengar hal itu. "Maaf aku tidak bisa membalas perasaanmu namun jujur aku juga menyukaimu." mendengar ucapan Naruto, air mata Hinata kembali menetes. "Dan semua, maaf aku telah merepotkan kalian semua, aku tidak tahu harus berkata bagaimana lagi tapi, terima kasih." Teman-teman Naruto juga ikut menangis, bahkan Neji yang berwajah tegar juga ikut menangis.

"Nah Sakura." ucap Naruto. "Aku pergi dulu." Naruto melepaskan tangannya dari bahu Sakura dan berlari menuju Juubi yang mengamuk.

Pada saat itu mereka semua terdiam menatap kepergian Naruto. Isak tangis teman-temannya mulai berhenti. Air mata mereka menetes seperti butiran-butiran Kristal yang jatuh ke tanah. Menatap sang pahlawan Konoha yang berlari meninggalkan mereka semua.

Dream,Days,Destiny

Naruto menerjang Juubi dengan mengeluarkan Cho Odama Rasengan untuk memukul Juubi dan serangan itu telak mengenai Juubi. Juubi yang merasa terganggu segera menyerang Naruto dengan cakarnya namun Naruto dapat menghindarinya. Naruto mencoba mempertajam Kusanaginya dengan Cakra angin dan menebas Kaki kiri bagian depan Juubi dan membuat torehan yang cukup dalam bagi sang Biju.

Juubi itu berteriak keras karena kesakitian. Dengan amarah yang siap meledak, Juubi membuat Biju Dama yang sangat besar untuk menyerang Naruto. Karena ukuran yang begitu besar mustahil bagi Naruto untuk menghindarinya. Satu-satunya cara adalah cara yang pernah Nagato perlihatkan pada Naruto yaitu teknik Gakido yang dimana cakra musuh diserap oleh dirinya. Segera Naruto menjulurkan tangannya bersiap menerima serangan sang Juubi.

Juubi melancarkan serangannya yang kini menuju Naruto dengan kecepatan tinggi. Tepat saat bola itu mengenai Naruto, ledakan besar terjadi. Namun ledakan itu tidak berlangsung lama. Dengan cepat ledakan itu menghilang dan hanya menyisakan asap. Dari balik asap itu pula, kini tampak Naruto mengenakan mode Kyuubi walau tanpa Kurama. Mungkin itu efek dari dia yang menyerap energy Juubi dalam jumlah besar.

Naruto langsung membuat Kagebunshinuntuk mengalihkan perhatian Juubi dengan membuat Biju Dama dengan sekala yang lebih kecil. Sementara dirinya sendiri terbang menerjang Juubi. Disaat yang bersamaan Juubi kembali menyerang Naruto dengan cakarnya namun dihalangi oleh tembakan Biju Dama oleh Kagebunshin Naruto.

Disaat itulah Naruto membuat segel Rikudo Fuin untuk menyegel Juubi. Gerbang-gerbang raksasa khas Jepang yang berwarna merah muncul dari dalam tanah dengan jumlah enam buah. Gerbang-gerbang itu membentuk pola seperti bentuk segi enam jika dilihat dari atas. Tiba-tiba saja Rantai-rantai muncul dari gerbang-gerbang tersebut membelenggu sang Juubi. Segera Naruto membentangkan tangannya membuka bagian perutnya sebagai media penyegelan Juubi.

"Hai bocah!" teriak Juubi. "Kau pikir kau bisa menyegelku hah!?"

Naruto hanya terdiam mendengar perkataan Juubi. Dia tetap mempersiapkan segalanya untuk menuju ketahap penyegelan

"Kau tidak akan dapat menyegelku, kau pasti mati!" mendengar ucapan Juubi, Naruto tersenyum.

"Tidak apa-apa. Walau aku mati setidaknya dunia ini tentram tanpa ada lagi peperangan."

"Heh!? Kau pikir dunia akan damai begitu saja? Manusia itu memiliki Nafsu, dunia ini pasti akan terus dilanda peperangan." kata Juubi. Naruto terdiam.

"Memang, manusia akan selalu bertempur…tapi…" Naruto menatap Juubi tajam sambil berkata. "INILAH DUNIAKU DAN AKU TIDAK AKAN MEMBIARKANNYA HANCUR! KARENA ITU ADALAH JALAN NINJAKU!"

"GRRR! BOCAH!" teriak Juubi yang berusaha melepaskan belenggu rantai yang sangat kuat.

"FUIN JUTSU! RIKUDO FUIN!" teriak Naruto seraya menyelesaikan segelnya. Sebuah lubang terbuka pada perut Naruto dan Juubi tertarik kedalamnya. Energi yang begitu besar dari Juubi membuat dirinya serasa ingin meledak. Energi Juubi sungguh menyakitkan, mungkin dia tidak bisa bertahan dengan kekuatan yang begitu besar seperti ini.

Disaat kritis tersebut, secara tiba-tiba penglihatan Naruto berubah dari pemandangan penyegelan Juubi menjadi sebuah ruangan putih yang dimana para Biju dan Jinchuriiki berdiri melingkari dirinya.

"Kau berhasil mengalahkannya Naruto" Ucap Son goku sang Biju ekor empat.

"Ya, tidak sia-sia kami percaya padamu." kali ini Fuu yang berbicara sebagai Jinchuriki ekor tujuh.

"Yo-yo, Naruto berhasil yo." Bee sepertinya tidak bisa menghilangkan tabiatnya untuk menyanyikan lagu Rap.

"Sayang sekali, aku ingin minta maaf pada Gaara karena selalu merepotkan dirinya." Entah kenapa Shukaku baru menyesal sekarang.

"Naruto.." panggil Kurama dari balik tubuhnya. Naruto tersenyum kepadanya dan Kurama juga tersenyum. Mereka melakukan tos tinju sebagai tanda kepercayaan dan juga tanda kepercayaan.

"Naruto, Maaf aku selalu merepotkanmu." Naruto mengenggeleng.

"Tidak, kau sama sekali tidak merepotkanmu Kurama, kau adalah temanku yang pertama sejak kita aku dilahirkan, bukannya begitu?"

"Hm, kau benar juga."

Saat mereka tengah berbincang-bincang dengan mereka munculah satu sosok dengan jubah putih dengan kalung berbentuk angka Sembilan yang berjumlah enam dan mata Rinnegan. Dia berjalan mendekati Naruto yang tidak sadar sama sekali kehadiran orang itu. Para Biju yang melihat itu Kaget. Naruto melihat ekspresi Kurama yang kaget menjadi bingung sendiri.

"Uzumaki Naruto." Panggil Sosok itu. Merasa dirinya dipanggil, Naruto membalikan badannya. Didepannya kini terdapat seorang dengan rambut raven hitam panjang namun memiliki wajah yang mirip dengannya. Awalnya Naruto menyangka itu Sasuke tapi melihat wajah dan matanya jelas dia berbeda.

"Kau..siapa?" tanya Naruto.

"Aku Rikudo Sannin, Uzumaki Naruto." ucap sang Rikudo.

"Rikudo Sannin? Siapa itu?"

"Dia adalah orang yang menciptakan kami." jawab Kurama cepat.

"Hah, kalian diciptakan oleh dia? Mustahil!." ucap Naruto tidak percaya dan dia memperoleh jitakan dari Kurama.

"Tidak apa-apa Kurama, dia hanya tidak tahu." kata sang Rikudo.

"Aduh-aduh, lalu kenapa kau tiba-tiba muncul disini?" tanya Naruto.

"Aku disini hanya ingin bertemu denganku wahai reinkarnasiku."

"Reinkarnasi? Aku Reinkarnasimu?" tanya Naruto yang dibalas dengan anggukan oleh sang Rikudo.

"Mungkin kau tidak percaya tapi kalau kau melihat cakramu sendiri dan melihat kekuatanmu sekarang, bukankah kekuatanmu mirip denganku?"

"Mirip darimana?"

"Yah itu tidak penting, tujuanku disini adalah hanya ingin mengucapkan selamat dan memberikanmu sedikit hadiah Naruto." ucap sang Rikudo.

"Hadiah? Hadiah apa?"

"Kau akan tahu setelah hadiah itu aku berikan padamu sebentar lagi, lagi pula waktumu juga sudah tidak lama lagi bukan?" Naruto memegang perutnya sendiri. Yang dikatakan Rikudo memang ada benarnya juga. Waktunya juga tidak lama lagi karena cakra Juubi terlalu besar.

"Naruto, tubuhmu tidak cukup kuat untuk menahan kekuatan Juubi, jika dibiarkan tubuhmu akan Hancur dan Juubi akan bangkit kembali." Perkataan Rikudo mengagetkan Naruto.

"Apa? Kalau begitu bagaimana caranya agar hal itu tidak terjadi?" tanya Naruto dengan cepat.

"Satu-satunya cara adalah melepaskan para Biju dan Jinchurikinya dari dirimu karena dirimu sebagai media pemisahan."

"Baik, akan segera aku lakukan." ucap Naruto dengan mantap.

"Namun, teknik ini memiliki resiko." ucap Matatabi si ekor dua.

"Resiko?"

"Resikonya adalah kematianmu Naruto." perkataan Isobuu si ekor tiga membuat Naruto terdiam.

"Benar, kau sebagai media pemisahan maka tubuhmu yang harus kau korbankan." Lanjut Rikudo. Naruto terdiam. Naruto menghela nafasnya dan menatap sang Rikudo tajam.

"Apapun resikonya, akan aku lakukan." Rikudo tersenyum dengan jawaban Naruto. Segera sang Rikudo membuat segel dan tiba-tiba para Biju serta Jinchuriikinya bersinar dengan terang dan itu termasuk Naruto.

"Naruto, aku akan memberimu satu kesempatan untuk mengubah takdir dirimu di dunia lain, ini adalah hadiah yang aku berikan padamu, manfaatkan ini baik-baik."

"Dunia lain? Apa maksudmu aku akan mati?"

"Untuk di dunia ini, iya. Tapi jiwamu akan aku kirim ke dunia lain dan disana kau harus bisa mengubah takdir dirimu sendiri Naruto." Naruto mengangguk mengerti atas perkataan sang Rikudo.

"Kurama akan mendampingimu kesana, karena kau adalah Jinchuriikinya Naruto."

Naruto tersenyum dan menoleh kearah Kurama. Dia mengacungkan jempolnya kepada Kurama dan Kurama sendiri mengacungkan jempolnya pada Naruto.

"Sebelum kau pergi Naruto, kami punya sedikit hadia padamu juga." ucap Saiken sang ekor 6. Para Biju tersebut mengaum disertai dengan munculnya cakra-cakra mereka yang meluncur menuju Kurama. Kurama yang menerima kekuatan dari teman-temannya berubah wujudnya menjadi rubah berbulu putih dengan mata berwarna emas. Didahinya terdapat dua tindik berwarna hitam.

"Ini…"

"Kekuatan yang kami berikan padamu adalah cara untuk menunjukan dirimu yang sebenarnya Kurama. Kau sebenarnya adalah Kyuubi no Kitshune, sang rubah pembawa keberuntungan." kata Choumei sang ekor tujuh.

"Jaga Naruto baik-baik Kurama." ucap Gyuuki sang ekor delapan. Kurama mengangguk.

"Nah, Persiapan selesai. Sekarang pergilah kalian semua menuju kehidupan yang baru!" teriak RIkudo diseratai menghilangnya para biju dan Jinchuriikinya menuju tempat dan tujuannya masing-masing. Kini yang tersisa adalah Naruto dan Kurama. Tubuh mereka perlahan-laman mulai menghilang.

"Sebelum menghilang, ambilah ini." ucap Rikudo sambil melempar gulungan besar pada Naruto. "Itu adalah cara-cara menguasai Rinnegan secara keseluruhan, pelajari itu baik-baik." Naruto menatap Rikudo sambil tersenyum.

"Terima kasih, Rikudo Sannin." setelah itu Naruto menghilang menuju dunianya yang baru dimana petualangan baru akan menantinya.


Author Notes

Halo, saya kembali lagi dengan fic baru. Yah-yah sama memang kurang konsisten dengan fic lama saya karena kebetulan saya lagi stress dengan banyaknya tugas yang sedang menumpuk jadi membuat saya blank untuk melanjutkan cerita lama saya.

Kebetulan cerita ini cerita yang lagi terlintas di kepala saya. Mungkin sedikit rancu jalan ceritanya tapi semoga para readers menyukainya.

Jika boleh saya meminta para Readers memberi komentar pada cerita saya dengan menulis pada Kolom Review.

PS:Jika ingin ceritanya dilanjutkan tulis pada kolom Review.