Nobody Knows—

Author: Rin

Chapter: 1/3

Disclaimer: All casts is belong to themselves.

Rated: T

Pair: WonKyu (Siwon – Kyuhyun), slight KiWook, mentioned of YeHae. Lol. xD

Genre: Romance, a bit (failed) humor. Lol. ._.

.

Warning: AU, Shonen-ai/BL, OOC, Crack Pair, fluff gagal karena saya biasanya nulis yang nyerempet(?) angst atau minimal hurt/comfort -,-v, dll.

.

For: KyuKi Yanagishita and All WonKyu Shipper.

.

DON'T LIKE DON'T READ

.

.

Matahari mulai beranjak turun menuju peraduan, menyisakan semburat jingga keunguan di langit. Bel panjang pertanda jam sekolah berakhir telah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu, namun tak membuat seorang namja berambut coklat beranjak dari tempat duduknya. Kelas sudah sepenuhnya sepi, hanya ia satu-satunya penghuni kelas ini yang masih diam di sana. Ia menghela nafasnya—berat. Tangan kirinya menopang dagu, semakin menambah kesan kalau ia memang tidak akan beranjak dari bangkunya itu untuk waktu yang lama. Iris obsidian miliknya yang terbingkai kacamata bergerak ke kanan dan ke kiri, menyusuri setiap rangkaian kata yang tercetak pada buku yang terbuka lebar di hadapannya, sesekali beralih pada lapangan di balik jendela sana yang keadaannya hampir mendekati kata sepi. Hanya terlihat beberapa siswa saja yang masih berkeliaran di sana.

Duduk di barisan belakang dan dekat dengan jendela, membuatnya leluasa memperhatikan keadaan sekelilingnya. Lagipula, tempat seperti ini juga membuatnya tidak harus terlalu sering berkomunikasi dengan orang lain—atau sekalian saja tidak usah berkomunikasi dengan orang-orang merepotkan seperti itu, karena itu memang tujuannya memilih tempat di pojok seperti ini.

Ia anti-sosial. Ia akui itu. Seorang Cho Kyuhyun, namja nerd yang dikenal sebagai siswa paling jenius di angkatannya (hanya di angkatannya, karena di tingkat selanjutnya ada Kim Kibum—sepupunya—yang jauh lebih jenius daripada dirinya), adalah namja yang hobi menyendiri dan selama setengah tahun pertama ia menginjakkan kakinya di sekolah ini, dapat dihitung berapa kali ia mengeluarkan suaranya—itupun dengan terpaksa—di sekolah ini. Selebihnya, ia lebih memilih diam.

Ia tidak bermasalah dengan itu, karena itu memang keinginannya. Baginya untuk apa ia berkomunikasi dengan orang-orang—yang menurutnya—merepotkan. Toh ia tidak melakukan hal yang merugikan karena tindakannya itu.

Tidak peduli dan tidak mau tahu. Itu yang dilakukannya pada lingkungan sekitarnya. Entahlah, bukannya ia benci dengan keharusan berkomunikasi atau memiliki trauma di masa lalu yang membuatnya tidak ingin sekedar berbicara dengan orang lain. Ia hanya… malas. Konyol memang, tapi… itu kenyataannya.

Dan dengan penampilannya yang terkesan nerd itu, dengan seragam yang yang dikenakan dengan sangat rapi dan kecamata yang dikenakannya—yang menutup kesan manis dari wajahnya menurut Kibum (hell, ia rasanya ingin membunuh sepupunya yang satu itu ketika mengatakannya), membuatnya semakin terlihat sulit—kalau tidak mau dibilang mustahil—untuk didekati oleh orang lain di sekitarnya.

Ah, dan satu hal yang bisa ditutupi berkat penampilannya ini, yaitu perasaannya.

Baiklah, baiklah, ia tadi memang mengatakan kalau ia tidak peduli dengan keadaan sekelilingnya, bahkan kalaupun kiamat tiba-tiba terjadi sekalipun. Tapi ada sesuatu yang benar-benar membuatnya tidak bisa tidak memalingkan wajahnya dan melakukan kebiasannya mrngabaikan dunia.

Itu…

Adalah seorang namja. Oke, kalian tidak salah baca, ia memang tertarik dengan seorang namja di sekolahnya ini. Dan namja itu sama seperti dirinya, sulit untuk didekati. Bukan, bukan, bukan karena dia juga anti-sosial sama seperti dirinya. Ia justru orang yang bisa bersosialisasi dengan sangat baik, dan itu yang jadi masalahnya. Tidak mungkin kan kalau orang anti-sosial seperti dirinya tiba-tiba mengatakan suka padanya?

Aish, beruntunglah ia memiliki sepupu lain yang jauh lebih tua darinya yang sangat pandai memasang poker face dan menyembunyikan perasaannya, sehingga ia bisa belajar melakukan hal itu darinya.

Setidaknya tidak ada seorang pun yang tahu mengenai hal ini.

Ah, dan kalau kalian bertanya siapa namja yang dimaksud olehnya ini, itu adalah sang ketua OSIS, teman sekelas dari Kim Kibum (yang juga sama-sama anggota OSIS). Namja dengan tubuh yang proporsional dan senyum yang menawan…

Choi Siwon.

.

.

"Daripada kau galau begini dan malah berubah jadi seperti seorang gadis yang baru pertama kali merasakan cinta, bukannya lebih baik kalau kau menyatakan perasaanmu pada Siwon-hyung?"

Oke, ralat pernyataan sebelumnya yang menjelaskan kalau tidak ada seorang pun yang mengetahui perasaannya ini, karena seorang Kim Kibum yang terlihat cuek justru menyadarinya dengan sangat mudah.

"Kau gila, hyung!" Kyuhyun melempar sebuah bantal ke arah Kibum yang tengah fokus pada game yang tengah dimainkannya.

Saat ini keduanya sedang berada di kamar Kyuhyun. Mereka memang dekat, selain karena perbedaan usia mereka yang hanya satu tahun, mereka juga memiliki hobi yang sama—game. Perbedaan mereka hanyalah dari masalah kemampuan berhubungan dengan orang lain.

Kyuhyun yang saat ini melepaskan kacamatanya dan mengenakan contact lens—hal yang selalu ia lakukan jika ia diam di rumah—memutuskan untuk merebahkan dirinya di atas ranjang lalu memejamkan kedua matanya, mengabaikan Kibum yang kini… err… terlihat menyeringai ke arahnya.

Kibum menekan tombol pause pada PSP miliknya lalu menyimpannya di atas meja nakas. Kini perhatiannya teralih sepenuhnya pada Kyuhyun, sepupu yang—menurutnya—sangat menarik untuk digoda.

"Kyu~"

"Hm?"

Grep.

"Mwo?" Kyuhyun terbelalak, ketika didapatinya hyung beda setahunnya itu sudah ada di atasnya—dan dalam keadaan menindihnya. Aigoo, sejak kapan orang ini sudah beranjak ke atas tubuhnya?

"Kyunnie~" Kibum berbisik di telinga Kyuhyun, suaranya sengaja ia buat se-seductive mungkin, berniat untuk mengerjai sang sepupu tentunya. Tangan kanannya diam-diam mengambil ponsel yang terselip di saku belakang jeansnya.

"H-hyung?" Kyuhyun menelan salivanya. Dilihatnya Kibum tengah menyeringai padanya. Ini pertanda buruk—mungkin. Wajahnya agak memerah, kenapa di saat seperti ini ia merasa kalau sepupunya ini terlihat… sexy?

Kyuhyun mengenyahkan pikirannya. Ya Tuhan, ia kan bukan penganut incest, hanya gay saja. Kenapa tiba-tiba malah terlintas pikiran seperti itu?

BRAKK!

"Yaa, Kim Kibum! Hentikan tindakan asusilamu itu!"

Pintu terbuka, diiringi teriakan dari sebuah suara baritone. Kyuhyun dan Kibum yang masih dalam keadaan terbaring itu segera menoleh ke arah pintu, dimana seorang namja bermata sipit dengan helaian hitam yang menghiasi kepalanya tengah memandangi mereka berdua sambil melipat kedua tangan di depan dada. Wajahnya agak keruh.

"Yesung-hyung…" Kyuhyun mensyukuri kedatangan sepupunya yang satu lagi, atau hyung kandung dari Kim Kibum—setidaknya itu bisa menyelamatkan dirinya dari pikiran yang tidak-tidak.

"Aish, hyung. Kau menggangguku saja, padahal barusan aku hampir mendapatkan foto Kyuhyun tanpa kacamata dengan wajah memerah." Kibum beranjak dari posisinya yang masih menindih Kyuhyun, membuahkan desah nafas lega dari Kyuhyun—sambil dalam hati mengumpat tujuan Kibum melakukan itu padanya. Foto? Ya Tuhan, ia sudah berusaha keras agar tidak ada seorang pun—di sekolahnya—yang bisa melihat wajah tanpa kacamatanya, dan sekarang sepupu gilanya itu malah berusaha mengambil fotonya? Mana wajahnya sedang agak memerah pula. Ia yakin kalau Kibum berhasil mendapatkan foto itu, sudah jelas kalau namja jenius itu akan menyebarkannya dan itu… masalah besar untuknya…

Kibum melangkahkan kakinya menuju Yesung. "Wae, hyung?"

"Wookie menunggumu di bawah." Jawab Yesung—singkat.

Kibum menganggukkan kepalanya. "Arraseo…" Ia membalikkan badannya, menatap ke arah Kyuhyun. "Aku serius dengan apa yang kubilang tadi, Kyu. Dia itu populer, kalau kau tidak segera melakukannya, orang lain yang akan mendahuluimu. Dan kau… yang pada akhirnya akan tersakiti."

Setelah mengatakan itu, Kibum pun melesat pergi dari kamar itu menemui kekasihnya, meninggalkan Kyuhyun yang memeluk bantalnya sambil menggigit bibir bagian bawahnya dan Yesung yang menatap keduanya bergantian dengan waut wajah bingung.

"Kyu?"

Kyuhyun mendongakkan kepalanya dan didapatinya hyungnya masih berdiri di dekat pintu. "Nde?"

"Kau sedang jatuh cinta?" tanya Yesung—tepat sasaran.

Kyuhyun melotot. "Mwo? ANIYO!"

Yesung mengerutkan alisnya. Reaksi yang terlalu berlebihan, tapi ia lebih memilih tidak peduli. Walau ia tahu kalau Kyuhyun barusan berbohong padanya, tapi ia tidak ingin ikut campur urusannya. "Ya sudah..."

Namja bersuara emas itu pun pergi dari kamar Kyuhyun, meninggalkan si pemilik kamar yang tenggelam dalam pemikirannya sendiri.

.

.

Kyuhyun menyusuri koridor lantai dua sekolahnya. Ia menghela nafas, matanya kini memandangi hamparan rerumputan dan beberapa pohon yang terlihat dari balik jendela. Terus terang saja, perkataan Kibum kemarin membuatnya terus kepikiran. Benar, namja itu populer—tidak, tidak, bahkan sangat populer, dan sudah jelas banyak yang menyukainya, atau bahkan mencintainya.

Namja berkacamata itu mengacak rambutnya. Tch, kalau saja ia tidak usah tertarik—atau malah jatuh cinta padanya—ia tidak usah merasa frustasi seperti ini. Salahkan kenapa orientasi seksualnya yang tidak normal, jadinya ia bisa tertarik dengan namja yang katakanlah… mendekati sempurna itu.

Kyuhyun masih tenggelam dalam pikirannya sendiri, terlihat melupakan tujuannya berkeliaran di lantai dua ini untuk menemui Kibum. Ia bahkan tidak memperhatikan langkahnya sendiri dan lebih fokus terhadap apa yang dikatakan Kibum kemarin sore.

BRUKK!

"Aww…"

Seseorang menabrak Kyuhyun, hingga namja itu terjatuh dengan posisi terduduk. Kacamatanya lepas, sementara buku yang dipegangnya terjatuh di sampingnya.

Kyuhyun mengusap tangannya, membersihkan debu yang menempel akibat menahan berat tubuhnya ketika jatuh tadi. Diabaikannya si penabrak, karena ia malas meladeninya.

"Mianhae… gwaenchana?"

Kyuhyun membatu mendengar suara itu. Suara itu… Ya Tuhan, ini mimpi. Katakan ini mimpi. Siapapun tolong tabok kepalanya atau lempar gayung ke dahinya dan katakan padanya ini mimpi. Ia mendongakkan kepalanya perlahan—dengan gerakan kaku, seolah ia sedang belajar menggerakkan tubuhnya. Satu hal, ini PASTI mimpi…

"Hei… gwaenchana?" Namja yang menabraknya kembali mengulang pertanyaan yang sama, ketika dirasanya si korban yang kena tabrak tidak meresponnya, kali ini disertai dengan uluran tangan, mencoba membantunya untuk berdiri—kalau-kalau kaki namja ini kenapa-kenapa. Biar bagaimanapun ia harus bertanggung jawab kan?"

Choi Siwon. Batin Kyuhyun—gugup.

Namja bertubuh jangkung bernama Choi Siwon itu mengerutkan alisnya menatap Kyuhyun. Satu kata yang terlintas di otaknya saat ini mengenai namja yang masih bertahan dalam posisi duduknya… manis.

Siwon menepis pemikiran yang mulai meracuni otaknya. "Hei?"

Kyuhyun tersentak. Ia segera berdiri, mengabaikan uluran tangan Siwon padanya. Bukannya tidak sopan, tapi ia benar-benar gugup saat ini. Kalau ia menerima uluran tangan itu, bisa dipastikan ia akan pingsan di tempat saat itu juga. Dan itu… MEMALUKAN.

Apa jadinya jika seorang Cho Kyuhyun, namja dingin yang hampir tidak mempedulikan apapun selain game, kedua sepupunya yang gila beserta namjachingu masing-masing (baiklah, ia agak sedikit risih dengan sifat namjachingu Yesung, Lee Donghae, yang childish padahal orang itu LEBIH tua dua tahun darinya), dan nilai akademisnya, harus pingsan HANYA karena bersentuhan dengan seorang namja mendekati sempurna yang… yang… disukainya? Mau ditaruh di mana mukanya? Di tong sampah? Atau dalam loker sepatunya saja?

"N-ndegwaenchana." Kyuhyun segera memungut kacamata dan bukunya, membungkuk sebentar, lalu bergegas pergi. Terlalu lama di sana sepertinya ia akan pingsan juga nantinya—atau mungkin dengan tambahan nosebleed parah. Hell, ia bukan fudanshi yang akan nosebleed hanya karena bersentuhan dengan namja kelewat tampan di hadapannya ini.

Siwon mengendikkan bahunya, bingung dengan tingkah orang yang barusan ditabraknya itu. Namun, satu hal yang kini tengah menghantui pikirannya—yang tumben-tumbennya tidak berisi soal agama… namja tadi itu… menarik. Orang pertama yang sudah membuatnya tertarik hanya dengan melihat biji obsidian miliknya, karena nyatanya selama hidupnya ini tidak pernah ada seorang pun yang benar-benar membuatnya tertarik—seperti sekarang ini.

"Kalau tidak salah, dia… Cho Kyuhyun, kan? Sepupu dari Kibummie… Menarik…" Dan seulas seringai terlihat jelas di wajahnya.

.

.

"Eottokhae?" ucap Kyuhyun—pelan dan hampir tidak terdengar. Ia kembali menggigit bibir bagian bawahnya—kemungkinan akan berdarah kalau terus-terusan melakukan itu. Aish, ia tidak peduli dengan itu. Karena yang dipedulikannya adalah kejadian barusan.

Ia tidak menyangka kalau ia bisa melihat wajah yang disukainya itu secara langsung dengan jarak yang sangat dekat seperti itu bukan dari kejauhan seperti biasanya. Dan harus ia akui, dari jarak yang sangat dekat itu—kemungkinan setengah meter—harus ia akui kalau wajah itu… wajah Choi Siwon itu… benar-benar tampan… dan mempesona…

Blush.

Rona merah segera menjalar melalui pipinya dan terus ke telinganya. Ini gawat, benar-benar gawat. Kalau ada orang yang melihat wajahnya yang seperti ini, ia benar-benar akan mengantongi kepalanya dengang kantong kertas dan membuangnya ke sungai Han.Aigoo, kenapa ia jadi seperti gadis remaja yang sedang kena love at the first sight begini?

"Aww… that was really so sweet~"

Kyuhyun membatu. Rona merah yang menjalar di wajahnya berganti menjadi pucat pasi, bahkan lebih pucat daripada kulitnya yang biasa ketika sebuah suara bass menginterupsi lamunannya. Ia menolehkan kepalanya dan dilihatnya sang hyung—Kim Kibum—tengah berdiri di belakangnya dengan sebuah seringai di wajahnya.

Pertanda buruk. Batin Kyuhyun. Ia tahu kalau seringai yang ditunjukkan Kibum saat ini menunjuk ke arah sesuatu bernama… KONSPIRASI…

Kibum bersandar pada tembok di dekatnya. Kedua tangannya terlipat di depan dada. Iris obsidian yang terbingkai kacamatanya menatap Kyuhyun penuh arti. Di sebelahnya, sang kekasih—Kim Ryeowook—hanya bisa menatap bingung kedua bersaudara Kim yang walau katanya sepupu, entah kenapa kedekatan mereka bahkan menyerupai saudara kembar.

"Padahal tadi sudah waktu yang tepat. Kenapa tidak mengungkapkannya?"

Benar kan. Kyuhyun mendekat ke arah Kibum. Diserahkannya buku yang sejak tadi ia pegang dengan sedikit menyentak. "Bukan urusanmu." Desis Kyuhyun, dan ia pun langsung pergi kembali menuju kelasnya, antisipasi kemungkinan Kibum akan berkata lebih lanjut dan malah membongkar rahasianya itu di depan Ryeowook. Bukannya ia tidak mempercayai kekasih hyungnya itu, hanya saja namja manis itu terlalu polos dan bisa saja ia malah menceritakan rahasianya itu pada orang lain tanpa sengaja.

"Aigoo, tinggal bilang saja apa susahnya sih?"

"Kibummie~"

Kibum menolehkan kepalanya ke arah sang kekasih yang kini—atau memang selalu—memasang tampang polosnya. "Nde, hyung?"

Ryeowook mempoutkan bibirnya. "Sudah kubilang jangan panggil aku 'hyung'. Aku kan hanya lebih tua beberapa bulan saja."

"Tetap saja kau lebih tua dariku..." balas Kibum—tenang. Mengerjai kekasihnya itu memang menyenangkan, sama menyenangkannya dengan mengerjai Kyuhyun. Mengerjai kakaknya, Yesung? Tidak ada reaksi yang cukup berarti dari hyungnya yang itu—biasanya datar malah, jadinya ia tidak tertarik lagi mengerjainya. Lebih menarik mengerjai kekasih hyungnya itu saja.

"Aish, sudahlah. Ngomong-ngomong, yang sedang kalian maksud itu apa sih?"

Kibum diam, namun sedetik kemudian ia mengeluarkan senyumnya—yang bisa membuat orang lain terpesona karenanya—membuat Ryeowook agak merona melihatnya. "Aniyo, itu urusan si Evil itu saja. Lebih baik kita jangan ikut campur—"

walau aku sebenarnya berniat untuk ikut campur sih… batinnya. Di belakang punggungnya ia menyilangkan telunjuk dan jari tengahnya, membentuk cross. Berbohong dan menipu orang polos seperti namjachingunya itu tidak baik kan?

Kibum menyeringai—dalam hati tentunya—kelihatannya menarik turut campur dalam masalah sepupunya yang satu itu. Terutama sekali ketika dilihatnya reaksi Siwon tadi setelah Kyuhyun pergi. Akan semakin menarik… dan menyenangkan tentunya…

"Kajja, kita ke kelas, hyung."

Dan Ryeowook mengikuti Kibum—dengan berjuta penasaran bergelut di otaknya, walau ia lebih memilih untuk tidak menanyakan apapun.

.

.

"Siwon-hyung…"

Siwon menoleh. Dilihatnya Kibum berjalan ke arahnya sambil membawa setumpuk dokumen di tangannya—kelihatannya itu pekerjaannya untuk hari ini. Saat ini keduanya tengah berada di ruang OSIS.

Kibum menyerahkan dokumen di tangannya. Siwon memfokuskan dirinya untuk membaca seluruh tulisan yang tertera di sana, sampai ia menyadari kalau Kibum masih berdiri di depan mejanya.

"Wae?" tanyanya—bingung.

"Hyung… kau tertarik dengan saudaraku kan?"

Siwon terpaku mendengarnya. "Saudara? Maksudmu, Yesung-hyung?"

"Bukan! Berani kau mendekatinya dan mengganggu hubungan Yesung-hyung dengan Hae-hyung, kau akan mati di tanganku, Tuan Choi..." desis Kibum—kesal, walau raut wajahnya tetap datar seperti biasanya. "Yang kumaksud itu sepupuku, Cho Kyuhyun..."

Dan Siwon semakin membatu mendengar nama itu disebut. Kibum menyeringai—lagi-lagi dalam hatinya karena ia tidak mau kehilangan imagenya yang termasuk cool itu—ketika dilihatnya reaksi Siwon yang… katakanlah… sesuai harapannya…

"Apa maumu?" balas Siwon—akhirnya.

"Mau kuberitahu cara mendekatinya?"

"Mwo?"

Dan kali ini, Kibum benar-benar tidak bisa menyembunyikan seringainya—membuat Siwon agak bergidik melihatnya.

Nah, ayo kita mulai rencana pertama…

.

To Be Continued—

.

a/n ini saya republish karena fic ini dihapus sama admin ffn gara-gara direport oleh seseorang. Well, kan sudah saya bilang di atas (udah pake capslock semua dan dibold pula), "DON'T LIKE, DON'T READ". Kalau masih tetep baca dan malah ngereport ini, berarti anda harus periksa mata ke dokter mata sekalian deh, atau belajar bahasa Inggris dari SD lagi. Atau malah perlu belajar baca lagi dari TK? :) Kalau gitu sayang banget ya, orang tua capek-capek nyekolahin, tapi anaknya gak bisa baca. -0-a

Yah, kalau ini dihapus lagi, saya bakal lanjut fic ini di wp sama di facebook. -,- Itu juga kalau ada yang minat sih. xD #plak. Sekalian saya promosiin facebook. #diinjek. Nama facebooknya bisa diliat di profile saya. Yang pasti gak jauh-jauh dari nama Rin. xD #duagh.

Terus… chapter 2nya udah jadi sih sebenernya, cuma kalau kayak gini, saya tunda dulu aja sampai minggu depan… pengen liat keadaan dulu… O.o

Oke, saya males banyak ngomong lagi. xD

.

Best Regards

RIN—

.