Cherry Love

Disclaimer :ceritanya punya saya!

Main Cast : SiBum

Summary : Dia teman masa kecilku. sampai sekarang dia yang selalu bisa menjagaku, merawatku dan selalu ada saat aku butuhkan. Hanya dia... ya benar, hanya dia.

Chapter : 3

Genre : Romance, Hurt/comfort

Warning : Yaoi / sounen-ai, typo(s) dimana-mana #pasti =A=, OOC!

Rated : T


Chapter 3

Sekarang Tao benar-benar tak bisa tidur. Di sebelahnya terdapat Kris yang sedang memandang bosan ke arah layar LCD nya. Jangan salahkan Tao kalau memang orang tua sering mengatakan, 'Anak kecil tak baik tidur malam-malam' dan dengan suksesnya Tao melanggar itu semua. Bagaimana ia bisa tidur kalau di sebelahnya ada Kris yang sedang bermuka cuek itu, ditambah lagi dengan dirinya yang berada di dalam kamar Kris. For God Shake! Tao ingin mati saja sekarang kalau diperbolehkan. Sebenarnya tadi Tao sempat menolak saat Kris memintanya tidur di kamar Kris, tapi Kris yang memang dasarnya tak mau dibantah dengan cueknya berkata, 'Tak ada penolakan Mrs. Wu.' Dan itu sukses membuat uri panda Tao memerah gaje dan luluh hatinya dan sama sekali tak memikirkan kalau akhirnya akan seperti ini. Tao menghembuskan napasnya berat. Diliriknya jam yang menunjuk angka dua belas. Kalau di rumahnya, sudah dipastikan Tao sudah tertidur pulas walaupun penyakit insomnianya kadang-kadang kambuh. Dialihkannya pandangannya menuju kearah Kris yang masih memasang tampang stoic yang sering dibilang para yeoja di sekolahnya keren itu. Tao akui memang kalau namja chingunya ini memiliki wajah yang tampan serta tubuh yang proposional, dan sebagai seorang namja, Tao sedikit iri dengan Kris karena memiliki fisik seperti itu. Tao sudah berkali-kali mencoba untuk membentuk absnya, tapi tetap saja tak bisa seperti Kris. Susah memang kalau sudah ditakdirkan menjadi seorang uke sejati.

Kris sekarang hanya memakai singlet hitam dengan bawahan berupa celana training panjang berwarna abu-abu, menambah aksen ke-machoannya. Melihat itu Tao menjadi ber-blushing sendiri, sampai sampai ia tak tahu kalau Kris melihat kearahnya dengan pandangan aneh dan smirk yang berteger indah di bibirnya. "Kau kenapa Tao?" Tanya Kris yang -berpura pura- memasang wajah bingung.

Tao terlihat tersadar dari lamunannya. Ditatapnya Kris dengan pandangan malu. "Tidak ada apa-apa kok, ge." Ujarnya dengan pipi yang berwarna pink merona.

"Tao?" Seru Kris sambil memandang Tao dengan tatapan tajamnya. Hari hujan, mereka hanya berdua di kamar, sepertinya ini bukan waktu yang pas untuk disia-siakan, apa lagi yang ada di otak Kris saat ini melihat Tao dengan kepolosan dan ke-aegyeo-an yang luar biasa itu. Hanya saja Tao yang memang dasarnya polos hanya memandang Kris dengan pandangan yang polos disertai pipi berona pink.

"Ada apa ge?" Ujar Tao malu-malu. Ohh... ya Tuhan, bagaimana bisa namja seimut ini masuk ke 'kandang naga' yang kapanpun bisa 'menerkamnya' padahal ia tak salah apa-apa.

Kris mencondongkan wajahnya mendekat ke arah Tao. Dilihatnya Tao yang gugup. 'Shen a, BANGZHU WO!' Batin Tao merana. "Kau mau apa ge?" Ujar Tao dengan saltingnya. Demi Kami-sama! Dia masih ingin menjadi 'perawan'(?). Kris yang tak menghiraukan Tao seakan-akan sengaja memekakan telinganya. Kris malah lebih mencondongkan wajahnya kearah Tao yang sudah gugup seperti patung. Tapi...

'Cklek'

Bunyi saklar lampu terdengar. Oh Shit! Sepertinya untuk para TaoRis shipper harus bersabar karena ini bukan saatnya bias kalian ber-NC ria -_- kalian mau tahu kenapa? Karena Kris mencondongkan tubuhnya kearah Tao hanya bermaksud untuk mematikan lampu tidur. "Meihao de yewan, Tao." Ujar Kris sambil mematikan televisi dan memejamkan matanya, meninggalkan Tao yang membeku. "Hun Zhang (Bastard)" Kata Tao pelan sehingga Kris-pun tak bisa mendengarnya. Dengan masih memasang raut wajah Shock, Tao memejamkan matanya dan menenggelamkan tubuhnya di dalam selimut.

.

.

Di sinilah Siwon, di dalam rumah keluarga Kim. Setelah insiden Siwon yang 'hujan-hujanan' di depan rumah Kibum itu, mau tak mau Kibum pun menyuruh Siwon masuk. Walaupun rasa kesal dan marah itu masih ada, tapi Kibum tak akan pernah tega kalau melihat orang yang selama ini ia suka secara diam-diam itu sakit.

Dengan Selimut yang melingkar di badannya, Siwon terbaring di ranjang kamar Kibum. Badan yang menggigil dan suhu tubuh yang tinggi sudah cukup membuktikan kalau namja tampan itu sedang demam tinggi. Sedangkan namja yang duduk di sebelahnya hanya memandang Siwon dengan pandangan bersalah. "Mianhaeyo Wonnie..." Helanya bersalah. "Tapi ini salahmu juga, kalau saja kau tak menciumku, pasti tak akan ada insiden seperti ini." Lanjutnya lagi setelah merasa kalau bukan hanya dia saja yang mengambil peran dalam masalah ini. Karena tiba-tiba mengalami mood swing, Kibum mengambil kompres Siwon dan mencelupkannya ke air setelah itu ia peras kompres itu dengan ganas, dan tak tertinggal dengan ekspresi wajah yang memasang muka kesal. Dikompresnya lagi kepala Siwon dengan cara yang 'agak berbeda' dari cara orang lain 'melakukannya' dan itu sukses membuat Siwon menggeliat di kasurnya.

Siwon membuka matanya perlahan-lahan. Pusing. Itulah yang ia rasakan saat pertama kali berusaha membuka matanya. Disesuaikan pandangannya ke suatu objek yang sekarang ini menatap garang padanya. "Bummie, eoh?" Tanyanya memastikan.

Kibum hanya mempout-kan bibirnya lucu. "Bukan! Aku setan!" Ujarnya kesal dengan pipi menyerupai bakpao. Karena air kompres Siwon yang sudah mendingin, Kibum pun berinisiatif untuk menukar air itu. Dilangkahkannya kakinya keluar dari kamar.

Siwon yang sebenarnya masih belum sadar, mengerjap-ngerjapkan matanya. Termenung beberapa saat sampai akhirnya ia mengingat kejadian tadi yang membuat dia demam. "Aish! Siwon babbo!" Siwon pun berusaha keluar kamar untuk meminta maaf pada Kibum, walaupun kepalanya berdenyut sakit. Dia tak mau kalau sahabatnya itu marah kepadanya.

"Bummie..." Rengknya manja kepada Kibum. Kibum yang notabene sedang menuangkan air panas pun hanya diam. Tak menyahut panggilan Siwon atau pun hanya sekedar menolehkan kepalanya. "Bummie..." Rengek Siwon lagi. Dan benar-benar tak didengar oleh Kibum. Siwon menghela napas. Kibum kalau sudah begini akan sulit mengembalikan moodnya seperti semula.
Didekatkannya tubuhnya untuk memeluk Kibum dari belakang. Intim sekali, eoh? sebenarnya ini sudah biasa mereka lakukan, dan mereka nyaman-nyaman saja dengan hubungan keduanya. Menggantung. Karena keduanya tak tahu cara mengatakannya dengan kata-kata. Dengan perilaku, itu sudah cukup.

"Bummiee.. Mianhaeyo... aku menyesal." Kata Siwon yang tangannya masih berada di pinggang Kibum. Hidungnya ia gesekkan ke permukaan kulit leher Kibum, menambah sensasi yang aneh di jantung si pemilik. Tak ada jawaban. Sama sekali tak ada jawaban. Siwon menghela napasnya lagi. Untuk kesekian detik hanya keheningan yang menyelimuti. Menambah canggung suasana.

Sungguh, Kibum benar-benar benci saat-saat canggung begini. Saat jantungnya entah mengapa berdebar dua kali lebih cepat dari biasanya. Yah, walaupun sebenarnya ia menyukai sensasi ini. Tapi tidak untuk saat ini, ia benar-benar sudah marah dengan Siwon karena perlakuan namja itu terhadapnya. "Aku menyesal Bummie, maafkan aku..." Skak mat! Siwon-ssi! Kau bukan malah membaikkan perasaan Kibum, tapi kau makin menghancurkannya!

"Jadi begitu?" Tanya Kibum yang sedari tadi membisu tak bersuara. Siwon mengangguk mengiyakan. Ia berharap Bummie-Nya tak marah lagi. "Jadi begitu, heh? Aku bukan hanya memberikan ciuman pertamaku pada orang yang tak mencintaiku tapi juga pada orang yang tak bertanggung jawab, eoh? Sudah melakukannya ia bilang menyesal?" Kata Kibum dengan nada menusuk. Siwon kembali membuka mulutnya untuk menjawab tetapi, Kibum memotongnya. "Dia boleh bilang menyesal sampai dia bisa mengembalikan ciumanku!"

"Bumm-"

"APA CHOI SIWON? JANGAN PERNAH MEMANGGILKU DENGAN NAMA MENJIJIKKAN ITU! KARENA NAMAKU BUKAN BUMMIE! TAPI KIM KIBUM!" Teriak Kibum menatap Siwon dengan garang. Tak lupa dengan air mata yang berteger di pelupuk matanya. Di langkahkannya kakinya menuju kamarnya. Meninggalkan Siwon tanpa sedikitpun mendengarkan penjelasannya.

'Mianhae...'

.

.

Kibum terbangun dari tidur lelapnya semalam. Yah.. Tidur lelap, karena kelelahan menangis sampai pukul tiga dini hari. Aish.. Sudahlah, sepertinya kita tak perlu menyinggung masalah tadi malam. Memperburuk suasana.

Kibum mengerjap-ngerjapkan matanya lucu. Kibum tahu ada yang aneh pagi ini. Dan ya Tuhan, kemana Siwon? Bukankah namja itu yang selalu mengurusinya dari awal ia terbangun sampai ia tertidur? Ah... Uri Kibum baru ingat kalau ia sedang ada masalah dengan Siwon. Tapi biasanya, separah apa pun perdebatan mereka, Siwon selalu datang untuk sekedar membangunkannya. Aneh sekali. Satu rasa aneh menjalar di hati Kibum. Hatinya mencelos. Apakah Siwon marah dengannya karena perkataannya semalam? Apa Siwon tak ingin bertemu dengannya lagi setelah ini? Andwae! Itu seperti mimpi buruk yang benar-benar terburuk dari semua mimpi buruknya, menurut Kibum. Kibum segera melihat jam digital di meja sebelah kasurnya.

06.45

Kibum yang melihat itu hanya menatap dengan pandangan innocent. Tapi berselang beberapa waktu, ia melebarkan matanya. Ia terlambat! No way. Jam pertama hari ini adalah pelajaran matematika. Dan ia benci mengatakan hal ini. Kalau jam pertama matematika, maka yang mengajar adalah Go Ara! Aishh... Babbo ya! Rutuk Kibum untuk dirinya sendiri.

Kibum pun mengambil langkah seribu menuju kamar mandi. Ia tak mandi, hanya cuci muka dan sikat gigi saja. Siapa yang ingin berlambat-lambat kalau sudah tahu terlambat? Kibum itu masih waras dan memiliki otak yang pintar. Dia tak mungkin mengambil resiko besar untuk dipermalukan di depan kelas karena keterlambatannya. Satu lagi mimpi buruknya setelah masalah Siwon. Dan Kibum tahu, harinya kali ini pasti sangat 'menyenangkan' sampai dia ingin muntah.

.

.

Angin berhembus sejuk. Datang menerpa dua insane yang sedang dimabuk asmara. Beriak meniup rambut kedua namja yang tampan. Menambak bubuk romantis di suasana yang manis. Hening. Tak ada yang berbicara. Kedua Insane itu tahu benar, kalau ini adalah scane-scane yang mereka minta. Tampak kedua iris bola mata yang menarik tertutup oleh kelopak mata yang sedikit menghitam, menandakan jelas kalau is pemilik sering terlambat tidur. Dengan kepala yang disenderkan ke bahu namja yang lebih bengis darinya. Namja bermata panda itu benar-benar menggemaskan bagi siapa pun yang melihat cuplikan ini.

Kris yang sedari tadi membaca novel tebal, mengalihkan kepalanya menghadap sang namja Chingu terkasih. Senyuman tipis tersungging di wajah tampannya itu. Walaupun senyuman itu menambah eksen angkuhnya, tapi tak terelakan lagi kharismanya. Jari-jemarinya menutup novel yang sedari tadi ia baca. Tangan kanannya bergerak untuk mengelus bibir orang yang tertidur di bahu atletisnya. Sungguh Sangat menggoda bibir itu.

Tao dan Kris sedang berada di atap sekolah; tempat yang sering sekali mereka pakai untuk menunggu waktu bel tiba. Tapi tentu saja tujuan utamanya untuk menghabiskan waktu bersama. Entahlah. Keduanya sangat nyaman dengan masing-masing pihak, membuat ikatan itu tak pernah putus, malah semakin tebal seperti tak bisa untuk dipotong sangking tebalnya.

Empat tahun..

Sudah selama itu mereka menjalin hubungan ini. Dimulai dari cinta monyet yang malu-malu, mengingat umur mereka saat itu. Kadang bertengkar, kadang bercanda, kadang penuh duka, cita serta banyaknya cobaan yang menerpa. Tapi, tetap saja sebagai penuntun hubungan ini Kris tak pernah sekali pun membiarkan hubungan ini putus seperti tak memiliki pangkal dari mana mulanya.

"Tao?" Ujar Kris yang sepertinya berusaha membangunkan sang panda. Tapi karena penyakit insomnianya, yang di mana malam menjadi siang dan siang menjadi malam, Tao malah tambah menyeruakkan wajahnya ke lekukan leher jenjang Kris.

"Tao? Hei... Beby panda.. bangun. Sebentar lagi bel berbunyi. Kau tak mau kan nanti dimarahi gurumu?" kali ini dengan sentuhan di bahu Tao. Tak kuat, hanya sekedar menepuk pelan saja agar sang empu terbangun.

Tao mengerjap-ngerjapkan matanya imut. Di pandanginya Kris dengan pandangan polosnya. "Jam berapa sekarang, ge?" Tanya Tao dengan suara serak.

Kris mengacak-acak rambut Tao gemas dengan telapak tangannya. Siapa yang tak gemas dengan perilaku Tao yang menyerupai anak kecil itu. "Jam 6.45, sepuluh menit lagi kita masuk kelas." Ujar Kris. Kedudukannya sebagai seorang ketua osis membuatnya selalu menghargai waktu. "Kajja, kita ke kelas." Katanya sambil menarik pelan tangan Tao.

Kepergian kedua sejoli itu menandakan kekosongan atap sekolah. Meninggalkan jejak masa lalu yang tak bisa di ulang. Tanpa diketahui, sedari tadi ada orang yang mengintai mereka.

"Kris akan menjadi milikku, Tao. Jadi bersiap-siaplah."

.

.

Kibum duduk dengan gelisah di jok mobilnya. Kali ini ia pergi dengan diantar oleh supir pribadinya, dikarenakan Siwon yang tak datang. Sungguh, ia benar-benar tak ingin terlambat masuk sekolah. Jam pertama matematika itu ada ulangan dan juga gurunya itu Go Ara. Kibum percaya tebakannya benar kali ini. Harinya pasti sangat amat 'menyenangkan'. "Ahjussi, tolong cepat sedikit. Aku sudah terlambat." Ujar Kibum dengan suara serak. Sang sopir hanya mengangguk mantap sambil mempercepat jalannya mobil.

Kibum, namja yang tak pernah bisa belajar mandiri. Namja yang selalu bergantung pada temannya yang bernama Siwon. Namja yang kekanak-kanakan. Namja yang cengeng dan pemalu. Fakta itu membuat posisi Kibum tak mempunyai arti kedewasaan atau hanya sekedar remaja pun sedikit tak cocok. Cildish. Hanya satu kata itu yang selalu melekat dengannya.

Tak terasa, mobil sedan hitam itu pun sudah membawa Kibum sampai ke depan gerbang sekolahnya. Ia pun mengambil langkah seribu. Tapi nihil. Gerbang sekolah sudah tertutup. Ia terlambat. Dilihatnya satpam yang sedang duduk di pos jaganya. "Ahjussi! Tolong buka pagarnya." Pinta Kibum dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Satpam tua itu hanya melirik Kibum sekilas. Kasihan juga. Tapi, apa boleh buat? Pekerjaannya sebagai satpam membuatnya harus bersikap tegas pada murid-murid di sekolah ini. Satpam itu berjalan mendekati Kibum. Tampak wajah sangar yang dilengkapi oleh kumis tebal miliknya. "Tidak bisa. Kau sudah terlambat 5 menit." Ujarnya tegas. Walaupun muka Kibum yang imut-imut itu bisa meluluhkan hati siapa saja.

"Ahjussi. Buka pagarnya ya. Aku ada ulangan hari ini. Please..." Ujar Kibum dilengkapi dengan puppy eyesnya. Satpam itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, tanda tak berubah pikiran. Kibum hanya memasang muka merajuknya.

"Pak satpam. Bukakan pagarnya." Kibum baru saja ingin pergi sebelum suara yang tak dikenalnya mucuncul. Kibum menolehkan kepalanya menghadap orang itu. Yunho! Itu Yunho! Sepupu Siwon. Badan tinggi, berkulit Tan, mata musang, berwajah kecil. Sudah pasti itu Yunho. Appa Yunho adalah salah satu infestor terbesar di sekolahan ini.

Satpam itu pun dengan berat hati membukakan pagar untuk Kibum. Kibum yang merasa berhutang budi pada Yunho pun berterima kasih pada sepupu temannya itu. Setelah itu dilangkahkannya kakinya dengan tergesa-gesa ke kelasnya. Bloody hell. Kelasnya yang terletak di lantai paling atas itu membuatnya setengah mati untuk sampai.

Saat sudah berada di depan pintu kelasnya, Kibum hanya menelan ludahnya kecut. Kibum benci mengatakan ini. Tapi, Go ara itu adalah salah satu guru yang suka sekali menghukum muridnya. Pasrah. Hanya itu yang Kibum lakukan. Diputarnya knop itu perlahan. Kosong. Kelas itu kosong. Hell! Ada apa ini? Kibum mengernyitkan dahinya. Banyak sekali pertanyaan yang terngiang di kepalanya.

Dengan masih memasang pandangan bingungnya, Kibum menelusuri ruang kelasnya untuk meletakan tas miliknya. Saat sudah berada di dedepan mejanya, Ia pun duduk di bangkunya sendiri. Entah kemana murid yang lain.

Satu jam sudah Kibum menunggu. Tapi hasilnya nihil. Tak ada satu pun siswa dan siswi yang datang atau hanya sekedar berlalu lalang di depan kelasnya. Lama-lama seperti ini bulu kuduknya berdiri juga. Karena merasa janggal di kelas ini, Kibum pun melangkahkan kakinya menuju kantin.

Di koridor menuju kantin sepi sekali seperti tak ada tanda-tanda kehidupan. Biasanya walaupun sedang dalam jam pelajaran, koridor pasti tak pernah sepi atau sekedar dilalui oleh guru atau staff-staff pembersih. Hell, ada apa dengan sekolahannya ini? Karena penasaran, Kibum pun dengan segenap keberaniannya mengintip di beberapa kelas. Kosong. Sama seperti kelasnya, kelas yang lain juga kosong. Kibum tahu ada yang tak beres dengan ini. Tangannya terjulur mengambil ponselnya untuk menghubungi Tao.

"Yeoboseyo?" Tak ada sahutan dari Tao. Tetapi sambungan ponselnya terhubung.

"Yeoboseyo, Tao? Tao apa kau di sana? Hei Tao jawab akmmppphhhhh" Perkataan Kibum terputus saat seseorang membekapnya dan setelah itu... gelap.

TBC


A/N: *senyum watados*

Krik-krik *bunyi jangkrik*

3 bulan...

Selama itu saya tidak mengupdate fic ini... Gila banget kan? -_-

HUAAAA! MAAFKAN SAYA MINNA-SAN! MAAFKAN SAYa!

Saya sebenernya mau udate dari kemaren" tapi kemaren kan lagi ujian semester -_- jadi gak bisa.

Semoga masih ada yang nunggu ni FF... AMIN!

Pai-pai ^^